• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri - Structure, Conduct dan Performance Industri Makanan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri - Structure, Conduct dan Performance Industri Makanan di Indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri

Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang

mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. Secara makro, industri adalah

kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah (Hasibuan, 1994).

Ekonomi Industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi.

Ekonomi Industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif

lebih menekankna pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi

struktur pasar, perilaku pasar dan kinerja pasar. Dalam ekonomi industri terdapat

dua sisi yang menarik, di satu sisi ekonomi industri merupakan seperangkat

konsep dan analisa mengenai persaingan dan monopolo dwngan berbagia macam

pasar yang berada di antara keduanya. Di sisi lain, ekonomi industri juga

berkaitan dengan pasar riil yyang sangat diramaikan oleh adanya persaingan antar

perusahaan (Jaya, 2001).

Beberapa alasan Ekonomi Industri menjadi semakin penting untuk

dipelajari, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang

berkembang. Pertama, praktek-praktek struktur pasar yang semakin terkonsentrasi

dalam kegiatan bisnis dan praktek-praktek perilakunya menimbulkan kerugian

bagi konsumen. Kedua, semakin tinggi konsentrasi industri cenderung mengurangi persaingan antar perusahaan sehingga menciptakan perilaku yang

(2)

kekayaan yang melemahkan usaha-usaha pemerataan, baik dilihat dari pemerataan

pendapatan, kesempatan kerja, maupun kesempatan berusaha. Keempat, kaitan

struktur industri dengan penyelesaian masalah-masalah ekonomi membawa lebih

jauh intervensi pemerintah. Kelima, kajian-kajian tentang struktur-perilaku dan kinerja industri tidak terlepas dari masalah-masalah produksi dan distribusi

(Hasibuan, 1994).

2.2 Structure – Conduct – Perfomance (SCP)

2.2.1 Pendekatan SCP

Mason dan Bain dalam Lipczynski (2005) menjelaskan

struktur pasar mempengaruhi perilaku perusahaan, dari perilaku ini

akan menimbulkan strategi untuk mencapai kinerja perusahaan

yang lebih baik. Dengan melihat struktur, perusahaan akan

mengetahui kekuatan dari sautu perusahaan. Perusahaan akan

menetapkan strategi-strategi yang sesuai dengan kekuatan

perusahaan pesaing. Strategi-strategi ini yang akan mempengaruhi

kinerja perusahaan. Sederhananya, pendekatan SCP ini digunkan

untuk mengetahui kondisi struktur dan persaingan usaha dalam

suatu industri dilihat dari struktur industri, perilaku perusahaan,

dan kinerja perusahaan.

Pendekatan ini awalnya digunakan pemerintah untuk

menganlisis keadaan suatu industri sehingga dapat melakukan

pengawasan terhadap perusahaan yang akan merugikan konsumen.

(3)

menjalankan perusahaan sesuai dengan kondisi pasar. Hubungan

variabel ini adalah linier yaitu struktur mempengaruhi perilaku,

perilaku mempengaruhi kinerja. Pada perkembangannya, hubungan

ini bisa dibalik dan saling mempengaruhi.

Beberapa aspek yang dipelajari dalam kaitannya dengan

struktur-perilaku-kinerja industri.

1. Aspek kebebasan memilih dan berusaha walaupun masih

ada intervensi pemerintah yang pada akhirnya akan berubah

menjadi suatu bentuk persaingan,

2. Aspek peluang yang sama, baik dalam pengertian sebagai

pembeli dan penjual, maupun dalam kesempatan, dan

pemerataan pendapatan,

3. Aspek keadilan dan kewajaran terhadap praktek-praktek

bisnis yaitu melalui pelarangan praktek-praktek bisnis yang

tidak wajar dan adanya kepastian hukum,

4. Aspek kesejahteraan masyarakat, yaitu efisiensi alokasi

sumber-sumber ekonomi, kesempatan kerja, kestabilan

harga, kesehatan, dan lingkungan yang bersih,

5. Aspek kemajuan, yaitu adanya kebebasan, keadilan dan

(4)

Gambar 2.1 menunjukkan hubungan antara Structure – Conduct – Perfomance seperti yang dikutip dari Talattov (2010) :

Gambar 2.1

Hubungan Structure – Conduct – Perfomance (SCP)

Sumber : Talattov, 2010

2.2.2 Struktur (Structure)

Defenisi pasar adalah sebagai suatu kelompok penjual dan pembeli

yang mmpertukarkan barang yang dapat disubstitusikan. Kemampuan

substitusi barang merupakan kunci pokok sehingga ekonomi muncul

sebagai daya tarik bagi pasar-pasar individu. Tiap pasar dibatasi oleh dua

dimensi yaitu jenis produk dan daerah geografis (Jaya, 2010). Struktur

pasar merupakan suatu variabel yang digunakan untuk menentukan

perilaku perusahaan dan interaksi antara perilaku dan struktur pasar

menentukan kinerja. Selanjutnya kinerja mempunyai pengaruh terhadap

pembentukan struktur. Dalam struktur pasar selain memperhatikan jumlah

perusahaan juga harus memperhatikan ukuran atau besaran distribusi dari

perusahaan tersebut.

Secara teoritis struktur pasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu

pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Pasar

persaingan tidak sempurna dibedakan menjadi tiga yaitu pasar persaingan

monopoli, oligopoli dan monopolistik. Struktur pasar dapat dilihat dari tiga

CONDUCT PERFORMANCE

(5)

hal yaitu jumlah perusahaan, tipe produksi dan hambatan masuk

(Hasibuan, 1994). Ringkasan tipe-tipe struktur pasar dapat dilihat pada

Tabel 2.1

Tabel 2.1

Tipe-Tipe Struktur Pasar Tipe Pasar Jumlah

Perusahaan

2. Persaingan Tidak Sempurna Sumber: Hasibuan, 1994

Dalam struktur pasar terdapat beberapa elemen-elemen yang

termasuk didalamnya yaitu pangsa pasar, konsentrasi pasar dan

hambatan-hambatan untuk masuk. Ketiga elemen tersebut akan dijelaskan lebih

lanjut dibawah ini.

a. Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar adalah perbandingan antara hasil penjualan

suatu perusahaan dengan total penjualan industri. Setiap

perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri, dan besarnya

berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh

pasar. Pangsa pasar dapat dihitung dengan beberapa cara yaitu

berdasarkan nilai penjualan, unit penjualan, unit produksi dan

(6)

pangsa pasar diukur dengan menggunakan unit atau volume

penjualan sedangkan pada pasar yang produknya heterogen, pangsa

pasar dihitung terhadap total penjualan.

Pangsa pasar merupakan salah satu aspek yang penting

untuk diperhatikan oleh suatu perusahaan karena secara umum

terdapat korelasi yang postif antara pangsa pasar dengan

profitabilitas atau keuntungan (Yunianti, 2001). Perusahaan dengan

pangsa pasar lebih baik akan mendapatkan keuntungan dari

penjuakan produk atau kenaikan harga sahamnya sehingga dapat

dikatakan bahwa pangsa pasar merupakan tujuan atau motivasi

suatu perusahaan.

Tabel 2.2 Tipe-tipe Pasar

Tipe Pasar Kondisi Utama Contoh

Monopoli murni Suatu perusahaan yang memiliki 100 persen dari pangsa pasar

PLN, TELKOM, PAM

Perusahaan yang dominan

(Dominant firm)

Suatu perusahaan yang memiliki 50-100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat

Surat kabar lokal atau nasional, film kodak, batu baterai.

Oligopoli ketat Penggabungan empat perusahaan terbesar yang memiliki pangsa pasar 60-100 persen. Kesepakata diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah

Bank-bank lokal, siaran tv, bola lampu, sabun, toko buku, rokok, kretek dan semen

Oligopoli loggar Penggabungan empat perusahaan terbesar yang memiliki pangsa pasar 40-60 persen. Kesepakata diantara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin.

Kayu, perkakas rumah tangga, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, obat-obatan.

Persaingan monopolistik

Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar.

Pedagang eceran, penjual pakaian

Persaingan murni Lebih dari 50 persen pesaing yang mana tidak satupun yang memiliki pangsa pasar yang berarti

Sapi dan unggas

(7)

Semakin besar pangsa pasar maka semakin besar pula hak

monopoli bagi perusahaan yang bersangkutan. Derajat kekuatan

pasar pada umunya akan muncul ketika pangsa pasar mencapai 15

persen, pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu 25-30 persen derajat

monopoli akan menjadi signifikan, dan pada tingkat 50-60 persen

biasanya perusahaan mempunyai kekuatan pasar yang sangat besar.

Kesukesan perusahaan biasanya selain digambarkan oleh profit

tetapi juga oleh besarnya pangsa pasar.

b. Konsentrasi Pasar (Concentrate)

Konsentrasi (pemusatan) merupakan tingkat oligopoli

dimana kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan

oligopoli tersebut membentuk suatu tingkatan pemusatan dalam

pasar. Penerimaan rata-rata industri yang telah terkonsentrasi akan

lebih tinggi daripada penghasilan dari jenis industri yang kurang

terkonsentrasi.

Pengertian konsentrasi sangat erat hubungannya dengan

pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam suatu

industri. Hal ini dapat dimaklumi karena konsentrasi adalah

besarnya pangsa pasar yang dikuasai oleh perusahaan relatif

terhadap pangsa pasar total yang biasanya diambil dari pangsa

pasar perusahaan terbesar dalam industri dimana

(8)

dikuasai oleh perusahaan-perusahaan tesebut relatif terhadap pasar

total, maka dapat dikatakan bahwa industri tersebut mempunyai

tingkat konsentrasi yang tinggi.

c. Hambatan Untuk Masuk (Barrier To Entry)

Menurut Asian Development Bank (2001) barrier to entry dapat didefenisikan sebagai setiap bentuk karakteristik pasar yang

menghambat pendatang (entrant) baru untuk bersaing atas dasar yang sama dengan perusahaan yang sudah ada. Dalam defenisi ini,

kombinasi biaya yang hilang (sunk cost) dan skala ekonomi dapat

menjadi barrier to entry.

Menurut Bain (1956) penentu utama kondisi entry adalah

skala ekonomi yang besar, diferensiasi produk dan keuntungan

biaya absolut anatara perusahaan yang ada dengan yang baru.

Kondisi entry sangat menentukan degree of competition (tingkat

kompetisi)baik yang aktual maupun yang potensial sehingga dapat

diduga mempengaruhi kinerja dan struktur. Pesaing potemsial

adalah perusahaan-perusahaan di luar pasar yang mempunyai

kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya

(Jaya, 2001).

Menurut Geroski dalam Satriawan dan Wigati, (2002) entry dapat didefenisikan sebagai :

(9)

(2) Entry ditandai dengan didirikannya perusahaan baru dalam industri yang serupa oleh perusahaan yang masih

beroperasi dalam industri tersebut;

(3) Pengambilalihan (akuisisi) suatu perusahaan oleh

perusahaan lain satu lingkup industri;

(4) Penggabungan beberapa macam produk oleh perusahaan

yang masih beroperasi dalam industri tersebut sehingga

menciptakan pangsa pasar baru;

(5) Masuknya perusahaan yang dimiliki oleh pemodal asing ke

industri dalam negeri.

Weiss (1965) mendefenisikan entry mencakup dua hal yaitu nama perusahaan baru dan terdapat bangunan baru

dalam suatu industri. Sedangkan Besanko, Dranove, dan

Shanley, (1996) menyatakan bahwa entry dapat didefenisikan sebagai masuknya suatu produk baru/jasa

baru yang ditawarkan oleh perusahaan yang telah atau baru

beroperasi ke dalam suatu pasar atau industri.

Ada beberapa hal umum mengenai hambatan masuk

pasar yang harus diketahui. Pertama, hambatan-hambatan

yang timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, tidak

hanya dalam bentuk perangkat legal maupun kondisi yang

dapat berubah dengan cepat. Kedua, hambatan dibagi mulai

(10)

persaingan sempurna, hambatan rendah, hambatan sedang,

sampai hambatan tingkat tinggi dimana tidak ada lagi jalan

untuk masuk pasar, seperti pada pasar dimana terdapat

perusahaan yang menjadi monopolis. Ketiga, hambatan

merupakan sesuatu yang kompleks. Petanan hambatan

untuk masuk pasar masih diperdebatkan. Beberapa ahli

ekonomi memandangnya sebagai suatu yang penting.

Tetapi pandagan utama saat ini menyatakan

rintangan-rintangan dan pesaing-pesaing baru merupakan hal kedua

yang mungkin memodifikasi pengaruh pangsa pasar dan

pemusatan. Hanya dalam kasus tertentu pesaing yang

potensial menguasai pasar.

Shepherd dalam Juwita (2004) membagi hambatan

utnuk masuk menjadi dua jenis, yaitu hambatan eksogen

dan hambatan endogen.

2.2.3 Perilaku (Conduct)

Perilaku pasar yang dimaksud adalah pola tanggapan dan

penyesuaian yang dilakukan suatu perusahaan di dalam pasar untuk

mencapai tujuannya. Perilaku pasar terkait dengan tindakan apa

yang harus dilakukan suatu perusahaan dalam menghadapi

pesaingnya terhadap harga, tingkat produksi, kualtas produk,

tindakan promosi, dan hal lainnya yang bekaian dengan kegiatan

(11)

terdapat tiga kriteria untuk melihat peilaku industri yaitu strategi

harga, kondisi entry dan tipe produk. Martin dalam Yunianti

(2001) menyatakan bahwa perilaku strategis perusahaan hanya ada

pasar oligopoli. Perilaku industri dapat dilihat pada strategi

perusahaan dalam menentukan jumlah dominasi output, penentuan

harga, advertensi, pemilihan teknologi, kegiatan dalam pasar dan

juga dalam kebijakan produk. Sedangkan menurut Jaya (2001)

pada perusahaan ada beberapa perilaku yang terjadi antara lain

penetapan harga, strategi produksi, kolusi dan penawaran vertikal.

Lipczynski (2005), mengemukakan 6 variabel utama

perilku pelaku pasar (conduct) yaitu tujuan perusahaan, kebijakan harga, karakteristik produk, pengembangan produk, kolusi, dan

merger. Disamping itu, perilaku perusahaan juga dapat diterangkan

melalui strategi produk, strategi harga dan strategi promosi.

1. Strategi Produk

Strategi produk harus mengikuti perkembangan produk itu

sendiri. Dikatakan pula bahwa suatu produk memiliki daur hidup

tersendiri yang terdiri dari fase pengembangan perkenalan,

pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Siklus hidup produk

merupakan jalur yang akan ditempuh oleh penjualan dan

keuntungan produk selama hidupnya (Kotler dan Armstrong,

2006). Strategi produk dapat dilakukan dengan cara differensiasi

(12)

membuat produk lebih dikenal karena memiliki cirri khas, juga

agar produk dapat laku di pasaran.

2. Strategi Harga

Dalam pasar persaingan sempurna, harga ditentukan oleh pasar.

Perusahaan tidak dapat mempengaruhi harga atau disebut pula price

takers. Dalam pasar persaingan tidak sempurna (monopoli, monopsoni, ologopoli, dan oligopsoni) perusahaan dapat

menentukan harga. Dalam pasar monopoli dan oligopoli dikenal

adanya istilah diskriminasi harga dengan memaksimumkan

keuntungan dan menciptakan suatu penghalang bagi perusahaan

baru yang akan masuk ke pasar monopsoni maupun oligopsoni.

3. Strategi Promosi

Promosi merupakan salah satu perilaku perusahaan yang

memaksimalkan keuntungan. Strategi promosi yang dijalankan

perusahaan dalam industrinya adalah melalui promosi dalam bentuk

iklan, distribusi produk, diskon atau potongan harga, product

display di tempat penjualan, serta kegiatan-kegiatan lainnya.

Promosi dapat dikatakan efektif jika dapat membuat konsumen

mengetahui kelebihan dari suatu produk dibandingkan produk lain

(13)

2.2.4 Kinerja (Performance)

Setiap perusahaan pasti akan mempunyai tujuan untuk

menguasai pasar, tujuan itu yang disebut dengan kinerja. Kinerja

pasar dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang disesuaikan

dengan struktur dan perilaku pasar dengan tujuan akhir

memperoleh keuntungan. Secara lebih rinci kinerja dapat dilihat

dari laba, efisiensi, pertumbuhan (termasuk peluasan pasar),

kesempatan kerja, prestise profesional, kesejahteraan personalia,

dan juga kebanggaan kelompok. Kinerja tergabung antara kinerja

ekonomi dan non ekonomi (Hasibuan, 1994). Kinerja dalam

kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun

biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok yaitu, efisiensi,

kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi (Jaya,

2001).

Menurut Jaya (2001) ada 4 tujuan kinerja, yaitu :

1. Efisiensi dalam pengalokasian sumberdaya

2. Kemajuan teknologi dan penggunaannya

3. Keseimbangan dan distribusi

4. Dimensi lain berupa kebebasan individu dalam memilih, keamanan

dari bahaya yang mengancam dan keanekaragaman budaya yang

ada

Daryanto (2004) mengungkapkan yang dimaksud dengan

(14)

1. Apakah perusahaan-perusahaan meningkatkan kesejahteraan

ekonomi ?

2. Apakah mereka bekerja secara efisien, menghindari pemborosan

faktor-faktor produksi yang langka sifatnya ?

3. Apakah alokasi faktor-faktor produksi telah efisien secara

ekonomis?

4. Apakah perusahaan-perusahaan secara efektif meningkatkan

kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi ?

Menurut Jaya (2001) dalam kinerja pasar terdapat konsekuensi

dan kekuatan pasar yaitu kemampuan perusahaan-perusahaan untuk

mempengaruhi harga produk-produk yang mereka jual kepada

konsumen. Pada kenyataannya kekuatan pasar dapat mempengaruhi

secara mencolok terhadap harga, keuntungan, inovasi, keadilan dan

nilai-nilai lainnya. Dalam kinerja juga memperhatikan pertumbuhan dan

kelayakan, hal ini dikarenakan pertumbuhan dan kelayakan

membutuhkan usaha yang cermat, menunjukkan bagian-bagiannya dan

kemungkinan pengaruh-pengaruh monopoli yang ditimbulkannya.

2.3 Hubungan antara Structure – Conduct - Performance 2.3.1 Structure – Conduct

Hubungan antara struktur dan perilaku adalah hubungan

linier. Market share perusahaan akan menimbulkan hambatan

(15)

akan melakukan kerjasama baik dalam bentuk kartel, kolusi

maupun merger. Jika beberapa perusahaan itu melakukan

kerjasama maka akan menimbulkan kekuatan gabungan antar

perusahaan sehingga membuat perusahaan lain tidak dapat masuk

ke dalam pasar.

2.3.2 Conduct – Performance

Hubungan antara perilaku dan kinerja adalah hubungan

linier. Perilaku perusahaan seperti kebijakan harga, kerjasama, dan

pengembangan produk adalah perilaku perusahaan untuk

memenuhi tujuan perusahaan yang biasanya bertujuan untuk

memaksimumkan keuntungan dan efisiensi. Sehingga jika tujuan

perusahaan adalah keuntungan maksimum, maka perusahaa akan

melakukan kebijakan harga. Jika tujuan perusahaan adalah

efisiensi, maka perusahaan akan melakukan strategi kerjasama dan

pengembangan produk.

2.3.3 Structure – Performance

Hubungan antara struktur dan kinerja adalah hubungan

linier. Semakin besar kekuatan perusahaan atau sekelompok

perusahaan yang melakukan kartel, semakin besar tingkat efisiensi

(16)

perusahaan yang bersaing, maka keuntungan perusahaan akan

semakin meningkat.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang membahas analisis industri dengan

pendekatan Structure – Conduct – Performance ataupun yang terkait dengan penelitian ini adalah :

1. Citra. (2006). Analisis Industri Mie Instan Di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis industri mie instan di

Indonesia dengan pendekatan Struktur – Perilaku – Kinerja. Metode yang

digunakan adalah ordinary least square (OLS) .Variabel bebas yang digunakan adalah rasio konsentrasi lima perusahaan terbesar (CR5), nilai

efisiensi-X, produktivitas, jumlah ekspor, jumlah impor dan pertumbuhan .

Variabel terikatnya adalah proksi dari keuntungan industri yaitu (PCM) .

Hasil penelitian ini menunjukkan struktur pasar industri mie instan di

Indonesia adalah oligopoli ketat. Dari hasil regresi diperoleh bahwa CR5

berdampak negatif dan tidak signifikan terhdap PCM. Sedangkan variabel

efisiensi-X signifikan terhadap PCM.

2. Sunengcih. (2009). Analisis Industri Minuman Ringan di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis industri minuman ringan di

Indonesia dengan pendekatan Struktur – Perilaku – Kinerja. Metode yang

(17)

digunakan adalah rasio konsentrasi lima perusahaan terbesar (CR5) , nilai

efisiensi-X, pertumbuhan output (growth) dan jumlah perusahaan (Usaha).

Variabel terikatnya adalah proksi dari keuntungan industri yaitu (PCM) .

Hasil penelitian ini menunjukkan struktur pasar industri minuman ringan

di Indonesia adalah oligopoli sedang. Dari hasil regresi diperoleh bahwa

CR5 dan Growth tidak berpengaruh signifikan terhdap PCM. Sedangkan variabel efisiensi-X dan Usaha signifikan terhadap PCM.

3. Sarifah. (2007). Analisis Industri Air Minum Dalam Kemasan

(AMDK) di Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis industri air minum dalam

kemasan di Indonesia dengan pendekatan Struktur – Perilaku – Kinerja.

Metode yang digunakan adalah ordinary least square (OLS) .Variabel

bebas yang digunakan adalah rasio konsentrasi lima perusahaan terbesar

(CR5) , nilai efisiensi-X dan pertumbuhan output (growth) . Variabel terikatnya adalah proksi dari keuntungan industri yaitu (PCM) . Hasil

penelitian ini menunjukkan struktur pasar industri air minum dalam

kemasan di Indonesia adalah oligopoli longgar. Dari hasil analisis

hubungan antara struktur dan faktor lainnya yang mempengaruhi kinerja,

variabel yang berpengaruh adalah variabel X-Eff, dan variabel CR5,

(18)

2.5 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian mengenai industri makanan ini akan dijelaskan mengenai

struktur pasar, perilaku dan kinerja perusahaan yang terdapat dalam pasar. Pada

model SCP dikatakan bahwa struktur akan mempengaruhi perilaku perusahaan yang ada di dalamnya, kemudian perilaku akan mempengaruhi kinerja dari

indutri. Struktur pasar dianalisis menggunakan pangsa pasar, tingkat konsentrasi

lima perusahaan terbesar (CR5). Konsentrasi ini akan menunjukkan bentuk pasar

yang dihadapi oleh industri.

Struktur pasar akan berdampak pada perilaku industri. Perilaku dalam

penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Perilaku yang terjadi dianalisis dengan

melihat strategi produk, strategi harga, strategi promosi,dan kemungkinan

terjadinya kolusi oleh perusahaan dalam memasarkan produknya. Perilaku pasar

akan berdampak pada kinerja industri.

Kemudian akan dilihat bagaimana kinerja industri yag ditinjau dari PCM,

X-Eff, dan growth,. PCM digunakan sebagai proksi yang mencerminkan tingkat

keuntungan dari suatu industri.. Pada struktur pasar, variabel yang digunakan

adalah CR5 dan variabel lain yang diduga dapat berpengaruh terhadap keuntungan

antara lain X-Eff dan pertumbuhan output (growth), dengan nilai X-Eff yang tinggi diduga dapat meningkatkan keuntungan. Adapun kerangka konseptual

(19)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut :

1. Struktur pasar industri makanan di Indonesia merupakan struktur

persaingan oligopoli.

2. Struktur pasar yang ada menyebabkan adanya perilaku tertentu

pada industri makanan seperti penetapan strategi harga, produk,

dan promosi.

3. Industri makanan di Indonesia memiliki nilai PCM (keuntungan) yang

cukup tinggi dengan pengaruh positif dari X-Eff dan Growth

.

Industri Makanan di Indonesia

Performance PCM Efisiensi-X

Growth Conduct

Strategi Produk Strategi Harga Strategi Promosi Structure

Gambar

Tabel 2.1 Tipe-Tipe Struktur Pasar
Tabel 2.2  Tipe-tipe Pasar
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok anak muda yang berusia antara 15 hingga 25 tahun ini mengungkapkan bahwa pemberian pelatihan pemecahan masalah

Kurangnya pengajaran Ilmu tajwid di sekolah karena tidak menjadi mata pelajaran tersendiri. Ilmu tajwid harus diajarkan dalam satu matapelajaran karena materinya yang

(2) penulis pada pelaksanaan siklus J menggunakan metode eeramah sedangkan pada siklus 2 menggunakan media power point (3) minat belajar siswa setelah model

Padahal Rencana Strategis (Restra) Kementerian Kesehatan menetapkan target pada tahun 2014 rumah tangga yang mempraktekkan PHBS adalah 70% (Sulistyowati, 2011). Hal

Hal ini berkaitan dengan ukuran tubuh larva, bukan karena pengaruh dari rentang dosis yang diinfeksi, karena pada larva normalpun, konsumsi makanan larva instar lima akan

2010 Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik dalam Perkuliahan Kapita Selekta Matematika Sekolah II (Suatu Penelitian Tindakan untuk Meningkatkan Kemampuan

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

Pada koefisien kemiripan 0,80 atau jarak genetik 0,20 genom A berbeda klaster dengan genom B kecuali pada aksesi Ampyang (AAA) dan Nangka (AAB) maupun Cici Kuning