• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Personal Hygiene 2.1.1 Pengertian - Hubungan Personal Hygiene Dengan Keluhan Kulit dan Fasilitas Sanitasi di TPA Terjun Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Personal Hygiene 2.1.1 Pengertian - Hubungan Personal Hygiene Dengan Keluhan Kulit dan Fasilitas Sanitasi di TPA Terjun Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2014"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Personal Hygiene 2.1.1 Pengertian

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Potter, 2005).

Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

2.1.2. Jenis-jenis Personal Hygiene

Personal hygiene (kebersihan perorangan) meliputi (Perry, 2005): 1. Kebersihan Kulit

(2)

kulit ini bertujuan untuk menjaga kulit tetap terawat dan terjaga sehingga bisa meminimalkan setiap ancaman dan gangguan yang akan masuk melewati kulit. Perawat sebagai tenaga kesehatan penting untuk menginformasikan kepada klien di pelayanan kesehatan untuk pentingnya menjaga kebersihan dan perawatan kulit. Setiap kondisi yang mengenai pada kulit (misalnya : kelembaban, kerusakan lapisan epidermis, penekanan yang terlalu lama pada kulit, dan sebagainya) sudah cukup untuk mengganggu fungsional kulit sebagai organ proteksi.

Peranan kulit dalam menjaga keutuhan tubuh tidak selamanya mudah. Sebagai organ proteksi peranan kulit tidak luput dari berbagai masalah-masalah yang bisa membahayakan kulit itu sendiri.

Kebiasaan-kebiasaan yang sehat dalam memelihara kebersihan kulit seperti menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah dan menjaga kebersihan lingkungan.

2. Kebersihan Rambut

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Kurangnya perawatan rambut pada manusia akan membuat penampilan rambut menjadi kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan.

Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai berikut:

(3)

b. Mencuci rambut memakai shampoo/bahan pencuci rambut lainnya c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri

Sebagaimana struktur tubuh yang lainnya, maka rambut juga tidak akan lepas dari permasalahan/gangguan yang bisa ditimbulkan akibat dari kurangnya menjaga kebersihan dan perawatan rambut.

3. Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku

Manusia melakukan aktivitas memerlukan perlengkapan diantaranya adalah sepatu dan kaus kaki. Kebiasaan buruk pada seseorang adalah memakai kaus kaki yang kotor, sepatu yang tidak bersih. Kebiasaan buruk dapat menumbuhkan jamur pada sela-sela kaki, walaupun kelihatannya sudah biasa namun dapat berkembang menjadi penyakit kulit yang lebih serius (Maryunani, 2013).

Perawatan kaki, tangan yang baik dimulai dengan menjaga kebersihan termasuk didalamnya membasuh dengan air bersih, mencucinya dengan sabun atau detergen, dan mengeringkannya dengan handuk. Hindari penggunaan sepatu yang sempit, karena merupakan sebab utama gangguan kaki dan bisa mengakibatkan katimumul

(4)

appendages yang mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki.

Seperti halnya kulit, tangan kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat membahayakan kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari bahaya kontaminasi maka harus membersihkan kuku sebelum makan, memotong kuku secara teratur, dan mencuci kaki sebelum tidur. 2.1.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene

adalah:

1. Citra tubuh ( Body Image)

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene .

3. Status Sosial Ekonomi

(5)

4. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 5. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

6. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.4. Pengetahuan Personal Hygiene

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistemm pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit yaitu bagaimana manusia merespon, baik secara passif maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang tradisional maupun yang modern.

c. Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

(6)

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan pemulung dalam menjaga kesehatan individu dalam pencegahan terjadi keluhan penyakit maupun dalam pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki nilai kesehatan serta mencegah timbulnya penyakit.

Menurut Depkes (2000), Pengetahuan merupakah salah satu faktor yang mempengaruhi personal hygiene. Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus, ia harus menjaga kebersihan kakinya.

2.2 Kulit

2.2.1. Pengertian

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan mempunyai fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus – menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, serta pembentukan pigmen untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Azhara, 2011).

(7)

muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Azhara, 2011).

2.2.2. Anatomi Kulit

Kulit terletak pada bagian tubuh yang paling luar.Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira kira 15% berat badan. Rata rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal 6 mm yaitu ada di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di penis. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok yaitu epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis (Harahap, 2000).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu: a. Lapisan Epidermis, terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale.

b. Lapisan dermis, terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

c. Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya (Djuanda, 2008).

2.2.3. Fungsi Kulit

Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai:

a. Pelindung

(8)

b. Pengatur suhu

Di waktu suhu dingin, peredaran darah dikulit berkurangguna mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenar keringat, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.

c. Penyerap

Kulit dapat menyrap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat-zat yang larut dalam lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah, karena dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit. Masuknya zat-zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sedikit sekali yang melalui muara kelenjar keringat.

d. Indera perasa

Indera perasa terjadi di kulit karena rangsangan saraf sensoris dalam kulit. Fungsi indera peras yang poko yaitu merasakan nyeri, perabaa, panas, dan dingin.

e. Fungsi pergetahan

(9)

2.2.4. Penyakit Kulit

Salah satu bagian tubuh yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara lain penyakit kulit (Harahap, 2000).

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000).

Menurut Sitorus (2008), penyakit kulit merupakan suatu penyakit yang menyerang kulit permukaan tubuh dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab penyakit kulit yaitu kebersihan diri yang tidak baik, bahan kimia, sinar matahari, virus, jamur, bakteri, alergi, kutu kulit atau kutu kudis (sarcoptes scabiei).

(10)

dermatitis adalah residif, dalan artian bisa kambuh-kambuh, tergantung dari jenisnya dan factor pencetusnya, maka kekambuhan bias dihindari. Sebagai contoh Dermatitis numularis yang memiliki bentuk-bentuk seperti koin-koin ( uang logam ) yang basah dan gatal.

2.2.5. Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit sangat banyak antara lain :

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan kulit langsung merusak kulit dengan jalan :

a. Mengubah pHnya

b. Bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi) c. Mengekstrasi lemak dari lapisan luarnya

d. Merendahkan daya tahan kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam. b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa yang berasal

dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obatobatan, antibiotik,kosmetik, tanam-tanaman, dan lain-lain.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak mineral, dll d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,

(11)

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan produkproduknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat pemicu terjadinya penyakit kulit.

Zat kimia dapat menyebabkan penyakit kulit. Zat kimia tersbut anatar lain adalah kromium, nikel, cobalt, dan merkuri.

2.2.6. Jenis-jenis Keluhan Kulit

Menurut Harahap (2000), Pada penyakit kulit terdapat berbagai keluhan pada kulit, yaitu:

1. Gatal-gatal

Gatal adalah perasaan yang timbul secara spontan ingin menggaruk. Namun tindakan penggarukan itu sendiridapat mengakibatkan sesuatu yang lebih parah lagi yakni munculnya kemerahan pada kulit dan goresan.

2. Kemerahan

Kemerahan atau rubor, biasanya merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami perdangan.

3. Panas

Panas atau kalor, berjalan sejajar dengan kemerahan reaksi perdangan akut. 2.2.7. Pemeriksaan Penderita

(12)

a. Ruam primer

Gambar 1. Makula

- Makula : kelainan kulit yang sama tinggi dengan permukaan kulit, warnanya berubah dan berbatas jelas.

Gambar 2. Papula

(13)

Gambar 3. Nodula

- Nodula : sama dengan papula tetapi ukurannya lebih dari 1 cm.

Gambar 4. Vesikula

(14)

Gambar 5. Bula

- Bula : sama dengan vesikula tetapi ukurannya lebih dari 1 cm.

(15)

Gambar 7. Urtika

- Urtika : kelainan kulit yang lebih tinggi dari permukaan kulit, berwarna merah jambu, dan bentuknya bermacam-macam.

Gambar 8. Tumor

(16)

b. Ruam sekunder

Gambar 9. Skuama

- Skuama : jaringan mati dari lapisan tanduk yang terlepas. Sebagian kulit menyerupai sisik.

(17)

Gambar 11. Erosio - Erosio : kulit yang epidermis bagian atasnya terkelupas.

Gambar 12. Ekskoriasio

(18)

Gambar 13. Ulkus

- Ulkus : kulit (epidermis dan dermis) terlepas karena destruksi penyakit.

Gambar 14. Parut

(19)

2.2.8. Jenis-jenis Penyakit Kulit

a. Penyakit kulit karena infeksi bakteri adalah skrofuloderma, tuberkolosis kutis verukosa, kusta (lepra), patek. Gangguan kulit karena infeksi bakteri pada kulit yang paling sering adalah pioderma (Harahap, 2000).

Gambar 15. Pioderma

b. Penyakit kulit karena parasit dan insekta adalah scabies, pedikulosis kapitis, pedikulosis korporis, pedikulosis pubis, creeping eruption, amebiasis kutis,

(20)

Gambar 16. Ruam pada scabies

c. Penyakit kulit karena jamur adalah Pitariasis Versikolor (panu), tinea nigra palmaris, tinea kapitis, tinea barbae, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis,

tinea manus, tinea kruris, kandidiasis, sporotrikosis, aktinomikosis,

kromomikosis, fikomikosis, misetoma.

(21)

Gangguan kulit karena infeksi jamur pada kulit yang paling sering adalah

Pitariasis Versikolor (panu). Penyebab Pitariasis Versikolor (panu) adalah

Malazessia furfur ini akan terlihat sebagai spora yang bundar dengan dinding yang tebal atau dua lapis dinding, ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yang biasanya pendek seperti gambaran spaghetti dan meatballs. Pitariasis Versikolor

(panu) terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes dengan ragi tersebut diduga adalah faktor lingkungan atau faktor suseptibilitas individual. Faktor lingkungan di antaranya adalah lingkungan mikro pada kulit misalnya kelembaban kulit. Sedangkan faktor individual antara lain adanya kecenderungan genetik, atau adanya penyakit yang mendasari misalnya sindrom chusing atau malnutrisi (Harahap, 2000).

Lesi Pitariasis Versikolor dijumpai di bagian atas dada dan meluas ke lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas/bawah. Lesi khususnya dijumpai pada bagian yang tertutup atau mendapat tekanan pakaian, misalnya pada bagian yang tertutup pakaian dalam. Keluhan Pitariasis Versikolor yang di alami penderita adalah adanya bercak/ muncul berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan yang munculnya saat berkeringat. Pada kulit hitam atau coklat umumnya berwarna putih sedang pada kulit putih atau terang cenderung berwarna coklat atau kemerahan (Soebono, 2001).

(22)

kruris pada lipatan kulit, tinea pedis pada sela jari kaki (athlete's foot), tinea manus

pada kulit telapak tangan, tinea imbrikata berupa sisik pada kulit di daerah tertentu, dan Tinea Ungium (pada kuku).

Umumnya berbentuk sisik kemerahan pada kulit atau sisik putih. Pada kuku, terjadi peradangan di sekitar kuku, dan bisa menyebabkan bentuk kuku tak rata permukaannya, berwarna kusam, atau membiru. Keluhan yang dialami penderita

tinea kapitis, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea pedis dan tinea kruris adalah rasa gatal (Harahap, 2000).

d. Penyakit kulit alergi adalah dermatitis kontak toksik, dermatitis kontak alergik, dermatitis okupasional, dermatitis atopic, dermatitis stasis, dermatitis numularis,

dermatitis solaris, pompliks, eritema nodosum dan lain-lain (Harahap, 2000).

Gambar 18. Gangguan kulit karena alergi

(23)

bentolbentol/ bula-bula yang berisi cairan bening ataupun nanah pada kulit permukaan tubuh timbul ruam-ruam (Graham, 2005).

Menurut Harahap (2000), pada infeksi jamur superficial yang terinfeksi adalah kulit (epidermis), selaput lendir mulut dan genitalia, kuku, dan rambut. Seseorang mendapat penyakit ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Predisposisi b. Pekerjaan

c. Perubahan pH kulit atau metabolisme kulit d. Daya tahan tubuh seseorang yang menurun e. Menderita penyakit kronik atau tumor ganas f. Kebersihan perorangan yang kurang baik g. Gangguan hormonal

Sumber penularan bisa dari tanah (geophilic), hewan (zoophilic), atau manusia

(antrophilic).

2.3. Sanitasi Lingkungan

(24)

yang baik manusia telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah sanitasi.

2.3.1. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Menurut Entjang (2000), hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologi, social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik beratkan pada faktor lingkungan hidup manusia, sementara hygiene lebih menitik beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 2000).

2.3.2. Sanitasi Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)

Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologis. Lingkungan kerja ataupun jenis pekerjaan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit (Subaris dan Haryono, 2008).

(25)

merugikan masyarakat. Permasalahan akan terjadi apabila proses yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini dianggap sudah selesai dengan cara open dumping

(dibuang pada areal atau lahan terbuka dan dibiarkan berproses sendiri) tanpa ada proses lebih lanjut. Sampah yang dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan memberikan dampak, baik dari segi estetika maupun gangguan lain seperti pencemaran lingkungan dan terjadinya gangguan kesehatan serta bencana atau kecelakaan (Suyono dan Budiman, 2010).

Kondisi lingkungan kerja pemulung berada di lingkungan terbuka sehingga kondisinya berhubungan langsung dengan sengatan matahari, debu, dan bau dari sampah. Dengan kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit akibat kerja. Lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya menjadi sumber penularan penyakit (Junaedi, 2007).

2.3.2.1. Fasilitas Sanitasi Lingkungan Kerja

Setiap tempat kerja terdapat fasilitas sanitasi pada lingkungan kerja, seperti Tempat sampah, penyediaan air minum/air bersih, tempat cuci tangan, WC, Tempat ganti pakaian, kantin dan tempat istirahat (Departemen kesehatan,1994)

Berdasarkan kepmenkes RI No. 1405 tahun 2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri, lingkungan kerja harus terdapat fasilitas sanitasi. Salah satu fasilitas sanitasi di lingkungan kerja yakni toilet.

Syarat-syarat toilet, yaitu:

1. Toilet karyawan harus terpisah antara wanita dan pria

(26)

a. Untuk pria

Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah satu kamar mandi, satu jamban dan satu peturasan

b. Untuk wanita

(27)

2.4. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel dependen

Personal Hygiene

- Pengetahuan tentang personal hygiene

- Kebersihan kulit

- Kebersihan tangan, kaki dan kuku - Kebersihan rambut

Keluhan kulit

- Ya

- tidak

(28)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sabagai berikut:

1. Ada hubungan pengetahuan pemulung tentang personal hygiene dengan keluhan kulit.

2. Ada hubungan kebersihan kulit dengan keluhan kulit.

Gambar

Gambar 1. Makula
Gambar 3. Nodula
Gambar 5. Bula
Gambar 7. Urtika
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga pendidikan berasrama adalah penyelenggara pendidikan menengah yang berbentuk pendidikan umum, kejuruan dan/ atau keagamaan atau pendidikan terpadu (pendidikan umum

antara lain adalah Trachoma, dan segala macam penyakit kulit yang disebabkan.. jamur