BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Globalisasi memberikan tuntutan kepada tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan (hard skills) dan kemampuan sikap yang unggul (soft skills) (Widarto, 2012). Sistem pendidikan di Indonesia selama ini memiliki kecenderungan menghantar peserta didik untuk memiliki banyak pengetahuan tetapi kurang terampil dalam dunia kerja. Masih jauh tertinggalnya kualitas pendidikan ini menyebabkan kurang daya saing sumber daya manusia Indonesia dibandingkan dengan sumber daya manusia dari negara lain. SMK harus mempersiapkan tamatannya untuk bekerja pada bidang tertentu (Wijatno Serian, 2009).
SMK harus menyiapkan lulusannya untuk mampu mengisi peluang kerja tidak hanya dengan menjadi pekerja saja namun dapat mendorong mereka untuk mengembangkan wirausaha, karena wirausaha juga dapat menciptakan peluang kerja bagi orang lain. Tantangan yang dihadapi oleh pendidikan kejuruan di Indonesia dari waktu ke waktu adalah bagaimana caranya menyediakan lulusan (supply) yang terkait dan sepadan (link & match) dengan permintaan dunia kerja (demand), baik dalam dimensi kuantitas (jumlah) maupun kualitas (kompetensi) (Slamet, 2012).
timbal balik membuat sekolah dapat menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja. Dunia pendidikan dan dunia industri adalah dua dunia yang berbeda. Pendidikan berjalan dengan kurikulum sedangkan dunia industri harus bekerja keras dalam menyiapkan kebutuhan akan tenaga kerja yang dibutuhkan. Dunia pendidikan menjadi semakin jelas yaitu mencipta sumber daya manusia yang siap kerja. Sekolah harus mampu melakukan penyesuaian ke dunia industri yang bertujuan untuk menyediakan kompentensi yang paling dibutuhkan dunia industri (dalam Syafei Mochamad, 2013).
Yang tidak kalah penting, sekolah harus menjalin kerja sama dengan banyak dunia industri agar bersedia menjadi mitra belajar kerja atau magang bagi siswa yang akan lulus. Dunia industri tidak lagi terlalu dibebani dalam mempersiapkan pelatihan tenaga kerjanya karena setiap tamatan sudah siap kerja bukan lagi hanya siap latih. Industri juga harus membuka pintu seluas-luasnya bagi peserta didik yang ingin magang ataupun bekerja di industri tersebut (Slamet, 2012).
Sedangkan soft skills adalah keterampilan seseorang dalam hubungan dengan orang lain termasuk dengan dirinya sendiri meliputi nilai yang dianut yaitu: (1) motivasi, (2) perilaku, (3) kebiasaan, (4) karakter dan (5) sikap. Pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal belum merupakan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan, lowongan pekerjaan yang tidak terisi umumnya disebabkan oleh rendahnya kompetensi soft skills dan hard skills yang dimiliki lulusan belum cocok dengan kebutuhan dunia kerja (Slamet, 2012).
Menurut Harmoni (2007) telah terjadi kesenjangan antara sekolah dengan industri. Industri menganggap bahwa lulusan yang berkompetensi tinggi adalah tamatan yang handal dalam kompetensi hard skills maupun soft skills.
SMK Negeri 2 Salatiga menerima peserta didik baru yang jumlah siswanya 576 pada tahun pelajaran 2013-2014 dengan bermacam-macam latar belakang yang diantaranya melalui bakat minat, dorongan orang tua serta ada yang hanya ikut-ikutan temannya.
Tabel 1.1. Daya Serap Lulusan SMK Negeri 2 Salatiga (2002– 2013)
Sumber data: Daya Serap Lulusan (BKK SMK Negeri 2 Salatiga).
Tantangan yang dihadapi SMK Negeri 2 Salatiga saat ini adalah bagaimana menyediakan lulusan yang relevan dengan permintaan dunia industri, baik dalam kuantitas maupun kualitas. Tingkat kelulusan SMK Negeri 2 Salatiga setiap tahun mengalami kenaikan, tetapi jumlah lulusan yang diserap oleh dunia Industri terbatas jumlahnya. Penyebab rendahnya keterserapan lulusan SMK Negeri 2 Salatiga dalam seleksi perekrutan tenaga kerja, terhambat pada kompetensi soft skills. Bagi dunia industri kompetensi soft skills yang bagus merupakan dasar dalam membentuk karakter calon pekerja yang diharapkan, sedangkan keterampilan (hard skills) dapat di kembangkan melalui pelatihan (trainning).
Akibatnya kemampuan siswa hanya pada hard skills
namun lemah dalam soft skills, sehingga lulusan SMK Negeri 2 Salatiga masih lemah dalam: (1) kemampuan beradaptasi, (2) kemampuan membangun relasi dan (3) kurang mampu bekerja sama.
Adapun berbagai keluhan dari pelanggan (pengguna tamatan) SMK Negeri 2 Salatiga adalah: (1) PT. Comtech Cel, keluhan: Siswa pindah sebelum habis kontrak ke industri kompetitor karena tergiur gaji lebih tinggi. (2) PT. Djarum, keluhan: siswa tidak berangkat prakerin ke industri hanya karena menonton sepak bola sehingga harus dikembalikan ke sekolah. (3) PT. HIT. Polytron dengan keluhan: kecewa dengan tamatan keluar tanpa pemberitahuan karena tidak tahan
9 2005 199 107 54 17 9 1 1 74 37
10 2004 186 103 55 17 9 4 2 62 33
11 2003 197 77 39 17 9 4 2 99 50
12 2002 92 22 24 0 0 2 2 68 74
dengan tuntutan pekerjaan. (4) PT. CUC, keluhan: Siswa kelas industri yang di kembalikan ke sekolah karena tidak disiplin dan berfoto-foto di atas alat-alat produksi. (5) PT. Denso: tamatan keluar pada masa kontrak karena tidak sanggup bekerja sambil kuliah. (6) PT. Aditeam: 4 (empat) tamatan tidak kembali ke industri lagi tanpa pemberitahuan, (7) PT. Sapta Indra Sejati (SIS) dan PT JIAEC: tamatan keluar di masa kontrak. Dari beberapa keluhan yang disampaikan ke sekolah ini menandakan bahwa siswa maupun tamatan SMK Negeri 2 Salatiga kurang memiliki sikap yang baik, yang diantaranya: (1) Kurang bertanggungjawab, (2) Kurang dapat bekerja sama, (3) Etika kurang dan (4) Tidak mampu beradaptasi (Sumber BKK SMKN 2 Salatiga).
Gejala kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai hal, Sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan kerja peserta didik menjadi kurang. Banyak industri yang kecewa dan bahkan memutus kerjasamanya di karenakan soft skills siswa maupun tamatan SMK Negeri 2 yang belum sesuai dengan harapan industri. Perlu adanya sinkronisasi budaya industri yang dapat diterapkan di Sekolah sebagai hiden kurikulum dalam upaya peningkatan kesiapan kerja siswa ke dunia usaha dan industri serta pengembangan kompetensi soft skills siswa dalam setiap pembelajaran.
Pentingnya penguasaan softskills ketika memasuki dunia kerja menuntut lembaga pendidikan untuk menyiapkan para
tamatannya memiliki softskills yang dibutuhkan di dunia
kerja. Oleh karena itu perlu dirancang program
pengembangan softskills di sekolah sebagai sarana
membangun etika kerja (Purnami dan Rohayati, 2013).
Lulusan yang handal dari lembaga pendidikan yang
lulusan yang memiliki penguasaan soft skills yang baik. Jika lulusan yang handal tersebut dispesifikasi sebagai lulusan SMK, itu berarti bahwa para tenaga pendidik (guru) pada SMK dituntut untuk terlebih dahulu memahami dan memiliki soft skills sebagaimana diharapkan oleh dunia usaha maupun dunia industri tersebut untuk kemudian mendidikannya dan mengembangkannya pada diri para siswa mereka (Sudjimat Dwi Agus, 2010).
Pentingnya penerapan pendidikan soft skills idealnya bukan saja hanya untuk siswa, tetapi juga bagi pendidik. Sehingga peneliti mendisain model sistem pembelajaran
pengembangan soft skills siswa yang dapat menjembatani
antara kesiapan tamatan SMK Negeri 2 Salatiga terhadap kebutuhan dunia industri.
1.2.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana Pengembangan model Pembelajaran soft skills
Siswa SMK Negeri 2 Salatiga dalam memenuhi tuntutan dunia usaha dan dunia industri?
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model Pembelajaran soft skills Siswa SMK Negeri 2 Salatiga dalam memenuhi tuntutan dunia usaha dan dunia industri.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Salatiga untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
1.4.2. Manfaat Praktis
Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat:
a. Bagi sekolah, menjadi pedoman pengelolaan model
pembelajaran soft skills siswa dalam memenuhi
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
b. Bagi Guru, dapat digunakan sebagai pedoman
pengembangan kompetensi soft skills dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
c. Bagi Siswa, melalui pengembangan kompetensi soft
skills dapat menumbuhkan kesiapan kerja ke dunia industri.
d. Bagi Industri, dengan pengembangan soft skills
Siswa SMK, industri mendapatkan lulusan yang siap kerja baik dari keterampilan teknis maupun etos kerja yang di harapkan oleh industri.
1.5. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Pengembangan model pembelajaran soft skills siswa memiliki spesifikasi sebagai berikut: