• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan 3 – Regulasi dan Regulator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertemuan 3 – Regulasi dan Regulator"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REGULASI DAN REGULATOR PENYIARAN TELEVISI DI

INDONESIA

Disusun oleh:

Mada Marsella 130904861 Jeannet Valentin 130904942 P. Yodinaro 140905296

Ignatius Kresna Luki 140905366 Chrisna Ardianto 140905370

Televisi adalah insstitusi yang dikuasai oleh institusi (Miller, T., 2010).Televisi diperkenalkan di pasar pada tahun 1930an (Miller, T., 2010).Televisi berfungsi sebagai media komunikasi, sarana pendidikan, sarana hiburan dan informasi, serta sebagai sarana tayangan komersial (Surbakti, E. B., 2008: 77).

Televisi merupakan salah satu media yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Asumsi ini dikemukakan oleh Agee (dalam Ardianto, hal 134). Penelitian menunjukkan bahwa sebagai masyarakat Amerika menghabiskan waktu hampir 99% didepan layar kaca. Negara Indonesia mengenal televisi dimulai sejak tanggal 24 Agustus 1962 yang bertepatan dengan dilangsukannya pembukaan pesta olahraga se-Asia. Setelah beberapa tahun, perkembangan televisi di Indonesia sangat signifikan ditunjukkan dengan diluncurkan satelit palapa pada tahun 1992 yang membuat siaran televisi dapat menjangkau haampir seluruh rakyar Indonesia.

Perkembangan televisi yang terjadi di Indonesia, membuat pemerintah menyusun atau membuat regulasi mengenai pretelevisian, atau Undang-Undang tentang televisi. Selain membuat Undang-undang mengenai pertelevisian pemerintah juga mendirikan regulator tentang penyiaran televisi yaitu KPI atau Komisi Penyiaran Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, maka program penyiaran yang dilakukan oleh stasiun TV juga mengalami perkembangan namun tidak semua perkembangan menunjukkan etika baik dalam penyiaran.

Sebagai media yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, tayangan televisi tentunya harus memenuhi fungsinya agar mendidik sekaligus menghibur.Tetapi terkadang kebanyakan tayangan televisi tidak memenuhi kriteria agar mewujudkan fungsi tersebut.Untuk itu, diperlukan lembaga yang mengawasi dan mengatur konten acara televisi.Lembaga-lembaga tersebut biasanya memberikan sejumlah peraturan atau undang-undang yang disebut regulasi.

Regulasi atau nama lainnya peraturan menurut KBBI adalah tataan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur. Dalam hal ini regulasi yang dimaksud adalah regulasi penyiaran televisi yang ada di Indonesia.

Lembaga yang mengatur regulasi penyiaran (regulator) di Indonesia adalah KPI, sebagaimana di atur dalam UU no. 32 tahun 2002 pasal 7.KPI ialah lembaga negara yang bersifat independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran.

Tugas dan kewajiban KPI ialah (UU no 32 tahun 2002):

(2)

b. Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran

c. Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri terkait

d. Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang e. Menampung, meneliti, menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan

apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran

f. Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitasi di bidang penyiaran.

Ada banyak regulasi tentang penyiaran:

- UU no 32 tahun 2002 tentang penyiaran, berisi pedoman lembaga penyiaran baik lembaga penyiaran swasta, komunitas, berlangganan, sampai lembaga penyiaran asing.

- Permen no. 22 tahun 2011 tentang penyelenggaraan penyiaran televisi digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar

- Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS)

UU no 32 tahun 2002 pasal 36 menjelaskan tentang larangan dan kewajiban dari lembaga penyiaran.Ada satu hal dari pasal tersebut yang intinya melarang lembaga penyiaran menyiarkan isi siaran yang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong, menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkoba, dan mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.Terlebih lagi, isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

Berikut ialah fungsi, wewenang, tugas, dan kewajiban KPI yang tertuang dalam pasal 7 ayat (2) dan pasal 8 UU Penyiaran (KPI, 2012: 23)

- Mengatur hal-hal mengenai penyiaran - Menetapkan standar program siaran

- Menyusun peraturan dan menetapkan pedoman perilaku penyiaran

- Mengawasi pelaksanaan peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran

- Memberikan sanksi terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyiaran serta standar program siaran

- Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan pemerintah - Pemerintah pusat

- Pemerintah daerah

- Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan lembaga penyiaran - Melakukan koordinasi dan/atau kerjasama dengan masyarakat

- Menjamin masyarakat untuk memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia

- Ikut membantu pengaturan infrastruktur bidang penyiaran

- Ikut membangun iklim persaingan yang sehat antarlembaga penyiaran dan industri terkait

- Memelihara tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang - Menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan, serta kritik dan

(3)

- Menyusun perencanaan pengembangan sumber daya manusia yang menjamin profesionalitas di bidang penyiaran

Hasil survei yang dilakukan oleh KPI mengenai kualitas program siaran televisi bulan Mei-Juni 2015 juga menunjukkan bahwa secara umum kualitas program siaran televisi masih di bawah standar kualitas dari KPI (3,27 dari 4) (KPI, 2015).

Terkait konten acara yang disajikan oleh televisi tertuang dalam UU no 32 tahun 2002 pasal 36 mengenai isi siaran:

1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.

2. Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara yang berasal dari dalam negeri.

3. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.

4. Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu.

5. Isi siaran dilarang:

a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;

b. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan obat terlarang; atau

c. mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan.

6. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

Tahap-tahap regulasi televisi di Indonesa: 1. Tahap pertama atau pada masa orde lama

Pada awal terbentuknya televisi di Indonesia atau awal mulanya penayangan program televisi di Indonesia adalah berawal ketika Indonesia menjadi tuan rumah dari Asian Games IV , pada kesempatan itu R.Maladi berharap agar kehadiran televisi dijadikan sebagai langkah awal untuk perkembangan televisi di Indonesia. Usulan tersebut disetujui oleh presiden ir.Soekarno dan segera membentuk pantia persiapan televisi atau P2T pada tanggal 25 Juli 1961. Selain itu juga terbit kepres Keppres No. 215/1963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden R.I.

2. Tahap kedua atau pada masa orde baru

(4)

- SK Menpen No. 55 Bahan siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI memiliki status ganda yaitu selain sebagai Yayasan Televisi RI juga sebagai Direktorat Televisi

3. Tahap ketiga atau tahap reformasi - UU. 32/2002 Tentang Penyiaran

- PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN JAWATAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

Stasiun televisi terutama stasiun televisi swasta di Indonesia semakin lama tidak benar-benar menjalankan fungsinya sebagai media yang mengedukasi dan menghibur. Televisi mungkin hanya menjalankan satu fungsinya, yaitu menghibur tetapi terkadang tidak mengedukasi sama sekali. Tentu saja dalam hal ini tugas KPI sebagai satu regulator penyiaran di Indonesia dan juga merupakan lembaga independen semakin dibuat kesulitan dengan maraknya acara hiburan yang tidak mendidik dan bahkan seragam antara satu stasiun televisi dengan stasiun televisi lain.

Beberapa pelanggaran yang ditemukan dalam beberapa program acara televisi swasta di Indonesia ialah:

a) CCTV

Pada 1 April 2014 KPI melayangkan surat teguran kepada Trans 7 mengenai tayangan CCTV. Teguran ini didasarkan pada pengaduan masyarakat setelah didapatkan hasil analisis dari pemantauan yang dilakukan. Disinyalir bahwa program CCTV menampilkan tayangan yang berbau kekerasan, serta menampilkan edukasi yang berbau negatif, yakni bagaimana orang melakukan aksi kriminalnya (perampokan). Selain itu, program ini juga menampilkan adegan yang melanggar norma-norma, seperti norma kesopanan, kesusilaan, dan dapat memengaruhi pola piker anak maupun remaja bila tayangan ini mereka saksikan.

P3 KPI yang telah dilanggar antara lain P3 KPI tahun 2012 Pasal 9, Pasal 14 dan Pasal 21 ayat (1). Selain itu, Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia (SPS KPI) yang telah dilanggar yaitu, tahun 2012 Pasal 9, Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 37 ayat (4)a.

Selang beberapa waktu kemudian, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kembali melayangkan surat teguran kepada Trans 7 dan kepada program yang sama, CCTV. Hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 mengenai Penyiaran (Undang-Undang Penyiaran). Surat kedua ini dilayangkan karena program CCTV kembali menayangkan tayangan yang bersifat kekerasan. Komisi Penyiaran Indonesia pernah menyampaikan secara lisan kepada pihak Trans 7 agar lebih selektif dalam menampilkan rekaman CCTV yang hendak ditayangkan dalam acara tersebut. Serta, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah memberi peringatan bahwa mereka akan lebih meningkatkan pengawasan dan sanksi terhadap program yang menayangkan tayangan yang tidak sesuai dengan P3 SPS.

(5)

Surat peringatan yang diberikan KPI kepada stasiun tv swasta yaitu SCTV dengan program acara "Inbox"

Baru-baru ini maraknya televisi "goyang" atau siaran televisi yang mayoritas dikemas menggunakan goyangan seperti dance, goyang dandut, dan goyang yang diada-adakan sendiri. Fenomena ini yang entah dipelopori oleh siapa, membuat "latah" stasiun tv lain dan mengemas acara mereka dengan goyangan atau dance.

Seperti contohnya adalah acara Inbox. Inbox yang notabene nya adalah acara musik, sekarang juga dikemas dan diselingi dengan goyangan dan dance. Program inbox yang disiarkan oleh SCTV juga mengadakan lomba dance yang memperingati hari ulang tahun SCTV yang ke-25 dengan goyang "gojigo". Lomba ataupun kompetisi yang diadakan oleh Inbox dapat membuat seseorang mengasah kekreativannya untuk tampil sebaik mungkin hingga menjadi pemenang.

Namun pada pertengahan bulan ini, program acara Inbox mendapatkan teguran tertulis dari KPI terkait dengan lomba atau kompetisi dance tersebut. Pasalnya inbox menayangkan peserta lomba dance yang dianggap tidak menghormati dan melecehkan pramuka. Pada tayangan tersebut para peserta lomba mengenakan seragam pramuka yang tidak senonoh, seperti menggunakan seragam pramuka namun memakai hotpants dan memodifikasi dengan tidak pantas. Ini merupakan suatu pelanggaran yang dianggap melecehkan dan tertulis pada surat peringatan KPI yang meyebutkan bahwa Program tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9 yaitu bahwa Lembaga Penyiaran Wajib menghormati nilai norma kesopanan dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat. Pasal 14 Ayat (2), yaitu lembaga penyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek produksi penyiaran. Dan Pasal 21 Ayat (1) Lembaga penyiaran wajib tunduk pada ketentuan penggolongan program siaran berdasarkan usia dan tingkat kedewasaan khalayak di setiap acara. serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 9 Ayat (2), Pasal 15 Ayat (1) dan Pasal 37 Ayat (4) huruf a.

Daftar pustaka

Ira. (August 21st 2015). Dinilai tidak hormati gerakan pramuka, KPI jatuhkan sanksi

pada Inbox SCTV. KPI. Diakses dari http://www.kpi.go.id/index.php/lihat- terkini/38-dalam-negeri/32911-dinilai-tidak-hormati-gerakan-pramuka-kpi-jatuhkan-sanksi-pada-inbox-sctv

KBBI. (n/d). Atur. Diakses dari http://kbbi.web.id/aturpada 22 Agustus 2015 KPI. (2012). Komisi Penyiaran Indonesia Daerah: Eksistensi, Rekrutmen, Tata

Hubungan, dan Penganggaran. Jakarta: Bidang Kelembagaan KPI Pusat

KPI.(2015). Hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi periode Mei-Juni 2015. Jakarta: Komisi Penyiaran Indonesia Pusat. Handout diunduh dari

http://kpi.go.id/download/Pengumuman/Handout-hasil-survei-indeks-kualitas-program-siaran-televisi-mei-juni-2015.pdf pada 20 Agustus 2015

(6)

Surbakti, E. B. (2008). Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anak Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

ST. (April 1st 2014). Teguran Tertulis Program Siaran CCTV Trans 7. KPI. Diakses

dari

http://www.kpi.go.id/index.php/lihat-sanksi/31981-teguran-tertulis-program-siaran-cctv-trans-7 pada 24 Agustus 2015

ST. (August 11th 2014). Teguran Tertulis Kedua Program Siaran CCTV Trans 7.

KPI. Diakses dari

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih yang digunakan oleh guru mata pelajaran Fiqih di

Penelitian ini merupakan replikasi dari Citra Yuristisia (2007) mengenai pengaruh sistem informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajerial dengan variabel

Mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam dalam penelitian adalah mata pelajaran yang berada dalam rumpunan agama Islam, antara lain: aqidah ahlak, al qur‟an hadits,

Pengolahan data pernikahan, yang meliputi pendaftaran nikah, cerai dan rujuk, yang dilakukan pada Instansi Kantor urusan Agama disini pegawai masih dikerjakan secara

Pemberian pupuk hayati pada perlakuan A4 (lahan ditabur dengan tanah bekas tanam kedelai, dan diberi kapur serta biji tidak diinokulasi) ternyata dapat meningkatkan

Untuk itu nampaknya masing-masing perusahaan perlu memiliki kesadaran untuk memberikan pengungkapan sosial sebagai tanggung jawab sosial mereka.(ii) Saran untuk

Terhadap Keputusan Nasabah Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Memilih Produk Tabungan di Lembaga Keuangan Syariah” merupakan penelitian yang bertujuan untuk

Bila dibandingakan dengan hasil penelitian dari Mezuan (2007) Perairan Marina Teluk Jakarta dan Sutisna (2007) Pelabuhan Sunda Kelapa Teluk Jakarta maka kapasitas