• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Hampir setiap hari manusia dihadapkan kepada pemilihan keputusan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Hampir setiap hari manusia dihadapkan kepada pemilihan keputusan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Hampir setiap hari manusia dihadapkan kepada pemilihan keputusan yang sadar atau tidak disadari terdapat banyak alternatif pilihan yang harus dipilih dalam melakukan segala aktivitas sehari-hari. Mulai dari bangun tidur sampai nanti akan berisitirahat lagi di malam hari maka banyak keputusan yang telah diambil yang mempengaruhi kegiatan atau rutinitas sehari-hari.

Misalnya : pada saat akan memilih makanan yang akan dimakan atau pemilihan seragam yang akan dikenakan hari ini untuk pergi ke kantor dan lain-lain. Semua keputusan yang telah diambil pada dasarnya mengandung risiko yang berdampak langsung maupun tidak langsung. Risiko ini bisa berakibat menguntungkan atau merugikan bagi manusia di dalam aktivitas sehari-hari.

Tidak pada seorang manusia saja tetapi perusahaan juga dihadapkan kepada keputusan bisnis yang serba majemuk dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi. Perusahaan yang dikelola oleh banyak ahli-ahli didalam bidangnya masing-masing disamping memiliki keterampilan dalam bidangnya juga harus mempunyai kemampuan mengelola risiko yang diambil akibat dari keputusan yang telah dikeluarkan.

Selain itu, objek benda juga dapat terkena risiko yang dapat merugikan pemilik dari benda tersebut yang datang tanpa diketahui kapan akan mengenai

(2)

objek atau benda tersebut. Misalnya : kebakaran rumah akibat hubungan singkat kabel listrik atau hilangnya benda-benda berharga akibat dicuri oleh maling dan lain-lain.

Oleh karena itu, banyaknya risiko yang dihadapi dalam kehidupan manusia sehari-hari berakibat lahirnya perusahaan asuransi kerugian atau asuransi umun dan asuransi jiwa baik didalam negeri maupun luar negeri. Dengan lahirnya perusahaan asuransi diharapkan dapat memperkecil tingkat kerugian yang dialami setiap manusia atau perusahaan.

Perusahaan asuransi dalam negeri masih sangat sedikit yang ada di wilayah Indonesia bila dibandingkan luas wilayah Indonesia maka hanya di kota-kota besar saja manfaat yang diberikan perusahaan asuransi dapat dirasakan masyarakat sehingga peluang bertumbuhnya perusahaan asuransi akan semakin pesat di tahun mendatang.

Dalam wawancara yang dilakukan oleh karyawan situs website www.merdeka.com pada tanggal 11 September 2014 tertulis Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengungkapkan, “Reasuransi bulan depan akan dilaunching. Namanya Indonesia Reasuransi atau Indonesia Rei. Nantinya kita punya perusahaan reasuransi yang raksasa, ini berlaku 1 Januari 2015”.

Tidak hanya dukungan dari Menteri BUMN saja tetapi peran dari pemerintah sangat berpengaruh untuk perkembangan perusahaan asuransi dengan membuat suatu aturan atau undang-undang yang mengatur tentang usaha perasuransian. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akan

(3)

melakukan sidang pembahasan mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) asuransi.

Seorang anggota komisi XI DPR yang bernama Abdilla Fauzi Achmad dalam artikel situs www.merdeka.com tanggal 15 September 2014 di gedung DPR mengatakan bahwa :

“RUU Perasuransian yang akan disahkan menjadi UU sudah menyebutkan secara tegas bahwa investor asing dibatasi secara kualitatif dan kuantitatif. Pembatasan ini bagian dari memberikan perlindungan terhadap potensi bisnis di dalam negeri”

Persyaratan akan modal minimum yang telah ditetapkan pemerintah melalui regulator lembaga keuangan pemerintah atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu sebesar Rp 100 milyar akhir tahun 2014 harus dapat dicapai oleh perusahaan asuransi di Indonesia.

Harian surat kabar replublika dalam situs resminya www.republika.co.id pada tanggal 02 Juli 2014 menulis Direktur Biro Riset Infobank Karnoto Muhammad mengatakan, “Masih ada 17-20 perusahaan asuransi yang belum memenuhi kewajiban modal minimum. Perusahaan asuransi cukup optimistis untuk memenuhi ketentuan modal ini.”

Terdapat beberapa kasus yang telah terjadi mengenai pengakuan pendapatan yang terlalu dini dalam meningkatkan laba seperti kasus perusahaan Xerox yang berada di Amerika Serikat.

(4)

Perusahaan tersebut melakukan pergeseran pendapatan jasa dan pembiayaan ke nilai peralatan yang dikutip dari Alvin A.Arens et al dalam bukunya Jasa Audit dan Assurance (2011: 16) yaitu :

“Security and Exchange Commision menyebutkan bahwa Xerox mengakselerasi pengakuan pendapatan atas peralatan untuk meningkatkan pendapatan hingga lebih dari $3 miliar dan laba sebelum pajak (pre-tax earnings) hingga mendekati $1.5 miliar selama periode 1997-2000.

Pengakuan pendapatan yang terlalu cepat dan tindakan lain yang dimaksudkan untuk meningkatkan laba jumlahnya cukup signifkan, mencapai 37% dari laba sebelum pajak di kuartal keempat pada tahun 1997 dan 1998. Tanpa tindakan peningkatan laba ini, menurut SEC, Xerox seharusnya mengalami penurunan laba secara drastis dari 1997-1999”

Selain itu, masih ada kasus perusahaan Enron yang bergerak dalam penjualan gas dengan KAP Andersen yang melakukan penggelembungan pendapatan dalam laporan keuangan yang dibuatnya sehingga melahirkan praktek akuntansi yang tidak sehat.

Oleh karena itu, secara garis besar tujuan dari didirikan perusahaan khususnya perusahaan swasta adalah untuk memperoleh laba atau keuntungan yang seoptimal mugkin. Keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak lepas dari pendapatan yang dihasilkan dari penjualan bagi perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur juga pendapatan jasa bagi perusahaan jasa atas pelayanan yang telah diberikan.

Pendapatan yang diterima perusahaan sangat penting untuk meningkatkan kinerja perusahaan, kelangsungan hidup dalam menjalankan kegiatannya (Going Concern), menambah daya beli perusahaan, memperlebar unit usaha dan lain-lain. Pendapatan yang diterima oleh perusahaan asuransi

(5)

terbagi menjadi dua bagian yaitu pendapatan premi langsung dan pendapatan premi tidak langsung.

Pendapatan yang diterima dalam perusahaan asuransi akan diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Khusus untuk perusahaan asuransi terdapat beberapa penerimaan pembayaran premi yang belum merupakan pendapatan dikarenakan periode pertanggungan masih berjalan sesuai dengan penutupan polis asuransi.

Setiap akhir periode akuntansi tertentu maka perusahaan diharapkan dapat mendapatkan laba atau keuntungan. Laba ini merupakan sisa akhir dari pendapatan yang diterima perusahaan setelah dikurangi beban yang telah dikeluarkan selama periode tertentu.

Banyak perusahaan yang ada menggunakan sistem pencatatan akuntansi menggunakan sistem desentralisasi atau sentralisasi. Sistem yang menggunakan sentralisasi artinya seluruh kegiatan proses pencatatan akuntansi terpusat di kantor pusat sedangkan desentralisasi masing-masing cabang perusahaan melakukan pencatatan akuntansi yang terintegrasi satu sama-lainnya.

Jika menggunakan sistem sentralisasi maka seluruh data akuntansi yang terdiri dari bukti-bukti transaksi yang telah terjadi di masing-masing cabang harus dikirimkan ke kantor pusat kemudian akan direkapitulasi data yang berguna untuk proses pencatatan, proses penggolongan, proses peringkasan kemudian penyusunan laporan keuangan.

(6)

Proses penyusunan atas laporan keuangan ini di Indonesia menggunakan pernyataan standar akuntansi keuangan atau disingkat dengan PSAK. Standar ini digunakan didalam negeri saja sedangkan untuk dunia internasional menggunakan pedoman International Financial Reporting Standars (IFRS) sehingga timbul perbedaan antara laporan keuangan berdasarkan PSAK dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.

Menurut jurnal yang ditulis oleh Nur Hidayati Rosidah yang berjudul Asuransi Konvensial dan Asuransi Syariah Perbedaan Dalam Lingkup Akuntansi (2012 :16) menjelaskan :

“Pernyataan standar akuntansi keuangan yang digunakan oleh asuransi konvensional dan asuransi syariah berbeda. PSAK yang digunakan asuransi konvensional terdiri dari PSAK 28 tentang akuntansi kontrak asuransi kerugian,PSAK 36 tentang akuntansi kontrak asuransi jiwa dan PSAK 62 tentang kontrak asuransi”

Sedangkan dalam jurnal lain yang ditulis oleh Desty Natalia yang berjudul Pengaruh Dukungan Pimpinan dan Pengendalian Intern Terhadap Pengendalian Penerimaan Premi (2012 :3) memberikan tulisan :

“Penerimaan premi pada dasarnya merupakan aspek yang paling mendorong terciptanya manajemen yang ideal, maka penerimaan tersebut harus dikendalikan sebaik mungkin agar pencatatan penerimaan premi sesuai dengan realisasinya”

Hampir sama dengan jurnal yang ditulis oleh Sapto Amal Damandari yang berjudul Evaluasi Atas Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.36 Tentang Asuransi Jiwa (2004 :61) menjelaskan :

(7)

“Dengan penyajian laporan laba rugi yang wajar diharapkan manajemen perusahaan dapat menekan terjadinya penyimpangan dan penyelewengan yang tidak diinginkan oleh perusahaan”

Hal ini didukung dengan tanggapan dari direktur biro riset kajian bank Eko B Supriyanto yang ditulis dalam harian majalah elektronik www.neraca.co.id (03/07/2013) mengatakan :

“Jadi, ada laporan keuangan yang dibuat itu masih dengan standar “gado-gado”, campuran dengan cara lama dan cara IFRS. Sebagian besar praktisi perusahaan asuransi yang kami hubungi juga mengaku bahwa mereka sebetulnya belum siap menerapkan IFRS”

Perbedaan antara laporan keuangan yang disusun berdasarkan PSAK dengan IFRS diantaranya mengubah nama komponen laporan keuangan menjadi laporan posisi keuangan, laporan laba-rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan melakukan penyajian kembali atau pengungkapan seperti piutang berelasi.

Dari uraian diatas dan fenomena-fenomena yang telah terjadi mengenai pendapatan suatu perusahaan kemudian pengumpulan data sebelum dilakukan pencatatan sampai dihasilkannya laporan keuangan yang sangat penting untuk memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh investor, kreditor, pemegang saham dan atas informasi keuangan ini harus dapat dihandalkan atau terpercaya, dapat dimengerti dan relevan sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan para pemakai laporan keuangan.

(8)

Jika perusahaan asuransi kerugian tidak mengikuti PSAK yang dikeluarkan oleh pemerintah maka dapat diduga terjadi pencatatan pendapatan premi belum tepat dan dampaknya mempengaruhi penyusunan laporan laba-rugi komprehensif yang disajikan lebih besar atau lebih kecil dari kenyataan yang ada.

Oleh karena itu, penulis dalam penyusunan skripsi ini ingin mengangkat topik dengan judul “ANALISA DESKRIPTIF AKUNTANSI

PENDAPATAN PREMI DALAM PENYUSUNAN LAPORAN

KEUANGAN (Studi kasus pada PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk tahun 2014)”.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk mempermudah dalam pembahasan dibagian selanjutnya maka penulis akan mengambil data pada tahun 2014 (periode akuntansi Januari sampai dengan Desember) dari penyusunan skripsi ini. Pembahasan hanya difokuskan kepada pendapatan premi dan laporan laba-rugi komprehensif yang termasuk dalam salah satu laporan keuangan.

Pendapatan yang penulis sajikan hanya pendapatan utama dari perusahaan asuransi yaitu penerimaan premi dan untuk merumuskan masalah yang akan dibahas didalam penelitian ini maka dirumuskan suatu pertanyaan sebagai berikut :

1.Apakah perlakuan akuntansi pendapatan premi di dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan PSAK/IFRS ?

2.Bagaimana kontribusi pendapatan premi dalam memenuhi pembayaran klaim ?

(9)

C. TUJUAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

Melalui penulisan skripsi ini maka penulis bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan permasalahan yang ada dalam perusahaan asuransi dengan praktek kerja langsung di lapangan dan pengalaman kerja di salah satu perusahaan asuransi di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1.Untuk memahami perlakuan akuntansi dari pendapatan premi di dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan PSAK.

2.Untuk melihat pendapatan premi yang diterima oleh perusahaan asuransi dalam pemenuhan kewajiban pembayaran klaim.

2. Kontribusi Penelitian

Dengan terselesainya skripsi ini maka diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi pihak-pihak yang membacanya sebagai berikut :

a. Kontribusi Teoritis

Sebagai bahan pengajaran atas pengetahuan yang bermanfaat bagi pembacanya dan proses belajar dalam penulisan skripsi bagi peneliti selanjutnya baik dari kalangan akademik Universitas Mercubuana ataupun kampus lainnya.

b. Kontribusi Praktisi :

Mendorong perusahaan dalam melakukan perbaikan atas masalah-masalah yang terjadi di lingkungan perusahaan agar dapat mengambil keputusan yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada untuk

(10)

kesinambungan perusahaan di masa akan datang dan memberikan masukan bagi perusahaan atas praktek yang sudah ada.

Selain itu, diharapkan dapat memberikan bahan masukan atau saran mengenai undang-undang yang telah di keluarkan oleh pemerintah terhadap kenyataan di lingkungan perusahaan yang ada atau sedang berjalan dalam melaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Referensi

Dokumen terkait

Terdiri dari handle (sebuah tanda plus untuk mem-blok/highlight komponen dalam skematik), gambarnya (dengan nama simbol atau nama komponen dan nilai komponen tersebut)

Hasil regresi variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan keberadaan komite audit terhadap

Peningkatan  penyediaan  sanitasi   adalah  meningkatkan  dan  mengembangkan  percepatan   penyediaan  akses  terhadap  produk  dan  layanan  sanitasi  yang

-- Jenis Jenis--jenis penghuni pulau memiliki ukuran tubuh yang jenis penghuni pulau memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dari kerabatnya yang berada di dataran utama lebih

Dalam penelitian ini menitikberatkan pada penelitian kepustakaan yakni akan membahas mengenai sejarah pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia, di era globalisasi

 Pada sistem ganda sistem rangka akan menerima sedikitnya 25% dari gaya lateral yang bekerja dan shear wall akan menerima paling banyak 75% dari gaya lateral yang bekerja,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa pertama tipe investigatif berada pada kategori tinggi yaitu 80%, karena siswa pertama tipe investigatif tidak memenuhi 1

komunikatif yang terlepas dari makna harfiahnya yang didasarkan atas perasaan dan pikiran pengarang atau persepsi pengarang tentang sesuatu yang dibahasakan; kata konkret