• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Angka Kesakitan Bayi Dan Balita - ILMU PENY. YG LAZIM DI MASY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "4. Angka Kesakitan Bayi Dan Balita - ILMU PENY. YG LAZIM DI MASY"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

KEADAAN BAYI DAN BALITA DI INDONESIA

1 Pengertian Bayi

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-neonatal (setelah 27 hari).

Pemberian makanan dilakukan dengan penetekan atau dengan susu industri khusus. Bayi memiliki insting menyedot, yang membuat mereka dapat mengambil susu dari buah dada. Bila sang ibu tidak bisa menyusuinya, atau tidak mau, formula bayi biasa digunakan di negara-negara Barat. Di negara lain ada yang menyewa "perawat basah" (wet nurse) untuk menyusui bayi tersebut.

Bayi tidak mampu mengatur pembuangan kotorannya, oleh karena itu digunakanlah popok. Popok yang digunakan bayi bisa berupa popok kain biasa atau popok sekali pakai (diapers). Dewasa ini, popok sekali pakai menjadi lebih populer penggunaannya dibandingkan popok kain biasa karena lebih praktis dan tidak terlalu merepotkan. Namun, masalah baru yang utamanya timbul akibat pemakaian popok sekali pakai adalah masalah ruam popok. Kulit bayi yang masih sensitif lebih sering tertutup dan menjadi sulit bernapas sehingga memungkinkan timbulnya masalah ruam dan iritasi pada kulit bayi. Meskipun masalah ruam popok merupakan masalah yang biasa terjadi, namun bila dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat bisa timbul masalah yang cukup serius seperti peradangan dan infeksi kulit bayi.

2 Keadaan Kesehatan Bayi dan Anak Balita di Indonesia

(2)

kesehatan, khususnya terkait dengan masalah reproduksi, kehamilan dan persalinan. Di jaman modern setelah melewati abad keemasan, yaitu era 21 ini, kesehatan ibu masih terus dipantau, namun kesehatan bayi dan anak balita menduduki ranking pertama di dalam program-program kesehatan. Anak, bayi dan balita merupakan generasi penerus bangsa. Di situlah awal kokoh atau rapuhnya suatu Negara, dapat disaksikan dari kualitas para generasi penerusnya. Jika terlahir anak-anak dengan tingkat kesehatan yang rendah, tentulah kondisi bangsa menjadi lemah dan tidak mampu membangun negaranya secara optimal.

Saat ini distribusi dan frekuensi terjangkitnya penyakit bayi dan anak balita seperti diare, disentri, cacar, campak dan penyakit-penyakit berbahaya lain mengalami penurunan yang cukup drastis dibandingkan beberapa masa sebelumnya. Keberhasilan program imunisasi yang digelar oleh pemerintah nampaknya memberikan hasil yang tidak mengecewakan. Meskipun di beberapa waktu terakhir ini sempat diberitakan mengenai adanya vaksin DPT yang menimbulkan kematian pada bayi, namun saat ini kasusnya masih terus dipelajari. Akan tetapi secara keseluruhan, program imunisasi telah mampu menurunkan tingkat kesakitan pada bayi dan balita cukup signifikan.

Keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia juga menyangkut masalah gizi buruk. Peningkatan kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ditunjang dengan system informasi dan tingginya tingkat pendidikan masyarakat, meningkatkan kesadaran rakyat untuk memperhatikan kondisi kesehatan anak-anak. Orang tua berlomba memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Meskipun di beberapa lapisan masyarakat masih ada yang kurang sejahtera, namun tingkat kepedulian masyarakat lain pun juga relatif bagus sehingga keadaan kesehatan bayi dan anak balita di Indonesia bias lebih terkontrol.

Jakarta - Survei Demografi Kntatao Inckinesia (SDKI) 121 mit Departemen Kesehatan (Depkes) mengungkapkan.rata-rata per tahun terdapat 401 bayi di Indonesia yang meninggal dunia sebelum umurnya mencapai 1 tahun.

(3)

3 Angka Kesakitan Dan Kematian Bayi Dan Balita

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas, 2006). Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Kompas, 2006).

Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan, antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.

4. Angka Kesakitan Bayi Dan Balita

Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor social ekonomi, dan pendidikan ibu.

Angka kesakitan bayi dan balita didapat dari hasil pengumpulan data dari sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Adapun beberapa indikator dapat diuraikan sebagai berilkut: 1. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP kelompok umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio, yaitu: imunisasi (yang meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN, dan Mop – up), surveilans AFP, sertifikasi bebas polio, dan pengamanan virus polio di laboratorium

2. TB Paru

(4)

atau langsung seperti saat batuk Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) atau pengobatan TB paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). (Depkes RI, 2007) Pada tahun 2007 terdapat kasus BTA (+) sebanyak 758 orang, diobati 758 orang, dan yang sembuh 693 orang (91,42%).

3. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

ISPA masih merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Dari beberapa hasil SKRT diketahui bahwa 80% - 90% dari seluruh kasus kematian akibat ISPA, disebabkan oleh pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab kematian pada balita dengan peringkat pertama hasil Surkesnas 2001. ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pneumonia merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaan masih belum memadai.

4. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Penderita penyakit HIV/AIDS terus menunjukkan peningkatan meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui penyuntikan, secara stimultan telah memperbesar tingkat resiko penyebaran HIV/AIDS. Pada Penkajian anak yang terinfeksi dengan HIV positif dan AIDS meliputi : indetitas terjadinya HIV positif atau AIDS pada anak rata – rata dimasa perinatal sekitar usia 9-17 bulan.keluhan utamanya adalah demam dan diere berkepanjangan, takipne,batuk,sesak nafas,dan hopoksia.kemudian diikuti adanya perubahan berat badan yang turun secara drastis.

5. Demam Berdarah Dengue (DBD)

(5)

6. Diare

Angka kesakitan diare hasil survey tahun 1996 yaitu 280 per 1000 penduduk dan episode pada balita 1,08 kali per tahun. Menurut hasil SKRT dalam beberapa survei dan Surkesnas 2001, penyakit diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita (Depkes RI, 2003). Pada kasus kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Penumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi. (Depkes RI, 2007). Pegkajian pada anak di tandai dengan frekuensi BAB pada bayi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali per hari, bentuk cair pada buang air besar nya kadang –kadang di sertai oleh lender dan darah, nafsu makan menurun warna nya lama-kelamaan hijau –kejauan karena tercampur empedu.

7. Malaria

Pada tahun 2007 perkembangan penyakit Malaria di Kabupaten Banyuwangi yang dipantau melalui Annual Pavasite Lincidence (API) dari hasil SPM penderita Malaria yang diobati sebesar 100% (3.153 penderita). Sedangkan penderita klinis sebanyak 3.141 dan terdapat 12 penderita positif Malaria. sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat.

8. Kusta

Dalam kurun waktu 10 tahun (1991 – 2001), angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991, lalu turun menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001, pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjkadi 0,95 per 10.000, dan pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk. (Depkes RI, 2003). Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000.

9. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

(6)

a) Tetanus Neonatorum

Jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus dengan angka kematian (CFR) 56% (Depkes RI, 2003). Angka ini sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya. Hal ini diduga karena meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan Tetanus Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha pencegahan, yaitu Pertolongan Persalinan yang higienis ditunjang dengan Imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil.

b) Campak

Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Sepanjang tahun 2003 frekuensi KLB Campak menempati urutan keempat, setelah DBD, Diare, dan Chikungunya dengan CFR 0,34% (Depkes RI, 2003).

c) Difteri, Pertusis, Hepatitis B

Di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2007 tidak terdapat kasus Pertusis dan Hepatitis B. Tetapi pada tahun 2007 ini terdapat kenaikan jumlah kasus Difteri, yaitu sebesar 2 kasus, dari tahun sebelumnya yang tidak terdapat kasus Difteri.

Angka Kematian Bayi Dan Balita

Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai factor, diantaranya adalah factor penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar dari bayi, di antaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang saluran napas bagian bawah (Hapsari, 2004).

Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus, campak, dan difteri. Hal ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk member imunisasi pada anak.

Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh adanya trauma persalinan dan kelainan bawaan yang kemungkinan besar dapat disebabkan oleh rendahnya status gizi ibu pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).

(7)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.

Tiga penyebab utama bayi meninggal adalah akibat berat badan rendah sebesar 29 persen, mengalami gangguan pemapasan sebesar 27 persen dan masalah nutrisi sebesar 10 persen," ungkap dr Badriul Hegar SpA(K), Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (TDAI), dalam acara talkshow "Di Balik Kematian Bayi dan Balita dalam Rangka Hari Kesehatan Nasional 2009" di Jakarta Convention Center Jumat (4/12). Hal itu dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, termasuk memberi rujukan, di mana setiap janin dalam kandungan harus tumbuh dengan baik dan bayi yang lahir harus sehat dan selamat.

Status Gizi

Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Gizi yang cukup juga dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini risiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan status kesehatan anak.

Angka Harapan Hidup Waktu Lahir

(8)
(9)

ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN BAYI DAN BALITA

1. Keadaan kesehatan bayi dan balita di Indonesia

Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan balita. Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal-awal kehidupannya, yaitu tidak sampai mencapai usia satu tahun atau usia di bawah lima tahun.

Bidan sebagai salah satu anggota tim kesehatan berkewajiban untuk ikut serta dalam upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peninkatan kualitas hidup anak indonesia.Hal ini sesuai dengan kompetensi yang harus di kuasai sseorang bidan bekaitan dengan kesehatan bayi dan balita, terutama berkenanan dengan bermutu tinggi dan komperensif pada bayi baru lahir sehat sampai usia 1 bulan dan kompetensi ke 7 yaitu : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan kompehensif pda bayi dan balita sehat usia 1 bulan sampai 5 tahun. Kelangsunan hidup anak ditunjukan dengan angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN lainnya hal ini perlu dipahami dan ditinjak lanjuti oleh bidan dan petugas kesehatan lainnya, menggingat indonesia memiliki beban yan berat karena wilayah sangat luas serta jumlah penduduk yang banyak dan sangat heterogen. Sebagai anggota organisasi profesi di bidang kesehatan, bidan harus berperan aktif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita.

(10)

persainan desa (polindes), menginggat beban wilayah indonesia yang sangat luas. Untuk itu, program pemerintah dalammemperbanyak bidan desa merupakan hal yang sangat “Urgent” untuk memantau dan membantu kesehatan bayi dan balita yang jauh dari fasilitas kesehatan. Hal ini karena membawa bayi/balita yang sakit ke rumah sakit bukanlah pemecah yang baik, tetapi juga harus diktifkan pusat-pusat pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan, termasuk bidan di tingkat desa yang dapat menjangkau masyarakat luas.

2. Angka kematian dan kesakitan bayi a. Angka kematian bayi (AKB)

Angka kematian (mortalitas) digunakan untuk menggambarkan pola penyakit yang terjadi di masyarakat. Kegunaan dari menggetahui angka kematian ini adalah sebagai indiktor yang digunakan sebagai ukuran derajat kesehatan untuk melihat status kesehatan penduduk dan keberhasilan pelayanan kesehatan dan upaya penggobtan yang dilakukan.

Sementara itu yang dimaksud dengan kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara disaat bayi lahir sampai bayi belum tepat berusia 1 tahun. Jadi, Angka kematian bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada 1 tahun tertentu .secara garis besar, ada pula yang membagi kematian bayi menjadi 2 berdasarkan penyebab yaitu:

 Neonatal atau disebut juga kematiann bayi endogen adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilhirkan. Kematian bayi neonatal atau bayi baru lahir ini disebabkan oleh faktor-faktor anak sejak lahir, yang diperoleh orang tuanya disaat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

 Kematian postnatal atau disebut dengan kematian bayi endogen adalah kematian bayi yang terjad setelah usia 1 bulan sampai menjelang usia 1 tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan.

(11)

bayi, tingkat kesehatan ibu dan anak, upaya pelayanan kesehatan ibu dan anak, status gizi ibu, upaya keluarga berancana (KB) kondisi kesehatan lingkungan dan sosial ekonomi keluarga. Angka kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 1997 sebesar 52 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 1997 tersebut, angka kematian bayi (AKB) terendah adalah 29 per 1000 kelahiran hidup (DKI Jakarta) dan tertinggi 98 per 1000 kelahiran hidup (Nusa Tenggara Barat). Menurut profil kesehatan 1996, selain provinsi BTB, terdapat 9 provinsi lain yang mempunyai angka kematian bayi di atas nasional, yaitu : Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Irian Jaya, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan dan Timor Timur (Waktu itu masih menjadi wilayah Indonesia).

Menurut survei kesehatan rumah tanggan (SKRT) tahun 2001, angka kematian bayi baru lahir (0-28 hari) adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Yang berarti bahwa jumlah kematian bayi baru lahir adalah : 89.770 bayi baru lahir per tahun atau 246 bayi baru lahir per hari atau 10 bayi baru lahir per jam. Sedangkan, angka kematian bayi (0-12 bulan), menurut SKRT tahun 2001 adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Yang berarti jumlah kematian bayi adalah 157.000 bayi per tahun atau 430 bayi per hari atau 18 bayi per jam. Tahun 2009, depkes RI mentargetkan penurunan angka kematian bayi baru lahir (Neonatal) dari 20 bayi baru lahir per 1000 kelahiran hidup menjadi 5 bayi baru lahir per 1000 kelahiran hidup. Sementara itu, target penurunan angka kematian bayi adalah dari 35 bayi per 1000 kelahiran hidup menjadi 26 bayi per 1000 kelahiran hidup.

b. Angka Kesakitan Bayi

Angka kesakitan (morbiditas) adala perbandingan antara jumlah penduduk karena penyakit tertentu dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun,dan dinyatakan dalam per 100 penduduk kegunaan dari mengetahui angka kesakitan ini adalah sebagai indikator yang digunakan untuk menggambarkan pola peyakit tertentu .angka kesakitan bayi adalah perbandingan antara jumlah penyakit bayi tertentu yang ditemukan di wilayah tertentu pada kuru waktu 1 tahun dengan jumlah kasus penyakit bayi tertentu yang ditemukan disuatu wilayah pada kurun waktu yang sama dikalikan seratus persen .

3. Angka Kesakitan Balita

(12)

Contoh lainnya adalah :

Angka kesakitan penyakit (difteri / pertusis / tetanus / Tneonatorum / campak / polioHepatitis B) dengan jumlah anak balita pada periode waktu yang sama dikalikan seratus persen.

4. Penyebab Terjadinya Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita

Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN. Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh pneumoni (ISPA) dan diare. Untuk itu petugas kesehatan, termasuk bidan hendaknya terus berupaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kemauannya untuk menanggulangi berbagai masalah, termasuk pneumonia dan diare. Berikut ini akan dikemukakan pembahasan tentan kedua penyakit tersebut (Pneumonia dan diare) untuk dapat membantu bidan memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit pneumonia dan diare. Sehingga diharapkan bidan dapat memberikan pelayanan dan perhatian yang optimal terhdap kesehatan bayi dan balita.

A. ISPA dan Pneumonia 1) Pengertian ISPA

 Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan padanan dari istilah Inggris Acute Respiratori Infection.

 ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran pernafasan.

 Secara anatomis, ISPA dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu : ISPA atas dan Ispa Bawah, dengan batas anatomis adalah suatu bagian dalam tenggorokkan yang disebut epiglotis .

 ISPA Atas (Acute Upper Respiratori Infection)

 ISPA Atas yang perlu diwaaspadai adalah radang saluran tenggorokkan atau otitis. Paringitis, yang disebabkan kuman tertentu (Streptococcus hemoliticus) dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung (Endokargitis). Sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya ketulian.

 ISPA Bawah (Acute Lower Respiratori Infection)

(13)

2) Pengertian Pneumonia

 Pneumonia adalah penyakit yang menyerang paru-paru dan ditandai dengan batuk dan kesukaran bernafas. Balita yang terserang pneumonia dan tidak segera diobati dengan tepat sangat mudah meninggal.

 Pneumonia adalah suatu inflamasi pada parenkhim paru.

 Pada umumnya pneumonia pada masa anak digambarkan sebagai bronkho-pneumonia yang mana merupakan suatu kombinasi dari penyebaran bronkho-pneumonia lobular (Adanya infiltrat pada sebagian area pada kedua lapangan atau bidang paru dan sekitar bronki) dan pneumonia interstitial (Difusi Bronkiolitis dengan eksudat yang jernih di dalam dinding alveolan tetapi bukan diruang alveolar). Bakterial pneumonia lebih sering mengenal lobular dan sering juga terjadi konsilidasi lobular sedangkan viral penumonia menyebabkan inflamasi pada jaringan interstitial.

 Pneumonia adalah suatu inflamasi pada parynchema paru, pada umumnya pneumonia pada masa anak digambarkan sebagai broncho pneumonia, yang mana merupakan suatu kombinasi dari penyebaran pneumonia lobular (Adanya infiltrat pada sebagian area pada kedua lapangan atau bidang paru dan sekitar bronchi) dan pneumonia interstitial (Diffusi Bronchiolitis dengan eksudat yang jernih didalam dinding alveolar tetapi bukan diruang alveolar). Bakterial pneumonial lebih sering mengenai lobular dan sering juga terjadi konsilidasi lobular, sedangkan viral pneumonial menyebabkan inflamasi pada jaringan interstitial.

3) Klasifikasi Pneumonia

Secara anatomi, pneumonia dapat dikenal sebagai berikut :

 Pneumonia lobaris, dimana yang terserang adalah seluruh atau sekmen yang besar dari satu atau lebih lobus pumonary. Apabila kedua paru yang terkena, maka hal ini dapat disebut sebagai bilateral atau “Doubel” pneumonia (Pneumonia Lobular).

 Broncopneumonia (Pneumonia Lobular) yang dimulai pada terminal bronchiolus menjadi tersumbat dengan eksudat muco porulen sampai membentuk gabungan pada daerah dekat lobulus.

(14)

 Istilah lain yang menggambarkan pneumonia adalah haemorhagi fibrinous dan necrotic, pneumonitis adalah suatu inflamasi akut yang berlokasi pada paru tanpa dihubungkan dengan toxemia pada pneumonia lobar.

4) Penyebab ISPA dan Pneumonia

Disamping disebabkan oleh lebih dari 300 jenis kuman, baik berupa bakteri, virus maupun rickettsia. Penyebab pneumonia pada balita di negara berkembang adalah bakteri, yaitu streptococcus pneumonia dan haemophylus influenzae.

5) Patogenesis Pneumonia

Pneumonia masuk kedalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan ataupun secara droplet. Proses radang pneumonia dibagi dalam 4 stadium :

o Stadium 1 : Kongesti

Kapiler melebar dan kongesti didalam alveolus terdapat eksudat jernih.

o Stadium II : Hepatisasi Merah

Lobus dan lobulus yang terkena menjadi lebih padat dan tidak mengandung udara, warna menjaddi merah, pada perabaan seperti hepar, didalam alveolus terdapat fibrin.

o Stadium III : Hepatisasi Kelabu

Lobus masih padat dan berwarna merah menjadi kelabu/pucat, permukaan pleura, karena meliputi oleh fibris dan leucocyt, tempat terjadi pagositosis pneumococcus dan kapiler tidak lagi kongesti.

o Stadium IV : Resolusi

Eksudat berkurang, didalam alveolus macrofag bertambah dan leucoccyt nectrosis serta degenerasi lemak, fibrin kemudian diekskresi dan menghilang.

6) Gambaran Klinis Pneumonia

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas dengan tanda-tanda :

o Suhu meningkat mendadak 39-40 derajat celcius, kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

o Anak gelisah, dyspnoe, pernafassan cepat dan dangkal disertai cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung kadang-kadang disertai muntah dan diare.

(15)

o Anak lebih sering pada sebelah dada yang terinfeksi

o Pada auskultasi dengan ronci basah nyaring halus dan sedang

7) Faktor Resiko a. Pneumonia

Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko yaitu, faktor yang mempengaruhi dan memprmudah penyakit. Secara umum ada 3 faktor resiko ISPA, yaitu keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh dan mengurus anak, keadaan gizi dan cara pemberian makanan, serta kebiasaan merokok dan pencemaran udara. Sedangkan faktor resiko untuk pneumonia telah di identifikasikan secara rinci yaitu faktor yang meningkatkan terjadinya (Morbilitas) pneumonia dan faktor yang meningkatkan terjadinya kematian (Mortalitas) pada pneumonia. b. ISPA

Secara umum terdapat 3 faktor resiko terjadinya ISPA yaitu Faktor lingkungan, faktor individu anak, serta faktor perilaku.

1.Faktor Lingkungan

a. Pencemaran udara di dalam rumah

Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrassi tinggi dapat merusak dan mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hali ini dapat terkjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak didalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan balita anak bermain. Hal ini dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih lama berada dirumah bersama-sama ibunya sehingga dosisi pencernaan akan lebih tinggi.

Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis. Pneumonia pada anak-anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efeek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan 6-10 tahun.

b. Ventilasi rumah

Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan bayi baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut:

 Membebaskan udara ruangan dari bau-bau, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara

(16)

 Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiassi tubuh, kondisi, evaporasi atau keadaan eksternal.

c. Keadaan hunian rumah

Kepadatan hunian didalam rumah menurut mentri kesehatan nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m2. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktifitas. Penilitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini.

2. Faktor Individu Anak a. Umur anak

Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus melonjak pada bayi usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6-12 bulan.

b. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan balita. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan Berat badan lahir normal, terutama pada bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi, terutanama pneumonia dan sakit saluran pernafassan lainnya.

Penelitian menyebutkan bahwa berat bayi kurang dari 2500 gram dihubungkan dengan meningkatkan kematian akibat infeksi saluran pernafasan dan hubungan in menetap setelah dilakukan adjusted terhadap status pekerjaan, pendapatan, pendidikan. Data ini mengingatkan bahwa anak-anak dengan riwayat berat badan lahir rendah tidak mengalami rate lebih tinggi terhadap penyakit saluran pernafasan, tetapi mengalami lebih berat infeksinya.

c. Status gizi

Memasukkan zat-zat gizi yang diperoleh pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh : Umur, keadaan fisik, kondisi kesehatannya, kesehatan fisiologis pencernaannya, tersedianya makanan dan aktivitas dari anak itu sendiri.

(17)

hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering mendapat pneumonia.

Balita dengan gizi yang kurang akan mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh berkurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang balita mudah lebih mudah terserang “ISPA Berat” bahkan serangannya lebih lama.

d. Vitamin A

Sejak tahun 1985 setiap 6 bulan posyandu memberikan kapsul 200.000 IU vitamin A pada balita dari umur 1-4 tahun. Balita yang mendapatkan vitamin a yang lebih dari 6 bulan sebelum sakit maupun yang tidak pernah mendapatkannya adalah sebagai resiko terjadinya suatu penyakit sebesar 96,6 %. Pada kelompok kasus dan 93,5% pada kelompok kontrol. Pemberian vitamin A yang dilakukan bersamaan dengan imunisasi akan menyebabkan peningkatan titer anti body yang spesifik dan tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup tinggi.

Bila antibody yang ditunjukkan terhdapat bibit penyakit dan bukan sekedar anti gen asing yang tidak berbahaya, niscaya dapatlah diharapkan adanya perlindungan terhdap bibit penyakit yang bersangkutan untuk jangka yang tidak terlalu singkat. Karena itu usaha masal pemberian Vitamin A dan imunisasi secara berkala terhadap anak-anak pra-sekolah seharusnya tidak dilihat sebagai dua kegiatan terpisah. Keduanya haruslah dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh, yaitu meningkatkan daya tahan tubuh dan perlindungan terhadap anak Indonesia sehingga mereka dapat tumbuh, berkembang dan berangkat dewasa dalam keadaan yang sebaik-baiknya.

e. Status Imunisasi

Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan mendapatkan kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti Difteri, pertusis, campak, maka peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi lengkap. Bayi dan balita akan mempunyai status imunisasi lengkap bila penderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat.

(18)

balita dapat dicegah dan dengan imunisasi pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat dicegah.

3. Faktor Prilaku

Faktor prilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul dan tingal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

Peran aktif keluarga atau masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam masyarakat dan keluarga. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius oleh kita ssemua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan trampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit.

Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini pneumonia dan kapan mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak menjadi berat.

Dalam penanganan ISPA tingkat keluarga keseluruhannya dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu : Perawatan penunjang oleh ibu balita, tiindakan yang segera dan pengamatan tentang perkembangan penyakit balita, pencariaan pertolongan pada pelayanan kesehatan.

4. Usaha yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita berkaitan dengan ISPA dan Pneumonia

Seperti halnya berbagai upaya kesehatan, pemberantasan ISPA dilaksanakan oleh pemerintah dalam hali ini Departemen Kesehatan termasuk di dalamnya petugas kesehatan(Bidan) bersama masyarakat.

Dalam upaya penanggulangan pneumonia, Departemen Kesehatan telah menyiapkan sarana kesehatan (seperti puskesmas, pembantu atau pustu, puskesmas, rumah sakit) untuk mampu memberikan pelayanan penderita ISPA, pneumonia dengan tepat dan segera. Teknologi yang dipergunakan adalah teknologi tepat guna yaitu teknologi deteksi dini pneumonia balita yang dapat diterapkan oleh sarana kesehatan terdepan.

Caranya adalah dengan melihat ada tidaknya tarikan dinding dada kedalam dan menghitung frekuensi (gerakan) nafas pada balita yang batuk atau sukar bernafas.

(19)

Pencegahan ISPA dan pneumonia dilaksanakan melalui upaya peningkatan kesehatan seperti imunisasi, perbaikan gizi dan perbaikan lingkungan permukiman. Peningkatan pemerataan cakupan kualitas pelayanan kesehatan juga akan menekan morbilitas dan mortalitas ISPA dan pneumonia

Pemerintah telah membangun rumah sakit, puskesmas, pustu (Puskesmas pembantu) diseluruh tanah air. Pemerintah juga telah menempatkan bidan di desa-desa untuk menggalangkan hidup bersih dan sehat, menggalangkan produksi dan distribusi obat generik serta melaksanakan program kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.

 Peranan masyarakat dan penanggualangan ISPA dan pneumonia

Peranan masyarakat sangat menentukan kebehasilan upaya penanggulangan ISPA dan pneumonia. Yang terpenting adalah masyarakat memahami cara deteksi dini dan cara mendapatkan pertolongan (care seeking). Akibat berbagai sebab, termasuk hambatan geografi, budaya dan ekonomi, pemerintah juga menggerakan kegiatan masyarakat seperti posyandu, pos obat desa, dan lain-lainnya untuk membantu balita yang menderita batuk atau kesukaran bernafas yang tidak dibawa berobat sama sekali.

Selanjutnya seluruh masyarakat perlu mempraktean cara hidup yang bersih dan sehat agar dapat terhindar dari berbagai penyakit.

B. Diare

1. Pengertian Diare

Berikut ini diuraikan beberapa pengertian tentang diare, antara lain

o Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, kadang-kadang disertai dengan darah dan lendir.

o Diare akut cair adalah buang air besar dengan peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi tinja cair tanpa terlihat darah. sedangkan yang dimaksud diare akut adalah diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.

o Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (ngastiah,1997).

2. Penyebab Diare

Diare dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

(20)

Infeksi Enteral : Merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Rotafirus merupakan penyebab utama infeksi (70-80%), sedangkan bakteri dan parasit ditemukan 10-20% pada anak.

o Faktor Malabsorbsi (Gangguan Absorbsi)

Seperti gangguan absorbsi karbohidrat (Pada bayi dan anak yang tersaring adalah intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.

o Faktor Makanan

Seperti alergi makanan, basi, beracun.

o Faktor Psikologis Seperti rasa takut dan cemas. 3.Patogenesis

Patogenesis sangat berbeda dan bervariasi sesuai dengan penyebabnya, misalnya diare yang disebabkan oleh bakteri, patogenesisnya adalah sebagai berikut :

o Bakteri masuk kedalam saluran cerna melalui makanan atau minuman, kemudian berkembang biak didalam saluran cerna dan pengeluaran toksin.

o Toksin merangsang epitel usus dan menyebabkan peningkatan enzim untuk mempunyai kemampuan merangsang sekresi klorida, natrium dan air dari dalam sel kelumen usus serta menghambat absorbsi natrium, klorida dan air dari lumen usus ke dalam sel. Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan osmotik didalam lumen usus. Akibatnya terjadi hiperperistaltik usus yang sifatnya mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar. Bila kemampuan penyerapan kolon (Usus Besar) berkurang atau sekresi cairan melibihi kapasitas penyerapan kolon, maka akan terjadi diare.

4. Patofisiologis

Sebagai akibat diare akan terjadi :

o Dehidrasi

o Gangguan Keseimbangan asam-bassa atau metabolik asidosis

o Hipoglikemia

o Gangguan Gizi

o Gangguan Sirkulas

(21)

Dalam MGDs yang telah disepakati para pimpinan dunia, ada 8 tujuan (GOALs) yang ingin dicapai diantara tahun 1999-2015. Untuk mencapai 8 tujuan MDGs ini harus jelas definisi dan konsep indikator yang akan digunakan, pada postingan sebelumnya penulis telah memaparkan pencapaian MDGs untuk penurunan kematian anak di Polewali Mandar. Namun bagaimana penggunaan indiktornya (terutama definisi dan konsepnya) belum dijelaskan pada postingan tersebut, berikut penulis memposting indikator pencapaian MDGs untuk menurunkan angka kematian anak. Targetnya selama tahun 1990 – 2105 setidaknya dapat menjadi pedoman untuk daerah lain dalam menurunkan angka kematian balita sebesar dua per tiganya. Untuk mencapai target ini ada dua indikator dibuat yaitu

Indikator global atau nasional untuk memonitoring pencapaian Target ke empat yaitu angka kematian balita, angka kematian bayi dan proporsi campak pada bayi yang telah mencapai usia 1 tahun.

Indiktor lokal untuk memonitoring pencapaian target keempat yaitu pemantauan terhadap pencapaian target MDGs untuk tingkat lokal kabupaten/ kota dan kecamatan yang dapat dilakukan dengan indikator proksi tertentu.

Berikut penjelasan kedua (Indikator global dan lokal) indiktor tersebut :

INDIKATOR GLOBAL ATAU NASIONAL

UNTUK MEMONITORING PENURUNAN ANGKA KEMAATIAN ANAK 1.Angka Kematian Balita (AKABA)

AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 – 140 sedang dan <20 rendah.

(22)

Definisi Operasional Kematian Balita dapat diurakan sebagai Kematian yang terjadi pada balita sebelum usia lima tahun Rumusnya

Sumber datanya dapat melalui Survey dan atau Catatan data kematian balita yang meninggal di sarana kesehatan.

2.Angka Kematian Bayi (AKB)

AKB adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Nilai normatif AKB kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 tergolong mudah untuk diturunkan. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan kesehatan reproduksi dari pada Akaba. Meskipun target program terkait khusus dengan kematian balita, AKB relevan dipakai untuk memonitor pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada kematian balita.

Definisi operasional dari angka kematian bayi terdahulu harus diketahui yaitu pengertian dari “Lahir Mati” yaitu Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Kemudian Kematian Bayi yaitu Kematian yang terjadi pada bayi sebelum mencapai usia satu tahun.

Sumber datanya dapat melalui survei atau catatan data kematian bayi yang meninggal di sarana kesehatan.

Proporsi imunisasi campak (PIC) pada anak yang berusia 1 tahun

PIC adalah perbandingan antara banyaknya anak berumur 1 tahun yang telah menerima paling sedikit satu kali imunisasi campak terhadap jumlah anak berumur 1 tahun, dan dinyatakan dalam persentase. Indikator ini merupakan suatu ukuran cakupan dan kualitas sistem pemeliharaan kesehatan anak di suatu wilayah. Imunisasi adalah unsur penting untuk mengurangi kematian balita.

Sumber datanya dapat diperoleh melalui Catatan Program Imunisasi di Puskesmas atau Form LB3 dan atau Program Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(23)

Angka kematian anak dan angka kematian bayi untuk tingkat Kecamatan tidak tepat jika diperoleh dari survey yang berskala nasional. Hal ini karena rancangan sampel diperuntukkan untuk menggambarkan angka kematian anak dan bayi tingkat Kabupaten dan atau tingkat propinsi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk menggambarkan angka kematian anak dan angka kematian bayi digambarkan dengan indikator program yang dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka kematian balita dan angka kematian bayi, antara lain persentase BBLR, cakupan kunjungan bayi, persentase pemberian vitamin A, cakupan pemberian ASI eklusif, pemantauan pertumbuhan menggunakan data SKDN.

Berikut ini adalah definisi operasional, rumus dan sumber data indikator tersebut.

Persentase Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Definisi Operasionalnya yaitu Bayi dengan BBLR adalah keadaan bayi lahir dengan berat badan (BB) < 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir atau hari ke 7 setelah lahir

Perlu diingat BBLR sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila prevalensi ≥ 5 %

Sumber data dapat diperoleh Catatan Program Gizi di Puskesmas (PWS Gizi, & LB3 KIA) dan atau Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (PWS Gizi, SIRS/RB)

Presentase Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah)

Definisi Operasionalnya yaitu Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah Balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada pada dan di bawah garis merah pada KMS Sumber datanya berupa Catatan Program Gizi di Puskesmas (LB3 Gizi) dan atau Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (LB3 Gizi, PWS Gizi)

Pemantauan Pertumbuhan menggunakan data SKDN SKDN adalah singkatan dari pengertian kata-katanya yaitu

 S adalah Seluruh balita yang ada di wilayah kerja

 K adalah jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS atau buku KIA  D adalah jumlah seluruh balita yang Ditimbang

 N adalah balita yang Naik berat badannya sesuai dengan garis pertumbuhan

(24)

Cakupan Kunjungan Bayi

Definisi Operasional yaitu Kunjungan Bayi adalah kunjungan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali (bayi), 2 kali (neonatus) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Kunjungan Neonatus adalah kunjungan neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 2 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Sumber datanya berupa Catatan Program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas atau Form LB3 dan atau Program Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Cakupan pemberian vitamin A pada balita

Definisi Operasional yaitu Balita mendapat kapsul Vit.A, 2 kali/tahun adalah Bayi umur 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A -1 kali dan anak umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Sumber datanya dapat diambil pada Catatan Program Gizi di Puskesmas atau Form LB3 dan atau Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Persentase Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Definisi Operasional yaitu Pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian hanya Air Susu Ibu saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan tanpa makanan atau minuman lain, kecuali obat, vitamin dan mineral

Perlu diperhatikan Target cakupan pemberian ASI Ekslusif 0-6 bulan tahun 2010 adalah 80 %

Sumber datanya berupa Catatan Program Gizi di Puskesmas (LB3 Gizi, LB3 KIA, Kohort ASI) dan atau Program Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (LB3 Gizi, LB3 KIA)

Desa/kelurahan Universal Child Imunization

(25)

Imunisasi dasar Lengkap adalah imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis DPT dan atau DPT/HB ( telah dilaksanakan di seluruh Indonesia mulai tahun 2007), 1 dosis Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT.

Sumber datanya dapat diperoleh Catatan Program Imunisasi di Puskesmas atau Form LB3 dan atau Program Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Perlu diketahui MDGs Merupakan kesepakatan tujuan pembangunan yang disarikan dari berbagai konferensi dan pertemuan tingkat dunia sepanjang dekade 1990, yang bermuara pada dikeluarkannya Deklarasi Millenium pada tahun 2000. Berangkat dari Deklarasi tersebut makaUnited Nation on Development Programme (UNDP) telah bekerja sama dengan departemen PBB lainnya, Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan the

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk menyepakati

tujuan, target, dan indikator yang terukur untuk menilai kemajuannya.

Keseluruhannya dari Millenium Development Goals terdiri dari 8 tujuan, 18 target, dan lebih dari 40 indikator, Pada tahun 2002 Pemimpin dunia telah menyepakati pencapaian Millenium Development Goals yang selanjutnya disingkat MDGs.

Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) ini harus dicapai dalam kurun waktu 1990-2015: Pertama : Memberantas kemiskinan dan kelaparan,

Kedua : Mewujudkan pendidikan dasar,

Ketiga :Meningkatkaan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, Keempat : Mengurangi angka kematian bayi,

Kelima : Meningkatkan kesehatan ibu,

(26)

ANATOMI FISIOLOGI

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Pengertian Sistem Pernapasan Manusia

Respirasi atau pernapasan merupakan pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida

(CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel mengambil Oksigen yang akan

digunakan dalam bereaksi dengan senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk menghasilkan senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan juga dapat di artikan sebagai proses untuk menghasilkan energi. Pernapasan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1. Pernapasan Eksternal (luar) yaitu proses bernapas atau pengambilan Oksigen dan pengeluaran Karbondioksida serta uap air antara organisme dan lingkungannya. 2. Pernapasan Internal (dalam) atau respirasi sel terjadi di dalam sel yaitu sitoplasma dan

mitokondria.

Sistem pernapasan terdiri atas saluran atau organ yang berhubungan dengan pernapasan. Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah, kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan

dinapaskan ke luar udara.

Fungsi Sistem Pernapasan

Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam darah dan memungkinkan karbon dioksida terlepas dari dara ke udara bebas.

Meskipun fungsi utama system pernapasan adalah pertukaran oksigen dan karbon dioksida, masih ada fungsi-fungsi tambahan lain yaitu:

· Tempat menghasilkan suara.

· Untuk meniup (balon, kopi/the panas, tangan, alat musik dan lain sebagainya) · Tertawa.

(27)

· Homeostatis (pH darah)

· Otot-otot pernapasan membantu kompresi abdomen (miksi,defekasi,partus).

Saluran Penghantar Udara

Pada manusia, pernapasan terjadi melalui alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh atau melalui jalur udara pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh. Struktur organ atau bagian-bagian alat pernapasan pada manusia terdiri atas Rongga hidung, Farings (Rongga tekak), Larings (kotak suara), Trakea (Batang tenggorok), Bronkus dan Paru-paru.

Alat pernapasan manusia terdiri atas beberapa organ, yaitu: 1 Rongga Hidung

Hidung adalah bangunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Hidung meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara.

Di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas farings (nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior, dan bagian respirasi.

Permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit yang memiliki ciri adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas ke dalam vestibulum nasi tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang kaku dan besar. Rambut ini berfungsi menapis benda-benda kasar yang terdapat dalam udara inspirasi.

Terdadapat 3 fungsi rongga hidung :

v Dalam hal pernafasan = udara yang di inspirasi melalui rongga hidung akan menjalani 3 proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghanatan, dan pelembaban.

v Ephithelium olfactory = bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan bau.

v Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukan suara- suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonasi.

(28)

· Konka nasalis superior, · Konka nasalis medius,

· Konka nasalis inferior, terdapat jaringan kavernosus atau jaringan erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis, dekat permukaan.

Sinus paranasal adalah rerongga berisi udara yang terdapat dalam tulang-tulang tengkorak dan berhubungan dengan rongga hidung. Macam-macam sinus yang ada adalah sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus etmoidalis, dan sinus sfenoidalis.

2. Faring (Rongga tekak)

Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larings pada dasar tengkorak.

Faring dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

· Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting yaitu adanya saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada nasofaring dan berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba Auditory yang menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah.

· Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus digestif menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari kedua saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki fungsi pada system pernapasan dan system pencernaan. refleks menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan makanan terdorong masuk ke saluran cerna (oesophagus) dan secara stimulant, katup menutup laring untuk mencegah makanan masuk ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari mulut oleh fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam tonsila, seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila lingual.

· Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring merupakan posisi terendah dari farings. Pada bagian bawah laringofaring system respirasi menjadi terpisah dari sitem digestif. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat posterior ke dalam esophagus melalui epiglottis yang fleksibel.

(29)

Larings adalah suatu katup yang rumit pada persimpangan antara lintasan makanan dan lintasan udara. Laring terangkat dibawah lidah saat menelan dan karenanya mencegah makanan masuk ke trakea. Fungsi utama pada larings adalah untuk melindungi jalan napas atau jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya , namun juga sebagai organ pembentuk suara atau menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi.

Larings ditunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid (Adam’s apple), yang khas nyata pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawah tulang rawan ini terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea.

Epiglotis terletak diatas seperti katup penutup. Epiglotis adalah sekeping tulang rawan elastis yang menutupi lubang larings sewaktu menelan dan terbuka kembali sesudahnya. Pada dasarnya, Larings bertindak sebagai katup, menutup selama menelan unutk mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam batang tracheobronchial.

Mamalia menghasilkan getaran dari pita suara pada dasar larings. Sumber utama suara manusia adalah getaran pita suara (Frekuensi 50 Hertz adalah suara bas berat sampai 1700 Hz untuk soprano tinggi). Selain pada frekuensi getaran, tinggi rendah suara tergantung panjang dan tebalnya pita suara itu sendiri. Apabila pita lebih panjang dan tebal pada pria menghasilkan suara lebih berat, sedangkan pada wanita pita suara lebih pendek. Kemudian hasil akhir suara ditentukan perubahan posisi bibir, lidah dan palatum molle.

Disamping fungsi dalam produksi suara, ada fungsi lain yang lebih penting, yaitu Larings bertindak sebagai katup selama batuk, penutupan pita suara selama batuk, memungkinkan terjadinya tekanan yang sangat tinggi pada batang tracheobronchial saat otot-otot trorax dan abdominal berkontraksi, dan pada saat pita suara terbuka, tekanan yang tinggi ini menjadi penicu ekspirasi yang sangat kuat dalam mendorong sekresi keluar.

4. Trakea (Batang tenggorok)

(30)

Trakea dilapisi epitel bertingkat dengan silia (epithelium yang menghasilkan lendir) yang berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan dan sel gobet yang menghasikan mukus. Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.

5. Bronkus dan Percabangannya

Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.

Trakea bercabang menjadi bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris

(sekunder) dan kemudian menjadi lobus segmentalis (tersier). Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus

terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).

Bronkhiolus terminalis memiliki diameter kurang lebih 1 mm. saluran ini disebut bronkiolus. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Bronkiolus memasuki lolubus pada bagian puncaknya, bercabang lagi membentuk empat sampai tujuh bronkiolus terminalis. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

Alveolus adalah unit fungsional paru. Setiap paru mengandung lebih dari 350 juta alveoli, masing-masing dikelilingi banyak kapiler darah. Alveoli bentuknya peligonal atau heksagonal. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan

respiratorius (lintasan berdinding tipis dan pendek) yang terkadang memiliki kantong udara

kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan

sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau kadang disebut lobolus

(31)

6. Paru-paru

Paru-paru adalah struktur elastis sperti spons. Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya di sisi kiri dan kanan mediastinum (struktur blok padat yang berada di belakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar, esophagus dan trakea).

Paru-paru juga di lapisi oleh pleura yaitu parietal pleura (dinding thorax) dan visceral pleura (membrane serous). Di antara rongga pleura ini terdapat rongga potensial yang disebut rongga pleura yang didalamnya terdapat cairan surfaktan sekitar 10-20 cc cairan yang berfungsi untukmenurunkan gaya gesek permukaan selama pergerakan kedua pleura saat respirasi. Tekanan rongga pleura dalam keadaan normal ini memiliki tekanan -2,5 mmHg. Paru kanan relative lebih kecil dibandingkan yang kiri dan memiliki bentuk bagian bawah seperti concave karena tertekan oleh hati. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior. Sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.

Paru-paru divaskularisasi dari dua sumber, yaitu:

a. Arteri bronchial yang membawa zat-zat makanan pada bagian conduction portion, bagian paru yang tidak terlibat dalam pertukaran gas. Darah kembali melalui vena-vena bronchial. b. Arteri dan vena pulmonal yang bertanggungjawab pada vaskularisasi bagian paru yang terlibat dalam pertukaran gas yaitu alveolus.

6. Pembuluh darah dan persarafan

Persyarafan penting dalam aksi pergerakan pernapasan disuplai melalui n.phrenicus dan n.spinal thoraxic. Nervus phrenicus mempersyarafi diafragma, sementara n.spinal thoraxic mempersyarafi intercosta. Di samping syaraf-syaraf tersebut, paru juga dipersyarafi oleh serabut syaraf simpatis dan para simpatis.

(32)

7. Jumlah udara dalam paru

Kejadian ventilasi pulmoner dapat dijelaskan dengan membagi udara paru dalam empat volume kapasitas. Alat yang dipakai mengukur ini adalah respirometer.

Tabel jumlah udara dalam paru pernapasan biasa, sebanyak 0,5L setiap kali bernapas.

Inspiratory reserve volume

Adalah volume udara yang tersisa setelah inspirasi maksimal, selain tidal tersisa setelah ekspirasi maksimal, selain tidal volume.

0,7L 1,0L

Mekanisme Pernapasan

Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.

(33)

maka udara akan keluar. Pernapasan yang dilakukan menyediakan suplai udara segar secara terus menerus ke dalam membran alveoli. Keadaan ini terjadi melalui dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi. Kedua fase ini sangat tergantung pada karakter paru dan rongga torax.

2.4.1 Inspirasi

inspirasi terjadi karena adanya kontraksi otot dan mengeluarkan energi maka inspirasi merupakan proses aktif. Agar udara dapat mengalir masuk ke paru-paru, tekanan di dalam paruharus lebih rendah dari tekanan atmosfer. Tekanan yang rendah ini ditimbulkan oleh kontraksi otot-otot pernapasan yaitu diafragma dan m.intercosta. kontraksi ini menimbulkan pengembangan paru, meningkatnya volume intrapulmoner. Peningkatan volume intrapulmoner menyebabkan tekanan intrapulmoner (tekanan di dalam alveoli) dan jalan nafas pada paru menjadi lebih kecil dari tekanan atmosfer sekitar 2 mmHg atau sekitar ¼ dari 1% tekanan atmosfer, disebabkan tekanan negative ini udara dari luar tubuh dapat bergerak masuk ke dalam paru-paru sampai tekanan intrapulmonal seimbang kembali dengan tekanan atmosfer.

2.4.2 Ekspirasi

Seperti halnya inspirasi, ekspirasi terjadi disebabkan oleh perubahan tekanan di dalam paru. Pada saat diafragma dan m. intercostalis eksterna relaksasi, volume rongga thorax menjadi menurun. Penurunan volume rongga thorax ini menyebabkan tekanan intrapulmoner menjadi meningkat sekitar 2 mmHg diatas tekanan atmosfer (tekanan atmosfer 760 mmHg pada permukaan laut). Udara keluar meninggalkan paru-paru sampai tekanan di dalam paru kembali seimbang dengan tekanan atmosfer.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif, dimana di hasilkan akibat relaksasinya otot-otot yang berkontraksi selama inspirasi. Ekspirasi yang kuat dapat terjadi karena kontraksi yang kuat/aktif dari m.intercostalis interna dan m. abdominalis. Kontraksi m. abdominalis mengkompresi abdomen dan mendorong isi abdomen mendesak diafragma ke atas.

Anatomi Sistem Kardiovaskuler 1. Anatomi Sistem Jantung

(34)

ke depan bagian kiri: Basis jantung terdapat aorta batang nadai paru pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh paru.

Hubungan jantung dengan alat sekitarnya:

a. Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis tinggi kosta III-I.

b. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.

c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II, berhubungan dengan aorta pulmonalis,

bronkus dekstra, dan bronkus sinistra.

d. Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendens, vena

azigosis, dan kolumna vertebra torakalis.

e. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah besar yang keluar dan masuk jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang memengaruhi kedudukan jantung:

a. Faktor umur: pada usia lanjut alat-alat dalam rongga torak termasuk jantung agak

turun ke bawah.

b. Bentuk rongga dada: perubahan bentuk torak yang menetap misalnya penderita

TBC menahun batas jantung menurun sedangkan pada asma torak melebar dan membulat.

c. Letak diafragma: menyokong jantung dari bawah, jika terjadi penekanan diafragma

kea ta akan mendorong bagian bawah jantung ke atas.

d. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal ditentukan oleh perubahan posisi

tubuh, misalnya membungkuk, tidur miring ke kiri atau ke kanan. Lapisan jantung terdiri dari:

a. Perikardium

Lapisan yang merupakan kantong pembungkus jantung, terletak di dalam mediastinum minus, terletak di belakang korpus sterni dan rawan iga II-IV.

1) Perikardium fibrosum (visceral): bagian kantong yang membatasi pergerakan

jantung terikat ke bawah sentrum tendinium diafragma bersatu dengan pembuluh darah besar, melekat pada sternum melalui ligamentum sternoperikardial.

2) Periakrdium serosum (parietal), dibagi menajdi dua bagian: perikardium parietalis

(35)

visceral (kavitas perikardialis) yag mengandung sedikit cairan yang berfungsi melumas untuk mempermudah pergerakan jantung.

Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung. Pada permukaan posterior jantung terdapat perikarium serosum sekitar vena-vena besar membentuk sinus obliges dan sinus tranfersus.

b. Miokardium

Lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri koronaria kiri bercabang menjadi arteri desending anterior dan arteri sirkumfleks. Arteri koronaria kanan memberikan darah untuk sinoatrial node, ventrikel kanan, permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah ke sinus kemudian bersikulasi langsung ke dalam paru. Susunan miokardium:

1) Susunan otot atria: sangat tipis dan kurang teratur, serabut-serabutnya disusun

dalam dua lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria. Serabut luar ini paling nyata di bagian depan atria. Beberapa serabut masuk ke dalam septum atrioventrikular. Lapisan dalam teridri dari serabut-serabut berbentuk lingkaran.

2) Susunan otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cinicn atrioventikuler

sampai ke apeks jantung.

3) Susunan otot atrioventikular merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik

(atrium dan ventrikel).

c. Endokardium (permukaan dalam jantung)

Dinding dalam atrium diliputi oleh membrane yang mengilat, terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endocardium, kecuali aurikula dan bagian depan krista. Ke arah aurikula dari ujung bawah krista terminalis terdapat sebuah lipatan endocardium yang menonjol dikenal sebagai valvula vena kava inverior, berjalan di depan muara vena inferior menuju ke tepi disebut fosa ovalis. Antara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat hubungan melalui orifisium articular.

Bagian-bagian dari jantung:

a. Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh

(36)

b. Apeks kordis: bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul. Bagian ini

dibentuk oleh ujung ventrikel sinistra dan ventrikel dekstra. Bagian apek tertutupi oleh paru dan pleura sinistra dari dinding toraks.

Permukaan jantung (fascies kordis):

a. Fascies sternokostalis: permukaan menghadap ke depan berbatasan dengan

dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.

b. Fascies dorsalis: permukaan jantung mengahdap kebelakang, berbentuk segi empat

berbatasan dengan mediastinum posterior, dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebagian atrium dekstra, dan sebagian kecil dinding ventrikel sinistra.

c. Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang berbatas dengan

sternum tendinium dafragma dibentuk oelh dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.

Tepi jantung (margo kordis):

a. Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulaii dari vena kava

superior sampai ke apeks kordis, dibentuk oleh dinding atrium dekstra dan dinding ventrikel dekstra, memisahkan fascies sternokostalis dengan fascies diafragmatika sebelah kanan.

b. Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bagian bawah

muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis, dibentuk oleh dinding atrium sinistra (diatas) dan dinidng ventrikel sinistra (di bawah) memisahkan fascies sternokostalis dengan fascies diafragmatika sebelah kiri.

Alur permukaan jantung:

a. Sulkus atrioventrikularis: mengelilingi batas bawah basis kordis, terletak diantara

batas kedua atrium jantung dan kedua ventrikel jantung.

b. Sulkuls longitudinalis anterior: alur ini terdapat pada fascies sternokostalis mulai dari

celah di antara arteri polmonalis dengan aurikula sinistra, berjalan ke bawah menuju apeks kordis. Sulkus ini merupakan batas antara kedua ventrikel dari depan.

c. Sulkus longitudinalis posterior: alur ini terdapat pada fascies diafragmatika kordis,

muai dari sulkus koronarius sebelah kanan muara vena kava inferior menuju apeks kordis. Sulkus ini merupakan batas antara kedua ventrikel dari belakang bawah.

Ruang-ruang jantung:

a. Atrium dekstra: terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamnya

(37)

posterior terhadap rigi terdapat dinding halus yang secara embriologis berasal dari sinus venosus. Bagian atrium yang terletak di depan rigi mengalami trabekulasi akibat berkas serabut otot yang berjalan dari krista terminalis.

1) Muara pada atrium kanan:

a) Vena kava superior: bermuara ke dalam bagian atas atrium kanan. Muara ini tidak

mempunyai katub, mengembalikan darah dari separoh atas tubuh.

b) Vena kava inferior: lebih besar dari vena kava superior, bermuara ke dalam bagian

bawah atrium kanan, mengembalikan darah kejantung dari separoh badan bagian bawah.

c) Sinus koronalis: bermuara ke dalam atrium kanan antara vena kava inferior dengan

osteum ventrikulare, dilindungi oleh katub yang tidak berfungsi.

d) Osteum atrioventrikuler dekstra: bagian anterior vena kava inferior dilindungi oleh

vulva bikuspidalis. Di samping itu banyak bermuara vena-vena kecil yang mengalirkan darah dari dinding jantung ke dalam atrium kanan.

2) Sisa-sisa fetal pada atrium kanan. Fossa ovalis dan annulus ovalis adalah dua

struktur yang terletak pada septum interartrial yang memisahkan atrium kanan dengan atrium kiri. Fossa ovalis merupakan lekukan dangkal tempat foramen ovale pada vetus dan annulus ovalis membentuk tepi, merupakan septum pada jantung embrio.

b. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalu osteum atrioventrikuler

dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan.

1) Valvula trikuspidalis: melindungi osteum atrioventikuler, dibentuk oleh lipatan

endocardium disertai sedikit jaringan fibrosa, terdiri dari tiga lipatan endocardium disertai sedikit jaringan fibrosa, terdiri dari tiga kuspis atau saringan (anterior, septalis, dan inferior). Basis kuspis melekat pada cincin fibrosa rangka jantung. Bila ventrikel berkontraksi M. papilaris berkontraksi mencegah agar kuspis tidak terdorong ke atrium dan terbalik waktu tekanan intraventrikuler meningkat.

2) Valvula pulmunalis: melindungi osteum pulmonalis, terdiri dari semilunaris arteri

Gambar

Tabel jumlah udara dalam paru

Referensi

Dokumen terkait

[3.1] Menimbang bahwa pokok permohonan Pemohon adalah perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 411/Kpts/KPU/TAHUN 2014

 Jalur energi anda akan dibersihkan dan akan mengalami pembangkitan energi kundalini memancar sampai dengan chakra mahkota yang berguna untuk kesehatan &amp; spiritualitas 

Nama kimia LD50 (oral,tikus/mencit) LD50 (dermis,tikus/kelinci) LC50 (inhalation,rat/mouse) Selenium compounds = 6700 mg/kg (Rat) data tidak tersedia data tidak tersedia QDOT

Taufik Hidayat (2015) dalam penelitian tentang “Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Jenis Pendingin, Dan Kecepatan Spindel Terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja Pada

Semakin besar konsentrasi gas yang dipaparkan pada larutan penyerap maka intensitas warna biru pada larutan penyerap menjadi meningkat dan nilai absorbansi dari

PEGADUNGAN I KALI DERES Peta Utara Rt.. PEGADUNGAN II KALI

Peneliti menduga bisa saja responden memiliki tingkat harga diri yang rendah atau memiliki tipe kepribadian tertentu seperti suka membandingkan diri dengan orang

Dari hasil analisis zonasi kawasan kota pusaka tersebut didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang yaitu faktor