• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman yang Berkhasiat sebagai Antitumo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanaman yang Berkhasiat sebagai Antitumo"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TANAMAN YANG BERKHASIAT SEBAGAI ANTITUMOR

Oleh: Nur Hayati Dwi Handayani (2014)

Pada makalah ini akan dibahas beberapa tanaman yang memiliki khasiat sebagai antitumor. Pada bagian pertama, akan dijelaskan tentang Tapak Dara (Catharanthus roseus). Kemudian pada bagian kedua akan dijelaskan tentang Delima (Punica granatum). Yang ketiga akan dijelaskan tentang antitumor yang berasal dari bahan alam laut, yaitu Spirulina (Arthospira sp). Dan yang terakhir, akan dipaparkan secara singkat tentang Ceplukan (Physalis minima L), Keladi Tikus (Typhonium flagelliforme Lodd.), Temu Mangga (Curcuma Mangga Val.), Pegagan (Centella asiatica L. Urban), Kunyit Putih (Kaempferiae rotunda L.), Sambiloto (Andrographis paniculata Burm. F.Nees), dan Manggis (Garcinia mangostana L.).

1. Tapak Dara (Catharanthus roseus).

A. Klasifikasi

Sumber: International Taxonomy Integrated System

(http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=30168)

Catharanthus roseus, umumnya dikenal dengan tapakdara Madagaskar, merupakan spesies asli dan endemik Madagaskar. Namun sudah banyak tersebar diseluruh dunia. Tanaman ini juga dikenal dengan nama Ammocallis rosea, Vinca rosea, Lochnera rosea, Cape periwinkle, rose periwinkle. Di Indonesia dikenal dengan nama tapak dara. Simplisia yang dipakai adalah Catharanthii Folium.

B. Deskripsi Tanaman.

(2)

diameter 2-5 cm dengan lima lobus petal. Buah berupa sepasang folikel panjang 2-4 cm dan 3 mm luas.

Gambar 1.1. Tapak Dara: bentuk pohon; bunga dan daun; buah (dari kiri ke kanan)

C. Kandungan Kimia

Rosinidin is an anthocyanidin pigment found in the flowers of C. Roseus. Zat aktif dalam daun tapak dara yang berfungsi sebagai antitumor/kanker adalah vincristin (Foye, 1995). Pada akar, batang, daun, dan biji bunga tapak darah ditemukan lebih dari 70 macam alkaloid. Komponen antitumor/kanker yang dikandungnya yaitu alkaloid seperti vinblastine (VLB), vincristine (VCR), leurosine (LR), vincadioline, leurodisine, dan catharanthine.

D. Tapak Dara sebagai Antitumor.

Aslam, et al (2010) memaparkan bahwa Ekstrak ethanol (70%) dari daun tapak dara yang diperikan intraperitoneal pada tikus betina dapat bekerja aktif pada CA-Ehrlich ascites. Ekstrak etanol 70% daun tapak dara menginduksi berhentinya fase metafase proses mitosis pada sel acites. Ekstrak diberikan selama 4 hari setelah sel mengalami inokulasi. Ini menunjukkan aktifitas sitotoksik dari ekstrak ethanol 70% daun tapak dara.

Fraksi alkaloid dari daun kering juga memiliki aktifitas tersebut. Ekstrak kloroform daun tapak dara juga memiliki akifitas pada cell-line Leuk-P388. Tapak dara mengandung 130 alkaloid yang berasal dari grup indol. Alkaloid pada tapak dara yang diberikan intraperitoneal pada tikus dengan dosis 10 mg/ kg BB dan 75 mg/ kg BB per oral juga aktif pada cell-line Leuk-P1534. Pada uji klinik ekstrak daun dosis 6 mg/m2 luas permukaan tubuh secara intravena efektif sebagai antineoplastik.

Bagian tanaman tapak dara yang dapat dijadikan sebagai antitumor adalah herba. Hasil uji praklinik tapak dara diketahui bahwa fraksi alkaloid herba dosis 10mg/kg dan 75 mg/kg oral efektif untuk leukimia pada tikus. Ekstrak metanol dapat menghambat proliferasi sel kanker mammae MCF-7) dengan dosis 82 µq/100 ml menginhibis MCF-7 setara 10 µq tamoxifen yang digunakan sebagai antiestrogen pada kanker mammae. Asam asiatik 10 µq menginduksi 95% kematian sel dalam 48 jam.

Efek antimutagenik juga ditunjukkan pada ekstrak air daun tapak dara pada sel darah merah. Ekstrak air daun tapak dara mereduksi jumlah micro-nucleated polycromatic sel darah merah yang disebabkan oleh mutagen.

(3)

Gambar 1.2. Struktur kimia vincristine, vinblastine, dan vindoline.

VINCRISTINE Indikasi.

 Vincristine digunakan sebagai terapi pada Leukemia Limfositik Akut (LLA), Limfoma Hodkin, Limfoma non-hodkin, tumor wilms’, neuroblastoma, rhabdomyosarcoma.

Farmakodinamik.

 Vincristine merupakan alkaloid yang berfungsi sebagai agen antineoplastik dari vinca. Alkaloid vinca memiliki struktur yang menyerupai 2 komponen unit multiring, vindoline dan catharanthine. Alkaloid vinca menjadi sangat berguna pada penggunaan klinis sejak ditemukan khasiatnya sebagai antitumor pada tahun 1959. Awalnya ekstrak tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) diteliti karena aktifitasnya sebagai agen hipoglikemik untuk pengobatan Diabetes Mellitus. Tetapi ternyata memiliki efek men-supresi sumsum tulang pada tikus dan memiliki efek antileukemik secara in vitro. Vincristine berikatan dengan protein mikrotubular pada spindel mitosis, menyebabkan kristalisasi pada mikrotubulus dan mitosis berhenti sehingga sel mati. Vincristine memiliki efek immunosuppressan. Alkaloid vinca diperkirakan berperan pada fase pembelahan sel yang spesifik.

Mekanisme Kerja.

 Aktifitas antitumor pada vincritine melalui penghambatan fase metafase mitosis, melalui interaksinya dengan tubulin.

 Vincristine juga berperan pada 1) asam amino, cyclic AMP, dan metabolisme glutathione, 2) aktifitas calmodulin-dependent Ca2+-transport ATPase, 3) respirasi selular , dan 4) biosintesis asam nukleat dan lipid.

Dosis.

 Injeksi, bubuk, lipofil, untuk suspensi diberikan secara intravena: 5 mg/ 31 ml  Injeksi, solution diberikan secara intravena: 1 mg/ ml

Efek samping.

 Mula, muntah, penurunan berat badan, diare, sakit kepala, konstipasi.

 Penurunan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi (demam, radang tenggorokan persisten, batuk)

(4)

berjalan, gangguan keseimbangan/ koordinasi, kelemahan otot (termasuk otot wajah dan bagian tubuh yang lain), kesulitan berbicara.

 Gangguan penglihatan dan pendengaran, perubahan status mental/ mood (seperti depresi, halusinasi, konfusi), mudah mengalami perdarahan/ bruising, kelelahan.  Kejang, nyeri dada/ lengan kiri, manifestasi gangguan hati (seperti urin yang pekat,

muntah, mual, nyeri perut, kulit tampak kuning)

 Gangguan pernafasan: pasien dengan masalah pernafasan akan lebih mudah mengalami efek samping ini. Tidak dianjurkan pengobatan vincristine dalam jangka waktu yang panjang. Efeknya dapat timbul pada hitungan menit sampai beberapa jam setelah pemberian vincristine dan setelah pemberian selama 2 minggu.

 Reaksi alergi: rash, itching, bengkak (terutama pada wajah, lidah, atau tenggorokan), sakit kepala hebat, dan gangguan pernafasan.

Over dosis vincristin.

 Muntah, diare, ileus paralitik

Efek toksik

 Terjadi pada hari ke-5 setelah penggunaan selama 2 minggu

 Dapat timbul trombositopenia, leukopenia, stomatitis, gastrointestinal disorder (mual, muntah, konstipasi

Perhatian.

 Hindari pemberian vincristin pada pasien dengan riwayat alergi, gangguan persarafan dan otot, gangguan hati, penurunan fungi sumsum tulang, gangguan pada darah, infeksi.  Selama penggunaan vincristine, hindari terjadinya luka/ trauma dan olahraga, menyetir

kendaraaan, hindari alcohol.

 Anak-anak lebih sensitif mengalami efek pengobatan,terutama muntah dan konstipasi karena kerja usus yang melambat.

 Pada lansia dapat timbul kesulitan berkemih, sebagai efek dari pengobatan terhadap ginjal (retensi urin).

 Penggunaan vincristine dapat mengganggu kesuburan, baik pada pria maupun pada wanita.

 Tidak direkomendasikan pada ibu hamil karena dapat menyebabkan keguguran.  Belum diketahui efeknya terhadap ASI. Untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan, disarankan untuk menghindari pemberian ASI ketika mendapatkan treatmen ini.

Interaksi obat.

Beberapa produk menimbulkan interaksi dengan vincristine, yaitu:

 Digoksin (urunkan efek digoksin), fenitoin, obat yang dapat menimbulkan keusakan syaraf pendengaran (misalnya kemoterapi dengan obat yang mengandung platinum).  Obat yang mempengaruhi enzim hati dapat mengeluarkan vincristine dari tubuh (

aprepitant, cimetidine, St. John's wort, antijamur golongan azole sepeti itraconazole, antibiotik mikrolid seperti erythromycin, rifamycins termasuk rifabutin, anti kejang seperti carbamazepine);

(5)

Keamanan (Kevin, et al, 2012).

 oral LD50 ekatrak metanol daun tapak dara pada mencit lebih dari 1 g/kg.

 penggunaan tapak dara berkepanjangan menyebabkan toksik pada mencit. Dosis 0,5 gr/ kg BB dan 1 gr/kg menimbulkan diare dan kematian.

 Subkronik dan kronik: pemberian per oral 0,5an pengaruh signifikan pada marker serum biokimia berat badan, intake nutrisi dan cairan pada pemberia lebih dari 14 hari.

 Pemberian per oral 0,1 g/ kg BB ekstrak metanol daun tapak dara lebih dari 14 hari aman pada mencit betina galur SD tanpa menyebabkan kerusakan signifikan pada hati dan ginjal.

VINBLASTINE Indikasi.

 Vinblastine digunakan sebagai terapi pada Leukemia Limfositik Akut (LLA), Limfoma Hodkin, Limfoma non-hodkin, tumor wilms’, neuroblastoma, rhabdomyosarcoma.

Farmakodinamik.

 Vinblastine merupakan alkaloid yang berfungsi sebagai agen antineoplastik dari vinca. Alkaloid vinca memiliki struktur yang menyerupai 2 komponen unit multiring, vindoline dan catharanthine. Alkaloid vinca menjadi sangat berguna pada penggunaan klinis sejak ditemukan khasiatnya sebagai antitumor pada tahun 1959. Awalnya ekstrak tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) diteliti karena aktifitasnya sebagai agen hipoglikemik untuk pengobatan Diabetes Mellitus. Tetapi ternyata memiliki efek men-supresi sumsum tulang pada tikus dan memiliki efek antileukemik secara in vitro. Vinblastine berikatan dengan protein mikrotubular pada spindel mitosis, menyebabkan kristalisasi pada mikrotubulus dan mitosis berhenti sehingga sel mati. Vinblastine memiliki efek immunosuppressan. Alkaloid vinca diperkirakan berperan pada fase pembelahan sel yang spesifik.

Mekanisme Kerja.

 Aktifitas antitumor pada vincritine melalui penghambatan fase metafase mitosis, melalui interaksinya dengan tubulin.

 Vincristine juga berperan pada 1) asam amino, cyclic AMP, dan metabolisme glutathione, 2) aktifitas calmodulin-dependent Ca2+-transport ATPase, 3) respirasi selular , dan 4) biosintesis asam nukleat dan lipid.

Efek samping.

 Mula, muntah, penurunan berat badan, diare, sakit kepala, konstipasi.  Rambut rontok.

 Penurunan daya tahan tubuh untuk melawan infeksi (demam, radang tenggorokan persisten, batuk)

 Gannguan pada otot dan persyarafan (dapat terjadi pada waktu yang lama): nyeri/ kesulitan saat berkemih, perubahan jumlah urin, nyeri muskuloskeletal (pada sendi, tulang belakang, dan otot), rasa seperti terbakar pada tangan dan kaki, kesulitas berjalan, gangguan keseimbangan/ koordinasi, kelemahan otot (termasuk otot wajah dan bagian tubuh yang lain), kesulitan berbicara.

(6)

 Kejang, nyeri dada/ lengan kiri, manifestasi gangguan hati (seperti urin yang pekat, muntah, mual, nyeri perut, kulit tampak kuning)

 Gangguan pernafasan: pasien dengan masalah pernafasan akan lebih mudah mengalami efek samping ini. Tidak dianjurkan pengobatan vincristine dalam jangka waktu yang panjang. Efeknya dapat timbul pada hitungan menit sampai beberapa jam setelah pemberian vincristine dan setelah pemberian selama 2 minggu.

 Reaksi alergi: rash, itching, bengkak (terutama pada wajah, lidah, atau tenggorokan), sakit kepala hebat, dan gangguan pernafasan.

Keamanan.

 LD50 pada tikus, per oral: 423 mg/ kg BB, pada mencit per oral: 305 mg/ kg BB.  Efek toksik terjadi pada hari ke-5 setelah penggunaan selama 2 minggu, berupa

leukopeni, paralisis, konstipasi, nyeri abdomen.

Interaksi Obat.

 Obat analgesik antipiretik (aspirin dan agen AINS seperti ibuprofen, naproxen, aspirin karena dapat menimbulkan perdarahan), hidantoin (fenitoin), tolterodin, obat yang berefek pada pendengaran (cisplatin, carboplatin, aminoglikosida seperti gentamisin).  Obat yang menimbulkan efek pada enzim hati, sehingga menyebabkan vinblastin dikeluarkan dari tubuh (aprepitant, cimetidine, St. John's wort, antijamur golongan azole sepeti itraconazole, antibiotik mikrolid seperti erythromycin, rifamycins termasuk rifabutin, anti kejang seperti carbamazepine);

 Aspirin dosis rendah dapat dilanjutkan untuk pencegahan serangan jantung dan stroke (dosis yang dianjurkan of 81-325 mg/ hari).

E. Penggunaan secara Konvensional.

Pemakaian vincristine dan vinblastine secara konvensional harus mempertimbangkan ada atau tidaknya gannguan pada hati. Vincristine dibeikan secara iv, dosis dewasa 1,4 mg/ m2 dengan dosis total tidak boleh lebih dari 2 mg. Pemberian vincristine disertai monitoring terhadap keadaan klinis pasien. Jika pasien menunjukkan manifestasi klinis yang baik dan toksisitas regimen yang minimal, maka pemberian vincristine dapat ditngkatkan. Sedangkan dosis untuk vinblastine 3,7 mg/m2 pada dewasa, dengan penambahan dosis dapat dilakukan hingga 5,5-7,4 mg/ m2, diberikan secara mingguan.

F. Aktifitas farmakologi yang lain.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai efek farmakologi lain tanaman tapak dara

(Catharanthus roseus). Aslam, et.al (2010) mengemukakan beberapa aktifitas farmokologi yang terdapat pada taaman tapak dara ebagai berikut:

 Antispermatogenik.

Ekstrak air daun tapak dara pada tikus jantan yang diberikan secara intraperitoneal pada dosis 0,2 ml/ hewan menunujukkan efek antispermatogenik yang lemah. Pada dosis 10 mg/ hewan terjadi perubahan regresif pada tubulus seminiferus dan sel leydig, peningkatan kolesterol pada testis, dan degeneratif pada seluruh elemen germinal.  Antifertilitas.

(7)

 Antihipertensi. penghambatan pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes. Ekstrak air dari stem aktif pada penghambatan kultur T. Mentagrophytes dan T. Rubrum. Daundan akar pada plat agar aktif menghambat Phytum aphanidermatum.

 Antihiperkolsterolemia.

Ekstrak air daun yang diperikan pada kelinci per oral menunjukkan efek sebagai antihiperkolesterolemia.

 Antidiuretik.

Fraksi alkaloid pada tanaman yang diinjeksikan subkutan pada mencit jantan dengan dosis 50 mg/ kg BB menunjukkan efek antidiuretik.

 Antimlaria.

Ekstrak kloroform akar tapak dara dengan dosis 400 mg/kg BB dan ekstrak air 4,42 mg/ kg BB per oral yang diberikan pada ayam menunjukkan aktifitas antimalaria pada Plasmodium gallinaceum.

 Antihiperglikemi.

 Ekstrak daun dengan konsentrasi 6,25% pada diet tikus yang diinduksi streptozotosin menunjukkan aktifitas sebagai antihiperglikemi. Ekstrak air herba tapak dara yang diberikan intragastrik pada anjing dengan dosis 50 mg/ kg BB tidak aktif, sedangkan pada dosis 10 mg/ kg BB pada kelinci yang diinduki aloksan aktif sebagai antihiperglikemia.

 Antibakteri.

Ekstrak benzena bunga kering tapak dara dengan konsentrasi 50% dan ekstrak benzena daun pada plat agar aktif menghambat Proteus, pseudomonas, shigella, dan Staphylococcus. Ekstrak etanol 70% daun kering aktif menghambat Bacillus megaterium, Staphylococcus. Ekstrak air herba pada plat agar dengan konsentrasi 1:4 inaktif pada Salmonella paratyphi.

 Antivirus.

Ekstrak air jaringan calus pada kultur sel menunjukkan aktifitas pada virus Tobacco mosaic.

 Aktifitas kardiotonik.

Ekatrak etanol 70% daun dan stem diberikan iv pada tikus dengan dosis 120 mg/ kg BB menunjukkan aktifitas kardiotonik.

 Aktifitas depresi SSP

Aktifitas total akar yang diberikan intraperitoneal pada tikus dengan dosis 120 mg/ kg BB dapat mendepresi sistem syaraf pusat.

G. Penggunaan Tradisional

Dalam Ayurveda ( pengobatan tradisional India ) ekstrak akar dan tunas , meskipun beracun , digunakan terhadap beberapa penyakit. Dalam pengobatan tradisional Cina , ekstrak dari itu telah digunakan untuk melawan berbagai penyakit , termasuk diabetes , malaria , dan Hodgkin limfoma. Vinblastine dan vincristine diekstrak dari tanaman yang digunakan dalam pengobatan leukemia dan limfoma Hodgkin.

(8)

direbus, disaring dan diperas. Beberapa dosis penggunaan tapak dara secara tradisional adalah sebagai berikut:

 Obat Diabetes

Lima lembar daun tapak dara diseduh dengan satu gelas air mendidih. Diamkan hingga dingin. Kemudian minum.

 Obat Hipertensi

Daun tapak dara kering sebanyak 6-15 gram direbus. Setelah dingin, minum.

 Obat Leukemia

Rebus lima gelas air dengan 15 gram tanaman tapak dara yang telah dicuci bersih di api kecil hingga tersisa 1-2 gelas. Setelah dingin, saring ramuan dan minum beberapa kali hingga habis dalam satu hari.

 Obat Luka baru

Lima lembar daun tapak dara ditumbuk hingga halus. Tempelkan pada luka baru.

 Obat Bisul atau Bengkak

(9)

Gambar 1.3. Contoh produk

2. Delima (Punica granatum L.)

A. Klasifikasi

Berdasarkan International Taxonomy Integrated System (ITIS), klasifikasi tanaman delima adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Subkingdom : Viridaeplantae Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Spermatophyta Infradivisi : Angiospermae Kelas : Magnoliopsida Superordo : Rosanae Ordo : Myrtales Famili : Lythraceae Marga : Punica

Spesies : Punica granatum L.

Delima (Punica granatum L) adalah tanaman buah-buahan yang diperkirakan berasal dari Iran, namun telah lama dikembangbiakkan di daerah Mediterania. Bangsa Moor memberi nama salah satu kota kuno di Spanyol, yaitu Granada, berdasarkan nama buah ini. Tanaman ini juga banyak ditanam di daerah Cina Selatan dan Asia Tenggara.

Tanaman delima memiliki nama daerah. Di daerah Sumatera, tanaman ini dikenal dengan glima (Aceh), glimeu mekah (Gayo), dalimo (Batak). Di wilayah pulau Jawa, delima disebut gangsalan, delimo (Jawa), dalima (Sunda), dhalima (Madura). Di Nusa Tenggara, disebut jeliman (Sasak), talima (Bima), dila dae lok (Roti), lelo kase, rumau (Timor). Di Maluku, dikenal dengan dilimene (Kisar). Sedangkan di negara lain, delima dikenal dengan Shi liu (Cina), granaatappel (Burma), grenadier (Filipina), granatbaum (Jerman), luru (Vietnam), thap thim (Thailand), granada (Spanyol), pomegranate (Inggris) (BPPT, 2005).

B. Deskripsi tanaman

(10)

daun bentuknya lonjong sampai lanset, pangkal lancip, ujung tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan mengkilap, panjang 1–9 cm, lebar 0,5–2,5 cm, warnanya hijau.

Bunga tunggal bertangkai pendek, keluar di ujung ranting atau di ketiak daun yang paling atas. Biasanya, terdapat satu sampai lima bunga, warnanya merah, putih, atau ungu. Berbunga sepanjang tahun. Buahnya buah buni, bentuknya bulat dengan diameter 5–12 cm, warna kulitnya beragam, seperti hijau keunguan, putih, cokelat kemerahan, atau ungu kehitaman. Kadang, terdapat bercak-bercak yang agak menonjol berwarna tebih tua. Bijinya banyak, kecil-kecil, bentuknya bulat panjang yang bersegi-segi agak pipih, keras, tersusun tidak beraturan, warnanya merah, merah jambu, atau putih.

Gambar 2.1. Pohon delima

Gambar 2.2. Bunga delima mekar Gambar 2.3. Kelopak bunga Gambar 2.4. Delima Sebelum kelopak bunga jatuh delima dan pengeringan

benang sari setelah

pembuahan dan kelopak bunga jatuh

C. Pertumbuhan dan perkembangbiakan

Tumbuhan ini menyukai tanah gembur yang tidak terendam air, dengan air tanah yang tidak dalam. Delima sering ditanam di kebun-kebun sebagai tanaman hias, tanaman obat, atau karena buahnya yang dapat dimakan.

D. Habitat dan Penyebaran

(11)

E. Kandungan kimia

Kulit akar dan kulit kayu pohon delima mengandung sekitar 20% ellagitanin dan 0,5-1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid pelletoerine (C8H14NO), pseudopelletierine (C9H15NO), metilpellettierine (C9HNO). Daun delima mengandung alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lemak, sulfur, peroksidase. Jus buah mengandung asam sitrat, asam malat, glukosa, fruktosa, maltosa, vitamin A dan C, mineral (kalsium, fosfor, zat besi, magnesium, natrium, dan kalium), serta tanin. Kulit buah delima mengandung alkaloid pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercetine, ellagitanin, resin, triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati (BPPT, 2005). Kulit buah delima juga mengandung asam gallat (Zeweil, elNagar, Zahran, Ahmed, & El-Gindy, 2013), pedunculadin, punicalagin, granatin A, casuarinin, gallagyldilakton, dan asam ellagat (Satomi, Umemura, Ueno, Hatano, Okuda, & Noro, 1993).

Gambar 2.5. Struktur asam ellagat (Trease & Evans, 1996).

F. Delima sebagai Antitumor.

Pada penelitian invitro menggunakan cell-lines kanker prostat (DU-145, LnaP, dan PC-3) menunjukkan efek ekstrak delima (juus, minyak bji, dan kulit buah) berpotensi menghambat pertumbuhan proliferasi dan invasi sel kanker prostat, menyebabkan kerusakan sel, menginduksi apoptosis, dan menhambat pertumbuhan sel tumor. Penelitian ini juga menunjukkan kombinasi ekstrak dari beberapa bagian buah lebih efektif daripada 1 bagian saja. Beberapa penelitian invivo juga menunjukkan mekanisme antikanker dari delima. 2 penelitian pada tikus yang ditanam sel kanker prostat PC-3 menunjukkan ekstrak buah delima (bagian buah, tidak termasuk kulit) menghambat pertumbuhan dan menginduksi apoptosis melalui protein regulator apoptosis (Lansky, et al, 2007).

Figure 2.6:

Effects of Punica granatum spinosa extract on cell viable of PC3 cells. Cells were incubated with the Punica granatum spinosa extract in culture medium at concentrations derived from IC50, 50, 100, 200, and 300 μg/mL for 24 h. The induced apoptosis (internucleosomal DNA fragmentation) was then assessed by cell death detection ELISA.

Figure 2.7:

(12)

G. Keamanan

Prostate Cancer Cell-line (Sepehr, et al., 2012)

o IC50 ekstrak kulit delima 250.21 μg/mL (invitro) Human lung cancer cell –line A549 (Lansky, et al., 2007)

o IC50-80 μg/ml (invitro)

o LD50 ekstrak metanol kulit buah delima > 100 mg (invivo)

o LD50 fraksi etil asetat diperoleh dari ekstrak metanol kulit buah delima 25μg, sedangkan fraksi alkohol 50μg

H. Aktifitas Farmakologi Lain.

Beberapa aktifitas farmakologi yang terkandung dalam delima selain sebagai anttumor adalah sebagai berikut:

 Antiinflamasi

Cold pressed Punica granatum seed oil (CPSO) menunjukkan aktifitas menghambat enzim cyclooxigenase dan lipooxigenase secara invitro. Cyclooxigenase, enzim kunci pada konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin (mediator inflamasi) dihambat oleh 37% ekstrak CPSO. Lypooxigenase, yang mengkatalisis konversi asam arakidonat menjadi leukotrien yang juga merupakan mediator inflamasi, dihambat dengan 75% ekstrak CPSO. Sehingga disimpulkan bahwa ekstrak jus delima menghambat lipooxigenase secara invitro pada konsentrasi 23,8%.

 Neuroprotektif.

Delima mengandung properti neuroprotekstif yang cukup tinggi pada stress yang menginduksi neurodegeneratif, seperti penyakit Alzheimer. Delima mentriger inhibisi AchE yang menyebabkan perpanjangan waktu paruh acetylcholine, dimana diketahui bahwa acetylcholine bermanfaat pada teratmen penurunan kognitif, meningkatkan memory atau meningkatkan aktifitas SSP.

 Antiatherogenik.

Delima menunjukkan kandungan agen antiatherogenik dengan menyimpan kembali keseimbangan prooksidan dan antioksidan. Efek antiatherogenik ini berkaitan dengan efeknya sebagai antioksidan, hipolipidemik, antiagregasi platelet, dan agen pelepasan lipoprotein lipase.

 Antiglikemik.

(13)

I. Penggunaan secara Tradisional.

Punica granatum (L) merupakan salah satu tanaman yang mengandung beberapa fitoestrogen alami. Bertahun-tahun jus Punica dikenal dan digunakan sebagai obat tradisional, seperti kulit buah kering dan jus buah yang digunakan sebagai obat oral dalam pengobatan kolik, kolitis, keputihan, menorrhagia, oxyuriasis, kelumpuhan, dan aplikasi eksternal untuk payudara dan pangkal leher pada gondok dan sakit kepala. Jus delima kaya akan antioksidan yang secara umum memiliki aktifitas biologis yang penting terhadap oksidasi kolesterol, perlindungan terhadap aterosklerosis, anti-inflamasi, anti- penuaan , dan perlindungan terhadap penyakit Alzheimer, dan diabetes (Sreekumar, Thankayyan, Santhosh, Baddireddi, & Sreeharshan, 2011).

Badan Pengkajian dan Penerapan Tehnologi atau BPPT (2005) juga menyebutkan bahwa kulit buah delima secara empiris telah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati sakit perut karena cacing, buang air besar mengandung darah dan lendir (disentri amuba), diare kronis, perdarahan akibat wasir, muntah darah, batuk darah, perdarahan rahim, perdarahan rektum, prolaps rektum, radang tenggorok, radang telinga, keputihan (leukorea), dan nyeri lambung.

Gambar 2. 8. Contoh produk

3. Spirulina (Arthospira sp).

A. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria Phylum : Cyanobacteria Class : Cyanophyceae Order : Oscillatoriales Family : Phormidiaceae Genus : Arthospira

Spesies : Arthospira maxima Arthospira plantesis

(14)

Arthrospira dibudidayakan di seluruh dunia, digunakan sebagai suplemen makanan serta makanan utuh, dan tersedia dalam tablet, serpihan dan bubuk. Hal ini juga digunakan sebagai suplemen pakan dalam akuakultur, akuarium dan unggas industri.

B. Morfologi.

Spirulina memiliki bentuk berserabut mengambang bebas ditandai dengan silinder, trikoma multiseluler dalam helix kiri terbuka.

Gambar 9. Arthospira maxima Gambar 10. Arthospira plantesis

Gambar 11. Makroskopis spirulina Gambar 12. Simplisia bubuk spirulina

C. Kandungan Kimia 1. Protein

 Spirulina kering mengandung sekitar 60 % ( 51-71 % ) protein . Ini adalah protein lengkap yang mengandung semua asam amino esensial , meskipun dengan jumlah yang berkurang dari metionin , sistein dan lisin jika dibandingkan dengan protein daging , telur dan susu . Hal ini , bagaimanapun , unggul protein tanaman khas , seperti yang dari kacang-kacangan .

The US National Library of Medicine mengatakan bahwa spirulina tidak lebih baik dari susu atau daging sebagai sumber protein , dan sekitar 30 kali lebih mahal per gram

2. Nutrisi lain

 Kadar lemak Spirulina adalah sekitar 7 % berat, dan kaya akan asam gamma - linolenat (GLA), dan juga menyediakan alpha - linolenic acid (ALA), asam linoleat (LA), asam stearidonic (SDA), asam eicosapentaenoic (EPA), asam docosahexaenoic (DHA) dan asam arakhidonat (AA). Spirulina mengandung vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin) , B3 (nicotinamide), B6 (pyridoxine), B9 (asam folat) , vitamin C, vitamin D, vitamin A dan vitamin E. Spirulina juga merupakan sumber kalium, kalsium, kromium, tembaga, besi, magnesium, mangan, fosfor, selenium, natrium dan seng .

(15)

echinenone, myxoxanthophyll, canthaxanthin, diatoxanthin, 3' - hydroxyechinenone, beta - cryptoxanthin dan oscillaxanthin, ditambah phycobiliproteins c - phycocyanin dan allophycocyanin .

D. Keamanan.

Studi toksikologi dari efek konsumsi spirulina pada manusia dan hewan, dengan mengkonsumsi makan sebanyak 800mg/kg, dan mengganti hingga 60% dari asupan protein dengan spirulina, telah menunjukkan tidak ada efek toksik. Kesuburan , teratogenik, studi peri-dan pasca-natal, peri-dan multi-generasi pada hewan juga menemukan tidak ada efek samping dari konsumsi spirulina.

Dalam sebuah penelitian 2009, 550 anak kurang gizi diberi makan hingga 10 g / hari bubuk spirulina, tanpa efek samping. Puluhan studi klinis pada manusia telah sama menunjukkan tidak ada efek berbahaya bagi suplemen spirulina.

Spirulina adalah bentuk cyanobacterium , beberapa di antaranya dikenal untuk menghasilkan racun seperti microcystins , BMAA , dan lain-lain . Beberapa suplemen spirulina telah ditemukan terkontaminasi dengan microcystins , meskipun pada tingkat di bawah batas yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Oregon . microcystins dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan , dalam jangka panjang , kanker hati . Efek dari paparan kronis tingkat bahkan sangat rendah microcystins menjadi perhatian , karena risiko potensi kanker . Senyawa beracun ini tidak diproduksi oleh spirulina itu sendiri, tetapi dapat terjadi sebagai akibat dari kontaminasi batch spirulina dengan ganggang biru-hijau yang menghasilkan racun lainnya. Kontaminasi logam berat (timbal , merkuri , dan arsen)dalam suplemen spirulina banyak terjadi pada produk yang dipasarkan di Cina.

E. Spirulina sebagai Antitumor.

(16)

F. Aktifitas Farmakologi Lainnya.

Berdasarkan beberapa penelitian, baik uji preklinik maupun uji klinik, diperoleh

beberapa khasiat spirulina yang dipaparkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Aktifitas Farmakologi Spirulina

Khasiat Senyawa Referensi

Antioksidan Phycocyanin Krustian et al (2013)

Anti-inflamasi Pak et al (2012)

Neuroprotektor Pabon et al (2012)

Hepatoprotektor Bhattacharyya (2012)

Anti kanker Konickova (2014)

Atheroprotektif Strasky (2013)

Antihiperlipidemia Park, et al (2008

Antihipertensi Durran, et. al (2007)

Suplemen

Menurunkan resiko katarak

Zeaxanthine

Keratinoid

Yu, et al (2012)

Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh racun yang

mempengaruhi jantung, hati, ginjal, neuron, mata, ovarium, DNA, dan testis

Protein Hassan, et al (2012)

Digunakan sebagai treatmen pada keracunan arsenik yang terkandung dalam kosmetik

Tidak ada penjelasan Bizzi, et al (1980)

(17)

Tabel 1. Tanaman yang Memiliki Khasiat sebagai Antitumor

No Tanaman Metabolit Sekunder Bagian tanaman

yang digunakan

(Centella asiatica (L) Urban)

Fenol, Flavonoid Herba, daun

7 Taxus brevifolia Taxol Kulit kayu

(18)

Daftar Pustaka

1. Aslam, et al. 2010. Catharanthus roseus (L.) G. Don. AN IMPORTANT DRUG: IT’S APPLICATIONS AND PRODUCTION. Pharmacie Globale (IJCP) 2010, 4 (12)

2. International Taxonomy Integrated System (ITIS) Report. Catharanthus roseus. http://www.itis.gov.

3. Arjmandi BH, Alekel L, Hollis BW, Amin D, Stacewicz-Sapuntzakis M, Guo P, Kukreja SC. Dietary soybean protein prevents bone loss in an ovariectomized rat model of osteoporosis. J Nutr 1996;126:161–167.

4. Alper, N., & Acar, J. Removal of phenolic compounds in pomegranate juices using

ultrafiltration and laccase-ultrafiltration combinations. Die Nahrung, 2004, 48(3), 184– 187.

5. Anderson JJB, Garner SC. The effects of phytoestrogens on bone. Nutr Res 1997;20:220– 224.

6. Arlot, M.E., et al. Apparent pre- and postmenopausal bone loss evaluated by DXA at different skeletal sites in women: The OFELY cohort. Journal of Bone and Mineral Research, 1997. 12(4): p. 683-690.

7. Aviram, M., Dornfeld, L., Kaplan, M., Coleman, R., Gaitini, D., Nitecki, S., et al. Pomegranate juice flavonoids inhibit low-density lipoprotein oxidation and cardiovascular diseases: Studies in atherosclerotic mice and in humans. Drugs under Experimental and Clinical Research, 2002, 28(2–3), 49–62.

8. Aviram, M., Rosenblat, M., Gaitini, D., Nitecki, S., Hoffman, A., Dornfeld, L., et al. Pomegranate juice consumption for 3 years by patients with carotid artery stenosis reduces common carotid intima-media thickness, blood pressure and LDL oxidation. Clinical Nutrition,2004, 23(3), 423–433.

9. Badan Pengkajian dan Penerapan Tehnologi. (2005). Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=216, 02/03/2014, 12:43

10. Brown, J.P., R.G. Josse, and C. Scientific Advisory Council of the Osteoporosis Society. Clinical practice guidelines for the diagnosis and management of osteoporosis in Canada. CMAJ, 2002. 167(10 Suppl): p. S1-34.

11. Fanti P, Monier-Faugere MC, Geng Z, Schmidt J, Morris PE, Cohen D, Malluche HH. The phytoestrogen genistein reduces bone loss in shortterm ovariectomized rats. Osteoporos Int 1998;8:274–281

12. Feng, X. And McDonald, JM. Disorders of bone remodeling. Annu Rev Pathol, 2011. 6: p. 121-145

13. Glazier MG and Bowman MA. A review of the evidence for use of phytoestrogens as a replacement for traditional estrogen replacement therapy. Arch Internal Med 2001; 161: 1161–1172

14. Hutchinson TA, Polansky SM, Feinstein AP. Postmenopausal oestrogens protect against fractures of hip and distal radius. Lancet 1979;2:706–709.

15. Hertrampf T, Gruca M.J, Seibel J, Laudenbach U, Fritzemeier KH, Diel P. The

bone-protective effect of the phytoestrogen genistein is mediated via ERα-dependent mechanisms and strongly enhanced by physical activity. Bone, 2007, 40:1529–1535 16. International Osteoporosis, F. Fact and statistics about osteoporosis and its impact. 2011.

http://www.iofbonehealth.org/facts-and-statistic.html#factsheet-category-23, 03032014, 00:18

(19)

18. International Taxonomy Integrated System (ITIS) Report. Punica granatum L, Taxonomic Serial No.: 27278. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/

SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=27278, 14/04/2014, 18.10

19. Johnell, O. and J. Kanis. Epidemiology of osteoporotic fractures. Osteoporos Int, 2005. 16 Suppl 2: p. 3-7

20. Khan, N., Afaq, F., Kweon, M. H., Kim, K., & Mukhtar, H. Oral consumption of pomegranate fruit extract inhibits growth and progression of primary lung tumors in mice. Cancer Research, 2007, 67(7), 3475–3482.

21. Kaur, G., Jabbar, Z., Athar, M., & Alam, M. S. Punica granatum (pomegranate) flower extract possesses potent antioxidant activity and abrogates Fe-NTA induced hepatotoxicity in mice. Food and Chemical Toxicology, 2006, 44(7), 984–993.

22. Lacey JV Jr, Mink PJ, Lubin JH, Sherman ME, Troisi R, Hartge P, Schatzkin A, Schairer C. Menopausal hormone replacement therapy and the risk of ovarian cancer. JAMA 2002;288:334–341.

23. Lansky, E. P., & Newman, R. A. Punica granatum (pomegranate) and its potential for

prevention and treatment of inflammation and cancer. Journal of Ethnopharmacology, 2007, 109(2), 177–206.

24. Lau EMC, Cooper C. The epidemiology of osteoporosis: the oriental perspective in a world context. Clin Orthop 1996; 323:65–74.

25. Lerner, UH. Bone remodeling in postmenopausal osteoporosis. J Dent Res, 2006. 85 (7): p. 584-595

26. Lin, J.T., and Lane, J.M. Oseoporosis. Clinical Orthopaedics and Related Research, 2004. 425: p. 126-134

27. Lindsay R, Hart DM, Aitken JM, MacDonald ED, Anderson JB, Clarke AC. Long-term prevention of postmenopausal osteoporosis by oestrogen. Lancet 1976;1:1038–1041 28. Lindsay R, Hart DM, Clark DM. The minimum effective dose of estrogen for prevention

of postmenopausal bone loss. Obstet Gynecol 1984;63:759–763.

29. Maggi S, Kelsey JL, Litvak J, Heyse SP. Incidence of hip fractures in the elderly: a cross-national analysis. Osteoporos Int 1991;1:232–41

30. Menezes, S. M., Cordeiro, L. N., & Viana, G. S. Punica granatum (pomegranate) extract is active against dental plaque. Journal of Herbal Pharmacotherapy, 2006, 6(2), 79–92. 31. Michaëlsson K, Baron JA, Farahmand BY, Johnell O, Magnusson C, Persson PG,

Persson I, Ljunghall S. Hormone replacement therapy and risk of hip fracture: population based case-control study. The Swedish Hip Fracture Study Group. BMJ 1998;316:1858–1863.

32. Mori-Okamoto J, Otawara-Hama moto Y, Yamato H, Yoshimura H. Pomegranate extract improves a depressive state and bone properties in menopausal syndrome model ovariectomized mice. Journal of Ethnopharmacology, 2004, 92: 93–101

33. Razalifha, A., Qomariah, N., Sunarmi, Wuyung, P.E., Arsianti, A., & Bahtiar, A. Functional analysis of Polar Fraction of Punica granatum L. peel extract on ovariectomized rat. ...

34. Reddy, M. K., Gupta, S. K., Jacob, M. R., Khan, S. I., & Ferreira, D. Antioxidant, antimalarial and antimicrobial activities of tannin-rich fractions, ellagitannins and phenolic acids from Punica granatum L. Planta Medica, 2007, 73(5), 461–467.

35. Satomi, H.; Umemura, K.; Ueno, A.; Hatano, T.; Okuda, T.; Noro, T. "Carbonic anhydrase inhibitors from the pericarps of Punica granatum L". Biological & Pharmaceutical Bulletin, 1993, 16 (8): 787- 790.

(20)

37. Sudoyo, Setiyohardi, Alwi,Simadibrata, Setiati. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid II. Edisi IV. Jakarta : FKUI

38. Sreekumar S, Thankayyan R. Santhosh K, Baddireddi S. L, Sreeharshan S. Pomegranate extract demonstrate a selective estrogen receptor modulator profile in human tumor cell lines and in vivo models of estrogen deprivation. Journal of Nutritional Biochemistry, 2012, 23:725–732

39. Trease and Evans, W.C. (1996). Trease and Evans’ Pharmacognosy, 14th edition.WB Sounders

40. Williams & Wilkins. (2003). Professional guide to Pathophysiology: disease process, signs & symptoms, Management treatment effects. Philadelphia: Lippincott.

41. Winsloe, C., et al. Early life factors in the pathogenesis of osteoporosis. Curr Osteoporos Rep, 2009. 7(4): p. 140-4.

42. Zeweil, HS., elNagar, S., Zahran, SM., Ahmed, MH., El-Gindy, Y. (2003). Pomegranate

peel as a natural antioxidant Boosts Bucks’ Fertility under Egyptian summer conditions.

World Rabbit Sci (21), p. 33-39

43. Christaki, E.; Florou-Paneri, P.; Bonos, E. (2011). "Microalgae: A novel ingredient in nutrition". International Journal of Food Sciences and Nutrition 62 (8): 794– 799.doi:10.3109/09637486.2011.582460. PMID 21574818.

44. Ciferri, O. (1983). "Spirulina, the edible microorganism". Microbiological reviews47 (4): 551–578. PMC 283708. PMID 6420655.

45. Vonshak, A. (ed.). Spirulina platensis (Arthrospira): Physiology, Cell-biology and Biotechnology. London: Taylor & Francis, 1997.

46. Krustian, C., dkk. (2013). Penapisan aktifitas antioksidan dari pigmen karotenoid mikroalga Dunaliella salina, Isochrysis galbana, dan Spirulina platensis dengan

perlakuan intensitas cahaya dan salinitas.

http://perpusffup.univpancasila.ac.id/index.php?p=show_detail&id=7483

47. Ku, C. S.; Pham, T. X.; Park, Y.; Kim, B.; Shin, M.; Kang, I.; Lee, J. (2013). "Edible blue-green algae reduce the production of pro-inflammatory cytokines by inhibiting

NF-κB pathway in macrophages and splenocytes". Biochimica et Biophysica Acta (BBA) - General Subjects.doi:10.1016/j.bbagen.2013.01.018.PMID 23357040. edit

48. Yu, B.; Wang, J.; Suter, P. M.; Russell, R. M.; Grusak, M. A.; Wang, Y.; Wang, Z.; Yin, S.; Tang, G. (2012). "Spirulina is an effective dietary source of zeaxanthin to humans". British Journal of Nutrition 108 (4): 611– 619.doi:10.1017/S0007114511005885.PMID 22313576. edit

49. Pak, W.; Takayama, F.; Mine, M.; Nakamoto, K.; Kodo, Y.; Mankura, M.; Egashira, T.; Kawasaki, H.; Mori, A. (2012)."Anti-oxidative and anti-inflammatory effects of spirulina on rat model of non-alcoholic steatohepatitis". Journal of Clinical Biochemistry and Nutrition51 (3): 227–234.doi:10.3164/jcbn.12-18. PMC 3491249.PMID 23170052. edit 50. Pabon, M. M.; Jernberg, J. N.; Morganti, J.; Contreras, J.; Hudson, C. E.; Klein, R. L.;

Bickford, P. C. (2012). "A Spirulina-Enhanced Diet Provides Neuroprotection in an α -Synuclein Model of Parkinson's Disease". In Block, Michelle L. PLoS ONE7 (9): e45256. doi:10.1371/journal.pone.0045256. PMC 3445455.PMID 23028885. edit 51. Krishnakumari, M.K.; Ramesh, H.P., Venkataraman, L.V. (1981). "Food Safety

Evaluation: acute oral and dermal effects of the algae Scenedesmus acutus and Spirulina platensis on albino rats". J. Food Protect.44 (934).

(21)

53. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378874198000804

54. Chamorro-Cevallos, G.; B.L. Barron, J. Vasquez-Sanchez (2008). "Toxicologic Studies and Antitoxic Properties of Spirulina". In Gershwin, M.E. Spirulina in Human Nutrition and Health(CRC Press).

55. http://www.accessdata.fda.gov/scripts/fcn/gras_notices/GRN000394.pdf

56. Marcel, A. K.; Ekali, L. G.; Eugene, S.; Arnold, O. E.; Sandrine, E. D.; Von Der Weid, D.; Gbaguidi, E.; Ngogang, J.; Mbanya, J. C. (2011). "The Effect of Spirulina platensis versus Soybean on Insulin Resistance in HIV-Infected Patients: A Randomized Pilot

Study". Nutrients 3 (12): 712–

724. doi:10.3390/nu3070712. PMC 3257696.PMID 22254118. edit

57. Hassan, A. M.; Abdel-Aziem, S. H.; Abdel-Wahhab, M. A. (2012). "Modulation of DNA damage and alteration of gene expression during aflatoxicosis via dietary supplementation of Spirulina (Arthrospira) and whey protein concentrate".Ecotoxicology

and Environmental Safety 79: 294–

300.doi:10.1016/j.ecoenv.2012.01.017. PMID 22325339. edit

58. Bhattacharyya, S.; Mehta, P. (2012). "The hepatoprotective potential of Spirulina and vitamin C supplemention in cisplatin toxicity". Food & Function 3 (2): 164– 169.doi:10.1039/c1fo10172b. PMID 22119940. edit

59. Han, B. P.; Lin, X.; Lei, L.; Gu, J. (2012). "Survivals of D. Galeata in sub-tropical reservoirs: Harmful effects of toxic cyanobacteria in food source". Ecotoxicology21 (6): 1692–1705. doi:10.1007/s10646-012-0940-1.PMID 22678553.

60. Koníčková R1, Vaňková K1, Vaníková J1, Váňová K1, Muchová L1, Subhanová I1, Zadinová M2, Zelenka J3, Dvořák A1, Kolář M4, Strnad H4, Rimpelová S5, Ruml T5, J Wong R6, Vítek L7. Anti-cancer effects of blue-green alga Spirulina platensis, a natural source of bilirubin-like tetrapyrrolic compounds. Ann Hepatol. 2014 Mar-Apr;13(2):273-83.

61. Strasky Z1, Zemankova L, Nemeckova I, Rathouska J, Wong RJ, Muchova L, Subhanova I, Vanikova J, Vanova K, Vitek L, Nachtigal P. Spirulina platensis and phycocyanobilin activate atheroprotective heme oxygenase-1: a possible implication for atherogenesis. Food Funct. 2013 Nov;4(11):1586-94. doi: 10.1039/c3fo60230c.

62. Park, H.; Lee, Y.; Ryu, H.; Kim, M.; Chung, H.; Kim, W. (2008). "A randomized double-blind, placebo-controlled study to establish the effects of spirulina in elderly Koreans". Annals of nutrition & metabolism 52 (4): 322– 328. doi:10.1159/000151486. PMID18714150.

63. Torres-Duran PV, Ferreira-Hermosillo A, Juarez-Oropeza MA

(2007). "Antihyperlipemic and antihypertensive effects of Spirulina maxima in an open sample of Mexican population: a preliminary report". Lipids Health Dis6: 33. doi:

10.1186/1476-511X-6-33. PMC2211748.PMID18039384.

64. Costa M1, Costa-Rodrigues J, Fernandes MH, Barros P, Vasconcelos V, Martins R

..

Review Marine Cyanobacteria Compounds with Anticancer Properties: A Review on the Implication of Apoptosis. Mararine Drugs 2012, 10, 2181-2207; doi:

10.3390/md10102181 . www.mdpi.com/journal/marinedrugs .

65. http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/artikel/4442, 2012

Gambar

Gambar 1.1. Tapak Dara: bentuk pohon; bunga dan daun; buah (dari kiri ke kanan)
Gambar 1.2. Struktur kimia vincristine, vinblastine, dan vindoline.
Gambar 1.3. Contoh produk
Gambar 2.2. Bunga delima mekar Sebelum kelopak bunga jatuh
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi berbahasa Jawa siswa SD yang menggunakan desain pembelajaran yang integratif komunikatif berbasis folklore lisan (kelas eksperimen) lebih baik daripada yang tidak

Pada alat energy surya jenis kaca tunggal berpendingin air efisiensi teoritis tertinggi sebesar 149,4 % dan efisiensi aktual sebesar 15,64 % yang dapat menghasilkan air hasil

Melakukan analisa pemasaran untuk mendapatkan gambaran umum mengenai produk dan fasilitas yang diinginkan, membuat desain produk yang diinginkan konsumen, dan menyusun sebuah analisa

Peserta didik yang sudah menguasai materi tentang Puja sebagai Sikap Hormat dan Ekspresi Budaya diberikan kesempatan untuk menggali materi dan memahami lebih jauh berkaitan

Brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand loyalty melalui brand love pada produk sepatu olah raga merek Nike di Surabaya sehingga dapat

Ada dua jenis tungku yang digunakan yaitu yang pertama : tungku drum modifikasi dengan pipa pengalir asap berbentuk spiral, tungku kedua adalah tungku yang

dilakukan untuk mempelajari efektivitas penyaringan asap rokok oleh filter rokok yang ditambahi arang bambu, dengan perlakuan meliputi: jenis arang bambu (Andong

Upaya penting dari permasalah tersebut adalah bagaimana membuat para pelaku bisnis atau calon pelaku bisnis usaha kecil menengah dapat beradaptasi dengan semakin