• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Ke"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kundu H, Basavaraj P, Singla A, Kote S, Singh S, Jain S, Singh K, Vashishtha V

Abstrak

Pendahuluan : Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu masalah yang cukup besar dalam hak asasi manusia dan kesehatan masyarakat akhir-akhir ini. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai efek dari kekerasan dalam rumah tangga terhadap perilaku kesehatan mulut dan status kesehatan mulut perempuan yang mengikuti program penjangkauan masyarakat di dalam dan sekitar Modinagar.

Alat dan metode penelitian : Studi cross-sectional dilakukan melalui program penjangkauan masyarakat di Modinagar. Kuisioner yang terstruktur digunakan untuk mengumpulkan informasi berdasarkan karakteristik sosial demografi, perilaku kesehatan gigi dan kekerasan dalam rumah tangga. Pemeriksaan kesehatan gigi juga dilakukan untuk mendata status kesehatan gigi, cedera jaringan lunak intraoral dan ekstraoral, fraktur gigi dan avulsi gigi yang disebabkan oleh cedera.

Hasil : Dari total 304 perempuan, 204 (67,1%) dilaporkan positif mengalami kekerasan. Kekerasan fisik ditemukan tergolong dalam kategori parah sedangkan kekerasan seksual ditemukan tergolong dalam kategori ringan pada kebanyakan kasus. Perbedaan signifikan ditemukan antara penggunaan alat bantu kebersihan mulut, frekuensi menyikat gigi, status periodontal, kehilangan gigi, cedera jaringan lunak intraoral dan fraktur antara kedua kelompok (p<0,05).

Kesimpulan : Studi ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku dan status kesehatan gigi dan mulut pada perempuan. Dengan demikian, dokter gigi juga harus menempuh suatu langkah untuk membantu korban memperoleh akses pelayanan pendukung yang tepat sasaran dan menyediakan perawatan yang adekuat untuk kualitas hidup korban kekerasan yang lebih baik.

Kata kunci: Penyiksaan, kekerasan rumah tangga, perilaku kesehatan mulut, status kesehatan mulut

Pendahuluan

(2)

Kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu permasalahan yang cukup besar dalam konteks hak asasi dan kesehatan masyarakat pada masa kini. Ini adalah salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan dan mengacu pada kekerasan yang berasal dari rumah tangga dan dalam hubungan yang ditutupi oleh ikatan keluarga atau emosional. Umumnya para perempuan yang menjadi korban yang berobat ke klinik ragu untuk membicarakannya dalam ruang publik sehingga sulit dalam berkontribusi penting dalam penyembuhan mentalnya.1 Deklarasi PBB pada Konferensi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan pada Desember 1993 menyatakan “Kekerasan terhadap perempuan sebagai tindakan kekerasan berbasis gender yang mengakibatkan, atau mungkin mengakibatkan, fisik, bahaya seksual atau mental atau penderitaan bagi perempuan, termasuk ancaman seperti tindakan, pemaksaan atau perampasan sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi”.2 Meskipun fakta bahwa kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi fokus dari penelitian sejak tahun 1970-an, informasi tentang prevalensi masalah ini masih langka di banyak negara, terutama di negara berkembang. Studi saat ini menunjukkan bahwa 20% - 50% perempuan di seluruh dunia telah mengalami beberapa bentuk kekerasan dalam rumah tangga dalam hidupnya.3,4 Kekerasan dalam rumah tangga adalah kejahatan sosial yang telah berlangsung lama yang tetap tersembunyi dari pandangan masyarakat karena ada keraguan luas di antara sebagian besar wanita India yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga untuk melaporkan atau menuntut terhadap kekerasan yang dialami.5 Akibatnya data yang dilaporkan sangat cenderung meremehkan kejadian-kejadian aktual dari kekerasan dalam rumah tangga. Dalam survey rumah tangga pada 2000 keluarga di tempat yang berbeda di India, ditemukan bahwa kira-kira 50% dari keseluruhan perempuan yang disurvey mengalami beberapa bentuk kekerasan sepanjang pernikahan mereka, angkanya bervariasi secara signifikan oleh lokasi tertentu serta wilayah keseluruhan. Di daerah pedesaan dan daerah kumuh perkotaan, persentasenya sekitar 55%, sedangkan di daerah non-kumuh perkotaan tingkatnya kurang dari 40%.6

(3)

Implikasi kesehatan terkait dari komponen fisik dan psikologis akibat kekerasan dalam rumah tangga tidak terbatas pada kesehatan umum, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan gigi. Konsekuensi depresi fisiologis dapat menyebabkan kesehatan gigi yang buruk karena xerostomia, diet kariogenik, dan gangguan fungsi kekebalan tubuh yang berkontribusi terhadap infeksi oral.12-14 Dampak dari potensi stres dan kecemasan dapat menyebabkan penyakit seperti luka pada mulut, termasuk sariawan, sensasi ngilu, mengatupkan gigi dengan keras, gigi grinding (bruxism), penyakit periodontal dan karies gigi.15 Hal ini juga dapat mempengaruhi perilaku kesehatan mulut dan kepribadian individu. Ketidakpedulian terhadap kesehatan gigi "ketidakmampuan untuk mencari dan menindaklanjuti dengan pengobatan yang diperlukan untuk memastikan tingkat kesehatan mulut penting untuk fungsi yang memadai dan kebebasan dari rasa sakit dan infeksi" adalah umum terjadi pada perempuan yang menjadi korban. Ditemukan juga bahwa pelaku kekerasan mengontrol akses mereka ke fasilitas perawatan kesehatan.16 Komponen fisik dari kekerasan dalam rumah tangga dapat berhubungan dengan cedera kepala dan daerah leher termasuk, tanda ligatur, goresan, lecet, dan goresan, petechia di leher, wajah, mata, mulut, bengkak, dan kesulitan menelan. Dilaporkan juga bahwa 38,7% dari cedera akibat kekerasan rumah tangga terkait dengan kepala dan daerah leher.17

Meskipun demikian, asumsi bahwa kesehatan mulut dari korban akan terpengaruh oleh kekerasan dalam rumah tangga belum ada bukti terdokumentasi dari korelasi antara kekerasan dalam rumah tangga dan kesehatan gigi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai efek dari kekerasan dalam rumah tangga terhadap perilaku kesehatan mulut dan status kesehatan mulut dari wanita menghadiri program penjangkauan masyarakat di dalam dan sekitar Modinagar.

Alat dan Metode Penelitian

(4)

penelitian ini. Perempuan dengan gangguan psikiatrik atau sedang menjalani terapi obat tidak dimasukkan dalam penelitian. Perempuan dengan gangguan psikiatrik atau sedang menjalani terapi obat tidak dimasukkan dalam penelitian Izin etik untuk studi ini diperoleh dari dewan review kelembagaan.

Sebuah kuesioner terstruktur digunakan untuk mengetahui informasi mengenai karakteristik sosio demografi, perilaku kesehatan mulut dan kekerasan dalam rumah tangga. Informasi sosiodemografi termasuk informasi tentang umur, tahun menikah, pendidikan, pekerjaan dan status sosial ekonomi. Nama subjek tidak dicatat untuk memastikan kerahasiaan. Perilaku kebersihan mulut dicatat berdasarkan alat bantu kesehatan mulut yang digunakan, frekuensi menyikat gigi dan kunjungan terakhir ke dokter gigi. Untuk penilaian kekerasan rumah tangga digunakan wawancara semi-terstruktur yang diadaptasi dari studi multi-negara WHO pada kesehatan perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga (2005).19 Kekerasan dalam rumah tangga dinilai berdasarkan tiga komponen kekerasan yaitu physical, seksual dan psikologis. Tanggapan terhadap pertanyaan dari masing-masing komponen dicatat pada 5-titik skala Likert (1-tidak pernah, 2-sangat jarang, 3-kadang-kadang, 4-sebagian besar waktu, 5- selalu). Untuk setiap subjek skor dari tiap-tiap pertanyaan yang ditambahkan untuk komponen individu dan diinterpretasikankan sebagai berikut:

 Kekerasan psikis : 4= negatif, 5-8= ringan, 9-12= sedang, ≥13= parah  Kekerasan fisik : 6= negatif, 7-12= ringan, 13-18= sedang, ≥19= parah  Kekerasan seksual : 3= negatif, 4-6= ringan, 7-9= sedang, ≥10= parah

(5)
(6)
(7)

Analisis statistik

Data yang dimasukkan dalam kata Microsoft excel sheet 2007 dan diolah menggunakan SPSS versi 19. Nilai rata-rata dari usia pada kedua kelompok dihitung dan proporsi (persentase tanggapan) dihitung untuk setiap parameter (psikologis, fisik dan seksual). Uji Chi-square digunakan untuk menganalisis perbedaan antara proporsi tanggapan dari parameter individu. Tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05. Selanjutnya, hubungan antara psikologis, fisik dan seksual kekerasan dalam rumah tangga dengan perilaku kesehatan mulut dan status kesehatan mulut dinilai menggunakan korelasi Pearson.

Hasil penelitian

Dari total 304 perempuan, 204 (67,1%) dilaporkan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dalam beberapa bentuk yaitu psikologis, fisik atau seksual dan 100 (32,8%) melaporkan tidak ada kekerasan dalam rumah tangga. [Tabel / Gambar-1] menunjukkan persentase subjek yang melaporkan kekerasan psikologis, fisik dan seksual. Kekerasan psikologis ditemukan tergolong parah sedangkan kekerasan seksual ditemukan tergolong ringan pada sebagian besar kasus.

(8)

psikologis domestik dan status periodontal (p-value0.000) dan kekerasan dalam rumah tangga fisik dengan gigi fraktur (p-value = 0,001).

Diskusi

Kekerasan mempengaruhi baik korban dan masyarakat pada umumnya. Penelitian ini menunjukkan dampak yang signifikan dari kekerasan dalam rumah tangga terhadap status kesehatan mulut perempuan bersama serta efek psikologis dan fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan dari populasi penelitian memiliki kekerasan psikologis sebagai bentuk paling umum dari kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini bisa disebabkan oleh rasa takut dan kecemasan yang dirasakan oleh perempuan. Hasil serupa telah dilaporkan oleh Esmina Avdibegovi dan Pico Alfonso MA.7,20 Ada bukti bahwa kekerasan dalam rumah tangga (DV) memiliki jangka panjang konsekuensi negatif bagi korban, bahkan sekalipun kekerasan telah berakhir, dapat menyebabkan status kesehatan yang lebih rendah dan kualitas hidup yang rendah.21 Selain itu, latar belakang desa penelitian mungkin berkontribusi terhadap faktor peningkatan stres pada perempuan karena kebebasan mengeluarkan pendapat yang dibatasi.

Komponen fisik yang terlihat di antara para korban kekerasan dalam rumah tangga juga mirip dengan temuan Hendler J Tracey.21 Cedera gigi traumatis seperti fraktur gigi dan avulsi gigi sebesar 16,7% dan 37,3% dari subyek yang serupa dengan temuan dari Garbin CA yang melaporkan trauma gigi dalam bentuk fraktur (59,1%), luksasi (27,2%) dan avulsi (13,7%) pada subjek kekerasan dalam rumah tangga.17 Konsekuensi kekerasan fisik dalam rumah tangga lebih dari sekedar timbulnya memar. Wajah adalah target umum dalam kekerasan dan akibatnya dokter gigi memiliki peran dalam mengidentifikasi kekerasan dalam rumah tangga.22 Para dokter gigi dapat mengamati luka fisik seperti gigi yang retak atau patah, kebersihan gigi yang buruk, rahang patah, mata hitam, hidung patah, memar di telinga atau dagu, dan tanda atau bekas jari pada leher, lengan atas, atau pergelangan tangan.23

(9)

rumah tangga merupakan buta huruf (45,1%) dibandingkan dengan kelompok kontrol di mana hanya 13% dari wanita yang buta huruf. Hasil yang serupa juga ditemukan dalam studi oleh Avdibegovic E di mana 14,4% perempuan korban kekerasan tidak mengenyam pendidikan dibandingkan dengan 1,5% non perempuan korban kekerasan.7 Hasil yang berbeda ditemukan dalam studi oleh Vachher SA di mana 81,7% perempuan melek huruf yang dapat dikaitkan dengan fakta bahwa penelitian tersebut dilakukan pada komunitas menengah atas dari Delhi sedangkan penelitian ini dilakukan di strata sosial ekonomi rendah di kalangan penduduk pedesaan.24

Ketika perilaku kesehatan mulut dibandingkan dalam kedua kelompok ditemukan bahwa penggunaan sikat gigi lebih banyak digunakan oleh kelompok kekerasan non rumah tangga dan juga frekuensi menyikat gigi lebih dari sekali sehari dalam kelompok yang sama. Perbedaan yang ditemukan signifikan secara statistik. Hal ini dapat dikaitkan dengan fakta bahwa kekerasan dalam rumah tangga menyebabkan kecemasan, depresi dan stres yang dapat menyebabkan perilaku kesehatan mulut yang buruk serta sikap buruk terhadap kesehatan mulut.25

(10)

dengan pengobatan dan rujukan yang diperlukan. Mereka harus ditangani secara hati-hati sekalipun perawatan kesehatan mulut yang disediakan dapat membantu mereka meningkatkan semangat hidup mereka. Sektor kesehatan juga harus bekerja dengan semua sektor lain termasuk pendidikan, hukum dan peradilan, dan layanan sosial untuk meningkatkan secara signifikan kesehatan para korban.

Kesimpulan

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hegarty K. What is domestic violance and how common is it? In Intimate Partner Abuse and Health Professionals: New Approaches to Domestic Violance (eds G Roberts, K Hagerty, G Feder). Elsevier, 2006: 19-40.

2. UN General Assembly, Declaration on the Elimination of Violance against Women, 20 Desember 1993, A/RES/48/104, available at: http://www.refworld.org/docid/3b00f25d2c.html. updated on 20th December 1993 [accessed 8 January 2014].

3. Krug EG, Mercy JA, Dahlberg LL, Zwi AB. Lancet. The World Report on Violence and Health. 2002; 360(9339):1083-88.

4. Europe C of Council of Europe Convention on preventing and Combating Violence against Women and Domestic Violence and Explanatory Report, Istanbul, Turkey: 11.v.2011, Cets. Council of Europe;2012.

5. Shireen JJ. Wife-Beating in Rural India: A Husband’s Right? Evidence from Survey Data by Economic and Political Weekly. 1998; 33(15):855-62.

6. Duvvury N. Domestic violence in India: A summary report of three studies. International center for research on women: Washington, DC. 1999:1-58.

7. Avdibegovic E, Sinanovic O. Consequences of Domestic Violence on Women’s Mental Health in Bosnia and Herzegovina. Croat Med J. 2006;47:730-41. 8. Scholle SH, Rost KM, Golding JM. Physical abuse among depressed women. J

Gen Intern Med. 1998;13:607-13.

9. Astin MC, Lawrence KJ, Foy DW. Posttraumatic stress disorder among battered women: risk and resiliency factors. Violence Vict. 1993;8:17-28.

10. Campbell J, Jones AS, Dienemann J, Kub J, Schollenberger J, O’Campo P, Gielen AC & Wynne C. ‘Intimate partner violence and physical health consequences’. Arch Intern Med. 2002;162(10):1157-63.

11. Guth AA, Pachter LH. ‘Domestic violence and the trauma surgeon’. Am J Surg. 2000 ;179(2):134-40.

12. Coker AL, Sanderson M, Fadden MK & Pirisi L. ‘Intimate partner violence and cervical neoplasia’. J Womens Health Gend Based Med. 2000;9(9):1015-23. 13. Sutherland CA, Bybee DI & Sullivan CM. ‘Beyond bruises and broken bones:

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil laporan penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar mahasiswa PGSD Unipa Surabaya dengan model mnemonik pada materi peta, atlas dan

[r]

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Bunga Caecaria Dwihapsari, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI HARGA

Journalist Visit Program (JVP) , Fasilitasi Peliputan Media Massa pada Sidang Internasional, Dialog Interaktif tentang Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia,

$IBQUFS , Debug and Benchmark , takes a comprehensive look at some of the techniques that you can utilize in order to ensure your concurrent Python systems are as free as

Penelitian ini menguji pengaruh eksternal Locus of Control , Machiavellian, komitmen profesional, dan pengalaman audit terhadap perilaku auditor dalam situasi

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “ Meningkatkan Kemampuan naturalis anak melalui pemanfaatan lingkungan alam sekitar “. B.

Pada hari ini Kamis tanggal Delapan bulan Nopember Tahun Dua Ribu Dua Belas , kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Bina Marga dan