• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Aqi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Aqi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pengampu : Dr.Hj. Nurnaningsih., MA

Mata Kuliah : Aqidah Akhlak

Semester : 1

MAKALAH

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AQIDAH DAN AKHLAK

Oleh Kelompok : 2

Jumriani Nur

(90100115008)

Dwi Nur Setiarini KD

(90100115007)

Samsul Bahri

(90100115006)

Riska Ekawati

(90100115005)

Jurusan Ekonomi Islam

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

(2)

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN AQIDAH DAN AKHLAK

PENGERTIAN AQIDAH DAN AKHLAK

a. Aqidah

Aqidah merupakan perkara yang wajib di benarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

b. Akhlak

Akhlak berarti tingkah laku seseorang yang di dorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan.

PRINSIP DASAR PEMBENTUKAN AKHLAK

Islam adalah agama yang sangat mementingkan Akhlak dari pada masalah-masalah lain. Karena misi Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk menyempurnakan Akhlak manusia. Hal itu dapat kita lihat pada zaman jahiliyah kondisi Akhlak yang sangat kacau tidak karuan mereka melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran agama islam seperti minum khamar dan berjudi. Hal-hal tersebut mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan setelah generasi mereka. Karena kebiasaan itu telah turun temurun maka pada awal pertama nabi mengalami kesulitan.

Prinsip akhlak dalam islam terletak pada Moral Force. Moral Force Akhlak Islam terletak pada iman sebagai Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk mereflesikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret.

Dalam hubungan ini Abu Hurourah meriwayatkan hadis dari Rasulullah SAW :

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik di antara kamu ialah yang paling sebaik-baik kepada istrinya. Al-Quran menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman itu niscaya memiliki akhlak yang mulia.

(3)

Adapun Ruang Lingkup Studi Akhlak :

1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya di sertai dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiayaya diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan) maupun secara rohani (membiarkan diri larut dalam kesedihan).

2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga, contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkata-kata yang dapat menyakiti mereka.

3. Akhak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan sosial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang adil yang berlandasan Al-Qur’an dan Hadist.

4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri selama tidak bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun Negara dalam bentuk lisan maupun fikiran (perbuatan).

5. Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, beribadah hanya kepada Allah. Taat kepada Rasul serta meniru tingkah lakunya.

Prinsip akhlak dalam islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia dalam melakukan tindakan-tindakannya, ia harus bertanggungjawab terhadap apa yang ia lakukan. Tanggungjawab itu merupakan tanggungjawab pribadi muslim, begitupun dalam kehidupan sehari-hari harus selalu menampakkan sikap perbuatan berakhlak. Akan tetapi, akhlak bukanlah semata-mata hanya perbuatan akan tetapi lebih kepada gambaran jiwa yang terrsembunyi.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK

(4)

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama halnya berbicara masalah tujuan pendidikan, karena banyak sekali kita jumpai pendapat para ahli mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah tujuan akhlak. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi yang di kutip oleh Abudin Nata mengatakan bahwa pendidikan, budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Demikian pula Ahmad D. Marimba mengatakan tujuan utama pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim, yaitu menjadi hamba Allah, yaitu hamba yang percaya dan menyerahkan diri kepadanya dengan memeluk agama islam.

Banyak hal yang bisa mempengaruhi akhlak setiap individu antara lain adalah :

1) Tingkah Laku Manusia

Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang di manefestasikan dalam perbuatan, sikap perbuatan boleh jadi tidak di gambarkan dalam perbuatan atau tidak tercerminkan perilaku sehari-hari. Dapat di lihat dari bagaimana hubungan manusia dengan tuhannya, dengan diri sendiri, dan dengan sesama manusia.

2) Insting (Naluri)

Definisi insting oleh para ahli masih ada persilisihan pendapat. Namun perlu di ungkapkan juga bahwa menurut james, yang di kutip oleh mustafa bahwa insting ialah suatu alat yang menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu ke arah tujuan itu dan tiada dengan di dahului latihan perbuatan itu.

Pengertian insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan di biarkan begitu saja, bahkan wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh insting kadang-kadang dengan di tolak dan kadang-kadang pula di terima.

Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia di motivasi oleh kehendak yang di motori oleh insting seseorang. Insting merupakan tabiat yang di bawa manusia sejak lahir.

Insting terdiri dari empat pola khusus yaitu:

a. Sumber insting, berasal dari kondisi jasmaniah, untuk melakukan kecendurangan, lama-lama menjadi kebutuhan.

b. Tujuan insting, ialah menghilangkan rangsangan jasmaniah untuk mensirnakan perasaan tidak enak yang timbul karena adanya tekanan batin.

c. Obyek insting, merupakan segala aktivitas yang mengantar keinginan dan memilih-milih agar keinginannya dapat terpenuhi.

d. Gerak insting, ini tergantung kepadan intensitas kebutuhan.

(5)

 Naluri Makan. Manusia lahir telah membawa suatu hasrat untuk makan tanpa

di dorong oleh orang lain.

 Naluri Berjodoh. Dalam Al-Qur’an di terangkan:

“Di jadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaaan kepada apa-apa yang di ingini,yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak”.

 Naluri Keibuan. Tabiat kecintaan orang tua kepada anak-anaknya dan

sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.

 Naluri Berjuang. Tabiat manusia untuk mempertahankan diri dari gangguan

dan tantangan.

 Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.

Dalam ilmu akhlak insting berarti akal pikiran. Akal dapat memperkuat aqidah, namau harus di barengi dengan ilmu, amal dan taqwa kepada Allah. Allah memuliakan akal dengan di jadikannya sebagai sarana tanggungjawab. Akal ini merupakan jalinan pikir dan rasa yang menjadikan manusia, berlaku, berbuat, membentuk dan membina. Akal menjadikan manusia itu mukmin. Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu di ajari terlebih dahulu.

3) Adat/Kebiasaan

Adat menurut bahasa ialah aturan yang lazim di ikuti sejak dahulu. Biasa adalah kata dasar yang mendapat imbuhan ke-an, artinya boleh,dapat atau sering. Menurut Nasrean, adat ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang obyektif, kokoh dan benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam masyarakat. Kebiasaan terjadi sejak lahir, lingkungan yang baik mendukung yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Kebiasaan adalah rangkaian perbuataan yang di pengaruhi akal pikiran.

Menurut Soerjono Soekanto, kebiasaan sebagai perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama dan kebiasaan ialah tingkah laku yang sudah di stabilkan.

Adat/Kebiasaan ini merupakan suatu tindakan atau perbuatan seseorang yang di lakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar dan lain sebagainya. Abu Bakar Zikir berpendapat : perbuatan manusia, apabila di kerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya itu dinamakan adat kebiasaan. Orang yang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu :

(6)

2. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampilkan perbuatan baik dan di ulang secara terus menerus.

4) Wirotsah ( Keturunan )

Artinya berpindahnya sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada anak keturunanya. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu dari orang tuanya.

5) Lingkungan

Lingkungan ialah ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang dapat berwujud benda-benda seperti air,bumi,langit dan matahari. Lingkungan dapat memainkan peranan dan pendorong terhadap perkembangan kecerdasan sehingga manusia dapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya. Lingkungan dapat di bedakan menjadi dua yaitu:

a) Lingkungan Alam

Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato hingga sekarang ini. dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai akhirnya membawa pengaruh. Ibnu Khaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya, maka tubuh yang hidup tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup di dalamnya. Kalau lingkungan tidak cocok kepada tubuh,maka tubuh tersebut akan lemah dan mati. Udara,cahaya,logam dalam tanah, mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai akal dan akhlak.

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang di bawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang Badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi Nabi melarangnya. Kejadian di atas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tahu norma-norma yang berlaku.

b) Lingkungan Pergaulan

(7)

tua di rumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru di sekolah.

Manusia dalam masa kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan alam. Apabila ia telah mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang banyak mmenguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya dan menyesuaikan diri kepadanya.

Lingkungan merupakan salah satu faktor pendidikan islam yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik. Lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik dapat di bedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.

2. Lingkungan yang berpegang teguh terhadap tradisi agama.

3. Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.

Oleh karena itu, lihatlah dengan siapa kita berhubungan, dimana kita berradaptasi. Akal harus dapat membedakan dan menempatkan segalanya karena itu akan membentuk perilaku kita.

6) Pola Dasar Bawaan

Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat bahwa yang mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam kewujudan sama dalam tubuh, akal dari akhlaknya.

Ada teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu :  Turunan (pembawaan)sifat-sifat manusia.

Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat yang bersamaan. Seperti bentuk,pancaindera,dan perasaan akal dan kehendak. Dengan sifat sifat manusia yang di turunkan ini, manusia dapat mengalahkan alam di dalam beberapa perkara, sedang seluruh binatang tidak dapat menghadapinya.

 Sifat-sifat Bangsa

(8)

dari beberapa orang dari bangsa lain, bukan saja dalam bentuk mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat yang mengenai akal.

7) Kehendak

Ini merupakan suatu perbuatan yang ada atas dasar kehendak dan bukan hasil kehendak. Contoh berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau berpidato dan lain sebagainya. Adapun coontoh yang berdasarkan bukan kehendak adalah detak hati, bernafas dan gerak mata.

Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang alamnya lebih kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat.

Keinginan yang kuat disebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam ini ialah yang disebut dengan kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.

 Kehendak adalah kekuatan

Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap atau listrik, kehendak ialah kehendak manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan yang hasil dari kehendak, dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah olah tidur nyenyak sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka kemahiran penggunaan, kekuatan akal ahli pikir, kepandaian bekerja, kekuatan urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang seharusnya dan tidak seharusnya, kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila tidak didorongkan oleh kekuatan kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak dirubah oleh kehendak menjadi perbuatan.

Ada dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi pendorong dan kadang menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat, seperti mendorong membaca, mengarang atau berpidato; terkadang mencegah perbuatan tersebut, seperti melarang berkata atau berbuat.

 Obat kehendak

Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya yaitu:

(9)

b. Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada ditanfidzkan menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak.

c. Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah dosa dan keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang baik dan buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu, dan menganjurkan supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa dengan apa yang menarik kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.

 Kebebasan berkehendak

Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat

bahwa kehendak itu mereka dalam memilih, dan setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang tidak dapat dilampauinya.

Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kehendak yang merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa yang digambarkannya. Dan manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau seperti kulit biji diatas gelombang, tiada kehendak dan memilih, hanya Allah-lah yang berbuat menurut kehendaknya.

Kedua faktor ini mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya jalan untuk berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh manusia yang membentuk akhlak.

8) Pendidikan

Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku akhlak sesoeorang. Berbagai ilmu di perkenalkan, agar siswa memahami dan dapat melakukan perunahan pada dirinya.

Dengan demikian stretegis sekali di kalangan pendidikan di jadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk di arahkan menuju ke perilaku yang baik. Maka di butuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa di jadikan agen, perubahan sikap dan perilaku manusia yaitu:

(10)

 Materi Pengajaran  Metodologis Pengajaran  Lingkungan Sekolah 9) Nafsu

Nafsu adalah keinginan hati yang kuat. Ini merupakan kumpulan amanah dan syahwat yang ada pada manusia. Menurut Kartini Kartono nafsu ialah dorongan batin yang sangat kuat, yang memiliki kecenderungan yag hebat sehingga menganggu keseimbangan fisik. Di lihat dari definisi tersebut nafsu itu merupakan suatu gejolak yang selalu mengarrah kepada hal-hal yang mendesak, kemudian di ikuti dengan keinginan-keinginan pada diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.

Nafsu-nafsu yang ada pada manusia ada tiga yaitu :

a. Nafsu Ammarah, yaitu nafsu yang melahirkan bermacam-macam keinginan untuk dapat di penuhi.

b. Nafsu Lawwanah, yaitu nafsu yang menyebabkan manusia terlanjur untuk melakukan kesalahan dan menyesali perbuatan yang telah di lakukannya.

c. Nafsu Muthmainnah yaitu nafsu yang telah mendapatkan tuntunan,bimbingan, pemeliharaan yang baik. Nafsu ini dapat mendatangkan ketenangan batin yang melahirkan sikap akhlak yang baik dan seelalu mendorong untuk melakukan kebajikan dan menjauhi maksiat.

10) Menurut Para Aliran

Berdasarkan buku karangan H. Abudin Nata faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya, ada 3 aliran yang sudah amat populer. Pertama, nativisme. Kedua, empirisme. Ketiga, korvengensi.

 Aliran nativisme

Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik. Aliran ini tampak begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia.

 Aliran empirisme

(11)

termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebalikanya. Aliran ini tampak lebih begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

 Aliran konvergensi

Dalam pada itu aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah yang baik yang ada didalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.

AQIDAH SEBAGAI PONDASI AKHLAK MULIA

Dalam pandangan islam, aqidah merupakan azaz utama yang di harapkan dapat membentuk kepribadian yang mulia dalam diri seseorang. Dan dia juga merupakan tonggak untuk kehidupan sebuah masyarakat yang marhamah yakni kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir bathin dalam ridha Allah SWT.

Kita sadari betul, bahwa betapa kuatnya pengaruh akidah dalam membentuk pribadi yang mulia dalam membentuk sebuah kehidupan masyarakat yang marhamah. Salah satu dampak aqidah dalam mengantarkan seseorang untuk mau menunaikan kewajibannya, di antaranya adalah yang berkaitan dengan harta.seperti kita maklumi bersama, dalam aturan hukum negara yang tidak berdasar syariat islam pun di aturlah bahwa setiap negara berkewajiban membayar pajak. Yang besaran pajaknya di tetapkan oleh negara. Namun demikian, dalam kenyataanya betapa tidak mudah pihak pemerintah untuk bisa mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Padahal berbagai himbauan telah di sebarluaskan tetapi tetap saja masih susah.

(12)

kewajiban mengenai mengeluarkann sebagian harta yang di kenal dengan infak. Infak itu sendiri adalah sebagai aturan dasarnya. Sehingga muncul ada hukumnya wajib ada pula yang sunnah. Yang wajib di antaranya zakat fitrah,maal, fidyaah, kifarat dan sebagainya.

Kalau kita lihat di dalam aturan islam, walapun mungkin juga ada sebagian manusia yang enggan mengeluarkan zakat. Tapi, bagi seorang yang mukmin mustahil itu akan terjadi kalaupun tidak harus dengan ancaman apa-apa dari pihak pemerintah,mislanya. Bahkan di negeri kita ini yang tidak berdas syariat islam yang tidak mengatur seorang muslim wajib mengeluarkan zakat, dengan konsekuensi hukum bagi mereka yang tidak mengeluarkan zakat, tapi dalam kenyataanynya lebih banyak orang muslim yang mengeluarkan zakat daripada yang membayar pajak.

Padahal tidak ada konsekuensi hukum apa-apa dalam arti konsekuensi hukum yang duniawi. Demikian pula, tidak ada yang terlibat ikut menghitung harta setiap orang muslim. Tapi kenyataannya masing-masing mereka datang untuk mengeluarkankan zakatnya. Ada yang datang ke masjid-masjid atau yayasan-yayasan dan lain sebagainya. Mereka menghitung sendiri dan mereka dengan ikhlas membagikan zakat harta itu. Yang bisa mengantarkan seseorang berbuat semacam itu tidak lain adalah keimanan.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Zahruddin AR, M. M. Si. Dan Hasanuddin sinaga, S.Ag., M. A . Pengantar Studi Akhlak PT Grafindo Persada, Jakarta, 2004

https://muslimafif.wordpress.com/2010/07/02/akidah-pondasi-akhlak-mulia/ Abudin Nata, Akhlak Tasawuf , Rajawali Pers, Jakarta, Cet.9, 2010.

Mustafa, Akhlak Tasawuf , Pustaka Setia, Bandung, Cet.3, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia nikmat iman, taqwa, kecerdasan dalam kehidupan, dengan rahmat dan hidayah-Nya

Jadi dapat difahami bahwa kepuasan kerja adalah merupakan sikap atau perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, seseorang yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan

Organisasi yang meletakkan matlamat pengabdian diri kepada Allah sudah tentu akan mewujudkan satu budaya dan akhlak yang diredhai oleh Allah. Berakhlak mulia merupakan

MODEL PEMBINAAN KEBERAGAMAAN PADA SISWA SMA BINA MUDA CICALENGKA BANDUNG SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN GENERASI YANG BERAKHLAK MULIA. Oleh Neni

10 Oleh itu, dengan pandangan iman kaum Mu‟tazilah yang menghubungkait antara tashdiq, iqrar dan amal maka mereka dalam memandang muslim yang melakukan dosa

Alhamdulillah  Hirobbil’alamin,  penulis  mengucap  syukur  tiada  tara  kepada  Allah  SWT  dzat  yang  paling  tinggi  dan  mulia  di  muka  bumi  ini. 

Menurut aliran ini berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak seseorang adalah faktor internal, yaitu pembawaan seseorang dan disertai dengan

Analisis Faktor Yang Dominan Mempengaruhi Keputusan Nasabah Non Muslim Menjadi Nasabah di KSPPS Gumarang Akbar Syariah Ampenan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh