Universitas Sumatera Utara
dengan dimensinya yang lain.Struktur pelat biasa saja dimodelkan oleh elemen solid
3D,tetapi elemen solid membutuhkan banyak elemen solid untuk menghitung
tegangan normal dan tegangan geser dalam arah tebal dimana hal ini diabaikan untuk
pelat tipis.Selain itu elemen 3D yang tipis mengundang masalah yang menimbulkan
“ill condition “ karena koefisien kekakuan sehubungan dengan regangan arah tebal
yaitu ὲz adalah sangat besar dibandingkan koefisien regangan kekakuan yang
lain.Geometri tepi suatu pelat dapat dibatasi oleh garis lurus atau garis
lengkung.Ditinjau dari segi statika, kondisi tepi bebas,jepit elastis, bertumpuan
sederhana, bertumpuan elastis atau dalam beberapa hal dapat berupa tumpuan titik
terpusat.Beban statis atau dinamis yang dipikul oleh pelat umumnya tegak lurus
permukaan pelat sehingga peralihan yang terjadi pada pelat merupakan akibat dari
aksi lentur pelat ( antara lain transisi vertical, lendutan dan rotasi pelat βx, βy). Sementara perkembangan mekanika struktur secara keseluruhan dimulai
dengan penelitian masalah keseimbangan ,analisa dan percobaan yang pertama kali
terhadap pelat terutama dilakukan terhadap getaran bebas.Pendekatan matematis
pertama pada teori membrane pelat dibuat oleh Euler ( 1766 ),yang memecahkan
masalah getaran bebas pada membrane elastis persegi dan melingkar dengan
menggunakan analogi balok silang.Murid Euler, J.Bernouli,Jr., keturunan dari
ilmuwan matematik terkenal Bernouli, menerapkan analogi tersebut pada pelat
dengan memperkenalkan analogi gridwork.Karena momen torsi pelat belum
termasuk dalam persamaan diferensial gerak,ia hanya menemukan adanya kemiripan
antara teori dan eksperimen tanpa mendapatkan pengertian umum.
Ahli fisika Jerman,Chladni, menemukan mode getaran bebas yang
bervariasi.Dalam eksperimennya terhadap pelat horizontal, ia menggunakan bubuk
Universitas Sumatera Utara teratur.Bubuk tersebut terakumulasi sepanjang garis nodal,dimana tidak terjasi
peralihan vertical.
Sophie German,ahli matematik Perancis, menemukan persamaan diferensial
getaran untuk menjelaskan variasi kalkulus.tapi ia gagal ekspresi energy regangan
pelat untuk menjelaskan kerja yang dilakukan oleh puntiran ( warping ) permukaan
tengah.Walaupun ia memperoleh penghargaan dari Parisian Academy ( 1816 ), para
juri kurang puas atas hasil kerjanya, karena tidak memberikan penjelasan yang
mendasar.
Lagrange,salah satu juri, memperbaiki pekerjaan Germain dengan
menambahkan hal – hal yang kurang, dan menjadi orang pertama yang menggunakan
persamaan diferensial yang benar untuk getaran bebas pelat.Persamaan ini tanpa
turunannya ditemukan diantara catatan Lagrange setelah ia meninggal(
1813).Pendisain jembatan dan insiyur pertama,Navier ( 1785 – 1836 ) , dapat
dianggap sebagai penemu teori elastisitas modern yang sesungguhnya.Aktifitas
ilmiahnya mencakup penyelesaian terhadap berbagai masalah pelat.Navier menyusun
persamaan diferensial pelat persegi dengan tahanan lentur ( flexural resistance ).Ia
juga memperkenalkan metode “eksak” untuk menyelesaikan masalah nilai batas
tertentu yang mentransformasikan persamaan diferensial menjadi persamaan
aljabar.Metode Navier ini berdasarkan penggunaan deret trigonometri Fourier yang
ditemukan dalam decade yang sama.Penyelesaian yang dikenal sebagai solusi gaya (
forced solution ) persamaan diferensial menghasilkan penyelesaian matematis eksak
yang relative mudah,untuk kondisi batas pelat perletakan sederhana ( tipe Navier
).Poisson ( 1829 ) melanjutkan penggunaan persamaan pelat Navier pada getaran
lateral pelat melingkar, yang hanya dapat diterapkan pada pelat tebal.Karena hasil
karyanya yang dipublikasikan dalam bukunya yang berjudul Lectures on
Mathematical Physics (dalam bahasa Jerman ),Kirchhoff ( 1824 – 1887 ) dianggap
sebagai penemu teori pelat lanjutan yang memeperhitungkan kombinasi tarik dan
lentur.Dalam menganalisa pelat dengan defleksi besar, ia menemukan bahwa
nonlinieritas pelat dan diabaikan.Sumbangan penting lainnya adalah ditemukannnya
persamaan frekuensi pelat dan metode peralihan virtual pada penyelesaian maslah
Universitas Sumatera Utara Teori pelat yang lebih eksak yang memperhitungkan deformasi akibat gaya
geser tranversal diperkenalkan oleh Reissner.Dirusia, penelitian yang dilakukan
Volmir dan Panov terutama ditujukan untuk memecahkan masalah non
linier,sementara Oniashvill dan Gontkevitsh menyelidiki getaran bebas dan getaran
gaya pelat.
2.2 Teori Lendutan
Untuk lendutan yang kecil ( w ≤ 0,2 h ), akan tetapi, bila besarnya lendutan
melampaui batas tertentu ( w ≥ 0,30 h ), lendutan lateral akan disertai oleh rentangan
bidang pusat jika tepi – tepi pelat dikekang terhadap gerakan sebidang.Gaya – gaya
membrane akibat rintangan ini akan memperbesar daya pikul beban lateral .Sebagai
contoh, jika pelat diizinkan melendut lebih besar daripada ketebalannya, daya pikul
bebannya akan jauh lebih tinggi.Bila besar lendutannya maksimal mencapai tebal
pelat ( w = h ), aksi membrane akan sebanding dengan aksi lentur . Di atas nilai ini (
wmaks > h ), aksi membrane akan lebih dominan.Oleh karena itu, teori pelat yang
memperhitungkan pengaruh lendutan yang besar harus digunakan pada kasus seperti
ini.
Walaupun teori pelat dengan lendutan besar menganggap lendutan pelat
sama dengan atau lebih besar daripada ketebalan pelat, lendutan ini harus tetap kecil
relative kecil dibandingkan dimensi pelat lainnya.Walaupun sekarang pengaruh
lentur dan rentangan harus ditinjau secara berbarengan, persamaan diferensial pelat
yang menyatakan keseimbangan gaya luar dan dalam yang bekerja pada suatu
elemen pelat yang sangat kecil, juga berlaku bagi teori lendutan pelat besar.Akan
tetapi, pada kasus ini ada gaya sebidang ( nx ( ϕ ), ny (ϕ) dan (nxy (ϕ) yang timbul
akibat lendutan yang besar. Karena mengandung dua besaran yang tidak diketahui (
w, ϕ), kita memerlukan persamaan tambahan yang menghubungkan fungsi lendutan
dan tegangan. Hubungan ini bias diperoleh dari persamaan kompatibilitas yang
menyatakan suku – suku tak linier dalam persamaan perpindahan – tegangan bagi
lendutan besar ( gambar 2.2 ).Jadi dapat dituliskan :
y = + = + ( ) = ( nx – vny ) ( 2.1 )
Universitas Sumatera Utara
Dengan memakai persamaan 2.3, persamaan diferensial untuk teori lendutan besar
dapat dituliskan secara ringkas sebagai berikut :
dan £ ( ,w ) diperoleh dengan mengganti dalam persamaan 2.4 dengan w.
Pada tahun 1820, Navier mengemukakan makalah pada French Academy of
Sciences mengenai penyelesaian pelat segiempat bertumpuan sederhana yang
mengalami lentur dengan deret trigonometris ganda.Penyelesaian Navier kadang –
kadang disebut penyelesaian persamaan diferensial yang dipaksakan karena cara ini
mentransformasi “ secara paksa” persamaan deferensiasi pelat menjadi persamaan
aljabar, sehingga sangat mempermudah operasi matematis yang diperlukan.
Penyelesaian Navier hanya berlaku bagi kondisi tepi pelat segiempat berikut :
(w)x = 0 , x = a = 0 ( mx )x = 0, x = a = 0 ( 2.5 )
Universitas Sumatera Utara
yang memenuhi semua kondisi tepi yang disebutkan diatas.Dalam persamaan (
2.6 ) koefisien ekspansi Wmn merupakan besaran yang belum diketahui.
2. Beban lateral pz juga diekspansi ke deret sinus ganda ;
Pz ( x,y ) = ∑∾ ∑∾ sin sin ( m,n = 1,2,3,…) ( 2.7)
Koefisien Pmn dalam ekspansi Fourier ganda bagi beban ini ditentukan dari
persamaan :
Fmn = ∫ ∫ ( , ) sin sin
3. Dengan mensubstitusikan persamaan ( 2.6) dan (2.7) kedalam persamaan
diferensial pelat,kita peroleh persamaan aljabar yang selanjutnya digunakan
untuk menghitung besaran Wmn.
Penjumlahan semua suku menhasilkan penyelesaian analitis untuk lendutan
pelat.Dengan demikian,kita dapat tuliskan
W(x,y ) = ∑ ∑
[ ( / ] ( ) )
∾
Universitas Sumatera Utara
Dengan mensubtitusikan persamaan w(x,y ) ini ke persamaan momen dalam
dan gaya geser, kita dapat menentukan gaya dalam, dan karenanya keadaan tegangan
,disetiap titik pelat pada pelat.Misalnya untuk momen pelat,kita peroleh :
Mx = 2 D ∑∾ ∑∾ ( ) + ( ) sin si n
My = 2 D ∑∾ ∑∾ ( ) + ( ) sin sin ( 2.11)
Mxy = - 2 D ( 1- v ) ∑∾ ∑∾ cos cos
Dengan memanfaatkan dalil superposisi, kita dapat memperluas pemakaian
Navier pada pelat segiempat yang memiliki kondisi tepi yang tidak bertumpuan
sederhana.Pendekatan dalam kasus seperti ini serupa dengan penyelesaian masalah
balok, yakni pengaruh gaya atau momen tepi dijumlahkan dengan penyelesaian pelat
bertumpuan sederhana dimana wp = penyelesaian pelat homogen dan wh =
penyelesaian khusus dari persamaan );
w(x,y ) = wp + ∑wh
Untuk memperoleh penyelesaian khusus dengan metode levy, dua tepi pelat
yang berseberangan harus bertumpuan sederhana dan pelat harus dianggap dengan
panjang tak berhingga dalam arah lainnya.Dalam pembahasan selanjutnya, kita
anggap tepi di x = 0 dan x = a bertumpuan sederhana dan pusat sistem koordinat
pelat diambil di x = 0 dan y = b/2 .Selain itu, metode ini mengharuskan beban
lateral memiliki distribusi yang sama pada semua penampang yang sejajar dengan
sumbu X.
( sumber : Teori dan analisis pelat,R. Szilard)
Universitas Sumatera Utara
Dari anggapan bahwa b - ∾, persamaan diferensial pelat menjadi
( )
=
( ) (2.12)Oleh karena w(x) nerupakan fungsi dari hanya satu variable, persamaan (2.12)
menyerupai persamaan diferensial balok :
∗( )
=
( ) ( 2.13)Dengan membandingkan persamaan ( 2.12) dan ( 2.13),kita dapatkan hubungan
sederhana berikut
w = w* ( 1 – v2) ( 2.14)
persamaan ( 2.12) dapat diselesaikan dengan metode Navier,jadi kita penyelesaian
yang berbentuk sebagai berikut
wp (x) = ∑∾ sin ( 2.15)
Dengan menyatakan wHdengan deret trigonometris tunggal,kita peroleh
wh (x,y) = ∑∾ ( ) sin (2.16)
persamaan ini memenuhi kondisi tepi tumpuan sederhana dalam arah X, karena di x
= 0, dan x = a,
wH = 0 dan = 0 ( 2.17)
atau nilai m tertentu,
Ym (y) – 2 Y”m (y) + (y) = 0 (2.18)
Persamaan (2.18 ) merupakan persamaan diferensial homogeny,linear berorde empat
dengan koefisien momen konstan.Nadai mendapatkan persamaan penyelesaian
persamaan ( 2.18) dalam bentuk fungsi hiperbolik berikut :
Universitas Sumatera Utara
Konstanta integrasi Am,Bm,Cm dan Dm dapat ditentukan dari kondisi tepi diempat
pelat tepi pelat.Penyelesaian Levy ini bisa disederhanakan dengan memanfaatkan
sifat simetris.Jika kondisi tepi pelat simetris terhadap sumbu X, permukaan lendutan
lebih kecil dibandingkan dengan dimensi lainnya yaitu : panjang Lx ( arah X ) dan
lebar Ly ( arah Y ).Pelat dibagi kedalam beberapa ketebalan pelat yaitu pelat tebal
dimana ketebalannya sepersepuluh (1/10 ) dari bentang dan pelat tipis dengan
ketebalan seperempat puluh ( 1/40 ) dari bentang . Teori pelat dengan lendutan kecil
yang sering kali disebut teori Kirchhoff dan Love berlaku pada pelat tipis ( L/h > 20)
yang didasrkan pada anggapan berikut :
a) Bahan pelat bersifat elastis,homogeny dan isotropis
b) Pelat pada mulanya datar
c) Tebal pelat relative kecil dibandingkan dengan dimensi lainnya.Dimensi lateral
terkecil pada pelat paling sedikit sepuluh kali lebih besar daripada ketebalan
d) Lendutan sangat kecil dibandingkan dengan tebal pelat.Lendutan maksimum
sebesar sepersepuluh sampai seperlima tebal pelat dianggap sebagai batasan
untuk teori lendutan yang kecil.Batasan ini juga dapat dinyatakan dalam panjang
pelat misalnya, lendutan maksimum lebih kecil dari satu perlima puluh panjang
Universitas Sumatera Utara
e) Kemiringan bidang pusat yang melendut jauh lebih kecil dari satu
f) Perubahan bentuk pelat bersifat sedemikian rupa sehingga garis lurus,yang
semula tegak lurus pusat pelat, tetap berupa garis lurus dan tetap tegak lurus
bidang ( perubahan bentuk akibat gaya geser transversal akan diabaikan ).
g) Lendutan pelat diakibatkan oleh perpindahan titik – titk bidang pusat yang tegak
lurus bidang awalnya.
h) Besarnya tegangan yang tegak lurus bidang pusat sangat kecil sehingga bisa
diabaikan.
Untuk pelat segiempat, pemakaian sistem koordinat cartesius merupakan cara
yang paling mudah.Gaya luar dan dalam serta komponen lendutan u,v, dan w
dianggap positif bila searah dengan arah positif sumbu koordinat X,Y, dan Z.Dalam
praktek pada bidang teknik, momen positif menimbulkan tarikan pada serat yang
terletak dibagaian bawah struktur.
Tinjaulah suatu kotak kecil yang dipotong dari sebuah pelat pada Gambar
2.2a.Kemudian kita berikan gaya dalam dan momen positif pada bidang – bidang
dekat.Agar elemen tersebut seimbang, gaya dalam dan momen negative harus
bekerja pada bidang jauhnya.
(
sumber : Teori dan analisis pelat,R. Szilard)
Universitas Sumatera Utara
membedakan gaya dalam ini dengan resultan yang disebutkan diatas, notasi
qx,qy,mx,my,mxy, dan myx akan digunakan disini.
Sebagai contoh, samakanlah jumlah momen semua gaya dalam terhadap
sumbu Y dengan nol ( gambar 2.2 b), sehingga diperoleh :
( mx + dx ) dy - mx dy + (myx + dy) dx - myx dx - myx dx ( 2.23)
– (qx + ) dy - qx dy = 0
Setelah disederhanakan, kita abaikan suku yang mengandung besaran
½( qx/ x) ( dx)2dy,karena merupakan suku beorde tinggi yang sangat kecil.Dengan
demikian,persamaan (2.23) menjadi :
dx dy + dy dx - qx dx dy = 0 ( 2.24)
Dan, setelah dibagi dengan dx dy, kita peroleh :
+ = qx ( 2.25)
Dengan cara yang sama, penjumlahan momen – momen terhadap X menghasilkan :
+ = qy ( 2.26)
Penjumlahan semua gaya dalam arah Z menghasilkan persamaan keseimbangan
ketiga :
Universitas Sumatera Utara Yang setelah dibagi oleh dx dy menjadi :
+ = - pz ( 2.28 )
Dengan memasukkan persamaan ( 2.25) dan ( 2.26 ) ke persamaan ( 2.28 ) dan
memperhatikan bahwa mxy dan myx ,kita peroleh :
+ 2 + = -pz ( x,y ) ( 2.29 )
Anggapan bahwa bahan bersifat elastis memungkinkan pemakaian hukum
Hooke dua dimensi,
σx = E x + v σy ( 2.30a)
dan σy = E y + v σx ( 2.30b)
Yang menghubungkan tegangan dan regangan pada suatu elemen pelat.Substitusi
persamaan ( 2.30a ) kepersamaan ( 2.30b) menghasilkan :
σx = ( x + v y) ( 2.31)
dengan cara yang sama, kita peroleh
σx = ( y + v x) ( 2.32)
Momen punter mxy dan myx menimbulkan tegangan geser sebidang τxy dan
τyx ( gambar 2.4 ),yang berhubungan dengan tegangan geser γ melalui persamaan
yang sejenis dengan hokum hooke persamaannya :
τxy = Gγxy =
( ) = τyx
Universitas Sumatera Utara
( sumber : Teori dan analisis pelat,R. Szilard)
Sekarang marilah kita tentukan distorsi sudut γxy = γ’ + γ” dengan membandingkan segiempat ABCD ( gambar 2.5 ) ,yang terletak pada suatu jarak
konstan z dari bidang pusat, dengan keadaannya setelah berubah bentuk A’B’C’D’
pada permukaan pelat yang melendut.Dari kedua segitiga kecil dalam gambar 2.6
terlihat bahwa:
γ’ = dan γ” = ( 2.33)
( sumber : Teori dan analisis pelat,R. Szilard)
tetapi dari gambar 2.4,
u = z = -z (2.34)
Dengan cara yang sama,
Gambar 2.3 Tegangan pada suatu elemen pelat
Universitas Sumatera Utara
Integrasi persamaan ( 2.37 ), setelah substitusi persamaan diatas untuk σx dan σy, menghasilkan :
mx = -
( ) + = − + = ( + )
my = - D ( + v ) = ( + ) ( 2.40)
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tebal konstan seluruhnya atau dapat dipertebal di daerah kolom dengan
suatu pelat tiang ( drop panel ).Kolom juga mempunyai penampang konstan atau
dibesarkan untuk membentuk suatu kepala kolom. Pertebalan pelat bermanfaat dalam
mengurangi tegangan geser pons yang mungkin ditimbulkan oleh kolom terhadap
pelat,dan pertebalan ini juga meningkatkan besarnya momen lawan di tempat –
tempat dimana momen – momen negatif terbesar.Pada umumnya dipakai dengan
beban – beban hidup yang melebihi 7 KN/m2, atau sekitar itu.
Flat slab mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan lantai yang
terdiri dari pelat dan balok.Acuan yang sederhana dan pengurangan tinggi lantai
membuat flat slab ini lebih ekonomis. Jendela – jendela dapat dibuat sampai sisi
bawah pelat dan tidak ada balok – balok yang menghalangi cahaya dan sirkulasi
udara.Tidak adanya sudut-sudut yang tajam dalam memberikan ketahanan dalam
kebakaran yang lebih besar adanya karena berkurangnya bahaya pengelupasan beton
dan menganganya tulangan.
Analisa suatu konstruksi flat slab dapat dilakukan dengan membagi
konstruksi ke dalam suatu seri dari kerangka – kerangka pengganti atau yang lebih
sering terjadi dapat dipakai suatu metode analisa empiris seandainya syarat-syarat
berikut :
1) Pelat – pelat harus berbentuk persegi panjang dengan minimum terdapat tiga
bentang terus – menerus dalam masing – masing arah dan perbandingan antara
bentang yang panjang dan yang pendek tidak lebih 1.33.Tebal pelat harus kira –
Universitas Sumatera Utara
4) Apabila dipakai pelat – pelat tiang, denah pelat – pelat tiang ini harus persegi dan
panjangnya dalam masing – masing arah tidak boleh kurang daripada sepertiga
dari bentang pelat yang bersangkutan.Pada tepi luar,lebar pelat tiang diukur dari
sumbu kolom tegak lurus tepi selebar setengah lebar pelat tiang dalam yang
berbatasan.
Hal yang penting didalam perencanaan flat slab adalah perhitungan untuk
geser pons pada pada kepala kolom dan pada perubahan tebal pelat,bila dipakai pelat
tiang.Perencanaan geser pons ini harus mengikuti prosedur yang diuraikan dalam bab
sebelumnya mengenai geser pons,kecuali bahwa CP 110 mensyaratkan bahwa gaya
geser rencana hendaknya diambil sebesar 1,25 x harga perhitungan.Dalam hubungan
ini,penggunaan baja lunak didalam perencanaan akan dapat menguntungkan,karena
hasil prosentase tulangan yang lebih tinggi akan mengijinkan tegangan geser beton
ultimit yang bersangkutan yang lebih tinggi pula.
Rasio-rasio bentang kedalaman kedalaman efektif yang biasa,dengan
dimodifikasi secara sesuai dapat dipakai apabila pelat mempunyai lebar pertebalan
paling sedikit sama dengan sepertiga dari bentang yang bersangkutan,kalau tidak
rasio-rasio tersebut harus dikalikan dengan suatu factor sebesar 0,9.Dalam segala hal
tebal pelat tidak boleh kurang dari 125 mm.
Flat slab dicirikan oleh tidak adanya balok- balok sepanjang garis kolom
dalam,namun balok – balok tepi pada tepi – tepi luar lantai boleh jadi ada atau tidak
ada. Flat slab berbeda dari lantai pelat datar dalam hal bahwa lantai cendawan
mempunyai kekuatan geser yang cukup dengan adanya salah satu atau kedua hal
berikut:
1) Drop Panel yaitu pertambahan tebal pelat di dalam daerah kolom.
2) Kepala kolom yaitu pelebaran yang mengecil dari ujung kolom atas.
Flat slab termasuk pelat beton dua arah dengan capital,drop panel,atau
keduanya.Pelat ini sangat sesuai untuk beban berat dan bentang panjang.meskipun
bekisting lebih mahal dibandingkan untuk pelat datar ( flat plate ),pelat slab akan
memerlukan beton dan tulangan yang lebuh sedikit dibandingkan pelat datar untuk
beban dan bentang yang sama.Pelat slab biasanya ekonomis untuk bangunan
Universitas Sumatera Utara yang terbuka dizinkan.Panel atau flat slab dibagi dalam jalur kolom dan jalut
tengah,serta momen positf dan momen negatif pada setiap jalur dihitung.Jalur kolom
adalah pelat dengan lebar di setiap sisi garis tengah kolom sama dengan ¼ dimensi
panel terkecil l1 dan l2.Ini sudah termasuk baloknya jika ada.Jalur tengah adalah
bagian pelat diantara dua jalur kolom.
Flat slab adalah pelat beton bertulang dengan atau tanpa didukung drop
panel,umumnya tanpa balok-balok yang langsung ditumpu oleh kolom dengan atau
tanpa kepala kolom.Penebalan pelat atau mungkin bertambah luasnya yang terbentuk
pada bagian atas karena pada bagian atas yang terdiri dari serangkaian pelat dua
arah.Dimana pada bagian atas pelat,itu biasanya memerlukan penebalan pelat pada
sekitar daerah kepala kolom agar menambah kekuatan geser.
Flat slab adalah sebuah pelat dengan atau drop panel, yang ditumpu oleh kolom
– kolom tanpa balok – balok dengan atau kepala kolom. Kode negara dalam
menentukan pelat mungkin sudah meluas atau mengurangi bentuk bagian atas
dengan merencanakan pelat waffle.Konstruksi flat slab ditujukan untuk bangunan-
bangunan dengan kolom lingkaran dalam,kolom tepi persegi, dan drop panel.Tebal
pelat ditentukan pada konstruksi pelat lantai pada balok-T tetapi dengan tidak adanya
balok mengurangai ketinggian lantai dengan jelas dan kemudahan dalam pelaksanaan
konstruksi dan bekisting. Persyaratan umum dalam merencanakan flat slab adalah
sebagai berikut :
1. Rasio bentang panjang terhadap bentang pendek tidak lebih dari 2.
2. Momen rencana dapat diperoleh dari :
a) Metode portal ekuivalen
Universitas Sumatera Utara
( sumber : Reinforced concrete, MacGinley & Choo)
3. Dimensi efektif lh pada kepala kolom tidak boleh kurang dari :
a) Dimensi actual lhc atau
b) lhmax = lc + 2 ( dh – 40 )
dimana lc adalah dimensi kolom yang ukuran searah dengan lh.Untuk lebar
kepala kolom lhc dengan tebal 40 mm dibagian bawah pelat atau drop.
4. Diameter efektif kolom atau kepala kolom sebagai berikut :
a) Untuk kolom,luas diameter lingkaran ini sama dengan luas kolom
b) Untuk kepala kolom, luas kepala kolom berdasarkan dimensi efektif yang
didefinisikan pada persyaratan 3.Diameter efektif kolom atau kepala kolom
tidak boleh lebih ¼ dari jarak antara kolom.
5. Drop panel hanya mempengaruhi distribusi momen jika dimensi drop panel lebih
kecil setidaknya sama dengan sepertiga ( 1/3 ) lebih kecil dari dimensi pelat.
6. Ketebalan pelat umumnya diperiksa melalui defleksi.Ketebalan kurang lebih 125
mm.
Universitas Sumatera Utara
( sumber : Reinforced concrete, S N Sinha)
Universitas Sumatera Utara
( sumber : Reinforced concrete,Syal & Goel)
Flat slab adalah pelat beton bertulang ditumpu drop atau tanpa drop,umumnya
tanpa balok-balok,oleh kolom dengan atau tanpa diperbesar dengan kepala kolom
yang ditunjukkan pada gambar 2.7.Flat slab dapat berbentuk padat atau berongga
dalam pelat dua arah.Bentuk rongga oleh adanya perpindahan atau pengisi blok- blok
yang permanen.Penulangan direncanakan dalam dua arah atau lebih.Umumnya pelat
dibagi menjadi jalur kolom dan jalur tengah.
Ada beberapa keuntungan konstruksi flat slab yang diuraikan dibawah :
1. Dalam merencanakan langit-langit yang memberikan penampilan yang menarik
dan pencahayaan yang lebih baik ke ruangan.
2. Tidak memerlukan lantai yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
3. Dengan tidak direncanakan balok – balok ,sehingga membutuhkan perancah yang
sederhana.
4. Mengurangi beban pada pondasi karena kurangnya ketebalan dan kurang tinggi
struktur.
lantai dua arah,maka persyaratan – persyaratan nominal dan praktis yang tercantum
dalam peraturan ACI untuk menuntun para perencana adalah :
a) Untuk pelat tanpa balok – balok dan pertebalan, 5 inci
b) Untuk pelat tanpa balok tepi dengan pertebalan cukup, 4 inci
c) Untuk pelat dengan balok – balok keempat sisinya dengan m yang besarnya
paling tidak 2,0 ; 3,5 inci.
Kode negara – negara dalam menentukan ketebalan pelat umumnya diawasi
dengan pertimbangan – pertimbangan defleksi,tetapi minimum ketebalannya adalah
125 mm.Pernyataan- pernyataan itu seharusnya ditujukan hanya untuk flat slab tanpa
drop panel jika pertimbangan – pertimbangan geser diabaikan dan perencana dalam
merencanakan tulangan geser disekitar kepala kolom, jika timbul
permasalahan.Kemudian, jika perencana ingin mencegah tulangan geser, perencana
dapat memperkenal dengan penambahan tulangan lentur atau menebalkan pelat.Bila
digunakan drop yang biasanya ketebalan keseluruhan drop 1.5 kali ketebalan
pelat.Awal asumsi ketebalan pelat berdasarkan tebal pelat dengan balok,yang
memerlukan modifikasi sesuai kriteria lenturan pada flat slab.
Umumnya ketebalan flat slab dapat ditentukan dengan perbandingan bentang
dengan rasio kedalaman efektif.Untuk pelat dengan drop sesuai dengan bentang rasio
bentang efektif akan digunakan secara langsung, sebaliknya rasio ini akan dikalikan
0.9.Dengan maksud, bentang yang lebih panjang dapat dipertimbangkan.Minimum
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Balok – Balok Tepi
Bila tidak digunakan balok tepi,atau jika balok tepi cukup kecil dimana kurang
dari 0,80,ACI – 9.5.3.3 menyatakan bahwa persyaratan untuk tebal pelat yang
dinyatakan harus dinaikkan dengan 10% di dalam panel yang mempunyai tepi yang
terputus.
2.5.3 Kepala Kolom
Kepala kolom yang digunakan dalam konstruksi pelat cendawan merupakan
perbesaran dari kolom bagian atas pada pertemuan dengan pelat lantai.Oleh karena
tidak menggunakan balok-balok,maka tujuan dari kepala kolom adalah untuk
mendapatkan pertambahan keliling sekitar kolom untuk memindahkan geser dari
beban lantai dan untuk menambah tebal dengan berkurangnya keliling di dekat
kolom.Dengan memisalkan garis maksimum 45o untuk distribusi dari geser kepada
kolom,ACI – 13.1.2 menyaratkan bahwa kepala kolom efektif untuk pertimbangan
kekuatan agar berada di dalam kerucut bulat terbesar,piramida,atau baji yang
mengecil dengan puncak 90o yang dapat diikutkan didalam cakupan dari elemen
pendukung yang sebenarnya.Garis tengah dari kepala kolom biasanya sekitar 20
sampai 25% dari bentang rata – rata di antara kolom – kolom.
Dimensi dari kepala kolom dapat ditentukan secara efektif tergantung tebal
kepala kolom.Kemiringan sudut kepala,jika pelebaran atas atau teori kemiringan jika
seragam tidak melebihi dari 45o dari horizontal.Dimensi dapat diukur dengan jarak
40 mm dibagian bawah pelat atau drop yang telah disediakan.Jika persyaratan
ukuran kepala kolom yang sebenarnya diperoleh sudut kurang dari 45 o maka
dimensi yang harus digunakan.Persyaratan ini dapat dituliskan secara matematis
sebagai berikut:
lh= lebih kecil dari lho dan lhmax = lc + 2(dh – 40 ) mm
dimana lho adalah dimensi actual,lc adalah dimensi kolom yang diukur dari sama
arah, dh adalah tebal kepala kolom bagian atas pelat atau drop,semua ukuran dalam
satuan millimeter.
Jika kepala kolom adalah berbentuk lingkaran, kemudian lh menjadi hc.Dengan
Universitas Sumatera Utara bentangan antara kolom yang biasanya dalam menentukan ukuran ini dan
selanjutnya dapat menghitung ukuran kepala kolom yang paling besar dapat
ditentukan.Misalnya,jika perencana merencanakan kolom persegi dan kepala kolom
persegi,maka ukuran kepala kolom menjadi 0,88 hc ,dimana kurang lebih 0,22lmin
.Dalam menentukan ukuran disesuaikan dengan kepala kolom persegi untuk dapat
menentukan nilai hc dimana nilai hc digunakan dalam semua analisis untuk
menghitung momen lentur.
( sumber : Reinforced concrete,Allen)
Dimana dalam merencanakan kepala kolom,bagian kepala kolom yang melebar
sampai mencapai sudut puncak 900 dan sudah termasuk sampai pada garis-garis luar
kolom dan kepala kolom untuk tujuan perencanaan.
2.5.4 Pertebalan Pelat ( Drop Panel )
Pertebalan pelat yang lazimnya digunakan di dalam konstruksi lantai cendawan
merupakan penambahan tebal pelat di sekitar kolom.Bila pertebalan pelat diteruskan
dari garis pusat tumpuan paling tidak seperenam dari bentang yang diukur pusat ke
pusat dalam masing – masing arah, dan bila proyeksi dibawah pelat paling tidak
seperempat dari tebal pelat diluar pertebalan,maka ACI - 9.5.3.2 mengizinkan
penggunaan tebal pelat minimum yang disyaratkan yang direduksi dengan
Universitas Sumatera Utara bawah pelat harus dimisalkan pada harga yang tidak melebihi seperempat dari jarak
antara tepi dari drop panel dan tepi dari kepala kolom.Oleh karena persyaratan
ini,tidak ada alasan yang cukup kuat untuk menggunakan drop panel yang lebih
tebal.
Dalam menentukan dimensi pertebalan pelat ( drop panel ) seperti yang
dinyatakan sebelumnya, factor-faktor yang mempengaruhi dalam lebar pelat pada
potongan persegi panjang dan potongan ini dapat ditentukan dari garis tengah
bentangan pelat.Sehingga dalam menentukan tebal pelat antara panel akan dapat
diperiksa.
Berbeda dengan dengan type pelat ini dapat mengurangi tebal bagian bawahnya
jika itu dilakukan,kemudian memodifikasi pada balok – T.Begitu juga, untuk
penampang kritis lainnya dapat direncanakan.
( sumber : Reinforced concrete,Allen)
Bila drop panel dapat berbentuk persegi dalam perencanaan, dan memiliki
panjang dalam setiap arah tidak lebih dari sepertiga panjang panel dalam
arahnya.Untuk panel luar, lebar drop dengan sudut sampai didalam panel yang Gambar 2.9 Denah drop panel jalur kolom dan jalur tengah
Universitas Sumatera Utara terputus dan diukur dari garis pusat kolom sama dengan setengah lebar panel untuk
panel dalam.
2.6 Konsep Pendekatan Struktur Plat Dua Arah
Untuk membahas lenturan pelat dua arah, pertama – tama ditinjau perilaku
fisik suatu panel pelat segi empat yang ditumpu oleh komponen struktur sanngat
kaku pada keempat sisinya, misalnya balok kaku atau dinding geser.Apabila pelat
menahan beban luar termasuk beban gravitasi berat sendiri yang bekerja padanya,
pelat melendut membentuk cekungan seperti bentuk piringan makan.Apabila sudut –
sudutnya tidak dicetak secara monolit dengan tumpuannya boleh jadi akan terangkat
karenanya.Derajat kelengkungan cekungan menunjukkan besar momen yang terjadi,
semakin curam cekungan berarti semakin besar momennya. Untuk pelat yang
panjang dan lebar tidak sama, cekungan lebih curam pada potongan melintang tegak
lurus sisi panjangnya, yang berarti terjadi momen lebih besar pada sisi panjang atau
beban lebih besar pada arah bentang pendek. Intensitas kecuraman cekungan, yang
berarti juga besarnya momen berikut redistribusinya pada masing – masing arah
tergantung pada derajat kekakuan tumpuan. Sehingga memungkinkan terjadinya
kasus dimana perbandingan kekakuan balok terhadap pelat mengakibatkan
kelengkungan dan momen pada arah panjang lebih besar dari arah lebar, seperti yang
berlaku pada pelat dimana tumpuannya berupa grid atau kolom pada balok. Dengan
demikian dapat pula disimpulkan, karena pelat bersifat fleksibel dan umumnya
bertulang lemah maka redistribusi momennya akan sangat tergantung pada kekakuan
relative komponen struktur tumpuan terhadap palat yang ditumpunya. Penjabaran
perilaku fisik tersebut adalah penyerderhaan pengertian dari suatu mekanisme statis
tak tentu berderajat banyak yang sangat kompleks.
Selanjutnya dengan menggunakan model pelat seperti tampak pada gambar
2.11 dilakukan peninjauan lajur AB dan DE pada masing – masing tengah bentang
panjang dan lebar. Seperti yang sudah dikenal, lendutan balok diatas tumpuan
sederhana akibat beban merata adalah :
Universitas Sumatera Utara Atau, Δ = kWuln4, dimana nilai konstatan k adalah :
k =
( 2.43)
( sumber : Struktur beton bertulang, Istimawan Dipohusodo)
kembali pada model gambar 2.11, apabila lebar lajur AB sama dengan DE , dengan
panjang masing – masing l, maka :
ΔAB = kwAB ( p)4
ΔDE = kwAB ( p)4
Dimana wAB dan wDE adalah bagian intensitas beban total wuyang ditransformasikan
ke lajur AB dan DE,wu = wAB + wDE
Kedua persamaan lendutan tersebut diatas harus sesuai, sehingga bila disamakan
akan diperoleh :
w
AB=
danw
DE=
2.7 Persyaratan Kekuatan
Penerapan factor keamanan dalam struktur bangunan di satu pihak bertujuan
untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya runtuh yang membayakan bagi
penghuni, dilain pihak juga memperhitungkan factor ekonomi bangunan. Sehingga
untuk mendapatkan factor keamanan yang sesuai, perlu ditetapkan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara tersebut.Struktur bangunan dan komponen – komponennya harus direncanakan untuk
mampu memikul beban lebih diatas beban yang diharapkan bekerja. Kapasitas lebih
tersebut disediakan untuk memperhitungkan dua keadaan yaitu kemungkinan
terdapatnya beban kerja yang lebih besar dari yang ditetapkan dan kemungkinan
Terjadi penyimpangan kekuatan komponen struktur akibat bahan dasar ataupun
pengerjaan yang tidak memenuhi syarat.
Kriteria dasar kuat rencana dapat diungkapkan sebagai berikut :
Kekuatan yang tersedia ≥ kekuatan yang dibutuhkan
Kekuatan setiap penampang komponen struktur harus diperhitungkan dengan
menggunakan kriteria dasar tersbut. Kekuatan yang dibutuhkan, atau disebut kuat
perlu dapat diungkapkan sebagai beban rencana ataupun momen, gaya geser dan
gaya – gaya lain yang berhubungan dengan beban rencana. Beban rencana atau
beban terfaktor didapatkan dari mengalikan beban kerja dengan factor beban, dan
kemudian digunakan subskrip u sebagai penunjuknya. Dengan demikian, apanila
adalah beban hidup.Faktor beban berbeda untuk beban mati, beban hidup,beban
angin ataupun beban gempa. Penggunaan factor beban adalah usaha untuk
memperkirakan kemungkinan terdapat beban kerja yang lebih besar dari ditetapkan,
perubahan penggunaan, ataupun urutan dan metode pelaksanaan yang berbeda.
Seperti diketahui, kenyataan didalam praktek terdapat beban hidup tertentu yang
cenderung timbul lebih besar dari perkiraan awal.lain halnya dengan beban mati
yang sebagian besar darinya berupa berat sendiri,sehingga factor beban beban dapat
ditentukan lebih lecil.Untuk memperhitungkan berat struktur, berat satuan beton
bertulang rata – rata ditetapkan sebesar 2400kg/m3 = 24 KN/ m3 dan
penyimpangannya tergantung pada jumlah kandungan baja tulangannya. Kuat ultimit
komponen struktur harus memperhitungkan seleruh beban kerja yang bekerja dan
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian factor ϕ dimaksudkan untuk memperhitungkan kemungkinan
penyimpangan terhadap kekuatan bahan,pengerjaan, ketidak tepatan ukuran,
pengendalian, dan pengawasan pelaksanaan, yang sekalipun masing – masing factor
mungkin dalam toleransi persyaratan tetapi kombinasinya memberikan kapasitas
yang rendah. Dengan demikian, apabila factor ϕ dikalikan dengan kuat ideal teoretik
berarti sudah termasuk memperhitungkan tingkat daklitas, kepentingan, serta tingkat
ketepatan ukuran suatu komponen struktur sedemikian hingga kekuatannya dapat
ditentukan.
kapasitas momen ) sama dengan kuat momen ideal Mn dikalikan factor ϕ.
MR = ϕMn ( 2.45) Dalam rangka usaha mengetahui distribusi tegangan geser yang sebenarnya
terjadi disepanjang bentang dan kedalaman penampang balok, meskipun studi dan
penelitian telah dilakukan secara luas untuk kurun waktu yang cukup lama,
mekanisme kerusakan geser yang tepat sebetulnya masih juga belum dikuasai
sebelumnya.Untuk menentukan seberapa besar tegangan geser tersebut, umumnya
peraturan – peraturan yang ada memberikan rekonmendasi untuk menggunakan
pedoman peencanaan berdasrkan nilai tegangan gerer rata – rata nominal sebagi
berikut :
v
u=
( 2.46)
dimana :
v
u=
tegangan geser rencana rata – rata nominalUniversitas Sumatera Utara
tulangan D10 untuk sengkang. Pada kondisi dimana bentang dan beban sedemikian
rupa sehingga mengakibatkan timbulnya gaya geser yang relative besar, ada
kemungkinan menggunakan batang tulangan D12.
2.8 PERILAKU KERUNTUHAN PELAT YANG DIBEBANI DALAM
LENTUR
Ada Empat ( 4) tahapan dalam perilaku keruntuhan pelat yang dibebani :
1. Sebelum retak,pelat bertindak sebagai pelat elastis dan untuk beban waktu
pendek deformasi,tekanan, dan tegangan diperkirakan dari analisis elastis.
2. Setelak keretakan dan sebelum tulangan meleleh,pelat tidak lagi memiliki
kekakuan yang konstan,ketika daerah retak menjadi kekakuan lebih rendah
(EI),daripada daerah tidak retak dan pelat tidak lagi lebih panjang isotropic
semenjak itu pola retak lebih berbeda dalam kedua arah.Biasanya,retak pada
bagian gedung terletak pada beban layan.
3. Lelehnya tulangan segera terjadi pada satu daerah atau lebih dengan momen yang
tinggi dan menyebar keseluruh pelat dengan redistribusi momen dari daerah leleh
ke area tulangan yang elastis.Urutan pelelehan melalui pelat pada empat tepi
yang diilustrasikan dalam Gambar 2.12 .Damlam kasus ini pelelehan terjadi
sebab momen negative dimana dari sendi plastis pada tengah sisi panjang (
2.Gambar 2.12b).Sendi ini menyebar sepanjang sisi yang panjang dan sementara
itu,sendi yang terbentuk dari pelat ujung.Sementara itu, momen positif meningkat
dalam jalur melintang disisi yang pendek kerena redistribusi momen diakibatkan
momen plastis pada bagian jalur ujung.Sementara itu,pelelehan terjadi akibat
adanya kaitan dengan momen positif pada jalur ini.Beban selanjutnya,area
leleh,disebut garis leleh,membagi pelat menajdi bagian – bagian trapezium dan
segitiga pelat elastis seperti yang ditunjukkan Gambar 2.12 d.Beban yang sesuai
Universitas Sumatera Utara
4. Meskipun garis leleh membagi pelat menjadi bentuk mekanisme plastis,sendi
terdesak karena meningkatnya defleksi dan pelat membentuk busur
tertekan,seperti gambar 2.13 .Ini dapat diasumsikan bahwa sekitar bangunan
pelat masih cukup kaku untuk menyediakan rekasi untuk busur.
Tujuan perilaku ini dijabarkan sebagai awal,bahwa analisa pelat elastis mulai
kekurangan akurasinya bila melebihi beban layan dan kedua,berarti banyak terjadi
redistribusi momen setelah terjadi lelehan pertama.
Pelat yang gagal dalam lentur sangatlah daktail.Pelat,khususnya flate
plate,dapat juga gagal dalam geser.Kegagalan geser bersifat getas.
( sumber : Reinforced concrete, Macgregor G. J)
Gambar 2.12Aksi inelastic pada pelat yang dijepit keempat sisinya
Universitas Sumatera Utara 2.9 ANALISIS PELAT NICHOLS
Analisis biasanya untuk mendapatkan persamaan diatas yang dikenalkan oleh
Nichols.Analisis ini digunakan untuk pelat diatas seluruh kolom – kolom .Karena
kolom persegi lebih umum,maka diasumsikan :
Peraturan ACI sedikit menyederhanakan pernyataan ini dengan menggantikan
syarat dalam kotak persegi dengan dimana ln adalah bentang bersih antara muka
kolom yang berikan oleh :
ln = l1 – c1 (2.48 )
Universitas Sumatera Utara
= ( 1-
+
) (2.49 )Perbedaan persamaan 2.48 dan 2.49 menunjukkan bahwa lebih berbeda
hanya sedikit syarat,dan persamaan untuk momen statis dapat dituliskan :
Mo =
( pers 2.50)
Untuk kolom persegi jarak praktis pada c1/l1 adalah 0.05 sampai 0.15.Untuk c1/l1
= 0.05 dan c1 = c2, memberikan Mo = Kwl2l12/8,dimana K = 0.900 dan 0.903 berturut
– turut.Untuk c1/l1 = 0.15 nilai K yang berurutan adalah 0.703 dan 0.723.Kemudian
mendekati gambaran momen pelat yang ditumpu oleh kolom bulat,menjadi semakin
konservatif ketika c1/l1 naik.
( sumber : Reinforced concrete, Macgregor G. J)