Contoh Makalah B.Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena atas rahmat dan petunjuknya, kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Bahasa Indonesia ini.
Makalah ini kami tulis berdasarkan materi Bahasa Indonesia yang berjudul “Bahasa Indonesia Baku ”. Makalah ini adalah salah satu saran dan pendukung dalam mempelajari tata cara penggunaan bahasa baku.
Namun demikian, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu segala kerendahan hati, kritik dan saran dari berbagai pihak kami harapkan demi untuk penyempurnaan makalah berikutnya.
Akhirnya penulis mengucapkan terimahkasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Palangkaraya, 10 November 2011
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...
Daftar Isi...
BAB I PENDAHULUAN
1. Pengertian Kata Baku...
BAB II.. PEMBAHASAN
1. Fungsi Bahasa Indonesia baku...
2. Ciri – ciri Bahasa Indonesia Baku...
3. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa...
4. Faktor Lafal Baku...
5. Upaya Pembakuan Lafal B. Indonesia...
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...
B. Saran...
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pengertian Kata Baku
Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman dalam bentuk dan
fungsi bahasa, menurut ahli linguistikEinar Haugen. Ia dikatakan sebagai “loghat yang paling
betul” bagi sesuatu bahasa
Keseragaman dalam bentuk bererti bahawa bahasa baku sudahdikodifikasikan, baik dari
segi ejaan, peristilahan, mahupun tatabahasa, walaupun kodifikasi bahasa itu tidaklah
semestinya merupakan penyeragaman kod yang mutlak. Misalnya, dalam tatabahasa sudah ada
rumus morfologi Melayu yang menetapkan bahawa konsonan k pada sesuatu kata
dasardigugurkan apabila diberi awalan men; umpamanya kasih menjadi mengasihi, dan ketat menjadi mengetatkan. Tetapi dengan masuknya kata asing yang mengandungi gugus konsonan pada awal kata, rumus tersebut diberi rumus tambahan, iaitu untuk kes tersebut, konsonan k tidak digugurkan apabila diberi awalan meNG; umpamanya kritik menjadi mengkritik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Fungsi Bahasa Indonesia baku
Secara umum fungsi Bahasa Indonesia adalah :
1. Komunikasi resmi
2. Wacana teknis
3. Pembicaraan di depan umum
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati
Dari empat fungsi bahasa yang menuntut ragam baku itu, hanya dua yang terakhir yang langsung berkaitan dengan komunikasi verbal secara lisan. Dengan kata lain, lafal baku perlu digunakan dalam pembicaraan di depan umum, seperti kuliah, ceramah, khotbah, pidato, dsb. atau dalam pembicaraan dengan orang yang dihormati seperti pembicaraan dengan atasan, dengan guru, dengan orang yang baru dikenal.
Ada pun fungsi social dari bahasa indonesia sebagai :
1) pemersatu
2) Penanda kepribadian
3) Penanda kewibawaan
4) Sebagai kerangka acuan
kepulauan Nusantara yang luas ini jika tidak ada satu bahasa sebagai alat komunikasi antara satu dengan lain. Kehadiran suatu lafal baku yang perlu digunakan sebagai tolok dalam berbahasa lisan pada peristiwa-peristiwa tutur resmi yang melibatkan pendengar dari berbagai kelompok suku tentulah merupakan suatu keharusan.
Fungsi kepribadian lafal baku akan tampak bila kita terlibat dalam pergaulan antarbangsa. Melalui bahasa lisan seseorang, kita dapat mengenal apakah dia menggunakan logat asing ataukah logat baku. Orang asing yang belajar bahasa Indonesia dapat saja mencapai penguasaan bahasa Indonesia yang sangat baik namun itu biasanya terbatas pada bahasa tulisan. Atau, kemungkinan lain, dapat saja kita terlibat dalam percakapan dengan bangsa serumpun, misalnya dengan orang Malaysia atau Brunei Darussalam. Dari segi perawakan tentu sulit untuk membedakan satu sama lain, tetapi melalui logat/dialek yang digunakan kita dapat mengenal apakah seseorang termasuk bangsa Indonesia atau tidak.
Fungsi penanda wibawa lafal baku merupakan suatu fungsi yang mempunyai nilai sosial yang tinggi dalam suatu masyarakat. Kemampuan seseorang dalam menggunakan lafal baku cenderung akan ditafsirkan bahwa orang itu adalah orang terpelajar dan karena itu patut disegani. Kewibawaan lafal baku tampak jelas dalam pergaulan sehari-hari. Dalam senda gurau tidak pernah kita mendengar lafal baku dijadikan bahan olok-olok. Pada umumnya yang kita dengar adalah logat (lafal) yang bersifat kedaerahan.
Fungsi lafal baku sebagai kerangka acuan berarti bahwa lafal baku dengan perangkat kaidahnya menjadi ukuran atau patokan dalam berbahasa Indonesia secara lisan pada situasi-situasi komunikasi yang resmi.
1. B. Ciri – ciri Bahasa Indonesia Baku
Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:
1. Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalahpelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau dialek.
Misalnya, kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / ketrampilan
Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu.
Kuliah sudah erjalan dengan baik.
3. Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia bakuditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya:
Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karenasemua diangapnya
penipu.
4. Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat. Misalnya:
Bacalah buku itu sampai selesai!
Bagaimanakah cara kita memperbaiki kesalahan diri?
Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang dada.
5. Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:
Saya bertemu dengan adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada orang itu.
C. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten.
1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten. Misalnya:
Bahasa baku
● Gubernur meninjau daerah kebakaran.
2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:
Bahasa Baku
● Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos. ● Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.
3. Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku
● Surat anda sudah saya terima.
● Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan. Bahasa Tidak Baku
● Surat anda saya sudah terima.
● Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.
4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya: Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku ● anaknya ● dia punya anak ● membersihkan ● bikin bersih ● memberitahukan ● kasih tahu ● mereka ● dia orang
5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsure gramatikal bahasa daerah. Misalnya:
Bahasa Baku
● Dia mengontrak rumah di Kebayoran lama ● Mobil paman saya baru
Bahasa Tidak Baku
● Paman saya mobilnya baru.
a. Penggunaan Kata-Kata Baku
belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali
b. Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafl daerah. Misalnya:
Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
● atap ● atep
● menggunakan ● menggaken
● pendidikan ● pendidi’an
D. Faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan Lafal Baku
Dengan faktor pendukung pertumbuhan lafal baku di sini dimaksudkan semua faktor yang dianggap memberikan dampak positif terhadap kehadiran lafal baku bahasa Indonesia. Sebaliknya, faktor penghambat pertumbuhan lafal baku adalah semua faktor yang dianggap memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan/kehadiran lafal baku bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pembicaraan pada seksi ini akan mencoba mengidentifikasi beberapa isu atau masalah yang bertalian dengan lafal baku kemudian melihat apa segi positifnya dan apa segi negatifnya. Masalah yang bertalian dengan lafal baku yang akan disorot dalam hubungan ini meliputi:
1. isu persatuan dan kesatuan,
3. isu kesempatan kerja
4. isu keunggulan bahasa baku
5. isu demokrasi dalam bahasa
Pada dasarnya isu tersebut membawa perubahan yang sangat signifikan pada cara lafal baku, hal ini mungkin saja akan terus berpengaruh pada tata cara lafal bahasa in donesia, yang akan berlanjut ke masa yang akan datang, kecuali bila kita beerfikir secara rasio untuk memperbiaki bahasa innonesia yang merupaakan bahasa pemersatu kita.
E. Upaya Pembakuan Lafal Bahasa Indonesia
Adanya ragam baku, termasuk lafal baku, untuk bahasa Indonesia merupakan tuntutan Sumpah Pemuda dan UUD 1945. Pengikraran bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia menuntut setiap orang Indonesia untuk bisa berkomunikasi satu sama lain baik secara lisan maupun secara tertulis dalam bahasa persatuan. Penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berarti bahwa segala bentuk kegiatan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilakukan dalam bahasa Indonesia. Semua kegiatan komunikasi verbal dalam bahasa Indonesia itu, secara lisan atau secara tertulis, hanya akan mencapai hasil yang baik jika ada semacam rujukan yang dimiliki bersama–dalam hal ini ragam baku bahasa Indonesia. Untuk keperluan berbahasa lisan tentu saja dibutuhkan lafal baku. Upaya pembakuan lafal bahasa Indonesia pada dasarnya dapat dilaksanakan dengan dua jalur:
1. jalur sekolah dan
DAFTAr PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. 1975. “Tata Cara Standardisasi dan Pengembangan Bahasa Nasional” dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. No. 3 pp 7–14.
Moeliono, Anton M. 1975. “Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku” dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. No. 3. pp. 2–6.
Salim, Emil. 1983. “Membangun Bahasa Pembangunan”. Makalah pada Kongres Bahasa Indonesia IV.
http//: www. ainisastra.com