• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Ekonomi Adam Smith (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemikiran Ekonomi Adam Smith (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pemikiran Ekonomi Menurut Adam Smith Oleh : Dr. Imam Mukhlis, SE, MSi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang

Pemikiran ekonomi modern memiliki tonggak perkembangannya melalui pemikiran Adam Smith. Adam Smith adalah seorang Filsuf berkebangsaan Skotlandia (1723-1790). Dalam banyak buku disebutkan bahwa Adam smith adalah tokoh ekonomi klasik. Karya monumentalnya adalah The Theory of Moral Sentiments (1759), and An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776). Karya tersebut lahir dalam masa-masa dimana faham mercantilism mengalami masa-masa kejayaannya di Eropa. Sebaliknya faham mercantilism tersebut membuat sengsara negara-negara di benua Afrika dan Asia. Diantara kedua karya Smith tersebut, buku yang kedua yang kemudian lebih terkenal dengan The Wealth of Nations menjadi momentum migrasi pemikiran ekonomi dari mercantilism ke ekonomi klasik.

Sebagai sebuah kelaziman munculnya sebuah teori senantiasa dilatarbelakangi adanya kelemahan dan kefakiran yang ada pada teori sebelumnya. Kelemahan dan kefakiran ini juga dapat diartikan sebagai ‘’sudah tidak relevannya” sebuah teori karena adanya progresifitas gerak dan tingkah laku manusia yang semakin dinamis. Sehingga sebuah kebenaran yang pernah diakui dalam tata kehidupan menjadi sebuah ketidakbenaran pada masa berikutnya. Ketidakbenaran inilah yang kemudian menimbulkan sebuah ruang baru bagi tumbuh berkembangnya pemikiran-pemikiran baru yang menjadi embrio bagi timbulnya teori baru. Dalam hal ini apa yang dilakukan Smith pada dasarnya adalah melakukan kritik terhadap teori dan penerapan mercantilism dalam kehidupan ekonomi. Berbagai kelemahan dalam mercantilism kemudian oleh Smith dilakukan kritik dan menyampaikan hal baru yang lebih relevan dengan dinamika yang terjadi.

Dalam melakukan sebuah kajian mengenai sebuah pemikiran, maka mengacu pada pendapat Richard Rorty (1984) terdapat 4 genre yang umumnya digunakan dalam historiography of philosophy ; yakni historical reconstruction, rational reconstruction, geistesgeschichte dan doxography. Genre ini umumnya digunakan untuk melakukan rekonstruksi ide-ide dan teori yang sudah ada dan kemudian menerapkannya dalam historiography pada pengetahuan yang lain. Berkaitan dengan keempat genre tersebut, maka pendekatan historical reconstruction dapat dipandang yang relevan dilakukan guna memaparkan kembali pemikiran-pemikiran Adam Smith tentang ekonomi.

(2)

tersebut dapat terealisasikan dalam pemenuhan kebutuhan economic agent dengan ditopang adanya invisible hand yang terjadi. Kemakmuran yang tercapai terepresentasikan oleh munculnya kesepakatan antara economic agent yang terjadi di pasar. Dalam hal ini keseimbangan merupakan output dari sebuah kepakatan antara economic agent dalam menentukan besarnya insentif dan imbal balik. Insentif dan imbal balik ini dapat dipandang sebagai sesuatu yang “sepadan” sehingga melanggengkan proses transaksi dan keseimbangan yang terjadi. Menurut Smith proses keseimbangan tersebut dapat terjadi melalui peran dari invisible hand dalam proses transaksi.

Teori-teori ekonomi yang dikemukan oleh Smith pada dasarnya menjadi pondasi bagi teori ekonomi mikro dan teori ekonomi makro. Dalam hal ini pemikiran Smith dalam ranah ekonomi mikro seperti teori nilai tenaga kerja (labor theory of value), pembentukan harga (price formation), dan keuntungan (profit). Sedangkan dalam ranah ekonomi makro seperti ; teori pembagian kerja (divison of labor theory), pendapatan (income), peranan modal (the role of capital, pertumbuhan ekonomi (economic growth), distribusi (distribution) dan mekanisme pasar (market mechanisme).

Pemikiran Smith mengenai pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses yang dimulai dari pembagian kerja. Pembagian kerja ini akan menentukan sejauh mana factor-faktor produksi akan dapat digunakan dan seberapa banyak output dihasilkan dari faktor-faktor produksi tersebut. Penggunaan factor-faktor produksi (khususnya tenaga kerja) mengacu pada teori tentang nilai tenaga kerja. Dalam hal ini individu akan bekerja maksimal manakala insentif yang diterimanya sesuai dengan kepentingan (interest) dan pemenuhan kebutuhan hidupanya (utility/satisfy). Adanya insentif yang “memadai” tersebut akan dapat mendorong kenaikan produktifitas tenaga kerja. Kenaikan produktifitas ini akan dapat meningkatkan output. Output yang tinggi akan mendorong produsen untuk memberikan insentif upah yang semakin tinggi bagi tenaga kerja. Bagi tenaga kerja kenaikan upah ini akan meningkatkan pendapatan perkapitanya. Kenaikan pendapatan per kapita ini akan mendorong kenaikan dalam hasrat konsumsi (propensity to consume) masyarakat. Kenaikan konsumsi ini akan menyebabkan kekayaan bangsa menjadi semakin besar (greater wealth of nation). Peningkatan kekayaan ini akan meningkatkan akumulasi modal dan kenaikan akumulasi modal ini akan menyebabkan perubahan dalam pembagian kerja (divison of labor). Secara lebih ringkas dapat dilihat pada gambar berikut ini (Ekelund, 1997) :

Gambar :

Proses Pertumbuhan Ekonomi Versi Smith Pembagian 

kerja 

Kenaikan  produktifitas s 

Kenaikan  output 

Kenaikan  upah 

Kenaikan pendapatan  perkapita 

Kenaikan konsumsi  Kenaikan kekayaan 

bangsa  Kenaikan akumulasi 

(3)

Dalam hal ini kontribusi Smith’s dalam teori ekonomi meliputi 4 hal, yakni : Teori pembentukan harga, hubungan antara market outcome dan kepentingan publik, peranan negara dalam perekonomian, dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (Sandmo, 2014). Teori pembentukan harga oleh Smith dijelaskan melalui teori tentang nilai tenaga kerja (labor theory fo value). Harga suatu barang akan ditentukan oleh seberapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang tersebut (dalam pengertian nilai dalam kegunaan). Dalam hal ini factor tenaga kerja dapat menjadi komponen dalam pembiayaan produksi. Sebanyak banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka semakin besar biaya produksi dan tentunya harga barang menjadi meningkat. Bagi tenaga kerja balas jasa yang diterima dari pemakaian tenaganya dalam bentuk upah (wage). Dalam hal ini upah, keuntungan (profit), dan sewa (rent) merupakan sumber-sumber penerimaan yang diterima oleh pemilik faktor produksi.

Dalam kaitannya hubungan antara market outcome dengan kepentingan pribadi pada dasarnya mengacu pada pemikiran Smith mengenai adanya kebebasan individu. Kebebasan yang dimiliki individu akan dapat mengarahkan pada cara pemenuhan hidup individu. Dalam hal ini pasar menghasilkan sebuah keseimbangan diantara pelaku ekonomi. Semakin berkembangnya pasar mencerminkan self interest pelaku ekonomi yang semakin berkembang. Dalam kaitannya dengan peran negara menurut Smith meliputi (Ekelund, 1997): administer justice, provide for national defence, dan maintain certain enterprises in the public interest. Oleh karena itu dalam sebuah sistem perekonomian dapt dikurangi peran negara dan terbatas pada ketiga hal tersebut. Senada dengan hal tersebut peran negara menurut Smith juga dapat diarahkan pada : menyediakan aspek kelembagaan yang dibutuhkan dalam persaingan pasar, melindungi masyarakat baik dalam kaitannya dengan mekanisme pasar maupun dalam hal privasi dalam kehidupannya, dan melakukan desain sistem ekonomi yang dapat mengeliminir berlakunya sisten kartel dan monopoli dala kegiatan ekonomi (Sandmo, 2014). Sedangkan dalam kaitannya dengan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, Smith mencatat ada beberapa variabel penting seperti : tabungan, akumulasi modal, kemajuan tehnologi, dan tenaga kerja.

Dalam bukungan The Wealth of Nations perdangan merupakan sebuah konsekuensi dari …”human propensity to truck, barter, and exchange one thing for another..”. Dalam hal ini suatu negara melakukan ekspor dan impor bukan untuk tujuan selfish. Akan tetapi justru ditujukan untuk mengejar kepentingannya (interest) (Schumacher, 2012). Dalam kaitannya dengan perdagangan internasional, Smith memaparkan teorinya yang mendasarinya yakni teori pembagian kerja (divison of labor theory). Adanya teori ini akan menyebabkan terjadinya spesialisasi dan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini manakala terjadi overproduction dalam negeri, maka suatu negara dapat menukarkan produk tersebut dengan komoditi lain yang diminta dari negara lain. Begitu pula manakal suatu negara mengalami overpopulation, maka overdemand yang terjadi dapat diatasi dengan kegiatan perdagangan internasional (impor). Kelebihan produksi yang terjadi di suatu negara, maka surplus tersebut dapat dilimpahkan (vent) ke negara lain, sehingga terjadi penggunaan kapasitas penuh (full capacity) pada perekonomian suatu negara. Hal ini merupakan penjelasan lain dari Smith mengenai perdagangan internasional dengan teori “vent of surplus”.

(4)

negara akan dapat memberikan keuntungan (gains of trade) pada masing-masing negara yang terlibat transaksi manakala masing-masing negara memiliki spesialisasi terhadap komoditi tertentu. Spesialisasi ini dilakukan dengan mengandalkan keunggulan mutlak dalam bentuk tenaga kerja yang dimiliki masing-masing negara yang terlibat dalam perdagangan internasional. Dalam pemikiran Smith mengenai perdagangan internasional tersebut, keunggulan mutlak akan dapat dicapai manakala suatu negara dapat menghasilkan komoditi yang diekspor ke negara lain yang menggunakan tenaga kerja dalam jumlah sedikit (baik jumlah orang maupun jumlah tenaga kerja yang digunakan) (Mukhlis,2012).

Dalam konteks kekinian, pemikiran Adam Smith masih sangat relevan walaupun tidak semuanya berlaku. Pemikiran Smith yang masih relevan dalam konteks kekinian adalah mengenai pembagian kerja, mekanisme pasar, free market, spesialisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Sedangkan yang tidak berlaku seperti teori absolute advantage dalam perdagangan internasional. Kemudian kontroversi yang berikutnya terkait dengan implikasi dari vent of surplus theory. Teori ini dapat dipandang bertentangan dengan pendapat J.B Say yang terkenal yakni “..supply create its own demand..” Dalam pandangan Say tersebut semestinya produk yang dihasilkan dalam perekonomian suatu negara akan dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat negara tersebut. Namun padangan Smith tersebut pada dasarnya lebih menekankan akan adanya pasar yang lebih besar (internasional) sehingga memungkinkan adanya pergerakan yang bebas baik pada faktor produksi maupun pada komoditi di berbagai negara.

Daftar Rujukan

Ekelund Jr, Robert B, and Robert F Hebert, 1997. A History of Economic Theory and Method, fourth Edition, New York:McGraw Hill

Mukhlis, Imam, 2012.Dinamika Ekonomi Internasional Indonesia, dalam Perspektif Teoritis dan Empiris, Tulungagung:Cahaya Abadi

Rorty, Richard., 1984.The Historiography of Philosophy : Four Genres. In Philosophy in History:Essay on The Historiography of Philosophy, eds. Richards Rorty, J.B.Schneewind, and Quentin Skinner, Cambridge (UK): Cambridge University Press:49-75

Sandmo, Agnar, 2014.Adam Smith and Modern Economis, Institute For Samfunnsekonomi, Department of Economics, Norwegian School of Economics,13, April:1-154

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Pada kerjasama perdagangan internasional di antara kedua Negara tersebut, masing-masing Negara (Indonesia-cina) memiliki keunggulan kompartif sehingga efisiensi perdagangan

Berdasarkan analisis sensitivitas, kondisi yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif yaitu saat harga output domestik sama dengan harga internasional dan

Konsep perdagangan internasional dibangun berdasarkan pemikiran keunggulan komparatif dan daya saing yang berbeda antara negara. Jika negara-negara berproduksi dan berdagang