• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKSUD DAN TUJUAN RENCANA KERJA BISNIS D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKSUD DAN TUJUAN RENCANA KERJA BISNIS D"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKSUD DAN TUJUAN RENCANA KERJA

BISNIS DAN USAHA

PT BANK PINAESAAN

“KEBERSAMAAN DALAM MELAKUKAN

KEWAJIBAN BAGI BANGSA”

DISUSUN OLEH :

TIM PELAKSANA - PENDIRIAN KEMBALI PT. BANK PINAESAAN

MAKSUD DAN TUJUAN RENCANA KERJA

(2)

www.bankpinaesaan.co.id

KATA PENGANTAR (FOREWARD)

The "PINAESAAN BANK" adalah sebuah perusahaan perbankan terkemuka, yang didirikan atas dasar keyakinan dan kebersamaan sesuai dengan keinginan cita-cita para pendiri bangsa (founding fathers) seperti yang tertuang dalam Ajaran TRISAKTI (ajaran Bung Karno – former 1st President of Republic Indonesia) , yakni :

Kedaulatan dalam bidang politik maupun berkepribadian dalam bidang budaya tidaklah dapat dilepaskan dari Berdikari dalam bidang Ekonomi / Kemandirian Finansial.”

Begitu pentingnya azas dan dasar Kemandirian atau Berdikari dalam bidang ekonomi, maka hal ini telah menempatkan Bung Karno pada posisi yang dilematis dalam mengamankan aset-aset Bangsa Indonesia.

Dalam Perjanjian Green Hilton tahun 1963 dengan hasil (yield) yang ditetapkan sebesar 2,5% per tahunnya, hal ini juga telah membawa Bangsa Indonesia pada kebutuhan untuk analisa yang obyektif dan kreatif dari kemungkinan strategis pengembangan Bullion Bank, yang diawali dengan pendirian PT. Bank Pinaesaan sebagai wadah dan wujud pengelolaan Aset Bangsa dan juga sekaligus sebagai inkubator dan indikator bagi rencana pendirian dan pelaksanaan Bullion Bank di Indonesia.

Dengan struktur Permodalan perbankan (yang didukung oleh aset-aset bangsa), maka baik secara tradisional maupun dengan memanfaatkan e-Commerce, Permodalan Perbankan, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Surat Utang Negara (SUN), maka seluruh operasional ini akan menjadi sebuah kegiatan bisnis utama (main business) dari PT.Bank Pinaesaan itu sendiri, dengan Pemanfaatan System Teknologi Informasi (IT System) dengan e-Strategy bersama dengan mitra yang kelak menyediakan baik keahlian strategis tradisional, serta konsultasi manajemen perusahaan dan kemampuan perencanaan teknis dan akuntabilitas dari Jaringan Teknologi Informasi (IT Networking) guna mewujudkan layanan Perbankan profesional melalui “e-Strategy" nya.

(3)

Selanjutnya implementasi ini dituangkan dalam suatu konsep yaitu :

Konsep Keuangan Terpadu (EXIRALElectronic Exchange Gold and Collateral) sebagai suatu sistem solusi sistem yang akan dijabarkan / dipadukan ke dalam mekanisme operasional PT. Bank Pinaesaan.

Konsep tersebut bertujuan untuk melakukan Standarisasi Instrumen Keuangan (Financial Instrument Standardization) pada level premium banking dan private banking.

Sajian tersebut dalam LAMPIRAN terpisah.

MAKSUD DAN TUJUAN

Bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional serta berbagai perubahannya yang sangat cepat serta tantangan yang semakin berat, serta terintegrasi dengan perekonomian internasional yang terus berkembang, diperlukan perbankan nasional yang tangguh serta mampu mengendalikan berbagai kegiatan perekonomian dengan baik, dimana bank tersebut berfungsi sebagai “Financial Intermediary” yaitu bank yang dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana-dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa perbankan lainnya dalam mengatur mekanisme serta lalu lintas Moneter Nasional dan Internasional.

Ada 6 (enam) Tahapan Kerja Pokok untuk mengatasi permasalahan yang harus dikerjakan dalam proses pendirian PT. Bank Pinaesaan yang akan didirikan ini, untuk dapat masuk ke dalam Mekanisme / Sistem Keuangan Negara, yaitu dengan cara :

1. Menghidupkan kembali Uang Polymer dengan nilai sebesar Rp. 13,000 Triliun ke dalam mekanisme atau sistem Keuangan Negara, yaitu dengan cara :

a. Penyetoran Box Awal dan Box Akhir.

b. Penyertaan Bukti Legalitas sebagai Dasar Hukum atas Uang Polymer termasuk dengan latar belakang sejarahnya (historical).

c. Penempatan box-box yang disetorkan tersebut, diatur dan dituangkan dalam Perjanjian dan Nota Kesepahaman (MOU), dengan tujuan untuk menjamin Hak dan Kewajiban masing-masing pihak.

(4)

e. Apabila Bank Indonesia menghendaki terjadinya penggantian uang di Indonesia maupun tidak, kita siap untuk mengikutinya sesuai dengan aturan, sepanjang tidak merugikan pihak kita.

f. Sistem penukaran oleh Bank Sentral Indonesia (BI) terhadap Uang Polymer yang kita setor, diharapkan melalui mekanisme perbankan PT. Bank Pinaesaan.

Oleh karena itu, pihak Pemerintah RI melalui Kementerian Keuangan RI bersama-sama dengan Bank Indonesia, harus menempatkan PT. Bank Pinaesaan masuk ke dalam Mekanisme / Sistem Moneter Nasional dan Internasional, yaitu dengan menghidupkan kembali PT. Bank Pinaesaan, sebagai jaminan Pemerintah RI dan Bank Sentral Indonesia (BI) demi terselenggaranya program Uang Polymer menjadi uang yang layak edar dan layak simpan.

Sehingga tata cara / prosedur diatas terselenggara dan terjawab mekanismenya sesuai dengan Undang-Undang / UU No. 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.

2. Menempatkan kembali Aset sebagai Penjamin Uang Polymer ke dalam sistem Moneter Nasional dan Internasional.

a. Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2011, Bab X Ketentuan Pidana dari Pasal 33 sampai dengan Pasal 41, dapat terjawab dengan penempatan aset-aset berupa :

- Logam Mulia (LM) sejumlah 2 (dua) Ton untuk mewakilkan Logam Mulia sebesar 3.500 Metrik Ton, dengan disertai ke 3 (tiga) Master sebagai berikut :

1. Master Key. 2. Master PIN. 3. Master King.

Ke 3 (tiga) point / Master tersebut diatas, merupakan satu rangkaian yang menyertai kepemilikan dan juga sebagai Bukti Dasar Kepemilikan serta membuktikan Perjanjian GREEN HILTON 1963 (Green Hilton Agreement 1963) serta keberadaan Garuda Emas.

- Mata Uang Asing (US Dolar, Poundsterling dan Euro).

- Berlian 1001 krat.

(5)

b. Keterkaitan atas Keabsahan secara Internasional adalah dengan Keberadaan Aset, berdasarkan :

- Mahkamah Internasional - Bank Dunia (World Bank)

- Perserikatan Bangsa-Bangsa – PBB (United Nation – UN) - Federal Reserve (The FED)

Semua Lembaga yang terkait diatas yang berhubungan dengan

aset Rp.13.000 Triliun ini di bawah koordinasi Union Bank of Switzerland (UBS).

3. Mengatur cara pembayaran atas administrasi pencetakan uang polymer kepada pihak-pihak Luar Negeri yaitu :

- Australia - Singapore - Canada

- Selandia Baru (New Zealand)

Latar belakang pencetakan Uang Polymer tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan Pinisepuh dengan Presiden Soeharto selaku pemegang mandat penuh.

Pencetakan Uang Polymer tersebut dilakukan di negara Australia, dimana Australia merupakan negara pertama yang mencetak uang Polymer. Adapun ciri uang yang dicetak ini memiliki ciri-ciri atas kepemilikan (dilakukan oleh RBA – Royal Bank of Australia) berdasarkan dari :

- Box / Peti

- Keberadaan GPS (Global Positioning System) dalam setiap petinya.

- Dalam Nilai Kualitas bahan yang terdiri dari Polymer dan Hologram serta atribut simbol Kenegaraan Republik Indonesia

Proses Pencetakan Uang Polymer Rupiah (IDR) ini berdasarkan perjanjian Bilateral antara Perdana Menteri Australia Paul Keating

dan Presiden Soeharto pada tahun 1992, dengan :

Jaminan Aset uang Dirham yang berasal dari Kesultanan Banten. Dalam Dirham tersebut, 2 sisi uang tersebut bergambar Sultan Hasannudin Banten dan Presiden Soekarno.

(6)

peredaran oleh Bank Indonesia pada tahun 2004, yang ditandai oleh Ketentuan :

Peraturan Bank Indonesia No. 10/33/PBI/2008, Tentang

“Pencabutan Dan Penarikan Dari Peredaran Uang Kertas Pecahan 10.000 (Sepuluh Ribu) Rupiah Tahun Emisi 1998, 20.000 (Dua Puluh Ribu) Tahun Emisi 1998 , 50.000 (Lima Puluh Ribu) Rupiah Tahun Emisi 1999, 100.000 (Seratus Ribu) Tahun Emisi 1999”

Pembayaran biaya pencetakan Uang Polymer tersebut kepada pihak-pihak di Luar Negeri merujuk kepada Aset (milik PT. Bank Pinaesaan) Uang Polymer Rp.13.000 Triliun yang akan dihidupkan kembali dengan Mekanisme atau Sistem Keuangan Negara, dimana proses Penukaran tersebut akan dilakukan oleh pihak PT. Bank Pinaesaan berdasarkan Perjanjian dan Nota Kesepahaman (MOU) yang telah ditandatangani bersama antara ke 3 (tiga) pihak yaitu :

- Kementerian Keuangan RI,

- Bank Sentral Indonesia (BI) dan

- PT. Bank Pinaesaan.

Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral mempunyai Kewajiban

membayar Administrasi atas Pencetakan uang Polymer emisi tahun 1999 kepada pihak-pihak seperti yang telah disebutkan diatas,

dilakukan sesuai dengan Dasar Hukum sebagai berikut :

- Undang-Undang / UU No.7 Tahun 2011 tentang MATA UANG, yang terdapat dalam Bab IV Pasal 14 tentang Pencetakan, dalam ayat 3.

- Peraturan Bank Indonesia No.6/14/PBI/2004 tentang Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan dan Penarikan serta Pemusnahan Uang Rupiah.

Pagu pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia merupakan alokasi yang telah direncanakan oleh PT Bank Pinaesaan kepada Bank Indonesia sebesar 10% dari Total Rp. 13.000 Triliun setelah dipotong Biaya Hutang Luar Negeri sebesar Rp. 2.000 Triliun atau setara dengan Rp. 1.100 Triliun.

4. Mengupayakan PT. Bank Pinaesaan dapat dihidupkan kembali ke dalam sitem Perbankan Nasional.

(7)

Nasional yang lebih bermartabat, dimana meteode tersebut (secara politik) antara lain adalah :

Dengan Terpenuhinya Persyaratan Pendirian Bank kembali

sesuai dengan ketentuan admnistrasi :

a. Status BEKU OPERASI : PT Bank Pinaesaan siap membayar seluruh hutang yang tercatat di Kementerian Keuangan Republik Indonesia karena PT. Bank Pinaesaan yang lama menggunakan dana talangan milik pemerintah.

b. Pengambilalihan Saham PT. Bank Pinaesaan, dengan penyelesian utang sudah dilaksanakan oleh PPUN (Panitia Pelaksanaan Utang Negara) di Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Pihak PPUN Kementerian Keuangan Republik Indonesia, mengeluarkan SKL (Surat Keterangan Lunas) kepada Badan Hukum PT. Bank Pinaesaan yang baru, yang selanjutnya mengajukan ijin prinsip/ ijin usaha operasi PT. Bank Pinaesaan kepada Bank Indonesia (BI), dimana modal awal pendirian PT. Bank Pinaesaan adalah Rp. 5,500 Triliun, termasuk dengan syarat-syarat administrasinya serta Rencana Kerja (Business Plan) untuk jangka waktu kerja dari 1 (satu) hingga 10 (sepuluh) tahun pertama kedepan.

c. Penyelesaian Hutang dilakukan oleh PT. Bank Pinaesaan setelah Perjanjian dan Nota Kesepahaman (MOU) di tandatangani bersama :

- Pemegang Aset

- Bank Indonesia berdasarkan koordinasi dari UBS sebagai Pemilik.

- Pemerintah Republik Indonesia (Kementerian Keuangan, Kejaksaan Agung, Kepolisian dan BIN - Badan Intelijen Negara).

Seluruh metode ini sebagai rangkaian koordinasi dan komunikasi dengan tujuan langkah yang searah dengan penyelengaraan Berbangsa dan Bernegara.

5. Sistem Kerjasama antara Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Bank Sentral Indonesia dan PT. Bank Pinaesaan.

Konteks kerjasama tersebut dilakukan berdasarkan fungsi otoritas masing-masing kelembagaan yaitu :

(8)

Membayar Kewajiban Hutang Indonesia kepada Luar Negeri.

b. Bank Indonesia

Penukaran Uang pecahan :

- Rp. 100,000 emisi tahun 1999

- Rp. 10,000 dan Rp. 20,000 emisi tahun 1998 - Rp. 50,000 emisi tahun 1999

c. PT. Bank Pinaesaan

- Beroperasi kembali sebagai Bank Umum Swasta Nasional.

- Penempatan Aset Logam Mulia (LM) sebesar 2 (dua) Ton sebagai landasan pokok PT. Bank Pinaesaan.

- Penempatan Mata Uang Negara-Negara Asing berupa Bank Note. - Penempatan Batu Permata

- Pembelian Saham 15 (lima belas) Bank Nasional baik milik BUMN (Badan Usaha Milik Negara) maupun milik swasta.

- Kerjasama antar beberapa Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional dengan konteks kerjasama bilateral maupun multilateral.

Sehingga Tujuan PT. Bank Pinaesaan selain untuk memajukan perekonomian nasional dan internasional, juga untuk memperkuat dan mendongkrak Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral agar tetap berdiri kokoh di dalam Negara Kesatuan Repulik Indonesia.

6. Membagi porsi keuangan atas masuknya Uang Polymer ke dalam Mekanisme atau Sistem Moneter.

Pembagian Porsi Keuangan tersebut berdasarkan dari kontribusi pelaksanaan yang sudah dialokasikan PT. Bank Pinaesaan yaitu :

a. Pemerintah RI = 20%

Alokasi ini juga berkaitan atas rencana pemberlakuan penghentian subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) oleh Pemerintah RI pada April 2012 ini, dimana salah satu akibat yang ditimbulkan adalah adanya kondisi perekonomian bangsa yang terpuruk khususnya bagi kalangan masyarakat golongan bawah atau tertentu.

(9)

1. Penambahan Pembangunan Kota Baru di Propinsi Banten.

2. Sektor Pembangunan Jembatan Selat Sunda (Merak-Bakauheni) dengan teknologi Terowongan.

3. Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur di Propinsi Banten.

4. Percepatan Sektor Pembangunan Daerah di Perbatasan-Perbatasan wilayah Indonesia.

5. Sektor Ketahanan Pangan dan Pengembangan Tata Niaga 9 (sembilan) Bahan Pokok.

6. Pengembangan Sektor Produksi Energi Altenatif dan program Ketahanan Energi.

7. Sektor Infrastruktur Transportasi :

a. Pembangunan jalan dan jembatan yang diprioritaskan di luar pulau Jawa (kecuali ibukota negara).

b. Pengadaaan Sarana Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) gugusan kepulauan Maluku, gugusan kepulauan Riau, gugusan Kepulauan Nusa Tenggara serta Penyeberangan sungai di Kalimantan.

c. Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera dan Peningkatan kualitas Jalan Trans Kalimantan.

d. Pembangunan Sarana Transportasi Rel Kereta Api Trans Sulawesi.

e. Pembangunan Sarana Monorel di DKI Jakarta.

f. Penambahan Sarana Transportasi Laut melalui PT PELNI (Penambahan Kapal).

g. Sarana Transportasi yang mendukung dan memadai di wilayah Papua Barat.

8. Sektor Kesehatan berupa Pembiayaan pelayanan kesehatan yang memadai untuk kepentingan masyarakat.

9. Sektor Pendidikan dengan menunjang program pemerintah yaitu Program Pendidikan Wajib Belajar 12 (dua belas) tahun.

(10)

bekerjasama/ ber-koordinasi dengan pihak Pemerintah RI melalui

Badan Perencaanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dengan Kementerian / Instansi terkait.

Hasil Kerjasama dan Koordinasi yang melibatkan PT. Bank Pinaesaan dengan Bappenas ini, dilaporkan kepada pihak Pinisepuh (An Heir) sebagai fungsi kontrol dan Pemilik Negara. Dan Hasil kerja PT. Bank Pinaesaan ke Pinisepuh ini dikoordinasikan ke Bank Indonesia untuk kepentingan dan kemajuan negara Indonesia.

b. Bank Indonesia = 10%.

Berkaitan dalam fungsi otoritas dan fungsi pelaksanaan Bank Indonesia terutama dalam kebijakan moneter dan fiskal yaitu dalam :

- Penguatan Mata Uang Rupiah (IDR) - Pencetakan Mata Uang Rupiah (IDR)

- Membantu dalam Stabilitas Moneter dengan menempatkan posisi Bank Sentral Indonesia (BI) dalam setiap perjanjian antar negara termasuk dengan lembaga-lembaga keuangan dunia.

PT. Bank Pinaesaan sebagai Lembaga Keuangan / Bank yang telah dihidupkan ini, mempunyai beberapa Kewajiban Pokok yang cukup berpengaruh, yaitu :

1. Menjaga Kestabilan nilai Mata Uang Nasional (Indonesia Rupiah -IDR) dan seluruh Mata Uang Asing / Internasional,

2. Mendorong kegiatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia yang lebih luas dan terjamin serta berdaya guna.

3. Sebagai wadah memperluas kesempatan kerja dengan berbagai fasilitas jasa perbankan yang diperlukan masyarakat termasuk meningkatkan Unit Usaha, guna memajukan peran serta masyarakat yang Adil, Makmur, Mandiri dan Sejahtera.

(11)

Kehadiran PT Bank Pinaesaan ini, bertujuan untuk mendorong terciptanya pola perbankan nasional yang sehat, efektif dan tangguh dengan kegiatan pengaturan kelembagaan perbankan nasional yang komprehensif, dinamis dan transparan, selain dapat memberikan kepastian hukum, juga dapat membantu meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional secara umum sehingga berdampak positif pada seluruh aspek perekonomian di dunia internasional.

MEKANISME RENCANA KERJA

PT. BANK PINAESAAN ini didirikan atas dasar langkah terobosan (breakthrough) untuk suatu perubahan ke arah yang lebih baik terutama siklus kesejahteraan dalam perekonomian bangsa / ekonomi kerakyatan yang lebih sehat, adil dan makmur bagi Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat seperti cita-cita luhur para pahlawan merebut kemerdekaan Republik Indonesia, dimana Indonesia akan dipandang menjadi negara yang punya pengaruh yang cukup besar atas bangsa-bangsa di dunia (International Influence).

Adapun langkah-langkah persiapan awal yang akan dilakukan oleh PT. Bank Pinaesaan ini sebagai rencana bisnis dan usaha (business plan) untuk program jangka pendek dan jangka panjangnya adalah sebagai berikut :

1. Administrasi Dana Regulasi (Regulation Fund Administration)

Proses administrasi ini merupakan langkah awal yang diwujudkan dan dituangkan dalam Perjanjian Nota Kesepahaman (MOU – Memorandum of Understanding).

MOU ini dibagi atas 2 (dua) konteks pemahaman yaitu :

a. Sektor Nasional (Dalam Negeri)

• Program Tahun ke 1 sampai Tahun ke 3.

Perjanjian Kerjasama dalam Nota Kesepahaman (MOU) ini dilakukan antara Menteri Keuangan RI (Pemerintah RI), Gubernur Bank Indonesia (Bank Sentral Indonesia - BI) dan PT. Bank Pinaesaan.

(12)

Kepentingan masing-masing pihak ini bertujuan untuk menjawab dalam penyelesaian masalah terutama masalah penyelamatan ekonomi kerakyatan secara makro dan mikro ekonomi (Pemerintah RI) dan penyelesaian atas masalah moneter dengan berbagai kebijakannya (Bank Indonesia),

Untuk itu, langkah berikutnya guna menyelaraskan dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut diatas, maka pihak PT. Bank Pinaesaan meminta kebijakan kepada pihak Pemerintah RI melalui Menteri Keuangan RI dan Bank Sentral Indonesia melalui Gubernur BI sebagai pengambil kebijakan, untuk memberikan izin prinsip berupa izin usaha dalam bentuk konteks administrasi / legalitas pendirian kembali PT. Bank Pinaesaan sebagai Bank Umum Nasional, yang akan beroperasi di Indonesia dan di 179 Negara, yang mengatur dengan kewenangan penuh administrasi aset bank serta pembuktian mata uang rupiah (IDR) yang dimiliki oleh PT. Bank Pinaeasaan, serta memiliki kewenangan penuh investasi di luar negeri dengan mengatas namakan Bangsa Indonesia.

Kegiatan operasional rutin yang akan dilakukan dan dijalankan oleh PT. Bank Pinaesaan itu sendiri adalah menjalankan fungsi :

- Cash Collateral dan - House Collateral.

Penyelengaraan kegiatan yang dijalankan PT. Bank Pinaesaan tersebut dalam fungsi menjalankan Cash Collateral dan House Collateral tersebut, terkait dengan beberapa hal, antara lain :

- Kebijakan Moneter dan Fiskal,

- Kebijakan dan Pengawasan Peredaran Uang,

- Pengawasan pembayaran Hutang Luar Negeri dan

- Penerbitan Surat Kesanggupan Bayar terhadap pihak swasta.

Adapun Modal Dasar Pendirian PT. Bank Pinaesaan ini dialokasikan sesuai kesepakatan yang telah ditentukan adalah sebesar :

Rp. 5.500 Triliun (lima ribu lima ratus triliun rupiah).

(13)

yang ditandatangani bersama, yang dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama / Nota Kesepahaman (MOU) antara :

 Menteri Keuangan RI (mewakili Pemerintah RI),

 Gubernur Bank Indonesia (mewakili Bank Sentral Indonesia - BI) dan

 PT. Bank Pinaesaan.

PT. Bank Pinaesaan akan mengalokasikan / mendonasi ke Pemerintah RI melaui dari Total Anggaran dengan struktur permodalan yaitu Rp. 13.000 Triliun setelah dipotong alokasi pembayaran Hutang Indonesia di Luar Negeri sebesar Rp. 2.000 Triliun yaitu sebesar 20% atau setara dengan Rp. 2.200 Triliun.

Sedangkan alokasi donasi PT. Bank Pinaesaan kepada Bank Sentral Indonesia (BI) yaitu sebesar 10% atau setara dengan nilai Rp. 1.100 Triliun. Alokasi ini dibagi beberapa tahap / periode sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan.

Adapun langkah-langkah dalam realisasi pelaksanaan yang akan dilakukan oleh PT. Bank Pinaesaan itu terkait kepada :

1. Gubernur Bank Indonesia

a. Sebagai fungsi kebijakan moneter di Indonesia, maka skema dari pengelolaan donasi PT. Bank Pinaesaan untuk Pemerintah RI melalui Bank Indonesia, akan diatur dalam beberapa hal berdasarkan kajian sebagai Bank Sentral, yaitu dana yang dikelola sebesar Rp. 600 Triliun dalam periode hingga 7 (tujuh) tahun ke depan, diperuntukkan sebagai :

- Cadangan Devisa Negara.

- Bantuan Likuiditas Bank Indoneseia (BLBI) bagi perbankan nasional yang memerlukan bantuan apabila diperlukan.

b. Sebagai Bank Sentral, Bank Indonesia menyimpan serta mengelola Total donasi/ alokasi dari PT. Bank Pinaesaan sebesar Rp. 2,700 Triliun untuk menjaga stabilitas dan kebijakan moneter dan fiskal, dengan proyeksi penggunaan hingga 3 (tiga) tahun ke depan dengan alokasi sebesar Rp. 900 Triliun per tahun.

(14)

2. Menteri Keuangan RI

Sebagai Pelaksana sistem pemerintahan di bidang keuangan, maka sistem pelaksanaan dalam pengaturan donasi PT. Bank Pinaesaan ini, terkait :

a. Penyelasaian Hutang Indonesia terhadap pihak di Luar Negeri sekitar Rp. 2,000 Triliun (diluar konteks dari 30% alokasi / donasi PT. Bank Pinaesaan) dengan komposisi kepada Pemerintah RI = 20% dan Bank Sentral Indonesia (BI) = 10%, yang secara total ditujukan untuk kebutuhan dan kepentingan dalam negeri atau secara total setara dengan Rp. 3,300 Triliun.

b. Penyelesaian Hutang Pihak Swasta di Luar dan Dalam Negeri, dengan melakukan kesepakatan baru dalam bentuk/ skema Anjak Piutang (acknowledgement credit).

c. Penyelasaian BLBI, SUN dll, dengan pembayaran tunai (cash) yang disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan yang ditentukan.

d. Penyelesaian Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan melakukan keseimbangan (fungsi penyeimbang) terhadap APBN yaitu sebesar Rp. 900 Triliun dimana Pemerintah RI melaui Bank Indonesia akan didukung penuh (back-up support) oleh PT. Bank Pinaesaan sebagai Mitra Utama Bank Sentral Indonesia (BI).

e. Melakukan pengawasan dan evaluasi menyangkut donasi PT. Bank Pinaesaan serta menghormati dan tunduk pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) termasuk Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dari PT. Bank Pinaesaan.

b. Sektor Internasional (Luar Negeri)

Perjanjian Kerjasama ini dilakukan setelah point a telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, dimana nota kesepahaman ini akan dilakukan antara PT Bank Pinaesaan (Indonesia) dan JP Morgan (USA).

(15)

2. Jaminan Tunai (Cash Collateral)

Hal ini berhubungan dan terkait dengan dana aset tunai sebesar Rp. 13.000 Triliun (tiga belas ribu triliun rupiah) dengan jangka waktu 3 Tahun pertama.

Adapun dari struktur permodalan sebesar Rp. 13.000 Triliun itu, dialokasikan Modal Dasar pendirian Bank sesuai kesepakatan adalah Rp. 5.500 Triliun.

Dari Modal Dasar PT. Bank Pinaesaan sebesar Rp. 5.500 Triliun tersebut, akan dibagi dalam 2 (dua) alokasi pagu anggaran, yaitu :

1. 60% (setara dengan Rp. 3.300 Triliun) ini akan digunakan dalam rangka penguasan saham bank-bank sebagai Modal Penyertaan Bank dalam bentuk saham PT Bank Pinaesaan terhadap 15 (lima belas) Bank yang beroperasi di Indonesia, termasuk yang menyangkut masalah hutang luar negeri setiap bank-bank tersebut.

Ke 15 (lima belas) bank tersebut adalah :

- Bank Rakyat Indonesia (Bank BRI)

- Bank Negara Indonesia 1946 (Bank BNI 46) - Bank International Indonesia (Bank BII) - Bank Mandiri

- Bank Umum Koperasi Indonesia (Bank Bukopin) - Bank Jawa Barat (BJB)

- Bank Jawa Timur (Bank Jatim) - Bank Central Asia (BCA)

- Bank Mega

- Bank Kalimantan Timur (Bank Kaltim) - Bank Danamon

- Bank CIMB Niaga

- Bank Jawa Tengah (Bank Jateng)

- Bank Daerah Khusus Ibukota (Bank DKI) - Bank Commonwealth

- The Royal Bank of Scotland (Bank RBS) - Bank BTPN

Dari Mekanisme atas Modal Dasar Pendirian PT. Bank Pinaesaan sebesar 60% atau setara dengan nilai Rp. 3,300 Triliun, PT. Bank Pinaesaan membagi nilai-nilai tersebut ke dalam 3 (tiga) kategori kelembagaan, yaitu :

Bank Umum dan Perusahaan Umum,

(16)

Adapun konteks kerjasama PT. Bank Pinaeasaan dengan ke 15 (lima belas) Bank Umum seperti yang sudah disebutkan diatas dan Perusahaan Umum lainnya adalah dengan :

a. Pembelian Saham,

sekaligus menempatkan para personil (12 orang Penerima Amanah / Tim Pengelola Aset) di 15 (lima belas) Bank Umum tersebut, dimana ke-12 (dua belas) personil tersebut ditempatkan sebagai Pengawas dan Pemegang Saham (minimal sebagai Komisaris) yang secara tidak langsung sebagai perwakilan PT. Bank Pinaesaan, tetapi dengan atas nama (on behalf) pribadi, bukan atas nama perusahaan PT. Bank Pinaesaan.

b. Pengambilalihan (take-over) saham-saham perusahaan nasional di Indonesia khususnya saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai langkah prioritas utama, yang selama ini dikuasai oleh pihak asing PMA, antara lain seperti :

- Indosat, yang dikuasai oleh perusahaan Qatar Telecom.

- Excelcomindo, yang dikuasai oleh perusahaan TM (Telekomunikasi Malaysia).

- Telkomsel, yang dikuasai oleh Sing-Tel (Singapore Telecom) - Krakatau Steel

- Semen Tonasa

- Petrokimia Gresik dan lain-lain.

Bursa Efek Indonesia (BEI),

Alokasi = 65% atau setara dengan Rp. 2.145 Triliun.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh PT. Bank Pinaesaan ini adalah melakukan pembuatan sekuritas dengan pembelian saham-saham derivatif dari berbagai sektor industri dengan bertindak / berlaku sebagai pembeli (as a buyer) dalam bentuk profit taking, serta menempatkan para personil (12 orang Penerima Amanah / Tim Pengelola Aset), yang ditempatkan sebagai Pemegang Saham (minimal sebagai Komisaris) dari saham yang dibeli dan terdaftar di bursa, yang secara tidak langsung sebagai perwakilan PT. Bank Pinaesaan, tetapi dengan atas nama (on behalf) pribadi, bukan atas nama perusahaan PT. Bank Pinaesaan.

Selain itu mengambil alih (take-over) saham-saham perusahaan terutama saham-saham perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang selama ini juga dikuasai oleh pihak perusahaan asing (foreign company).

Re-Asuransi (Re- Insurance),

(17)

Kerjasama yang dilakukan oleh PT. Bank Pinaesaan adalah dengan menggandeng perusahaan re-asuransi asing untuk melindungi serta mengurangi resiko nilai (hedging) dan fluktuasi atas nilai investasi atas saham-saham derivatif yang sudah dibeli dan dijalankan oleh PT. Bank Pinaesaan.

2. 40% (setara dengan Rp. 2.200 Triliun) akan digunakan sebagai dana atau cadangan modal (reserve fund) atas operasional PT. Bank Pinaesaan, khususnya persiapan dan antisipasi apabila keadaan yang paling buruk terjadi (worst condition) dimana kondisi negara Republik Indonesia dihadapkan oleh keadaan bahaya krisis secara global (globalization crisis).

Alokasi dana 40% ini yang setara dengan Rp. 2.200 Triliun sebagai dana cadangan, dimana langkah-langkah awal yang dilakukan oleh PT. Bank Pinaesaan sebagai langkah persiapan dan antisipasi antara lain :

Kegiatan di Bursa Luar Negeri dengan spot antar bank di Bursa Wall Street.

Apabila terjadi krisis secara global dan berdampak kepada semua negara termasuk Indonesia, maka langkah (simulasi) yang dilakukan oleh PT. Bank Pinaesaan dan sudah dipersiapkan berdasarkan keadaan dan kejadian yang pernah terjadi di Indonesia di saat terjadinya krisis global secara ekonomi pada periode tahun 1997-1999 dan periode tahun 2004-2005, serta berdasarkan peraturan perundang-yang berlaku di Indonesia, maka langkah PT. Bank Pinaesaan tersebut adalah melakukan tindakan penyelamatan dari alokasi dana cadangan PT. Bank Pinaesaan yang dibagi kepada lembaga strategis, yaitu :

- Bank Umum = 30% dari Total 40% dana cadangan atau setara

dengan Rp. 660 Triliun.

- Bursa Efek Indonesia (BEI) = 50% dari Total 40% dana cadangan atau setara

dengan Rp. 1.100 Triliun.

Maka total kewajiban dari perusahaan Re-Insurance yang sudah dikeluarkan untuk menanggulangi krisis khususnya terhadap lembaga-lembaga tersebut diatas sebagai tindakan penyelematan adalah sebesar

:

(18)

Dari nilai Rp. 1.760 Triliun yang sudah dikeluarkan PT. Bank Pinaesaan melalui perusahaan Re-Insurance tersebut yang masih tersisa dari total dana cadangan Rp. 2.200 Triliun tersebut adalah sebesar Rp. 440 Triliun. Nilai atau dana cadangan tersebut akan ditempatkan PT. Bank Pinaesaan yaitu program kerjasama bilateral dengan pihak JP Morgan – USA dalam bentuk Bank Note mata uang US Dolar (atau setara dengan nilai USD 34 Miliar).

3. House Collateral

PT. Bank Pinaesaan bertindak Sebagai fasilitator jaminan dalam semua lini kegiatan usaha dalam fungsi luas khususnya terhadap 179 Negara dimana PT. Bank Pinaesaan akan membuka kantor cabang atau kantor perwakilannya di negara-negara tersebut dalam proyeksi 7 (tujuh) tahun ke depan.

Hal ini akan berpengaruh dan berdampak terhadap perkembangan perekonomian secara mikro dan makro terutama dalam dunia usaha baik di dalam negeri (nasional) maupun di luar negeri (internasional).

Tujuan ini diharapkan bahwa PT. Bank Pinaesaan yang mengatas namakan Bangsa Indonesia selain dapat menjadi bangsa yang bermartabat, juga dapat memajukan ekonomi kerakyatan di Indonesia sesuai dengan kebutuhan dalam negeri secara adil dan merata serta mempunyai pengaruh besar di mata dunia international khususnya dalam ekonomi global dengan mekanisme program investasi jangka panjang di luar negeri.

Untuk kebutuhan jaminan usaha korporasi dalam house collateral, dilihat berdasarkan hasil dari target rata-rata yang telah dicapai, maka kebutuhan di Dalam Negeri (PMDN = Penanaman Modal Dalam Negeri) yang ditargetkan berjalan mulai di Tahun ke 3 (tiga) dimana PT Bank Pinaesaan dapat menjadi penyeimbang dengan Bank Dunia (World Bank) dengan rencana target pelaksanaan sebagai PMA = Penanaman Modal Asing di Luar Negeri hingga 7 (tujuh) tahun ke depan setelah masa 3 (tiga) tahun pertama di Dalam Negeri (Indonesia) berjalan, serta akan digunakan setidaknya dari 1 hingga 57 negara di dunia sebagai rasio keseimbangan.

PT. Bank Pinaesaan dapat menjadi Lembaga Perbankan penjamin (house

collateral) untuk kegiatan semua kegiatan perekonomian khususnya dalam

dunia usaha dengan pemberian Suku Bunga Pinjaman Kredit (interest rate) yang relatif ringan, setidaknya suku bunga tersebut diatas 3 (tiga) point sesuai ketentuan keuangan dunia yang dalam hal ini Bank Dunia (World Bank) sebagai parameter.

(19)

Hal ini menyangkut program investasi jangka panjang dan kebijakan (policy) antar negara yaitu antara Pemerintah RI dengan negara-negara luar, termasuk adanya suatu negara yang apabila ada yang memerlukan pinjaman (loan), maka segala mekanisme pelaksanaan diserahkan sepenuhnya kepada pihak Pemerintah RI atas nama Bangsa Indonesia (dan/atau bukan atas nama PT. Bank Pinaesaan) termasuk konteks administrasinya perjanjian kerjasama bilateral / multilateral antar negara yang diatur dalam Perjanjian Nota Kesepahaman (MOU).

Dalam kaitannya termasuk dengan MOU atau perjanjian kerjasama apapun, pihak PT. Bank Pinaesaan hanya bertindak sebagai lembaga keuangan perbankan yang mendukung penuh (as a back-up support) semua program-program Pemerintah RI, termasuk dengan program-program kerjasama antar negara, serta tetap dengan dan atas nama dari Pemerintah Republik Indonesia.

5. Instrumen Keuntungan / Laba (Divident Instrument)

Dari seluruh instrumen-instrumen dari point 1 hingga ke point 4 diatas, maka total keseluruhan hasil kegiatan dari PT Bank Pinaesaan dalam pengertian Pendapatan Keuntungan / Laba (divident income) per tahunnya (annual), dibagi berdasarkan alokasi sebagai berikut :

- Nilai 90% :

Kembali (re-invested) ke PT. Bank Pinaesaan sebagai keuntungan / laba perusahaan untuk dapat dijalankan kembali sesuai dengan sistem atau mekanisme perbankan yang berlaku.

- Nilai 10% :

Kepada 12 orang Tim Pelaksana / Tim Pengelola, dimana hasil yang diterima dari masing-masing tim, diwajibkan untuk melakukan kegiatan ekspansi dan perluasan usaha dalam bentuk investasi apapun di luar negeri, dengan mengatasnamakan pribadi bukan institusi PT. Bank Pinaesaan.

KESEMPATAN

(20)

Keuangan lainnya), dengan waktu layanan 24 jam dan 7 hari seminggu, termasuk dengan membangun komunitas pelaku usaha yang dapat dipercaya (reliable), konsisten dengan beragam konten layanan perbankan bersama jaringan kemitraannya khususnya kemitraan perbankan nasional maupun internasional (dalam negeri dan luar negeri).

K

ONSEP PERBANKAN

Konsep tersebut Bertujuan tidak hanya pada Keamanan Dana Masyarakat pada perbankan nasional yang menjadi Konsumen / Nasabah PT.Bank Pinaesaan, namun sekaligus PT. Bank Pinaesaan melalui layanan e-Strategy dan kemitraan dengan berbagai Jaringan Perbankan dan Pasar Modal Internasional (International Stock Market) dapat mengembangkan Portofolio dari (Nasabah) perbankan tersebut.

Dalam Pengembangan Bisnis dan Pemeliharaan nasabah termasuk nasabah kreditur dan calon kreditur serta Pendekatan yang unik ini kami juga menyediakan sistem pemasaran online (Online Market System) dalam upaya untuk membangun sebuah komunitas global yang sinergi antara mitra bisnis dan konsumen.

MILESTONES

Perusahaan ini didirikan kembali dengan bentuk struktur permodalan (work capital investment) sebesar Rp 13.000 Triliun pada awal tahun 2012 ini, dengan pos / alokasi untuk P embayaran H utang Indonesia di L uar N egeri sebagai langkah prioritas utama berkisar Rp 2.000 Triliun.

Alokasi Subsidi bagi Pemerintah RI sebesar 20% dan Bank Sentral Indonesia (BI) sebesar 10%. Sehingga Total alokasi/ donasi sebesar 30% (setelah dipotong Hutang Luar Negeri) setara dengan nilai Rp 3,300 Trilyun.

Bagi para Pinisepuh (an Heir), dialokasikan pagu anggaran sebesar 10% atau setara dengan nilai Rp.1.100 Triliun. Dan sisa modal dasar sebesar Rp. 6,600 Triliun digunakan untuk membiayai operasi perusahaan Bank Pinaesaan.

Adapun (sisa) dari Modal Dasar tersebut diatas, dalam Tahap Pelaksanaan awal pendirian bank PT. Bank Pinaesaan ini, telah dialokasikan pagu anggaran yang terbagi dalam berbagai pihak, yaitu dari :

1. Untuk Para Pihak Tim Pelaksana / Tim Pengelola Aset (65%) = Rp. 715 Triliun.

(21)

lainnya, berdasarkan persetujuan Pinisepuh (35%) = Rp. 385 Triliun..

Dengan demikian Modal Dasar (Operasional) Perbankan dari PT.Bank Pinaesaan adalah sebesar Rp 5,500 Triliun.

Tim Pelaksana / Tim Pengelola Aset – Sebagai Pelaksana dan Pengelola aset bangsa yang telah ditunjuk melalui wadah perusahaan PT.Bank Pinaesaan ini, bertanggung jawab penuh sesuai dengan komitmen yang telah disepakati bersama dan siap menjalankan amanah untuk tujuan dan kepentingan Bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa diluar kepentingan pribadi.

KEUNTUNGAN STRATEGIS

Brand Identity – PT.Bank Pinaesaan , yang kata pinaesaan nya sendiri bermakna Kebersamaan, Unity in Diversity to Build Indonesian people to fit in Globalization.

Proprietary Banking – Tentang Hak Milik Bank berdasarkan atas kesepakatan yang dibentuk dalam wadah tim pengelola / pelaksana yang telah ditunjuk sebagai pemegang amanah dari pihak Pinisepuh (An Heir), dimana mereka telah membuat komitmen untuk kepentingan Bangsa dan Negara serta dengan segala tujuan perubahan atas bangsa-bangsa ke arah yang lebih baik sesuai amanahnya melalui Pemerintah RI serta sebagai Mitra Utama Bank Sentral Indonesia – BI (As a Major Partner of Indonesia Central Bank)

Jasa Perbankan - PT.Bank Pinaesaan Hanya melayani Nasabah dengan memiliki Badan Hukum (Korporasi) dan tidak melayani nasabah perorangan, dimana Target Pasar Utama adalah dari kalangan perusahaan Perbankan Nasional.

Adapun kriteria calon nasabah korporasi baik korporasi perbankan nasional dan korporasi lainnya, hal ini akan dilihat dari jenis bidang usahanya serta kapabilitas yang mempunyai standart akuntabilitas yang baik selain personality calon nasabah pemilik perusahaan itu sendiri.

Skala prioritas calon-calon nasabah yang diutamakan adalah dari sektor perusahaan/ korporasi yang sudah mempunyai jaringan usaha international dan minimal memiliki kantor cabang / kantor perwakilannya di luar negeri, yaitu dari sektor bidang usaha :

(22)

2. Perdagangan (termasuk ekspor dan import) 3. Industri Besar dan Menengah

Kemitraan Strategis - Hubungan yang strategis dengan pihak FED (Bank Sentral Amerika) dan JP Morgan ini akan mengambil berbagai bentuk sindikasi sistem perbankan untuk membangun collateral trading dan private banking di seluruh dunia.

Setoran dan Biaya – Ketentuan syarat dan kondisi yang terkait PT. Bank Pinaesaan untuk Pembukaan Rekening Calon Nasabah (Korporasi) baru adalah :

1. Setoran Awal Minimal yang ditetapkan sebesar = Rp 50 Miliar.

2. Sisa Saldo Akhir Minimal sebesar = Rp 10 Miliar.

3. Tingkat suku bunga yang kompetitif (akan ditentukan kemudian oleh Pihak Dewan Direksi – Board of Director) serta layanan prime customer dengan berbagai layanan istimewa (privilege) serta Fasilitas Penjaminan bantuan permodalan baik dari dalam maupun luar negeri.

Kantor Pusat dan Jaringan Layanan Kantor Cabang :

Kantor Pusat PT. Bank Pinaesaan ditetapkan berlokasi di Gedung Perkantoran ARTHA GRAHA - Jakarta, Indonesia, dan jaringan kantor-kantor cabang yang akan dibuka dan tersebar di berbagai kota-kota besar di Indonesia (tahap pertama akan dimulai di 4 wilayah Propinsi Banten yaitu Tangerang, Lebak, Pandeglang dan Serang) serta di seluruh Ibu kota Negara / Kota Administratif Utama di 179 Negara.

Persaingan – Persaingan PT.Bank Pinaesaan hampir dapat dikatakan Tidak Ada / Nihil, karena dari Sasaran Market serta Tujuan pendirian telah menjadi sebuah bank pelopor yang sekaligus menjadi mitra kerja utama Bank Sentral Indonesia (BI), di dalam membina dan mengembangkan sektor perbankan nasional dan sekaligus menjadi fasilitator serta penjamin bagi Nasabah PT.Bank Pinaesaan dalam mendapatkan pinjaman permodalan baik dari dalam negeri maupun di luar negeri.

SUMBER PENDAPATAN

(23)

Komisi atas Jasa Layanan - Mekanisme dan besarannya akan ditentukan kemudian oleh Dewan Direksi.

Biaya Pemeliharaan (Rekening) - Mekanisme dan besarannya akan ditentukan kemudian oleh Dewan Direksi.

Pengurus PT. Bank Pinaesaan - Akan ditetapkan kemudian di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perdana, yang pada tahap awal akan didahului dengan RUPS Luar biasa (RUPS-LB) antara pihak Pengelola Aset dan Pemegang Saham yang lama dari Bank Pinaesaan, terkait dengan proses dan mekanisme Akuisisi dan Pembelian oleh Pemegang Saham yang baru.

Operational Banking – Dalam aktualisasi pelaksanaan PT. Bank Pinaesaan, maka pihak PT. Bank Pinaesaan sebagai bank yang beroperasi dan ber-Kantor Pusat di Jakarta - Indonesia, akan terus melakukan koordinasi strategis dengan Pemerintah RI bersama-sama Bank Sentral Indonesia (BI), terkait dengan Fungsi Penjaminan Simpanan sistem Perbankan serta berbagai mekanisme kebijakan Moneter dan kebijakan Fiskal/ Surat Utang Negara (SUN).

D

ESKRIPSI LAYANAN

• BANKING – Layanan Simpanan dan Pinjaman Nasabah

• BANK GUARANTEED – Layanan Penjaminan Nasabah kepada pihak ketiga • BANTUAN LIKUIDITAS – Layanan Likuiditas Nasabah (Perbankan) setara aturan BLBI.

• Dll

TINJAUAN PASAR (MARKET SEGMENTATION)

• BANK PEMERINTAH - • BANK UMUM NASIONAL –

• BANK ASING yang beroperasi di Indonesia • BANK PEMBANGUNAN DAERAH

• BANK UMUM SYARIAH

• BANK PERKREDITAN RAKYAT

• Lembaga Pembiayaan (Financing)

• Badan Hukum (Persero PT / Yayasan / dll)

(24)

Perusahaan akan mengembangkan aliansi yang kuat dengan organisasi-organisasi kunci untuk membantu membawa kredibilitas, isi dan transaksi melalui layanan Perbankan PT. Bank Pinaesaan. Aliansi ini biasanya akan menghasilkan jangkauan pemasaran yang luas bersama dengan tujuan masing-masing perusahaan serta membangun peningkatan pendapatan dan menciptakan Sistem Perbankan Nasional yang sehat tangguh dalam percaturan globalisasi nasional dan internasional.

IKHTISAR KEUANGAN

Dalam Lampiran tersendiri :

1. Rencana Bisnis dan Anggaran (Business and Budget Plan) 2. Sistem Pendanaan dan Penggunaan Hasil Usaha

TIM MANAJEMEN

Tim manajemen kami menggabungkan pengalaman Eksekutif sebagai Dewan Penasehat di bidangnya serta memiliki dengan latar belakang dalam mengelola dan mengembangkan bisnis yang produktif, khususnya dalam sektor industri Perbankan.

Dimana saat ini kita memiliki 2 (dua) orang perwakilan Eksekutif yang akan ditempatkan dalam struktur sebagai pelaksana operasional PT. Bank Pinaesaan, dimana saat ini sedang dalam proses identifikasi dan verifikasi yaitu dari JP Morgan dan Bank Sentral Indonesia (BI).

Proses dan mekanisme pelaksanaan operasional bank tersebut juga akan didukung oleh beberapa tenaga ahli yang berpengalaman dibidangnya, selain mereka juga akan terlibat dalam konteks :

- Pengembangan Bisnis dan Usaha (business development),

- Implementasi Teknis dan Non-Teknis, serta

- Tata cara layanan (SOP - standart operational procedure) Sistem Administrasi Perbankan yang berlaku.

(25)

Demikian Rencana Kerja Bisnis dan Usaha (Business Plan) dari PT. BANK PINAESAAN ini dibuat dan disusun sebagai Dasar Pemahaman dan Pedoman dalam proses pelaksanaan pengurusan pendirian bank sebagai bank umum nasional khususnya di Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral sekaligus landasan dan parameter Komitmen, Kesepakatan dan Persetujuan yang ditandatangi bersama-sama terutama sebagai bagian dari Tim Pelaksana dan Pengelola sebagai wujud kebersamaan serta kerjasama tim (team work) dalam melakukan kewajiban bagi bangsa sebagai tujuannya.

Selain itu, sebagai Generasi Penerus Bangsa akan menjunjung tinggi prioritas utama memajukan Kesejahteraan yang Adil dan Merata untuk Kepentingan Bangsa Indonesia serta memiliki dampak atas kemakmuran bagi bangsa-bangsa di dunia internasional, sesuai janji dan tanggung jawab masing-masing kepada Tuhan Yang Maha Esa dan amanah, cita-cita dan tujuan luhur para Pahlawan yang telah berkorban merebut kemerdekaan Republik Indonesia.

JAKARTA, 29 JANUARI 2012 DISETUJUI OLEH : PEMILIK / TIM PELAKSANA

PENDIRIAN KEMBALI PT.BANK PINAESAAN,

……….

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan untuk analisa daerah potensi banjir ini adalah peta kemiringan lereng dan peta kontur dari citra TanDEM-X tahun 2011, Peta jenis tanah Kabupaten

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan informan, peneliti dalam hal ini dapat mendeskripsikan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan oleh dinas kebudayaan

Selain itu siswa juga antusias mengikuti permainan dalam proses pembelajaran serta mau mengerjakan tugas yang diberikan (walaupun masih terdapat sedikit siswa

Metode Kelompok yang terdiri atas FGD & Brainstorming; matrik terdiri atas ranking masalah, ranking sosial ekonomi, analisis SWOT, visualisasi dan diagram hubungan yaitu

diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.. Sikap positif terhadap

dan mereka itu tidak nampak yang ia adalah satu gerakan atau pertubuhan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan sistem pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Gunungkidul, khususnya tentang jenis produk yang dipasarkan, sistem

Karakteristik yang dimiliki distilasi membran adalah distilasi membran mensubstitusi proses konvensional, cocok untuk aplikasi dengan air sebagai komponen utama yang ada,