• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Hidroponik untuk Tanaman Sawi Menggunakan Metode DFT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Teknologi Hidroponik untuk Tanaman Sawi Menggunakan Metode DFT"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Technical Report · December 2014

DOI: 10.13140/2.1.4745.6326

CITATIONS 0

READS 25,931

15 authors, including:

Avicienna Ulhaq

Bogor Agricultural University

6PUBLICATIONS   0CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Avicienna Ulhaq on 29 December 2014.

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROPONIK

BUDIDAYA SAWI

Oleh:

Devi Phina F14100117 Azmi Syahrian Zehn F14110095

Davin Pradana F14110020 Norisa Adhi Tina F14110097

Rizal Erwin S F14110044 Fahmi Faizal F14110098

Rusnaldi F14110045 Lois Marihot F14110101

Gerry andryana K F14110064 Wahyudi Rahari F14110105

Prakoso Ari Wibowo F14110068 Avicienna Ul-haq M F14110108

Jantammy R. M F14110080 Faturrahman N F14110128

Antoni Wijaya F14110084

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

DAFTAR ISI

1 Pembagian Tugas Anggota Kelompok 1

2 Pengukuran parameter pertumbuhan dan nutrisi hidroponik 13

DAFTAR GAMBAR

1 Ilustrasi rangkaian zig zag 4

2 Laboratorium greenhouse pengamatan 9

3 Denah tata letak budidaya hidroponik 9

4 Grafik perkembangan tinggi tanaman 13

5 Grafik perkembangan jumlah daun pada tanaman 14

6 Grafik perubahan PH pada nutrisi 14

7 Grafik Perubahan EC 14

8 Sampel nomor 7 setelah panen 18

9 Sampel nomor 8 setelah panen 18

10 Sampel nomor 3 setelah panen 19

11 Sampel nomor 9 setelah panen 19

DAFTAR LAMPIRAN

(4)

Tabel 1 Pembagian Tugas Anggota Kelompok

No. Tugas Penanggung Jawab

1 Menyusun Pendahuluan (1.3.iv) Avicienna U. M. (F14110108)

2 Metodologi (Jika memungkinkan sertakan

gambar) (2.5.i) & (2.5.ii) Wahyudi R. (F14110105) (2.5 iii) & (2.5.iv) Devi P. (F14100117)

3 Hasil, Pembahasan, Kesimpulan, Daftar

(5)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.

Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman.

(6)

hidroponik dilakukan untuk dapat menghasilkan produk caisim yang bebas pestisida serta fisik produk yang baik karena terlindungi dan ternaungi oleh tutupan greenhouse. Budidaya caisim dilakukan karena merupakan salah satu sayuran daun yang digemari pasar sehingga sampai sekarang ini terus dilakukan perkembangan proses pembudidayaan caisim agar dihasilkan produk yang baik, dan bermutu tinggi hingga menyebabkan naiknya nilai jual produk caisim dipasaran. Salah satu proses pembelajaran budidaya caisim dilakukan dengan skala kecil untuk dapat mengamati pola tumbuh caisim, kebutuhan nutrisi, dan lingkungan optimum untuk caisim di dalam ruangan greenhouse.

Tujuan

Tujuan dilakukannya kegiatan budidaya caisim dengan sistem hidroponik adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses penyemaian benih caisim menggunakan media

arang sekam.

2. Mengetahui dan memahami bagaimana budidaya caisim menggunakan

sistem hidroponik.

3. Untuk mempelajari dan memahami cara budidaya tanaman sawi

mengunakan teknik hidroponik tipe deep flow technique (DFT).

4. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas hasil budidaya tanaman sawi

mengunakan teknik hidroponik tipe deep flow technique (DFT).

5. Memahami proses pertumbuhan dan kebutuhan pertumbuhan caisim

(7)

TINJAUAN PUSTAKA

Deep Flow Technique

Sistem Hidroponik Deep Flow Technique merupakan metode budidaya tanaman hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dalam. Kedalaman lapisan berkisar antara 4-6 cm. prinsip kerja system hidroponik DFT yaitu mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus menerus selama 24 jam. Teknik hidroponik ini dikategorikan sebagai system hidroponik tertutup. Umumnya penerapan teknik hidroponik ini digunakan pada budidaya tanaman daun dansayuran buah (Chadirin, 2007)

Pada teknik DFT system pipa, aliran nutrisi dengan kedalaman 2-3 cm mengalir pada pipa PVC berdiamaeter 10 cm dan pada pipa tersebut dikletakkan tanaman dalam pot plastic, sehingga tanaman akan menerima nutisi yang mengalir tersebut. Pot plastic tersebut mengandung material seperti arang sekam sebagai tumpuan akar dan bagian bawah dari material tersebut menyentuh larutan nutrisi yang mengalir. Pipa PVC dapat dirangkai dalam satu bidang atau zig zag, tergantung pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Sistem rangkaian pipa zigzag lebih memanfaatkan tempat secara efisien, namun hanya dpat dipraktikan pada tanaman yang mempunyai dengan tinggi tanaman yang rendah. Sedangkan system rangkaian satu bidang dapat dipraktikkan pada tanaman yang tinggi atau rendah. (Ruaf-asia Foundation, 2010)

Gambar 1 Ilustrasi Rangkaian system zig zag pada DFT (Ruaf-asia Foundation, 2010)

Tanaman diletakkan dalam pot plastik dan diletakkan secara tepat pada lubang yang telah dibuat disepanjang pipa pvc. Pot plastic tersebut dilubangi pada bagian bawah dan samping, sebagai penyerapan nutrisi. Pipa PVC dipasang pada slop 1 inch per 30-40, untuk membuat aliran nutrisi mengalir. Aerasi nutrisi

terjadi pada saat larutan kembali ke tangki larutan (Solution Tank). (Ruaf-asia

(8)

Pembibitan Sawi

Ada 2 cara pembibitan tanaman sawi. Cara pertama, benih di semai di bedengan yang berukuran kecil 0.5 x 1 m² atau luas ukuran sesuai dengan kebutuhan bibit. Cara kedua, benih di semai di wadah plastik dengan luas ukuran wadah sesuai kebutuhan bibit (dapat dibeli ditoko). Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.

Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

Sebelum benih disemai, benih direndam dengan air selama ± 2 jam. Selama perendaman, benih yang mengapung dipisahkan dan dibuang. Benih yang tenggelam digunakan untuk disemai. Kemudian benih disebar secara merata diatas bedeng persemaian dengan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang 1:1, (media tanam) setebal ± 7 cm. Benih yang telah disebar disiram sampai basah kemudian ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2-3 hari. Sebaiknya bedeng persemaian diberi naungan. Bila bibit sudah berumur 2-3 minggu setelah disemai, bibit tersebut sudah siap untuk ditanam. Perlakuan yang sama pula dilakukan jika benih disemai di wadah plastik. Wadah tersebut diteduhkan di rumah persemaian sampai bibit berumur 2-3 minggu. Bibit tersebut sudah siap untuk ditanam.

Budidaya Sawi Konvensional Menggunakan Tanah sebagai Perbandingan

Teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan adalah benih, pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan.Tahap benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil penanaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

(9)

digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Selain itu lahan harus bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi membutuhkan cahaya matahari langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran dilakukan jauh hari sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2-4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan

adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

Tahap ketiga adalah pembibitan. Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman agar benih dapat lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Ukuran bedengan pembibitan adalah lebar 80-120 cm, panjang 1-3 meter, dan tinggi bedengan 20-30 cm. Dua minggu sebelum benih ditabur ke lahan, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang terlebih dahulu lalu ditambah pupuk 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram KCl. Cara melakukan pembibitan adalah: benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3-5 hari benih akan tumbuh, setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.

Tahap keempat adalah penanaman. Seminggu sebelum penanaman dilakukan, pemberian pupuk terlebih dahulu, yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, KCl 75 kg/ha. Jarak tanam dalam bedengan adalah 40 x 40 cm, 30 x 30 cm, dan 20 x 20 cm. Bibit dipindahkan dengan hati-hati. Tahap terakhir adalah pemeliharaan. Pemeliharaan adalah hal yang penting dalam budidaya tanaman. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Hal yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan, dan pemupukan. Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru, biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman, dan pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam (Margiyanto 2008).

Hal Penting dalam Budidaya Sawi

Dalam budidaya tanaman sawi, unsur hara (nutrisi) dan kondisi iklim mikro merupakan hal yang sangat berpengaruh. Unsur hara yang tersedia cukup akan diserap oleh tanaman untuk pertumbuhannya, sedangkan iklim berkaitan dengan faktor di luar tanaman dalam mendukung pertumbuhannya. Untuk itu harus diketahui sifat-sifat tanaman terkait dengan iklim yang sesuai dengan pertumbuhannya. Tanaman sawi lebih sesuai jika ditanam di dataran tinggi dengan intensitas sinar matahari yang cukup, karena selama pertumbuhannya tanaman sawi memerlukan suhu yang rendah hingga hangat (22 - 33 °C), suhu

(10)

penyinaran dengan sinar matahari merupakan faktor utama di dalam pertumbuhan optimal tanaman sawi (Telaumbanua, Purwantana, dan Sutiarso 2014).

Sawi mulai dipanen setelah tanaman berumur 45-50 hari. Panen dilakukan dengan cara mencabut atau memotong pangkal batang. Bila panen terlambat dapat menyebabkan tanaman cepat berbunga. Sawi yang baru dipanen ditempatkan di tempat yang teduh, agar tidak cepat layu. Untuk mempertahankan kesegaran sayuran ini perlu diberi air dengan cara dipercik (Rieuwpassa 2011).

Larutan Hara

Menurut Jensen (1997), larutan hara tanaman merupakan bahan-bahanyang diserap oleh tanaman dan berisi satu atau lebih unsur esensial yangdiperlukan oleh tanaman. Syarat yang harus dipenuhi oleh unsur esensial sebagaihara tanaman adalah 1) kekurangan unsur tersebut dapat menyebabkan tanamantidak dapat melengkapi pertumbuhan vegetatif maupun generatif dalam siklushidupnya, 2) unsur tersebut secara langsung terlibat sebagai hara tanaman.

Tanaman dapat berkembang dengan baik dalam larutan garam nutrisisebagai pengganti tanah dimana tanaman menerima oksigen dan semua komponenmineral penting dalam komposisi yang tidak meracuni.Terdapat 16 elemenpenting yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tigabelas unsur fungsional diperoleh tanaman dalam tanah antara lain nitrogen (N),fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). unsurunsur tersebut diperlukan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur haramakro. Unsur besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), boron (Bo),molibdenum (Mo), dan klor (CI) digunakan dalam jumlah sedikit sehinggadisebut unsur hara mikro. Unsur-unsur lain seperti karbon (C) dan oksigen (0)diperoleh langsung dari udara dan hidrogen (H) diperoleh baik langsung maupuntidak langsung dari dalam tanah (Soepardi, 1983). Menurut Resh (1998) dalambudi daya hidroponik diperlukan 6 unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan7 unsur hara mikro (Fe, CI, Mn, Cu, Zn, B dan Mo) untuk mendukungpertumbuhan tanaman.

Parameter yang berpengaruh pada larutan hara untuk tanaman, salahsatunya

adalah pH. Menurut Diatloff (1999) pH merupakan kepanjangan

daripadahydrogenii (potensial hidrogen) yaitu nilai (dari 1 sampai 14) yang menunjukkanreaksi asam atau basa dari suatu larutan. Larutan hara budi daya hidroponik seladabiasanya dipertahankan antara pH 5.6-6.0 (Morgan 1999). Tetapi sebagian besarbudi daya tanaman hidroponik, larutan dipertahankan konstan pada kisaran pH 5.5-6.5 dengan menambah larutan asam atau basa (Adam, et al., 1995). Tinggirendahnya nilai pH akan mempengaruhi ketersediaan beberapa mineral yangdiperlukan oleh tanaman. Tingkat keasaman larutan hara mudah berubali karenaketidakseimbangan antara anion dan kation yang diserap oleh tanaman (Harjadi,1989). Nilai pH dan Menurut Suhardiyanto (2010), harus

(11)

yang dibudidayakan. Penurunan dan peningkatan pH dapat dilakukan dengan

menambah senyawa asam – basa seperti HNO3, H3PO4, atau H2SO4untuk asam

dan senyawa KOH untuk basa.

Parameter kedua yang berpengaruh pada larutan hara untuk tanaman adalah

konduktivitas listrik (EC, Electrical Conductivity) yang juga dikenalsebagai faktor

konduktivitas (CF, Conductivity factor) atau Daya Hantar Listrik(DHL) yaitu

pengukur kadar garam dalam larutan hara. Konduktivitas listrikmemberi indikasi mengenai nutrisi yang terkandung pada larutan dan yangdiserap oleh akar. Larutan yang kaya nutrisi akan mempunyai konduktivitas listrikyang lebih besar daripada larutan yang mempunyai sedikit ion-ion garam. NilaiEC tergantung dari jenis-jenis ion yang terkandung di dalam larutan nutrisi,konsentrasi ion, dan suhu larutan (Morgan 2000b). Tingkat EC yang digunakan dalam hidroponik tanaman

daun seperti seladayang ditanam di dataran rendah adalah 0.5-2.5 mS.cm-3. Total

konsentrasi elemendalam larutan nutrisi antara 1000-1500 ppm (Morgan 1999). Pada penelitian Nurfinayati (2004), menyatakan bahwaselada masih bisa tumbuh

(12)

Hydroponic kit 1

Rakit apung

Airoponic 1 Airoponic 2

Hydroponic kit 2

Sistem budidaya kelompok 1

U

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktikum matakuliah Teknologi Greenhouse dan Hidroponik dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengamatan pada tanaman dilakukan setiap hari. Waktu pengamatan dimulai pada tanggal 11 November 2014 s/d bulan 16 Desember

2014. Tempat pengamatan laboratorium Greenhouse “Siswadhi

Soepardjo”Departemen Teknik Mesin dan BiosistemFakultas Teknologi Pertanian

(Gambar 2).

Gambar 2 Laboratorium greenhouse pengamatan, Leuwikopo

Tata Letak

(13)

Budidaya kelompok kami menggunakan hidroponic kit dengan sistem deep flow nutrition. Letak dari hidroponic kit di sebelah selatan dekat dengan pintu keluar. Di dalam greenhouse bagian selatan terdapat saluran air dan listrik. Hidroponic kit membutuhkan asupan daya listrik untuk menggerakkan pompa sehingga letak yang dekat dengan sumber listrik dianjurkan. Apabila terlalu jauh dapat menggunakan kabel terminal. Cahaya untuk tanaman selalu tersedia karena bangunan greenohouse yang memanjang dari arah utara ke selatan sedangkan arah datangnya cahaya matahari dari timur ke barat. Tanaman akan mendapatkan cahaya yang cukup dari pagi sampai sore. Bangunan greenhouse yang dindingnya terbuat dari kasa atau kawat akan mempermudah aliran angin untuk menurunkan suhu di dalam greenhouse. Hidroponic kit yang terletak di tengah sebelah belakang akan mengalami pertukaran udara dengan baik.

Rona Lingkungan

Lokasi pembangunan greenhouse terletak di Leuwikopo, Bogor. dengan koordinat 6°33'52"LS 106°43'31"BT. Secara umum Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330 m dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 °C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata terendah di Bogor adalah 21,8 °C, paling sering terjadi pada Bulan Desember dan Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat.

Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0–15% dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15–30%. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan orografi. Angin laut dari Laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung terkondensasi dan menjadi hujan. Hampir setiap hari turun hujan di kota ini dalam setahun (70%).

Alat dan Bahan

(14)

Prosedur

1. Persiapan Hidroponik

Pembersihan benih

Perhitungan jumlah awal benih

Persiapan media tanam

Penyebaran benih di media tanam

Peletakkaan benih di greenhouse

Penyiraman benih

Peletakkan kode sampel pada bibit

Pengambilan data (tinggi, jumlah daun dan dokumentasi)

Pengamatan

Benih sawi

(15)

2. Pelaksanaan Hidoroponik

a. Pemindahan tanaman sawi ke dalam dipflow tehnique paralon

Pembersihan perlengkapan dipflow tehnique paralon

Pengecekan Fungsional alat

Persiapan media tanam hidroponik :

1. Gelas plastik sebanyak 65-70 buah (dinding berpori) 2. Arang sekam

Pemasukan arang ke gelas media tanam (3/4 tingginya)

Penyiraman

Penyiraman benih

Peletakkan bibit sawi ke dalam media tanam gelas

Peletakkan media tanam ke dalam plot Dipflow Tehnique Paralon

Pengamatan

Bibit sawi

(16)

b. Pemberian larutan nutrisi

Pengisian air ke dalam wadah penyedia air

Pemberian air pada pipa plot tanaman

Pengaturan kemiringan aliran air pada pipa agar seragam

Pemberian 100 ml larutan AB mix ke dalam wadah larutan nutrisi

Pengaturan pH (5.5-6.5), EC (±1000) Larutan AB mix

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengukuran Parameter Pertumbuhan dan Nutrisi Hidroponik

Tanggal Tinggi Rata-rata

(18)
(19)

Gambar 7 Grafik perubahan EC pada nutrisi hidropinik setiap hari

Tabel 2 Bobot semua sampel tanaman setelah dipanen

No.

Tabel 3 Bobot semua tanaman setelah dipanen

(20)

PEMBAHASAN

Berdasarkan Gambar 4, terlihat pertumbuhan tanaman yang memiliki tren meningkat secara linier. Namun pada data pengamatan tanggal 20 November 2014, grafik jatuh pada titik nol karena tidak ada pengukuran pada hari tersebut. Hal yang sama juga ditunjukan pada Gambar 5 dimana jumlah rata-rata daun cenderung meningkat mendekati angka 6. Pada Gambar 6, nilai pH larutan nutrisi mayoritas di atas nilai 7 sehingga larutan terlalu basa. Hal ini masih di atas nilai

pH optimum yang yang berkisar antara5.5 – 6.5 (Suhardiyanto 2010). Pada

Gambar 7 terjadi peningkatan EC yang mencapai nilai 2017 pada hari Kamis tanggal 19 November 2014 karena penambahan larutan AB yang mencapai 1 liter.

Pertumbuhan sawi yang meningkat setiap hari bisa disebabkan oleh ketersediaan larutan nutrisi yang selalu mengalir, suhu lingkungan yang berada

dalam kisaran suhu yang rendah hingga hangat (26 0C) sesuai dengan

Telaumbanua, Purwantana, dan Sutiarso (2014), dan kelembaban udara yang cukup (70 %) tinggi pada rona lingkungan. Nilai EC yang didapat pada

pengamatan berada di atas 1 000 µS.cm-1 . Hal ini masih sesuai dengan literatur

yang dikemukakan Morgan (1999) dimana nilai ideal berkisar antara 1 000

sampai 1 500 µS.cm-1.

Perubahan nilai EC yang bisa meningkat disebabkan karena jumlah larutan garam terlarut meningkat seiring penyerapan hara oleh tanaman. Jumlah ion yang diserap bergantung kebutuhan unsur oleh tanaman yang dibudidayakan. Pada tanaman yang dibudidayakan untuk diambil daunnya, unsur K untuk perkembangan daun menjadi yang utama, sehingga pada larutan nutrisi yang ada dalam tangki, jumlah ion K akan bekurang. Jumlah air yang ada dalam tangki nutrisi juga mengalami pengurangan karena ada air yang terserap oleh tanaman.

Jumlah potasium berpengaruh pada jumlah daun yang setiap hari meningkat karena salah satu fungsi potasium adalah perannya pada pertumbuhan daun. Bila dilihat pada Lampiran 1, sebaran pertumbuhan pada sampel tidak merata terlihat dari tinggi tanaman yang berbeda jauh, misalnya pada sampel nomor 2 dengan nomor 3.

Proses pemanenan dilakukan pada umur 36 hst yaitu pada tanggal 16 Desember 2014. Berdasarkan Tabel 3, distribusi sebaran massa sampel pada talang yang berada di atas memiliki bobot yang besar misalnya sampel 7, 8, 3, dan 9. Namun ada juga individu yang posisinya berada di talang bagian atas tetapi bobotnya tidak terlalu besar seperti pada sampel 6. Nilai bobot sawi secara keseluruhan 3280 g. Bila bobot total tersebut dibagi total individu saat panen yang berjumlah 63 buah maka bobot rata-rata per individu sebesar 52 g per individu. Nilai ini masih lebih kecil dari potensi bobot maksimum sawi yang mencapai 400 g per individu (Soenaryono 1983). Hal ini disebabkan karena sawi dipanen lebih cepat yaitu baru 36 hst sedangkan umur panen sawi adalah 45-50 tergantun varietasnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kandungan dalam larutan nutrisi yang tidak diukur menganai kandungan ion yang mendukung pertumbuhan vegetatif dari tanaman sawi dan hanya mengukur nilai EC saja.

(21)

akar pada awal penanaman. Beberapa sampel pada minggu ke 3 masih memiliki akar yang belum mampu menjangkau air karena ketinggian air pada beberapa tingkatan talang tidak terlalu tinggi sesuai literatur yaitu sekitar 6 cm. Gambar mengenai keadaan beberapa sampel tanaman saat panen bisa dilihat pada Gambar 8,9,10, dan 11.

Gambar 8 Sampel nomor 8 setelah panen

(22)

Gambar 10 Sampel nomor 5 setelah panen

(23)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sistem hidroponik deep flow technique merupakan salah satu teknik

hidroponik yang menggunakan aliran air pada akar. Kualitas dan kuantitas tanaman pada sistem hidroponik ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kelembaban udara, suhu lingkungan, keberadaan larutan nutrisi, ketersedian kandungan larutan nutrisi (nilai EC), pH larutan nutrisi, dan sebagainya. Nilai EC, suhu lingkungan dan kelembaban pada pengamatan sudah sesuai literatur. Nilai pH pada pengamatan belum sesuai dengan literatur. Bobot per individu saat panen sawi pada praktikum ini belum memenuhi standar literatur yang ditetapkan karena faktor panen yang terlalu cepat, larutan nutrisi, dan tinggi aliran pada awal tanam.

Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Adam CR., Bamford, KM and Early, KM. 1995. Principle of Horticulture.

Butterworth Heinemang. London. 278 p.

Chadirin, Y. 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat Kuliah Departemen Teknik Pertanian, IPB.

Diatloff E. 1998. pH-what does it really mean? Practical hydroponics &Greenhouse-International Trade Directory 1998-1999:148-151.

Harjad, SS. 1990. Dasar-dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian.

IPB. Bogor. hal506

Jensen M. H. 1997. Hydroponics. Hort.Science 32(6) :1018- 1020.

Morgan L. 1999. Hydroponic Lettuce Production. Casper Publ. Pty Ltd.

Narrabeen. lllp.

Morgan, L. 2000b. The pH Factor In Hydroponics, p.47-51. In Amy Knutson

(ed). The Best of The Growing Edge. New Moon Publ. Inc. Corvallis. Nurfinayati. 2004. Pemanfaatan berulang larutan nutrisi pada budidaya selada

(Lactuca sativa L.) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung (THST). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. IPB.

Resh HM. 1998. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Publ. Co.

Santa Barbara. 527p.

Ruaf-asia Foundation, 2010. Hydroponics. Departement of Agriculture, Ministry of Agriculture

Priyowidodo, Titis. 2014. Cara Budidaya Caisim Organik.

http://alamtani.com/budidaya-caisim-organik.html [tanggal unduh 23 November 2014)

Rieuwpassa, Alexander J. Teknologi budidaya sawi [internet]. [diunduh tahun 2014 nov 24]. Tersedia pada:

http://maluku.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content& view=article&id=289:teknologi-budidaya-sawi&catid=15:benih

Maspary. 2014. Cara tepat menanam sawi dan caisim [Internet]. [diunduh tahun 2014 nov 24]. Tersedia pada:

http://www.gerbangpertanian.com/2014/09/cara-tepat-menanam-sawi-dan-caisim.html

Edi S dan Bobohoe J. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.

Margiyanto E. 2008. Budidaya Tanaman Sawi.

http://zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/ [terhubung berkala].

Rieuwpassa AJ. 2011. Teknologi Budidaya Sawi.

http://maluku.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content& view=article&id=289:teknologi-budidaya-sawi&catid=15:benih

[terhubung berkala].

Soenaryono H. 1989. Budidaya Brassica (Kubis) Terpenting di Indonesia . Hal

(25)

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah.Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Suhardiyanto H. 2010. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Bogor : IPB Press.

Telaumbanua M, Purwantana B, dan Sutiarso L. 2014. Rancang Bangun Aktuator Pengendali Iklim Mikro di Dalam Greenhouse untuk Pertumbuhan

Tanaman Sawi. Jurnal Agritech 34:2(213-222). https://earth.google.com/

Pemerintah Kota Bogor[tahun tidak diketahui].Letak geografis[internet].[diunduh

2014 nov 24]. Tersedia pada:

(26)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data lengkap pengukuran paratemer tumbuh tanaman dan nutrisi hidroponik

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 EC PH

T n t n t n t n t n t n t n t n t n t n

11/11/2014 12/11/2014

(27)

05/12/2014 22 4 11 5 23.5 8 21 9 15 8 20.5 8 26 8 25 8 21.7 8 12.7 6 1166 7.2 06/12/2014 23 4 11 6 24.5 7 22 7 16 8 22 6 27.5 7 25.5 8 22 8 13 7 1189 6.9 07/12/2014 24.5 7 11 6 24.5 7 23.5 7 16.7 7 23 6 28.5 7 26 8 22.5 7 13.5 7 1136 6.9 08/12/2014 26.5 7 13 6 28.2 7 24 8 18.4 7 24.5 6 32.5 7 27 9 23.2 7 15.4 7 1100 7.66 09/12/2014 25 8 14 7 29 7 25 8 20 8 25 6 33 9 29 10 25 7 17 7 1073 7.68 10/12/2014 26.5 8 15.5 7 31 7 25.5 9 22 9 27 6 35 11 30 10 27 8 19 7 1046 7.7 11/12/2014 26.5 8 15.8 7 32 7 25.5 9 23 9 29 7 35 11 31 10 28 8 19.2 8 1046 7.605 12/12/2014 26.5 8 16 7 34 8 26 9 23.5 9 29.5 7 11 31.5 10 29.5 8 19.5 8 1046 7.51 13/12/2014 29 9 17 8 35 8 27.5 10 23.7 11 29.5 7 36 11 32 11 30 8 21 8 1105 7.65 14/12/2014 30.3 9 19.8 8 38 12 29 10 26 11 29.6 9 37.5 11 33.7 11 31 9 22 10 1164 7.79 15/12/2014 32 9 19.8 8 39 12 29.5 11 26 11 29.6 9 39 11 34 11 33 9 22.5 10 1084 7.595 16/12/2014 34 9 19.8 8 39.7 12 31 11 26.8 11 29.6 9 42.2 11 35 11 34 9 23 10 1004 7.4

Keterangan:

t = tinggi tanaman (cm)

n = jumlah daun

Gambar

Tabel 1 Pembagian Tugas Anggota Kelompok
Gambar 1 Ilustrasi Rangkaian system zig zag pada DFT (Ruaf-asia Foundation, 2010)
Gambar 2 Laboratorium greenhouse pengamatan, Leuwikopo
Tabel 2Pengukuran parameter pertumbuhan dan nutrisi hidroponiksetiap hari (data pengukuran lengkap ada pada lampiran 1)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan gel ekstrak etanol 70% daun bangun-bangun dengan konsentrasi 3,0% memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Sedangkan Six Sigma digunakan sebagai analisis target ukuran kinerja, serta peningkatan kinerja dari kegiatan bisnis UKM Produk Kerajinan dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem rotasi terhadap penimbunan bahan organik dalam tanah, pertumbuhan dan hasil produksi tanaman jagung, jenis gulma

Pada penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas atau variabel independen, yaitu suku bunga (BI Rate) sebagai X 1 , inflasi sebagai X 2 , dan nilai tukar rupiah sebagai X 3

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient ( AQ ) dan

Pertama, penelitian ini mampu mengidentifikasi karakteristik kualitas website akademik Universitas Telkom menurut karakteristik standar ISO/IEC 9126 yang dapat

Pemberian diskresi pada tingkat penyidikan anak di unit pelayanan perempuan dan anak Satreskrim Polres Malang Kota berdasarkan konsep Restorative Justice, pada

Hal tersebut didasarkan pada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan menjelang menopause yang dipaparkan oleh Fitriana (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kecemasan