• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indah Rizqiatul Cara Kerja Hemodialysis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Indah Rizqiatul Cara Kerja Hemodialysis"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Cara Kerja Hemodialysis Sebagai Pengganti Ginjal Pada

Pasien Gagal Ginjal Terminal

Nama : Indah Rizqiatul Maula Hasim NIM : 16711005

Jurusan/Prodi : Pendidikan Dokter Tutor : dr. Milda Khoiriana

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Ginjal merupakan salah satu organ terpenting di dalam tubuh kita. Fungsi utama dari ginjal adalah sebagai organ ekskresi. Melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi, sampah metabolik tubuh dan zat toksik dapat dikeluarkan oleh tubuh bersama dengan urin sehingga zat-zat tersebut tidak meracuni tubuh kita1.

Proses utama dalam pembentukan urin sendiri adalah filtrasi yang terjadi di glomerulus. Darah memasuki ginjal melalui arteri renalis yang kemudian bercabang memasuki beberapa arteri kecil ( arteri lobaris, arteri arkuata, arteri interlobularis). Setelah melewati beberapa arteri kecil tersebut, darah melewati arteriol aferen agar bisa masuk menuju kapiler glomerulus. Kemudian terjadilah proses filtrasi zat-zat toksik serta komponen-komponen yang tidak diperlukan oleh tubuh. Apabila terjadi kerusakan pada ginjal, maka akan menyebabkan zat-zat yang seharusnya disekresikan oleh tubuh justru akan terserap dan dapat menyebabkan keracunan2.

Selain sebagai organ ekskresi, ginjal juga berperan banyak dalah regulasi homeostasis tubuh. Ginjal berperan dalam regulasi volume darah yang dapat mempengaruhi tekanan darah, regulasi PH cairan ekstraseluler, regulasi sintesis sel darah merah dan regulasi sintesis vitamin D1.

Namun, seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan fungsi kerja ginjal. Penurunan fungsi ginjal tersebut sudah mulai terjadi ketika berumur 20 tahun, namun baru mengalami penurunan yang sangat signignifikan di umur 50 tahun. Hal tersebut dapat mengganggu homeostasis tubuh. Selain dengan bertambahnya usia, penurunan fungsi ginjal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya karena kelainan. Gagal ginjal terminal merupakan salah satu kelainan pada ginjal yang permanen atau mengalami penurunan fungsi kerja yang sangat signifikan3.

(3)

atau hanya sekitar < 21,5 L/hari ( Normalnya pada wanita 160 L/hari sedangkan pada laki-laki 180 L/hari)4. Keadaan ini menyebabkan filtrasi zat-zat yang

seharusnya di eksresikan menjadi terserap oleh tubuh. Oleh sebab itu, dibutuhkan terapi ginjal pengganti untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam mengeliminasi toksin pada tubuh5.

Lebih dari 500.000 penderita gagal ginjal terminal di Amerika berhasil hidup lebih lama dan lebih baik dengan menggunakan transplantasi ginjal. Namun, untuk transplantasi ginjal itu sendiri tidak semua orang bisa mendapatkannya karena keterbatasan organ yang akan ditransplantasikan. Maka dari itu, banyak yang mencari cara lain untuk mengatasi gagal ginjal terminal. Salah satu caranya itu adalah dengan menggunakan hemodialisis6.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Gagal Ginjal Terminal

Kelainan ginjal itu sendiri terbagi menjadi dua jenis, gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari tiga bulan ditandai dengan laju filtrasi glomerulus yang hanya mencapai < 60mL/menit dan rasio albumin-kreatinin > 30mg/hari. Seiring berjalannya waktu, apabila penderita gagal ginjal kronik tidak mendapatkan perawatan khusus, maka laju filtrasi glomerulus (GFR) akan terus menurun dan rasio albumin-kreatin dapat terus meningkat. Sedangkan untuk gagal ginjal akut itu sendiri, merupakan penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba terhadap ginjal yang sebelumnya normal8.

Tingkatan gagal ginjal kronik dapat diperkirakan dari hasil perhitungan laju filtrasi glomerulus (GFR). Pembagian tingkatan gagal ginjal kronik dibagi menjadi 6 stadium seperti pada Tabel 2.1 di bawah ini : 8

(5)

Sedangkan untuk gagal ginjal terminal sendiri atau gagal ginjal kronik stadium akhir adalah keadaan dimana fungsi ginjal mengalami penurunan yang sangat drastis dan permanen dengan kecepatan filtrasi glomerulusnya hanya mencapai < 15ml/menit atau hanya sekitar < 21,5 L/hari ( Normalnya pada wanita 160 L/hari sedangkan pada laki-laki 180 L/hari)4.

Karena laju filtrasi gloemerulus yang sangat rendah pada pasien gagal ginjal terminal, maka dibutuhkan terapi penggantian ginjal ( RRT)9.

II.2. Hemodialisis

Terapi penggantian ginjal (RRT) dibutuhkan ketika fungsi ginjal mengalami penurunan yang sangat progresif karena akumulasi dari produk yang seharusnya disekresikan oleh tubuh bersama dengan urin mulai mengganggu homeostasis tubuh. Terapi penggantian ginjal akan dilakukan ketika perubahan fisiologis yang terjadi akibat penurunan fungsi ginjal ini tidak dapat diatasi lagi menggunakan obat atau diet. Salah satu kasus yang memerlukan terapi penggantian ginjal adalah gagal ginjal terminal atau gagal ginjal kronik stadium akhir. Ada dua jenis terapi penggantian ginjal, hemodialisis dan dialisis peritoneal9.

Jumlah pasien kelainan ginjal yang bisa bertahan hidup dengan terapi penggantian ginjal di Amerika Serikat terus meningkat setiap tahunnya. Presentase pasien yang menjalani terapi hemodialisis berkisar antara 85% sampai 90%, sedangkan sisanya menggunakan dialisis peritoneal. Terapi-terapi ini dinilai dapat meningkatkan harapan hidup terhadap pasien dengan gagal ginjal kronik tanpa harus menjalani transplasi ginjal. Walaupun, tingkat kematian pada pasien gagal ginjal terminal tetaplah tinggi6.

(6)

Ada tiga komponen penting dalam proses hemodialisis yaitu darah, dialisat, dan dialiser. Dialisat merupakan campuran antara larutan konsentrat asam dan larutan konsentrat bikarbonat dengan takaran yang sesuai untuk proses dialisis. Dialisat ini berfungsi sebagai pembawa sampah metabolik dan zat toksik yang ada dalam darah. Sedangkan dialiser (gambar 2.1) merupakan alat yang digunakan untuk filtrasi darah.(11). Hal penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan hemodialisis adalah mempersiapkan daerah fistula arteriovenosa (gambar 2.2), yaitu jalur yang akan digunakan untuk meregulasikan darah7.

Gambar 2.1 Alat Dialiser Gambar 2.2 Fistula Arteriovenosa

(11) (7)

(7)

hemodialisis ini melibatkan difusi zat terlarut melalui suatu membran semipermeabel. Molekul zat terlarut atau zat sisa metabolisme di dalam darah akan berpindah kedalam cairan dialisat. Setelah difiltrasi, darah dialirkan kembali ke dalam tubuh10.

Proses awal dari terapi hemodialisis adalah pengeluaran darah dari tubuh. Mulanya, dua jarum dengan selang yang digunakan untuk mengalirkan darah dimasukkan ke dalam jalur fistula arteriovenosa yang kemudian selanjutnya diedarkan ke dalam dialiser. Volume darah yang bisa disirkulasikan berkisar antara 300 mL hingga 500 mL per menit Di dalam dialiser, darah dipisahkan oleh selaput membran semipermeabel dari larutan dialisat untuk mencapai difusi elemen-elemen tertentu agar keluar dari darah7.

Selama proses hemodialisis berjalan, darah tidak akan membeku karena efek dari pemberian obat anti-hemofili yaitu heparin. Didalam dialiser, proses filtrasi darah terjadi persis seperti apa yang terjadi pada ginjal sungguhan11.

Di dalam dialiser terdapat dua kompartemen yang mempunyai selaput di bagian tengah. Selaput ini memisahkan antara kompartemen aliran darah dan kompartemen aliran dialisat. Fungsi dari selaput ini adalah mencegah dialisat atau darah untuk mengalir ke arah yang berlawanan. Karena perbedaan kompartemen inilah yang tidak akan menjadikan darah dan zat toksik tercampur. Oleh sebab itu, selama proses hemodialisis berlangsung akan terjadi dua perisitiwa fisika yaitu difusi dari zat tersebut melalui membran semipermeabel menuju dialisat untuk dibawa keluar dan ultrafiltrasi10.

Ukuran molekul sel dan protein darah itu lebih besar dari sampah metabolik tubuh dan zat toksik sehingga zat-zat tersebut tidak bisa menembus selaput semipermeabel. Darah yang sudah bersih, kemudian dialirkan kembali ke tubuh pasien dan dialisat yang mengandung sampah metabolik dan zat toksik akan dialirkan kedalam penampungan dialisat10.

(8)

Gambar 2.3 Hemodialisis (7)

BAB III KESIMPULAN

(9)

ekstraseluler, regulasi sintesis sel darah merah dan regulasi sintesis vitamin D. Begitu banyak fungsi ginjal dalam menjaga homeostasis tubuh, oleh sebab itu ketika terjadi kerusakan pada ginjal, dapat sangat mengganggu homeostasis tubuh. Salah satu kelainan yang banyak terjadi adalah gagal ginjal terminal. Gagal ginjal terminal atau gagal ginjal kronik stadium akhir merupakan penurunan fungsi ginjal yang sangat drastis dengan ditandai penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) yang sangat signifikan, yaitu < 15 mL/menit. Kelainan tersebut bersifat permanen dan memerlukan terapi penggantian ginjal. Karena keterbatasan organ yang ditransplantasikan, banyak orang yang beralih untuk menggunakan terapi hemodialisis sebagai terapi penggantian ginjal.

Hemodialisis merupakan suatu terapi bagi pasien yang mengalami penurunan fungsi kerja ginjal secara progresif dan memerlukan alat bantu untuk menggantikan fungsi kerja ginjal tersebut. Prinsip dari terapi hemodialisis ini adalah memompa darah keluar dari tubuh untuk kemudian dimasukkan ke dalam alat dialiser yang di dalam alat tersebut terjadi proses difusi dan ultrafiltrasi. Selanjutnya darah akan dialirkan kembali ke dalam tubuh dalam keadaan sudah tidak mengandung sampah metabolik dan zat toksik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tate P. Seeley’s Principles of Anatomy & Physiology. 2nd ed. Hill MG, editor. USA; 2012.

(10)

Urology. Igarss 2014. 2014. 1-5 p.

3. Martini F, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamentals of anatomy & Physiology. 9th ed. Berriman L, Pille R, editors. San Fransisco: Pearson; 2012. 1-1272 p.

4. Indonesia PN. 8 th Report Of Indonesian Renal Registry 2015. Perkumpulan Nefrol Indones. 2015;8:1–45.

5. Degrassi F, Quaia E, Martingano P, Cavallaro M, Cova MA. Imaging of haemodialysis: renal and extrarenal findings. Insights Imaging [Internet]. 2015;6(3):309–21. Available from:

http://link.springer.com/10.1007/s13244-015-0383-3

6. Patzer RE, Plantinga LC, Paul S, Gander J, Krisher J, Sauls L, et al. Variation in Dialysis Facility Referral for Kidney Transplantation Among Patients With End-Stage Renal Disease in Georgia. J Cambrigdge Univ. 2015;30322(6):582–94.

7. A.Sherman R, D.Swartz R, Thomas C, Bayer K, Benedicto C. Treatment Methods for Kidney Failure HEMODIALYSIS. Natl Kidney Urol Dis Inf Clear. 2016;1:1–28.

8. Stevens PE, Levin A. Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease : Synopsis of the Kidney Disease : Improving Global Outcomes 2012 Clinical. Ann Intern Med. 2013;825–31.

9. Zadeh KK. Chronic Kidney Disease (CKD). Div Nephrol Hypertens Gen Intern Med. 2011;6:4–6.

10. Himmelfarb J, Ikizler A. Hemodialysis. N Engl J Med. 2010;18(5):645–56. 11. Kher DV, Rajapurkar DM, Taraphder DA, Raju DR. STANDARD

Gambar

Gambar 2.1 Alat Dialiser

Referensi

Dokumen terkait

 Infrastruktur teknologi informasi terdiri dari sekumpulan perangkat dan aplikasi piranti lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan manajemen sistem informasi suatu. perusahan

Bila anda mengklik New Table Maka akan muncul tampilan window seperti di bawah ini, terdapat Coloumn Name (untuk mengisikan Nama Kolom/ Nama Field), Data Type (untuk

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Ilahirabbi yang telah memberikan Rahmat, Nikmat dan Hidayah-Nya serta rasa cinta dan sayang yang begitu indah dengan segala suka dan

Penelitian ini dilakukan untuk melihat perubahan kadar serum TNF- α, IL-1, IL-6 pada kelompok yang diberikan Amitriptilin dan kelompok yang diberikan Deksketoprofen serta

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

[r]

Bagi setiap perusahaan yang telah menggunakan sistem informasi berbasis komputer dalam kegiatan usahanya maka memerlukan sistem pendukung keputusan untuk

Hasil analisa stabilitas lereng akibat beban hujan, yaitu dengan pengaruh hujan periode ulang menggunakan metode Bishop yang Disederhanakan menghasilkan nilai SF