Lingkungan adalah suatu hal yang tidak pasti dan bergerak secara dinamis, maka pemerintah tidak boleh jalan di tempat, melainkan harus menyesuaikan diri mengikuti dinamisnya lingkungan. Pondasi dari pemerintahan yang dinamis adalah budaya dari lembaga-lembaga penyelenggara pemerintahan yang ada disuatu negara. Ketika budaya kerja ini bersentuhan dengan aturan-aturan formal yang baku, maka akan terlihat reaksi dari semacam kebiasaan atau konvensi yang secara perlahan akan menjadi budaya kerja pemerintah. Apabila bangsa atau negara yang mewarisi budaya malas dan pasif, maka akan tercermin ke dalam pemerintahannya yang malas dan pasif pula, begitupun sebaliknya. Pemerintahan yang dinamis meraih kesuksesan dan persiapan masa depan pemerintahan yang matang serta efektif melalui kebijakan yang berkelanjutan dan menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan.
Kebijakan yang adaptif tidak hanya berbicara tentang kebijakan yang lamban dan pasif semata, tetapi kebijakan adaptif juga harus bisa memberikan ruang bagi inovasi dan kreasi agar terwujudnya kesejahteraan yang utuh. Berbagai ide ini sebenarnya dituangkan dalam bentuk kebijakan sehingga masyarakat merespon dengan baik kepada pemerintah. Budaya yang kita warisi, nilai, kepercayaan, kerjasama, dst mempengaruhi kebiasaan kita. Kembali kepada konteks pemerintahan yang dinamis, dibutuhkan masyarakat yang cerdas (able people) dan proses yang cepat (agile process). Maka dari itu dibutuhkan tiga kemampuan utama dalam mewujudkan pemerintahan yang dinamis, yaitu:
(1) Thinking Ahead (berfikir ke depan), dimana berfikir dalam suatu pemerintahan dengan interaksinya dengan lingkungan yang serba tidak pasti, maka dari itu diperlukan langkah antisipasi dalam menghadapi itu semua. Perubahan pola fikir yaitu bertindak ketika kejadian (reaktif) menjadi berfikir sebelum kejadian (proaktif) adalah mutlak dilakukan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis. Pemerintah juga harus berfikir ke depan bagaimana dunia memberikan dampak kepada negara dan daerah dan membuat kebijakan yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menanggulangi dan mengatasi ancaman yang ada didepan dan memanfaatkan semua kesempatan yang ada untuk menjadi lebih menguntungkan.
(2) Thinking Again (berfikir kembali), pola fikir dengan cara belajar dan mengevaluasi terhadap berbagai kebijakan yang telah dibuat dan mungkin saja ada kebijakan yang telah usang dan telah mengurangi efektivitas kerja. Hal ini perlu dilakukan agar kebijakan yang telah ada tidak out of date dan masih relevan dengan berbagai kebutuhan masyarakat yang berjangka. Kebijakan yang telah direvisi akan melanjutkan keefektifan yang telah ada sehingga terwujudlah pemerintahan yang dinamis.