• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA tahun II (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SINTAKSIS BAHASA INDONESIA tahun II (1)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah ini disusun berdasarkan tugas mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia II

Dosen Pembimbing :

Eddy Sugiri, M.Hum

Kelas A

Disusun oleh:

Gigih Wasis Saryono 121211131003 Achmad Elginda Duhudha 121211133061

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2014

(2)

Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia II dengan topik proses perubahan Morfemis.

Semoga makalah yang kami tuliskan dapat bermanfaat bagi kawan-kawan mahasiswa sebagai bahan diskusi demi menambah wasasan dan pengetahuan dalam berbahasa. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad yang sedianya meminjamkan tempat dan fasilitasnya karena telah membantu terselesaikannya makalah ini

Saran dan kritik kami nantikan sebagai bahan dasar daya bangun dalam penyempurnaan makalah kami. Tulisan serta bahasa yang belum mencapai standard baku yang baik, materi kajian tidak berkualitas, maupun beberapa sumber yang belum dapat kami jadikan referensi secara sepenuhnya. Semoga dapat menjadi bahan koreksi dalam pembenahan makalah kami selanjutnya.

Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kawan mahasiswa semuanya. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 21 September 2014

Penyusun

(3)

HALAMAN JUDUL…………... ….. i KATA PENGANTAR... ….. ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 1

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ……….. 2 BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Kata ……….. 3

2.1.1. Akar Kata ……….. 6

2.2.2. Jenis Kata ……….. 6

2.2. KALIMAT

2.2.1 Penentuan Kalimat……… 8

2.2.2 Kalimat berklausa dan tidak berklausa ………… 9

2.2.3 Kalimat berita ……….. 9

2.2.4 Kalimat Tanya ………. 10

2.2.5 Kalimat Suruh ………. 12

2.2.6 Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas ………… 14

2.2.7 Jenis Kalimat ……….. 15

2.2.8 Unsur Kalimat ……… 17

2.2.9 Klasifikasi Kalimat ……… 18

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan……... 25 DAFTAR PUSTAKA... 26

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari seluk-beluk kalimat, klausa dan frasa. Dalam Sintaksis pembicaraan atau pembahasaan pada umumnya dilakukan secara analistis. Maksudnya, satuan bahasa dari yang terbesar sampai yang terkecil, dibicarakan strukturnya, kategorinya, jenisnya, dan maknanya. Suatu cara yang mema[ng harus dilakukan untuk mengenalkan satuan-satuan sintaksis yaitu kalimat, klausa, dan frasa. Kemudian dalam pembiacaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah unit bahasa berupa kalimat, klausa dan frase. Manusia adalah bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang dirangkai, dijalin demikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerja sama dengan orang lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kata-kata di atas dapat kita ambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep kata serta jenisnya berdasarkan para ahli dan contohnya?

(5)

C. Tujuan Penulisan Makalah

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. KATA

Secara etimologi kata berasal dari bahasa Melayu yakni “ngapak khata”, selain itu juga kata berasal dari bahasa Sansekerta “khata”. Secara etimologi tersebut kata memiliki arti yaitu sebagai bahasa, konversi, cerita, atau dongeng. Kemudian selain secara etimologi, kata juga memiliki definisi umum sebagai unit dari suatu bahasa yang mempunyai arti tertentu.

Pengertian kata atau definisi kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf yang mempunyai arti. Namun menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki cara tersendiri dalam mendefinisikan “kata”. Pertama, pengertian kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Pengertian kata juga sebanding dengan pengertian ujar atau bicara.

Kata adalah sederetan huruf yang diapit dua spasi dan memiliki arti. Menurut Bloomfield dalam (Chaer, 1994:163), kata adalah satuan bebas terkecil. Contoh kata, bunga, kumbang, dan hinggap. Jika dilihat dari segi bahasa, pengertian kata adalah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Atau dengan definisi lain, sebuah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya handuk, gelas, gembira) atau gabungan morfem (misalnya pendatang, membuat, mengambil).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata sendiri memiliki beberapa pengertian, hal ini berhubungan dengan asal istilah dan kegunaan, diantaranya:

 Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri yang terdiri dari satu atau lebih morfem.

 Morfem atau bisa diartikan sebagai kombinasi atas beberapa morfem.

 Konversi

(7)

Menurut Crystal ( 1980 : 383 – 385 ), kata adalah satuan ujaran yang mempunya pengenalan intuitif untuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Namun ada beberapa jesulitan untuk sampai kepada pemakaian yang konsisten dari istilah itu dalam kaitannya dengan kategori-kategori lain dari pemerian linguistik, dan dalam perbandingan bahasa-bahasa yang mempunyai tipe struktur yang berbeda. Masalah ini terutama berhubungan dengan identifikasi dan definisi kata. Masalah ini mencakup, baik ketentuan-ketentuan mengenai batas kata maupun mengenai status. Definisi kata yang umum sebagai satuan makna atau gagasan tidak membantu karena kesamaran konsep. Akibatnya, dibuat beberapa perbedaan teoritis.

Tiga makna utama kata biasanya dibedakan :

1. Kata adalah satuan yang dapat didefinisikan secara fisik yang dijumpai dalam suatu rentang tulisan (yang dibatasi oleh spasi) atau bicara (dimana identifikasi lebih sulit lagi, tetapi mungkin ada petunjuk-petunjuk fonologi untuk mengidentifikasi batas-batas, seperti kesenyapan atau ciri-ciri jeda). Kata dalam makna ini dirujuk sebagai kata otografis (untuk tulisan) atau kata fonologis (untuk bicara). Istilah netral yang sering digunakan bagi keduanya adalah bentuk kata (world form).

2. Ada suatu makna yang lebih abstrak, yang merujuk kepada faktor umum yang mendasari himpunana bentuk yang sama, seperti walk, walks, walking, walked. Satuan kata mendasar itu sering dirujuk sebagai suatu leksem. Leksem adalah satuan kosaskata yang didaftarkan dalam kamus.

3. Hal ini mengharuskan penetapan bagi suatu satuan yang abstrak untuk memperhatikan bagaimana kata-kata beroperasi dalam tata bahasa suatu bahasa, dan kata, tanpa modifikasi, biasanya disiapkan untuk peran ini. Kata adalah suatu satuan gramatikal dari jenis teoretis yang sama seperti morfem dan kalimat (klausa dan sebagainya.) Terdiri atas kata, dan kata terdiri atas morfem.

(8)

dibanding dengan semua satuan linguistik lainnya, dalam kaitannya dengan struktur internalnya, yaitu bagian-bagian konstituen suatu kata kompleks mempunyai sedikit kemungkinan untuk penyusun kembali, dibanding dengan mobilitas posisional dari konstituen-konstituen kalimat dan struktur-struktur gramatikal lainnya. Ktiteria kedua merujuk kepada kekohesifan kata (uninterruptibility), yaitu unsur-unsur baru (termasuk kesenyapan) yang biasanya tidak dapat disisipkan ke dalamnya dalam bicara normal; berdasarkan kontras, kesenyapan biasanya hadir pada batas-batas kata. Suatu criteria yang telah mempengaruhi pandangan para linguis tentang kata sejak pertama kali disarankan oleh Leonard Bloomfield adalah definisi kata sebagai suatu bentuk bebas minimum, yaitu satuan terkecil yang dapat membentuk suatu ujaran lengkap. Atas dasar ini, possibility adalah definisi kata sebagai suatu bentuk bebas minimum, yaitu satuan terkecil yang dapat membentuk suatu ujaran lengkap. Atas dasar ini, possibility adalah kata, begitu pula possible, tetapi -ity bukan kata. Tidak semua satuan yang menyerupai kata memenuhi kriteria ini.

O’Grady dan Dobrovolsky (1989:91) menyatakan bahwa definisi kata yang paling umum diterima oleh para linguis adalah bahwa kata merupakan suatu bentuk bebas yang terkecil, yaitu suatu unsur yang dapat muncu tersendiri dalam berbagai posisi dalam kalimat lebih lanjut mereka (1989:91) membagi semua kata dalam suatu bahasa ke dalam dua kategori utama, yaitu, (1) kategori kata tertutup (closed categories), yang mencakup kata-kata fungsi, dan (2) kategori kata terbuka (open categories), yang meliputi kategori-kategori leksikal mayor, seperti nomina (N), verba (V), adjektiva (Adj), dan adverbial (Adv). Kepada kategori-kategori leksikal mayor inilah kata-kata baru dapat diatambahkan. Karena masalah utama morfologi ialah bagaimana orang membentuk dan memahami kata yang mereka belum pernah ditemukan sebelumnya, maka morfologi hanya berurusan dengan kategori-kategori leksikal mayor.

(9)

(semantik), termasuk kategori leksikal apa dan dalam lingkungan sintaksis mana kata itu dapat muncul (subkategorisasi).

2.1.1. Akar Kata

Akar Kata adalah suatu bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih lanjut, apakah dalam kaitannya dengan morfologi derivasional maupun morfologi inflesional. Akar kata adalah bagian suatu bentuk kata yang tersisa apabila semua afiks infleksional dan derivasional dibuang. Akar kata adalah bagian mendasar yang selalu hadir dalam suatu leksem.

2.1.2 Jenis Kata

Dalam kata juga dibagi menjadi beberapa jenis golongan, yaitu:

Kata juga memiliki jenis, jenis ini didasarkan terhadap bentuk suatu kata yang akhirnya menjadi beberapa golongan, yakni:

 Kata dasar adalah kata dasar pembentukan kata yang bisa menjadi kata turunan maupun kata berimbuhan. Contoh: Makan, Tidur.

 Kata ulang, merupakan kata dasar yang memiliki bentuk pengucapan dan penulisan yang diulang. Contoh: Buah-buahan, lari-lari.

 Kata turunan, merupakan kata yang dapat berimbuhan untuk memperjelas maksud penggunaan. Contoh: Menggunakan.

 Kata majemuk, merupakan gabungan beberapa kata untuk membentuk makna yang baru. Contoh: Tangan kanan, buah bibir.

Untuk memudahkan penggunaan kata dijadikan sebuah kalimat, kata juga dapat dibedakan menjadi beberapa jenis kategori, yaitu:

1. Kata nomina yang artinya kata benda, nama orang, tempat. Kata ini juga mengacu kepada suatu benda yang (kongkret atau abstrak). Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.

Kata benda dapat diingkari dengan kata bukan, contohnya: bukan mimpi, bukan gula.

(10)

bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.

Kata kerja dapat diikuti oleh gabungan kata dengan +KB/KS, contohnya: menulis dengan cepat, membaca yang rajin.

Kemudian di bawah ini terdapat beberapa macam kata kerja:

- Kata kerja (Verba) majemuk, contohnya: campur tangan, cuci mata - Kata kerja (Verba) bereduplikasi, contohnya: makan-makanan,

bernyanyi-nyanyi

- Kata kerja (Verba)transitif, kata kerja ini wajib menggunakan objek Contoh: Kakak membaca buku

S P O Adhik menulis surat S P O

- Kata kerja (Verba) intransitif, kata kerja ini tidak memerlukan objek Contoh: Adi sedang membaca

S P

Ali menyapu

S P

3. Kata abjektiva yang artinya kata sifat, kata yang digunakan untuk menjelaskan kata benda. Kata yang menerangkan sifat, keadaan watak. Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas subjek. Contoh: cantik jelita, gadis cantik, panas hati

4. Kata numeralia yang artinya kata bilangan, kata yang menunjukan urutan ataupun jumlah. Contoh: dua anak cukup, cukup dua anak

5. Kata pronominal yang artinya, kata pengganti kata benda. Contohnya: kami, ia, dan dia.

(11)

3.1 KALIMAT

Definisi kalimat menurut beberapa ahli:

Definisi Kalimat menurut Bloomfield (1993:170), kalimat adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.

Menurut Hockett (1958:199) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk yang gramatikal yang tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain.

Menurut Lado (1968 : 27) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap.

Menurut Keraf (1978 : 156), kalimat adalah satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.

Menurut Ramlan (1981 : 6), kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai oleh nada akhir turun atau naik.

Menurut Parera (1982 :14) mengemukakan bahwa kalimat adalah sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari bentuk ketatabahasaan lain yang lebih besar dan mempunyai ciri kesenyapan final yang menunjukkan bentuk itu berakhir.

Selanjutnya menurut Kridalaksana dkk. (1984 : 224), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan baik secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.

Terakhir menurut Samsuri (1985 : 53) menyatakan bahwa kalimat adalah untaian yang berstruktur dari kata.

Kalimat juga dapat didefinisikan, yaitu satuan gramatik yang diakhiri dengan jedah panjang, dan memiliki intonasi naik atau turun.

3.1.1 Penentuan Kalimat

(12)

Kemudian dari beberapa contoh kalimat di atas, sesungguhnya kalimat dapat ditentukan dengan intonasinya bukan berarti banyak kata yang digunakan. Setiap satuan kalimat dibatasi dengan adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun, dan bisa juga naik.

3.1.2 Kalimat berklausa dan tidak berklausa

Kalimat berklausa adalah kalimat yang terdiri dari satuan yang berupa klausa. Dalam tulisan ini klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari subyek dan predikat, disertai objek, pelengkap, dan keterangan atau tidak. Dengan ringkas klausa adalah kelompok kata yang memiliki fungsi S (Subyek), P(Predikat), O(Obyek), KET(Keterangan), PEL(Pelengkap). Tanda yang menandakan kurung bisa digunakan atau tidak, maksudnya boleh digunakan dan juga boleh tidak digunakan.

Contoh kalimat berklausa: - Gigih menulis surat

S P O

Kalimat tak berklausa ialah kalimat yang tidak terdiri dari klausa Misalnya:

- Astaga ! - Selamat Pagi ! - Selamat Bekerja !

Akan tetapi, jika tidak terdiri dari klausa, kalimat judul termasuk golongan kalimat tak berklausa. Misalnya:

- Seorang Ustad dari Juwingan Surabaya. - Tantangan Ekonomi Asean Tahun 2015.

3.1.3 Kalimat berita

(13)

menunjukkan adanya perhatian. Kadang-kadang perhatian itu disertai anggukan, kadang-kadang. Pula disertai ucapan ya.

Berikut kalimat berita dengan bentuk kata yang benar, misalnya: - Lorong goa itu sangat gelap.

- Kampus B Unair banjir setelah hujan deras.

- Menurut ramalan cuaca hari ini sangat panas sekali. Engkau harus berangkat sekarang juga

Anda tak diizinkan membaca di sini

3.1.4 Kalimat Tanya

Kalimat Tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi kalimat Tanya bernada akhir naik, di samping nada suku terakhir pola intonasi kalimat berita, misalnya:

- Apa kamu sudah mandi? - Di mana alamat rumah kamu? - Ibunya belum pulang?

- Orang itu sudah makan? - Bagaimana kabar ayah kamu?

Kalimat Tanya golongan ini ditandai oleh adanya kata tanya yang bersifat menggantikan kata atau kata-kata yang dinyatakan. Kata-kata tanya itu ialah apa. siapa. mengapa. kenapa. bagaimana. bilamana. kapan. bila. dan berapa.

Apa

Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan benda, tanda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Misalnya:

- Bapak itu melihat apa?

- Ibu guru itu mengajarkan apa?

- Arsitek itu sedang merencanakan apa? - Apa yang diperiksa dokter hewan itu? - Nelayan itu membawa apa?

(14)

Siapa

Kata tanya siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan manusia. Misalnya:

- Ini mobil siapa?

- Yang menulis novel ini siapa? - Engkau mencari siapa?

- Yang mencabut nyawa manusia siapa? - Siapa yang patut disembah?

- Nama anak itu siapa?

Mengapa

Kata tanya mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan. Misalnya:

- Mengapa banyak mahasiswa tidak mengikuti kuliah hari ini? - Mengapa kepala kantor itu marah?

- Mengapa pegawai itu gelisah?

Kenapa

Kata tanya kenapa digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya mengapa. Misalnya:

- Unjiannya bagaimana?

- Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi? - Studi kaka saya bagaimana?

- Bagaimana pencuri dapat memeanjat dinding setinggi itu?

Mana

Kata tanya mana diapakai untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan tempat berada. Dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan, dan ke mana menanyakan tempat yang dituju. Misalnya:

- Kakek pergi kemana?

(15)

- Mana ayahmu?

- Kakakmu yang mana?

Bilamana, bila, dan kapan

Ketiga kata tanya itu digunakan untuk menanyakan waktu. Misalnya: - Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya? - Bila Ibu guru akan pulang?

- Sejak kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan?

Berapa

Kata tanya berapa digunakan untuk menanyakan jumlah dan bilangan. Yang menanyakan jumlah. Misalnya:

- Berapa harga majalah itu? - Ayam peternak itu berapa?

- Berapa jumlah penduduk pulau Jawa? Yang menanyakan bilangan, misalnya:

- Sekarang jam berapa? - Nomor teleponmu berapa?

- Sudah sampai halaman berapa engkau membaca buku itu?

3.1.5 Kalimat Suruh

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat suruh mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara. Berdasarkan ciri formalnya. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita dan kalimat Tanya

Di sini pola intonasi kalimat suruh itu ditandai dengan tanda /!/

Berdasarkan strukturnya kalimat suruh dapat digolongkan jadi empat golongan yaitu:

Kalimat suruh yang sebenarnya Kalimat persilahan

(16)

Kalimat Suruh yang Sebenarnya

Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Selain dari pada itu. Apabila P-nya terdiri dari kata verbal itransitif bentuk kata verbal itu tetap, hanya partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu menghaluskan perintah. S-nya yang berupa persona ke 2 boleh dibuangkan boleh juga tidak. Misalnya:

- Bediri!

- Datanglah engkau ke kantorku! - Diamlah engkau jangan ramai! - Pulanglah sekarang juga!

Kalimat Persilahan

Selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat persilahan di tandai juga oleh menambahkan kata silahkan yang diletakkan di awal kalimat. S kalimat boleh dibuangkan. Boleh juga tidak. Misalnya:

- Silahkan Bapak istirahat di sini! - Silahkan datang ke kantorku! - Silahkan makan dulu!

- Silahkan beristirahat!

Kalimat Ajakan

Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara, melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya. Dengan kata lain tindakan itu dilakukan oleh kita.

Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai juga oleh adanya kata-kata ajakan, ialah kata mari dan ayo, yang diletakkan di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kedua kata itu menjadi marilah dan ayolah. S kalimat boleh dibuangkan. Boleh juga tidak. Misalnya:

(17)

- Mari kita makan bersama sekarang - Marilah belajar ke perpustakaan pusat - Ayo berdiri di depan!

Kalimat Larangan

Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh. Kalimat larangan ditandai juga oleh adanya kata jangan di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kata tersebut untuk memperhalus larangan. S kalimat boleh dibuangkan, boleh juga tidak. Misalnya:

- Jangan engkau membaca komik itu! - Jangan di bawa pulang majalah itu! - Janganlah engkau berangkat sendiri! - Jangan suka menyakiti hati orang!

3.1.6 Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas

Kalimat yang terdiri dari satu klausa di sini disebut kalimat sederhana, sedangkan kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih disebut kalimat luas. Ada beberapa contoh kalimat sederhana, misalnya:

- Mulanya ia hanya akan menghindari kemarahan Ibu Ratih - Akhirnya ia menjadi seorang yang dihormati bapak Seno

- Pada kesempatan itu angkatan muda kita mengambil alih kantor tersebut dari tangan Jepang.

- Cerita ini benar-benar nyata

- Dia mengeluarkan buku dari tas ranselnya Beberapa contoh kalimat luas, misalnya:

(18)

Kalimat Luas yang Setara

Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak merupakan bagian dari klausa lainnya; masing-masing berdiri sendiri-sendiri sebagai klausa yang seara, yaitu sebagai kalausa inti semua. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan penghubung, yang di sini disebut penghubung yang setara. Penghubung yang setara itu ialah : dan . dan lagi. Lagi pula. Serta. Lalu, kemudian, . atau, tetapi. tapi. akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan , malah, dan malahan. Penghubung lantas dan tapi pada umumnya digunakan dalam bahsa Indonesia ragam santai.

Beberapa contoh, misalnya:

- Orang itu kaya, lagi pula sangat baik - Badannya gendut, dan mukanya bulat

3.2.1 Jenis Kalimat

Banyak nama diberikan orang terhadap adanya jenis atau macam kalimat. Dalam buku ini diikuti penamaan itu berdasarkan kriteria:

a. Berdasarkan kategori klausanya dibedakan adanya

1. Kalimat verbal, yakni kalimat yang predikatnya berupa verba atau frase verbal. Contoh :

Rafly membersihkan kamar mandi.

2. Kalimat ajektifal, yakni kalimat yang predikatnya berupa verba atau frase ajektifal. Contoh :

Kakanya baik, tetapi adiknya jahat.

3. Kalimat nominal, yakni kalimat yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal. Contoh :

Dia semangat bercerita di depan kelas

4. Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa frase preposisional. Perlu dicatat kalimat jenis ini hanya digunakan dalam bahasa ragam nonformal. Contoh:

(19)

5. Kalimat numerial, yakni kalimat yang predikatnya berupa numeralia atau frase numeral. Perlu dicatat kalimat jenis ini hanya digunakan dalam bahasa ragam nonformal. Contoh :

Simpanannya di Bank Mandiri lima juta rupiah.

6. Kalimat adverbial, yakni kalimat yang predikatnya berupa adverbial atau frase adverbial. Contoh :

Dia tiba ketika kamu sedang tertidur.

3.2.2 Berdasarkan modusnya dibedakan adanya

1. Kalimat berita (deklaratif), yakni kalimat yang berisi pernyataan belaka.Contoh :

Kemarin sore kampus B Universitas Airlangga kebanjiran.

2. Kalimat Tanya (interogatif), yakni kalimat yang berisi pertanyaan, yang perlu diberi jawaban. Contoh :

Berapa harga sepeda itu?

3. Kalimat perintah (imperatif), yaitu kalimat yang berisi perintah, dan perlu diberi reaksi berupa tindakan. Contoh :

Bukakan pintu itu!

4. Kalimat seruan (interjektif), yakni kalimat yang menyatakan ungkapan perasaan.Contoh :

Aduh kakiku terjepit pintu.

5. Kalimat harapan (optatif), yakni kalimat yang menyatakan harapan atau keinginan.

Semoga semester ini IPku meningkat.

3.3 Kalimat Berdasarkan Sifat, hubungan aktor-aksi

- Kalimat aktif: kalimat yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Contoh: Saya menulis tugas.

(20)

3.4 Unsur Kalimat 3.4.1 Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat.

Fungsi Subjek : Fungsi subjek:

Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk - Memperjelas makna

- Menjadi pokok pikiran

- Menegaskan (memfokuskan) makna - Memperjelas pikiran ungkapan - Membentuk kesatuan pikiran

3.4.2 Predikat

Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana, mengapa, atau berapa.

Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas Tidak didahului kata yang.

Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni.

3.4.5 Objek

Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan subjek.

(21)

3.4.6 Keterangan

Keterangan merupakan unsure kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, member informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan.

3.5.1 Klasifikasi Kalimat

Menurut Cook (1969:40-41), kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria berikut:

1. Berdasarkan jumlah dan jenis klausa dalam basis, kalimat diklasifikasikan sebagai kalimat sederhana, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk. Ciri ini digunakan oleh Pike (1967:442-443) dan Longcre (1964:130) untuk memisahkan kalimat menjadi tipe yang terdiri dari banyak klausa, klausa sederhana, dan non-klausa.

2. Berdasarkan struktur internal klausa utama, kalimat diklasifikasikan sebagai kalimat sempurna atau kalimat taksempurna. Kalimat sempurna biasa juga disebut kalimat mayor dan kalimat tak sempurna bisa juga disebut kalimat minor. Kalimat minor termasuk kalimat kompletif dan kalimat seru.

3. Berdasarkan jenis response yang diharapkan, kalimat diklasifikasikan sebagai kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, dan kalimat perintah. 4. Berdasarkan sifat hubungan actor-aksi, kalimat diklasifikasikan sebagai

kalimat aktif dan kalimat pasif.

5. Berdasarkan ada tidaknya unsure negative dalam frasa verba, kalimat digolongkan sebagai kalimat afirmatif dan kalimat menyangkal.

3.6 Kalimat Inti

(22)

Pemuda dapat memainkan peranan penting dalam pembinaan bahasa Indonesia.

Pemuda memerlukan dukungan dan kerja sama berbagai pihak dan segenap lapisan masyarakat.

Pemuda harus merupakan salah satu komponen di dalam keseluruhan sistem pembinaan bahasa Indonesia.

Jiwa dan semangat kepeloporan pemuda dapat mendobrak gejala negatif itu.

Kalimat Turunan seperti dikemukakan di atas, kalimat yang diturunkan dari kalimat inti adalah kalimat turunan. Kalimat turunan mencakup (1) kalimat kompleks, (2) kalimat majemuk, (3) kalimat menyangkal, (4) kalimat pertanyaan, (5) kalimat imperatif, dan (6) kalimat pasif.

3.7 Kalimat Kompleks

Kalimat kompleks adalah kalimat turunan yang terbentuk dari suatu klausa bebas dan satu atau lebih klausa terikat dengan pola intonasi akhir tertentu. Klausa terikat boleh mendahului dan boleh pula mengikuti klausa bebas. Beberapa contohnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Ayah sedang membaca surat kabar ketika ibu datang. 2. Ali tidak pergi ke sekolah karena ia sakit.

3. Meskipun ia sakit, ia pergi juga ke kantor

4. Ia selalu bekerja keras, sehingga ia berhasil dalam pekerjaannya. 5. Ketika ia pergi ke Jakarta, saya bertemu dengan teman-teman lama. 6. Cita-citamu pasti tercapai asal engkau berusaha sungguh-sungguh 7. Meskipun mereka selalu bekerja keras, hasilnya belum juga

memuaskan.

3.8 Kalimat Majemuk

(23)

intonasi akhir tertentu. Konektor yang biasa digunakan adalah dan, atau, tetapi, serta, dan sebagainya. Beberapa contohnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Ayah membaca surat kabar, dan ibu menonton TV. 2. Saya membunuh engkau, atau engkau membunuh saya.

3. Pemuda itu ingin merantau ke negeri orang, tetapi orang tuanya melarangnya.

4. Harta bendanya habis dalam peristiwa itu, serta keluarganya berantakan.

Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat kalimat atau lebih.

Cara pembentukan kalimat majemuk: Memperluas bagian-bagian kalimat tunggal - Anak itu membaca novel. (Kal Tunggal)

- Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca novel.

Menggabungkan dua atau lebih kalimat tunggal - Susi menulis surat dan Bapak membaca koran. Jenis-jenis kalimat Majemuk

1. Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang bersifat koordinatif sehingga tidak ada saling menerangkan. Jenis-jenis kalimat majemuk setara:

Kalimat Majemuk Setara Gabungan

Menggunakan kata hubung dan, setara. Kalimat Majemuk Setara Pilihan

Menggunakan kata hubung atau, baik… maupun Kalimat Majemuk Setara Perlawanan

Menggunakan kata hubung tetapi, melainkan. Kalimat Majemuk Setara Urutan

(24)

Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat.

Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat.

Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan Waktu ciri-ciri menggunakan kata hubung ketika, waktu, saat, setelah, sebelum.

Contohnya: handi mandi ketika Risa makan

Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan Sebab ciri-ciri menggunakan kata hubung sebab, karena.

Contohnya : Budi menangis sebab di rumah ibunya sakit

Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan hasil (akibat) ciri-ciri Menggunakan kata hubung hingga, sehingga, akhirnya.

Contohnya Rani rajin belajar sehingga ia rangking satu dikelasnya

Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan syarat ciri-ciri Menggunakan kata hubung jika, apabila, kalau, andaikata.

Contohnya : Dindo harus mencapai angka empat ratus lima puluh apabila ingin lulus tes bahasa Inggris

Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan tujuan ciri-ciri Menggunakan kata hubung agar, supaya, demi, untuk, guna.

Contohnya : Ayah bekerja keras membanting tulang demi menghidupi anak dan istrinya.

Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan cara ciri-ciri Menggunakan kata hubung dengan, dalam.

Contohnya: Ani serius dalam mengerjakan tugas kuliah.

Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan posesif ciri-ciri Menggunakan kata hubung meskipun, walaupun, biarpun.

Contohnya: zaki tetap berangkat kerja, meskipun badannya panas

Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan nomina ciri-ciri Menggunakan kata bahwa.

(25)

3.9 Kalimat Menyangkal

Kalimat menyangkal adalah kalimat turunan yang dibentuk dari kalimat inti dengan menggunakan unsure menyangkal (negatif) dalam frasa verba dan pola intonasi akhir turun. Beberapa cotohnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Hadi tidak tinggal di Makassar.

2. John tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik 3. Mereka tidak suka makan daging

4. Ia tidak suka diganggu oleh orang lain

5. Ia tidak mencintai orang lain selain kekasihnya.

Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsure inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.

Contoh Kalimat Tunggal : Ayah merokok

S P Adik minum susu S P O

Ibu menyimpan uang di laci S P O K

3.10 Kalimat Imperatif

Kalimat imperatif adalah kalimat turunan yang dibentuk dari kalimat inti dengan melesapkan subjek (orang kedua), menggunakan pola intonasi akhir yang mendatar, serta menyatakan perintah atau permintaan. Contohnya:

1. Berangkatlah ke Jakarata! 2. Tunggulah Sebenetar!

(26)

4. Tolonglah saya keluar dari kesulitan ini! 5. Hargailah orang tua dan gurumu!

3.11 Kalimat pasif

Kalimat pasif adalah kalimat turunan yang dibentuk dengan menggunakan verba pasif, yaitu verba yang dibentuk dengan menambahkan awalan tertentu, seperti awalan di-dalam bahasa Indonesia , pola intonasi akhir turun, dan dengan ketentuan bahwa objek kalimat ingi menjadi subjek kalimat pasif. Contoh:

1. Potensi itu perlu dimanfaatkan sepenuhnya. 2. Gejala negative itu harus didobrak.

3. Penggunaan bahasa Indonesia harus ditingkatkan.

4. Pemuda harus dilibatkan secara aktif di dalam pembinaan bahasa nasional kita.

5. Jiwa dan semangat kepeloporan pemuda perlu dimanfaatkan sepenuhnya 6. Peranan lembaga pendidikan dan organisasi kepemudaan perlu

ditingkatkan.

3.12 Analisis Kalimat

Dalam analisis sintaksis, petama-tama kita harus menetapkan jenis semua kalimat dalam korpus dengan memisahkan himpunan kalimat inti dari himpunan non-inti atau kalimat turunan. Kemudian kita berusaha memerikan kalimat turunan dalam kaitannya dengan kalimat inti, dengan menggunakan kaidah-kaidah tranformasi atau pajangan matriks memperlihatkan bagaimana kalimat non inti diturunkan. Dengan cara ini, kalimat inti dan kalimat turunan dapat dikontraskan sebagai berikut:

Kalimat Inti Kalimat Turunan

Sederhana Kompleks, Majemuk

Sempurna Taksempurna

Pernyataan Pertanyaan, Imperatif

Aktif Pasif

(27)

Analisis kalimat adalah pemisahan unsur-unsur yang membentuk kalimat dengan criteria tertentu. Dalam analisis kalimat, yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemisahan unsur-unsur yang membangun kalimat itu hanya sampai pada tingkat kata, sebab analisis kalimat termasuk itu hanya sampai pada tingkat kata, sebab analisis kalimat termasuk tataran sintaksis, sedangkan sintaksis menelaah hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat.

Menurut Verhaar (1981:70), secara sistematis sintaksis terbagi atas tiga tataran, yang secara hierarkis dapat disebutkan sebagai berikut: (1) fungsi (2) kategori, dan (3) peran. Fungsi mencakup subjek, predikat, objek, dan sebagainya; kategori mencakup subjek, predikat, objek, dan sebagainya; dan peran mencakup pelaku, penderita, penerima, aktif, pasif ,dan sebagainya.

Fungsi-fungsi itu adalah tempat kosong (konstituen formal), tidak memiliki bentuk atau pun makna, tetapi harus diisi oleh bentuk tertentu, yaitu kategori, dengan makna tertentu, yaitu peran.

(28)

BAB III PENUTUP

SIMPULAN

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Ba’dulu, Abdul Muis. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

M Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV KARYONO

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-kata.html diases pada 18 September 2014 pada pukul 21.32.

http://www.onlinesyariah.com/2014/07/27/pengertian-kata-menurut-para-ahli/

(30)

MAKALAH

SINTAKSIS BAHASA INDONESIA II

Makalah ini disusun berdasarkan tugas akhir mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia II

Dosen Pembimbing :

Eddy Sugiri, M.Hum

Kelas A

Disusun oleh:

Gigih Wasis Saryono 121211131003 Achmad Elginda Duhudha 121211133061

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(31)

2014

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Sistem Bahasa

Sistem bahasa mempunyai tiga buah subsistem yang terkait dalam dunia konteks, yaitu subsistem leksikon, subsistem gramatika, dan subsistem fonologi. Ketiga subsistem tersebut saling berhubungan dan membentuk konsep-konsep yang berada dalam pikiran manusia dan berbentuk abstrak, sehingga perlu mengempiriskannya melalui konsep pemaknaan.

Komponen atau subsistem leksikon merupakan wadah penampung makna leksikal; sedangkan komponen gramatika merupakan wadah yang bertugas mengolah komponen leksikon menjadi “kata” berdasarkan satuan-satuan sintaksisnya; dan komponen bunyi merupakan realisasi fisis dari sebuah makna.

Perhatikan makna kata terbawa berikut:

1) Bukumu terbawa oleh saya kemarin

2) Barang-barang sebanyak itu terbawa juga oleh truk kecil itu. Makna terbawa dalam kalimat (1) bermakna ‘tidak sengaja’, dan pada kalimat (2) bermakna ‘dapat’. Perbedaan ini terjadi karena pengaruh dari konteksnya.

Selain konteks, terdapat unsur prosodi (tekanan, nada, dan durasi) yang memberikan pengaruh terhadap pemaknaan. Seperti pada contoh di bawah ini:

a. # Kucing/makan tikus mati # b. # Kucing makan/tikus mati # c. # Kucing makan tikus/mati #

(32)

Inilah kenyataan bahwa dunia makna yang direalisasikan ke dalam bunyi akan selalu berhubungan dengan ketiga subsistem dan faktor yang sudah disebut di atas.

1.2. Analisis Sintaksis

Dalam sejarah linguistik kita dapat mengikuti analisis-analisis sintaksis sebagai berikut:

1.2.1. Linguistik Tradisional

Linguistik tradisonal ini berkembang sejak zaman Yunani yang dengan tegas memisahkan kajian morfologi dan kajian sintaksis. Setiap kalimat memiliki unsur yang disebut pokok kalimat.

Setiap kalimat linguistik tradisional memiliki unsur yang disebut pokok kalimat, sebutan kalimat, pelengkap penderita, dan keterangan keadaan. Hal ini bisa disebut dengan analisis kalimat berdasarkan “urutan kalimat menurut jabatan”.

Perhatikan kalimat berikut ini untuk memahami satuan unsurnya: Ali anak mamat makan nasi mentah

Pk kpk sk pp kk

Keterangan :

Pk : pokok kalimat Kpk : keterangan pokok kalimat

Sk : sebutan kalimat Pp : pelengkap penderita Kk : keterangan keadaan

Mengenai kalimat majemuk linguistik tradisional menyatakan bahwa kalimat majemuk adalah dua buah kalimat atau lebih yang digabung menjadi sebuah kalimat. Hal ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan yaitu mengenai konsep klausa bukan kalimat majemuk seperti kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

(33)

lengkap seperti yang dikenal dengan sebutan kalimat minor, kalimat sampingan, dan kalimat lanjutan.

1.2.2. Linguistik Struktural

Pada proses analisis linguistik struktural yaitu menggunakan penggunaan teknik yang biasa disebut dengan Immadiate Constituent Analysis (IC Analysis). Seperti terlihat pada contoh:

Nenek membaca buku humor di kamar tidur

Kalimat tersebut mula-mula menjadi dua unsur langsung yaitu nenek dan membaca buku humor di kamar tidur kemudian dibagi kembali sampai membentuk unsure terkecil yaitu kamar dan tidur.

Analisis tersebut tampak jelas dalam bagan kotak di bawah ini:

Nenek Membaca buku humor di kamar tidur Membaca Buku humor di kamar tidur

Buku humor Di kamar tidur Buku humor di Kamar tidur

Kamar tidur

Salah satu aliran yang ada dalam linguistik struktural adalah aliran tagmemik dimana aliran ini yang menggabungkan antara peran, fungsi, kategori, dan kohesi dalam sintaksis.

Mengenai penentuan kategori kata, dalam linguistik struktural sangat berpegang pada struktur atau posisi sebuah kata dalam suatu kontruksi sehingga penentuan kategori dengan menerapkan criteria struktur ini juga menimbulkan masalah.

1.2.3. Linguistik Generatif Transformasi

(34)

Perhatikan contoh berikut:

Anak itu mudah diajar Struktur luar kalimat tersebut adalah sebagai berikut:

Keterangan: K : kalimat FN : frase nomina FV : frase verba N : nomina

Art : artikulus A : ajektifa V : Verba

Sebagai penutur tentunya kita akan mengira bahwa yang mengalami sesuatu sebagai akibat dari “murid itu diajar” adalah dua pihak yang berlainan. Sesungguhnya analisis struktur secara generatif ini tidak sampai merujuk pada struktur dalam (yang ada dalam otak manusia) kiranya memang sangat baik. Analisis seperti ini akan menjelaskan bentuk-bentuk sintaksis yang dapat menjelaskan bentuk-bentuk sintaksis yang mempunyai potensi menjadi taksa.

1.2.4. Tata Bahasa Kasus

Terdapat dua kompenen menurut Fillmore (1968) untuk bisa menganalisis tata bahasa kasus yaitu (1) modalitas (2) proposisi. Komponen modalitas dapat berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia. Sedangkan komponen proposisi terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus.

Simak bagan berikut:

K

K

F

(35)

Yang dimaksud dengan kasus adalah hubungan antar verba dengan nomina. Verba sama dengan predikat dimana ialah semua yang menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat, keanggotaan, dan sebagainya.

1.2.5. Tata Bahasa Relasional

Analisis model ini yaitu ditampilkan dengan adanya “relasi” di antara elemen yang ada dalam sebuah klausa atau kalimat. Umpamanya klausa berikut:

Ali memberi buku itu kepada saya

Klausa tersebut memiliki tiga buah nomina dan sebuah verba yang masing-masing saling bergantung dan membawakan satu relasi. Nomina Ali membawakan relasi “subjek dari” (relasi 1), nomina buku itu membawakan relasi “objek langsung dari” (relasi 2), nomina saya membawakan relasi “objek tak langsung dari” (relasi 3), sedangkan verba beri membawakan relasi “predikat dari” (relasi P). kalimat di atas hanya terdiri dari satu tataran, sebab merupakan kalimat inti.

1.2.6. Analisis Tema dan Rema

Setiap kalimat terdiri dari tema dan rema. Yang dimaksud dengan tema adalah bagian kalimat yang memberi informasi tentang ‘apa yang dibicarakan’; sedangkan rema adalah informasi tentang ‘apa yang dikatakan tentang tema’. Jadi tema merupakan tumpuan pembicaraan.

Pedoman untuk menetukan tema adalah:

(36)

 Terletak di awal kalimat

 Batas antara tema dan rema adalah jeda potensial atau interjeksi seperti tanda koma.

 Tema ditentukan oleh satuan pembentuknya

1.2.7. Analisis Berdasarkan Gatra

Konsep gatra bertumpu pada analisis tema-rema atau mengakui bahwa setiap kalimat terdiri dari gatra pangkal dan gatra sebutan (Fokker). Analisis gatra ini memudahkan kita untuk memahami struktur kalimat. Gatra ini bisa berupa kata bisa juga gabungan kata, seperti pada contoh: Adik saya makan pisang kemarin.

Kata saya pada gatra pangkal adik saya, dan kata pisang dan kemarin berlaku sebagai unsur atribut, untuk lebih paham perhatikan bagan berikut:

1.3. Pendekatan dalam buku ini

Cara kerja dalam buku ini adalah pembentukan kata gramtikal tidak dibicarakan secara detail, melainkan lebih kepada penggunaan “kata jadi”, kata dari kelas tertutup.

BAB II

BEBERAPA KONSEP DASAR

2.1. Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis

(37)

Yang dimaksud dengan fungsi sintaksis adalah semacam “kotak-kotak” atau “tempat – tempat” dalam struktur sintaksis yang didalamnya akan disisikan kategori-kategori tertentu (verhaar 1978, Chaer 2007). Kotak- kotak bernama subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (kom), dan keterangan (ket). Secara umum “kotak- kotak” fungsi itu dapat dibagankan sebagai berikut, meskipun didalam praktik berbahasa urutannya bisa tidak sama.

S P ( O/komp) (ket)

Dari bagan itu tampak bahwa secara formal fungsi S dan P harus selalu ada dalam setiap klausa karaena keduanya saling “ berkaitan” dalam hal ini bisa dikatakan, bahwa S adalah bagian dari klausa yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicaraan; sedangkan P adalah bagian klausa yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicaraan mengenai S (Kridalaksana 2002).

Contoh:

1. Jalan licin berbahaya S P

Objek (O) adalah bagian dari verba yang menjadi predikat dalam klausa itu. Kehadirannya sangat ditentukan oleh ketransitifan verba itu. Artinya, kalau verbanya bersifat transitif maka objek itu akan muncul, tetapi kalau verbanya tidak transitif (intransitif) maka objek itu tidak akan ada.

(38)

Dalam hal ini perlu dikemukakan adanya dua macam objek, yaitu objek afektif dan objek efektif. Objek afektif adalah objek yang bukan merupakan hasil predikat. Misalnya:

Objek efektif pada klausa (1) dan objek afektif bola pada klausa (2) sebelum perbuatan verba membaca dan menendang berlansung sudah ada. Padahal objek efektif nasi pada kalusa (a) sebelum verba menanak dan menulis berlansung belum ada.

2.1. 2. Peran sintaksis

Chafe (1970) dan para pakar semantik generatif berpendapat bahwa verba atau kata karja yang mengisi fungsi P merupakan pusat semantik dari sebuah klausa (istilah yang mereka gunakan proposisi). Oleh karena itu, verba ini menentukan hadir tidaknya fungsi- fungsi lain serta tipe atau jenis dari kategori yang mengisi fungsi-fungsi lain itu.

Peran- peran yang dimiliki oleh pengisi fungsi P dalam bahasa indonesia, selain peran “tindakan”, juga ada peran:

a. Proses, seperti P dalam klausa 1. Padi menguning di sawah 2. Rambut nenek mulai memutih

b. Kejadian, seperti P dalam klausa 1. Hutan itu longsor

2. Perahu itu tenggelam dihantam ombak

c. Keadaan, seperti P pada klausa 1. Jalan raya itu rusak berat 2. Suaminya kurus sekali

(39)

e. Identitas, seperti P pada klausa 1. Suaminya sopir angkot

2. Ayahku pilot Garuda

f. Kuantitas, seperti P pada klausa 1. Hartanya melimpah

2. Orang yang datang tidak sedikit

Peran- peran yang ada pada S atau O, antara lain: a. Pelaku, yakni yang bertindak

c. Hasil, yakni benda yang dihasilkan akibat tindakan, seperti terdapat pada klausa

1. Bibi menanak nasi

2. Sekretaris itu mengetik surat

d.Penanggap, yakni yang mengalami atau menginginkan, seperti terdapat pada klausa

1. Anak itu pandai sekali

2. Yatim piatu ini kehilangan orang tua sejak kecil

e. Pengguna, yakni yang mendapat keuntungan dari P,seperti terdapat pada klausa

1. Kakak membukakan ayah pintu 2. Ibu membelikan adik sepatu baru

f. Penyerta, yakni yang mengikuti pelaku, seperti terdapat pada klausa 1. Dia pergi dengan

teman-temannya.

2. Dengan kepala sekolah mereka pergi berkunjung ke museum

(40)

i. Ukuran, yakni menyatakan banyaknya atau ukuran benda lain, seperti terdapat pada klausa

1. Tiang bendera itu tingginya 10 m 2. Kebun kami luasnya seribu meter

Peran-peran yang ada pada fungsi keterangan, antara lain: a. Alat, yakni yang dipakai oleh

pelaku untuk menyelesaikan perbuatan,seperti terdapat pada klausa

1. Ibu memotong kue dengan pisau 2. Adik menulis surat dengan pensil

b. Tempat, yakni yang menyatakan di mana, ke mana atau dari mana, kapan terjadinya P,seperti terdapat pada klausa

1. Minggu lalu dia datang

2. Sebelum makan kita harus cuci tangan dulu

d. Asal, bahan terjadinya S,seperti terdapat pada klausa

1. Cincin itu terbuat dari perak 2. Kue itu terbuat dari gula dan

1. Barangkali hari akan hujan 2. Pasti dia akan datang

2.1.3. Kategori Sintaksis

(41)

Untuk tujuan kita dalam bab ini, lebih tepat bila kekategoial ditentukan menurut konstituen-konstituen klausa, entah itu berupa kata ataupun berupa frasa (yaitu kelompok kata); dan entah konstituen itu berstatus argumen ataupun tidak berstatus argumen.

2.2. Alat-alat Sintaksis

2.2.1. Urutan Kata

Urutan kata adalah letak atau posisi kaya yang satu dengan kata yang lainnya dalam suatu kontruksi sintaksis. Penting adanya urutan kata ini karena dapat menimbulkan perbedaan makna.

2.2.2. Bentuk Kata

Bentuk kata juga akan mempengaruhi perbedaan makna meskipun perbedaannya sedikit. Prinsip dalam sintaksis juga berlaku. Umpamanya kata melirik pada kalimat nenek melirik kakek kita ganti dengan bentuk dilirik, sehingga maknanyapun akan berbeda.

2.2.3. Intonasi

(42)

2.2.4. Konektor

Konektor bertugas untuk menghubungkan satu konstituen dengan konstituen lainnya baik yang berada dalam kalimat itu sendiri maupaun di luar kalimatnya. Konektor dapat berupa koordinatif (sederajat) maupun subordinatif (tidak sederajat).

2.3. Satuan Sintaksis

Secara hirarkial dibedakan adanya lima macam satuan sintaksis, yaitu kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.

Wacana Kalimat Klausa Frase Kata

2.3.1. Kata

Secara gramatikal, kata mempunyai dua status, yaitu sebagai satuan terbesar dalam tataran morfologi, dan sebagai satuan terkecil dalam tataran sintaksis. Kata bisa berkategori verba, nomina, dan ajektiva, atau bisa berbentuk numeria, pronominal, persona, dan adverbial.

Kata-kata yang dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam sebuah klausa atau kalimat dapat pula menjadi konstituen dalam kalimat minor.

(43)

Frase dibentuk dari dua buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu funsi sintaksis. Semua fungsi klausa diisi oleh sebuah frase.

Dilihat dari hubungan kedua unsurnya dikenal adanya frase koordinatif dan subordinatif. Frase koordinatif misalnya ayah ibu, kampong halaman, dan lain sebagainya. Frase subordinatif contohnya makan minum, jual beli, hilir mudik.

Dilihat dari keutuhannya sebagaai frase dikenal adanya frase eksosentrik dan frase endosentrik. Yang dimaksud dengan frase eksosentrik adalag frase yang hubungan kedua unsurnya sangat erat, sehingga kedua unsurnya ridak bisa dipisahkan sebagai pengisi fungsi sintaksi. Misalnya frase di pasar, dari Medan, atau Sang Saka. Sedangkan frase endosentrik dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Misalnya mobil dinas, sate kambing, dan ayam jantan.

2.3.3. Klausa

Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frase dan di bawah satuan kalimat, berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predaktif. Klausa sangat berpotensi menjadi sebuah kalimat tunggal lengkap apabila diberi intonasi final kepadanya.

Klausa dapat dibedakan berdasarkan kategoria dan tipe kategori predikatnya,

a. Klausa Nominal, yakni klausa yang predikatbnta berkategori nomina

b. Klasa Verbal, yakni klausa yang predikatnya berkategori verba.

c. Klausa Ajektifal, yakni klausa yang predikatnya berkategori ajektifa.

(44)

e. Klausa Numerial, yakni klausa yang predikatnta berkategori numerelia

2.3.4. Kalimat

Kalimat adalah satuan di atas klausa dan dibawah wacana yang terdiri dari konstituen dasar dan intonasi final. Konstituen dasar kalimat adalah klausa.

Jenis kalimat

Penamaan jenis kalimat di bawah ini berdasarkan kriterianya.

a. Berdasarkan kategori klausanya, dibedakan adanya:

 Kalimat verbal, yakni kalimat yang predikatnya berupa verba.

 Kalimat ajektifal, yakni kalimat yang predikatnya berupa ajektifa.

 Kalimat nominal, yakni kalimat yang predikatnya berupa nomina.

 Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa preposisional, hanya untuk bahasa ragam nonformal.

 Kalimat numerial, yakni kalimat yang predikatnya berupa numeral, hanya untuk bahasa ragam nonformal.

 Kalimat adverbial, kalimat yang predikatnya berupa adevrbia

b. Berdasarkan jumlah klausanya, dibedakan adanya:

 Kalimat sederhana, kalimat yang dibangun oleh sebuah klausa.

(45)

 Kalimat majemuk rapatan, yakni kalimat majemuk yang fungsi klausanya dirapatkan karena substansinya yang sama.

 Kalimat majemuk setara, yakni kalimat yang terdiri dari dua klasua dan memiliki kedudukan yang setara.

 Kalimat maejmuk bertingkat, yakni kalimat yang terdiri dari dua klasua dan memiliki kedudukan yang tidak setara.

 Kalimat majemuk kompleks, yakni kalimat yang terdiri dari tiga klausa atau lebih yang terdapat hubungan didalamnya.

c. Berdasarkan modusnya, dobedakan adanya:

 Kalimat berita (deklaratif), yakni kalimat yang berisi pernyataan belaka.

 Kalimat tanya (interogratif), yakni kalimat yang berisi kalimat tanya.

 Kalimat perintah (imperatif), yakni kalimat yang berisi kalimat perintah, dan perlu diberikan reaksi berupa tindakan.

 Kalimat seruan (interjektif), yakni kalimat yang menyatakan ungkapan perasaan.

 Kalimat harapan (optatif), yakni kalimat yang menyatakan harapan atau keinginan.

2.3.5. Wacana

(46)

pemadunya yang berupa unsur leksikal, unsur gramatikal, ataupun unsur semantiknya.

BAB III

PENGGUNAAN KATA

3.1. Adverbia

Adverbia adalah kategori yang mendampingi nomina, verba, dan ajektifa dalam pembentukan frase; atau dalam pembentukkan sebuah klausa. Tetapi ada juga yang berupa bentuk turunan berafiks atau berkonfiks.

Kategori mana yang didampingi tergantung dari makna inheren yang dimiliki oleh adverbial itu, sejauh ini ada adverbial yang menyatakan makna meliputi;

a. Adverbia Sangkalan adalah adverbial yang menyatakan ‘ingkar’ atau ‘menyangkal’ akan katgori yang didampinginya. Yang termasuk adverbial ini adalah kata-kata bukan, tidak, tak tanpa, dan tiada. Contoh : saranmu bukan tidak diterima, tetapi perlu dipertimbangkan dulu.

b. Adverbia Penjumlahan adalah adverbial yang menyatakan ‘banyak’ atau ‘kuantitas’ terhadap kategori yang didampingi. Yang termasuk adverbia ini adalah kata – kata banyak, sedikit, beberapa, semua, seluruh, sejumlah, separuh, setengah, kira-kira, sekitar, dan kurang lebih. Contoh : Semua pengendara sepeda motor harus memakai helm

(47)

d. Adverbia Derajat (Kualitas) adalah adverbial yang menyatakan tingkatan mutu keadaan atau kegiatan. Yang termasuk adverbial ini adalah sangat, amat, sekali, paling, lebih, cukup, kurang, agak, hampir, rada, maha, nian, dan terlalu. Contoh : gedung itu besar amat.

e. Adverbia Kala adalah adverbial yang menyatakan waktu tindakan yang dilakukan.

Yang termasuk adverbial ini adalah kata-kata sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, bakal, hendak, dan mau. Contoh : sebentar lagi dia akan sembuh.

f. Adverbia Keselesaian (Aspek) adalah adverbial yang menyatakan tindakan atau perbuatan (dalam fungsi predikat) apakah sudah selesai, belum selesai atau sedang dilakukan. Yang termasuk adverbial ini adalah adverbial belum, baru, mulai, sedang, lagi, tengah, masih, sudah, telah, sempat, dan pernah. Contoh : Beliau sudah menandatangani surat itu.

g. Adverbia Kepastian adalah adverbial yang menyatakan tindakan atau keadaan yang pasti terjadi maupun yang diragukan kejadiannya. Adverbial kelompok ini adalah pasti, tentu, memang, agaknya, dan rupanya. Contoh : hasilnya pasti bagus

h.Adverbial Menyungguhkan adalah adverbial yang menyatakan ‘kesungguhan’ atau ‘menguatkan’. Yang termasuk adverbial ini adalah adverbial sesungguhnya, sebenarnya, sebetulnya, dan memang. Contoh : Umat Islam wajib membayar zakat

i. Adverbia Keinginan adalah adverbial yang menyatakan ‘keinginan’. Yang termasuk adverbia ini adalah ingin, mau, hendak, suka, dan segan. Contoh : Kakek tidak suka merokok

(48)

kadang-kadang, sering (seringkali), acap (acapkali), biasa, selalu, dan senantiasa. Contoh : Listrik di sini jarang mati.

k.Adverbia Penambahan adalah adverbia yang menyatakan penambahan terhadap kategori yang didampingi. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata pula, juga, dan jua. Contoh : gadis itu bukan hanya ramah tetapi cantik pula.

l. Adverbia Kesanggupan adalah adverbial yang digunakan untuk menyatakan ‘kesanggupan’. Yang termasuk adverbia ini adalah kata-kata sanggup, dapat, dan bisa. Contoh : Dia dapat berpikir dengan baik.

m. Adverbial Harapan adalah adverbial yang menyatakan ‘harapan’ akan terjadinya sesuatu tindakan, hal, atau keadaan. Yang termasuk adverbia ini adalah moga-moga, semoga, mudah-mudahan, hendaknya, sepatutnya, sebaiknya, seyogianya, seharusnya, dan sepantasnya. Contoh : kita sebaiknya berangkat sekarang

3.2. Konjungsi

Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya sederajat. Konjungsi ini dibedakan pula menjadi:

(49)

Konjungsi pemilihan adalah konjungsi yang menghubungkan memilih salah satu konstituen yang dihubungkan. Contoh : mahal atau murah akan kubeli rumah itu

Konjungsi Pertentangan adalah konjungsi yang menghubungkan mempertentangkan.konjungsi ini adalah kata tetapi, namun, sedangkan, dan sebaliknya. Contoh : Sebuah bus Trans Jakarta meluncur dengan cepat di jalurnya, sedangkan kendaraan lain terjebak dalam kemacetan luar

biasa.

Konjungsi pembetulan atau peralatan adalah konjungsi yang menghubungkan dan membetulkan atau meralat kedua konstituen yang dihubungkan. Konjungsi ini adalah kata-kata melainkan, dan hanya. Contoh : Kami bukan mengejek, melainkan mengatakan apa adanya.

Konjungsi penegasan atau penguatan adalah konjungsi yang menghubungkan menegaskan atau menguatkan. Yang termasuk konjungsi ini adalah kata-kata bahkan, apalagi, lagipula, hanya, itupun, begitu juga, dan demikian pula. Contoh : Hawa di daerah itu sangat sejuk. Apalagi pada pagi hari

Konjungsi pembatasan adalah konjungsi yang menghubungkan membatasi. Konjungsi ini adalah kata kecuali, dan hanya. Contoh : Semua bangunan hancur dilanda gempa, kecuali rumah beliau

Konjungsi pengurutan adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan klausa dengan klausa dalam urutan beberapa kejadian atau peristiwa secara kronologis. Contoh : Setelah makan, kami mencuci piring dan gelas-gelas kotor. Sesaat kemudian kami mendengar suara ketukan di pintu depan.

(50)

yakni. Contoh: Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Soekarno, dimakamkan di Blitar.

Konjungsi Penjelasan adalah konjungsi yang menghubungkan menjelaskan, di mana klausa kedua berlaku sebagai penjelas dari keadaan, peristiwa, atau hal pada klausa pertama. Contoh : Bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa disebutkan dalam mukaddim UUD ‘45

Konjungsi penyimpulan adalah konjungsi yang menghubungkan menyimpulkan. Termasuk konjungsi ini , antara lain, maka itu, jadi, karena itu, oleh karena itu, sebab itu, oleh sebab itu, dengan demikian, dan dengan begitu. Contoh Ibunya meninggal ketika dia berumur dua tahun. Ayahnya meninggal ketika dia berusia empat tahun. Maka, sejak kecil dia sudah yatim piatu.

Konjungsi Penyebab adalah konjungsi yang menghubungkan menyatakan sebab terjadinya keadaan atau peristiwa pada klausa utama. Termasuk konjungsi penyebab ini adalah karena, sebab, dan lantaran. Contoh : Saya berhenti sekolah karena ketiadaan biaya.

Konjungsi Persyaratan adalah konjungsi yang menghubungkan menyatakan syarat untuk keadaan atau peristiwa yang terjadi pada klausa utama dalam sebuah kalimat majemuk subordinatif. Persyaratan ini adalah kata-kata kalau, jika, jikalau, bila, bilamana, apabila, dan asal.

Contoh : Kami akan hadir kalau diberi undangan

Konjungsi Tujuan adalah konjungsi yang menghubungkan menyatakan tujuan dilakukannya tindakan pada klauasa pertama. Konjungsi ini adalah kata-kata agar, supaya, guna, dan untuk.

Contoh : Agar tidak terjadi pencurian, penjagaan akan diperketat

(51)

utama ada sebuah kalimat majemuk subordinatif. Konjungsi ini adalah kata-kata meskipun (meski), biarpun, (biar), walaupun (walau), sekalipun, sungguhpun, kendatipun, dan kalaupun

Konjungsi Kesewaktuan adalah konjungsi untuk menghubungkan menyatakan waktu antara dua buah peristiwa, atau tindakan; antara dua buah klausa pada sebuah kalimat majemuk; atau antara dua kalimat dalam sebuah paragraf. Konjungsi kesewaktuan yang menghubungkan dua buah klausa adalah ketika, waktu, sewaktu, sedangkan konjungsi kesewaktuan yang menghubungkan dua buah kalimat adalah konjungsi ketika itu, waktu itu, saat itu dan sementara itu.

Contoh :Beliau sudah hadir sebelum kami tiba.

Konjungsi Pengakibatan adalah konjungsi untuk menghubungkan menyatakan akibat atas terjadinya kejadian, peristiwa, atau tindakan yang terjadi pada klausa utama terhadap kejadian, peristiwa, atau keadaan yang terjadi pada klausa bawahan. Konjungsi ini adalah sampai, hingga, dan sehingga.

Konjungsi Perbandingan adalah konjungsi untuk menghubungkan menyatakan bahwa kejadian, peristiwa, atau keadaan yang terjadi pada klausa utama sama atau mirip seperti yang terjadi pada klausa bawahan. Konjungsi ini adalah kata-kata seperti, sebagai, laksana, dan seumpama

Contoh : dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan

3.3. Preposisi

(52)

Preposisi ini dapat dibedakan atas preposisi yang menyatakan:

 Preposisi Tempat Berada menyatakan tempat terjadinya peristiwa, tindakan, atau keadaan terjadi. Preposisi ini adalah kata-kata di, pada, dalam, dan, antara. Contoh : Dia berada di depan pintu

 Preposisi Tempat Asal adalah preposisi yang menyatakan tempat berasalnya nomina yang mengikuti Contoh : Beliau baru datang dari Medan

 Preposisi Tempat Tujuan adalah preposisi yang menyatakan tempat yang dituju dari perbuatan atau tindakan yang dilakukan. Contoh : Kalian menuju ke tengah lapangan

 Preposisi Asal Bahan adalah preposisi yang menyatakan asal bahan pembuat sesuatu. Contoh : Mejanya dari kayu jati pilihan

 Preposisi Asal Waktu adalah preposisi yang menyatakan waktu mulai suatu kejadian, peristiwa, atau, tindakan. Preposisi ini adalah kata dari dan sejak Contoh : Dari kemarin saya belum makan

 Preposisi Waktu Tertentu adalah preposisi yang menyatakan awal dan akhir dari suatu kejadian, peristiwa, atau tindakan. Contoh : Balatentara Dai Nipon menduduki Indonesia dari tahun 1941 sampai 1945

 Preposisi Perbandingan adalah preposisi yang menyatakan perbandingan antara dua tindakan atau dua hal. Contoh : Belajar lebih baik dari pada duduk melamun.

(53)

 Preposisi Alat adalah preposisi yang menyatakan alat untuk atau dalam melakukan perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh predikat klausa yang bersangkutan. Contoh : Kami membantu dengan setulus hati

 Preposisi Hal adalah preposisi yang menyatakan hal yang akan disebutkan dalam predikat klausanya. Hal yang ada adalah perihal, tentang, dan mengenai. Contoh : Mereka berbicara tentang rencana pemilihan ketua RT

 Preposisi Pembatasan adalah preposisi yang menyatakan batas akhir dari suatu tindakan, tempat, atau waktu yang disebutkan dalam predikat klausanya. Preposisi Sampai, dan hingga. Contoh : Mereka belajar hingga sore.

 Preposisi Tujuan adalah preposisi yang menyatakan tujuan atau maksud dari perbuatan atau tindakannya yang disebutkan dalam predikat klausanya. Contoh : Polisi berjaga di mana-mana supaya aman.

BAB IV

PENYUSUNAN FRASE

4.1. Frase

Frase adalah satuan sintaksis yang tersusun dari dua buah kata atau lebih, yang di dalam klausa menduduki fungsi-fungsi sintaksis.

Frase Nominal (FN) adalah frase yang dapat mengisi fungsi subjek atau objek di dalam klausa.

(54)

4.1.2 Frase Nominal Subordinatif dapat disusun dari nomina + nomina (N + N), nomina + verba (N + V), NOMINA + AJEKTIFA (N + A), adverbia + nomina (Adv + N), nomina + adverbia (N + Adv), nomina + numeralia (N + Num), Numeralia + nomina (Num + N), dan nomina + demonstratifa (N + Dem).

4.1.2.1 Frase Nomina Subordinatif yang berstruktur N + N memiliki makna gramtikal

Gramatikal Milik Contoh : tongkat kakek

Gramatikal Bagian Contoh : tengah semester

Gramatikal Asal bahan Contoh : cincin emas

Gramatikal Asal tempat Contoh : jeruk bali

Gramatikal Campuran Contoh : roti keju

Gramatikal Hasil Contoh komputer korea

Gramatikal Jenis Contoh : pisau lipat

Gramatikal Jender atau Jenis Kelamin Contoh : atlet putera

Gramatikal Seperti atau Menyerupai Contoh kopi bubuk

Gramatikal Model Contoh celana jengki

Gramatikal Memakai atau menggunakan Contoh : rem angin

Gramatikal Peruntukan Contoh : obat mata

(55)

Gramatikal Wadah atau Tempat Contoh : Tabung Gas

Gramatikal Letak atau Posisi Contoh : laci atas

Gramatikal Dilengkapi atau Mempunyai Contoh : rumah tingkat

Gramatikal Pelaku Contoh pemberian kakek

Gramatikal Alat Contoh : perang mulut

4.1.2.2 Frase Nomina Subordinatif yang berstruktur N + V memiliki makna gramatikal tempat contoh ruang sidang.

Gramatikal Kegunaan Contoh : pintu masuk

Gramatikal Yang di Contoh : Ikan Pepes

Gramatikal Yang Biasa Melakukan Contoh : Tukang Pukul

Gramatikal Keadaan Contoh : radio antik

Gramatikal Derajat Contoh : sekolah dasar

Gramatikal Rasa atau Bau Contoh : obat pahit

Gramatikal Bentuk Contoh : paku payung

Gramatikal Ingkar Contoh : tiada uang

Gramatikal Jumlah Contoh : banyak uang

Gramatikal Batas atau Pembatasan Contoh : hanya air

Gramatikal Banyaknya Contoh : sepuluh rumah

(56)

Gramatikal Tingkat Contoh : anak kelima

Gramatikal Penentu Contoh : topi ini

4.2. Penyusunan Frase Verbal (FV)

Frase Verbal adalah frase yang mengisi atau menduduki fungsi predikat pada sebuah klausa.

4.2.1 Frase Verbal Koordinatif (FVK)

Dua buah kata berkategori verbal yang merupakan anggota dari antonim relasional, dan memiliki makna gramtikal menggabungkan sehingga di antara keduanya dapat disisipkan kata dan Contoh jual beli.

Dua buah kata berkategori verba yang merupakan anggota dari satu medan makna, contohnya: makan minum.

4.2.2 Penyusunan Frase Verbal Subordinatif (FVS)

Dapat disusun dari Adv + V, V+ Adv, V + N, dan V + A. FVS yang berstruktur Adv + V memiliki makna gramatikal ingkar Contoh : tidak membayar

Gramatikal Frekuensi Contoh jarang mandi

Gramatikal Kuantitas Contoh sedikit bicara

Gramatikal Waktu Contoh lagi makan

(57)

Gramatikal Keselesaian Contoh sedang bertemu

Gramatikal Keharusan Contoh harus pergi

Gramatikal Kepastian Contoh pasti hadir

Gramatikal Pembatasan Contoh Hanya Minum

Gramatikal Berulang Contoh makan lagi

Gramatikal Ikut Serta Contoh minum juga

4.3. Penyusunan Frase Ajektifal (FA)

Penyusunan Frase Ajektifal (FA) adalah frase yang mengisis atau menduduki fungsi predikat dalam sebuah klausa ajektifal.

4.3.1. Penyusunan Frase Ajektifal Koordinatif (FAK) dua buah kata berkategori ajektifal yang merupakan anggota dari antonym relasional dan memiliki makna gramatikal pilihan Contoh baik buruk.

Gramatikal Sangat Contoh : cantik molek

Gramatikal Himpunan Contoh Gemuk Pendek

4.3.2 Penyususnan Frase Ajektifal Subordinatif (FAS) disusun dengan struktur A + N, A + A, Adv + A, dan A + Adv.

Gramatikal Jenis Warna Contoh : merah terang

(58)

Gramatikal Ingkar Contoh : tidak malas

Gramatikal Derajat Contoh : lebih pandai

Gramatikal Sangat atau Tingkat Superlatif Contoh : indah sekali

BAB V

PENYUSUNAN KLAUSA

Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, di dalam satuan atau kontruksi itu terdapat sebuah predikat, bila di dalam satuan tidak terdapat predikat, maka satuan itu bukan sebuah klausa.

Kedudukan predikat sangat penting, sebab jenis dan kategori dari predikat itulah yang menentukan hadirnya fungsi subjek (S), fungsi objek (O), fungsi pelengkap dan sebagainya. Umpamanya subjek (S) yang berkomponen makna (+ manusia) dan sebuah objek (O) yang berkomponen makna (+ bacaan). Contoh:

 Pak Lurah membaca koran

Kemudian berdasarkan kategori yang mengisi fungsi P itu dapat dibedakan adanya:

1. Klausa verbal 2. Klausa nominal

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain bahwa kamus Frederik de Houtman dapat dijadikan rujukan yang sangat berharga dalam meneliti situasi kebahasaan Melayu di awal abad ke-17, dan

Yahudi dan Nasrani saja, namun juga untuk golongan agama lain seperti (Majusi, Shabi’in, Hindhu, Buddha, Kong Hu Cu serta memberikan kedudukan yang sama seperti

Pembandingan antara suatu metode kerja yang satu dengan metode kerja yang lain tentu akan memberikan sebuah gambaran tentang metode kerja yang lebih murah, cepat, dan

Untuk melihat data yang telah dipilih pada langkah pertama, dapat dilakukan dengan meletakkan widget Data Table di kanvas yang terdapat pada tabulasi yang sama dengan

Quran tidak hanya sebagai sumber ajaran agama yang dogmatis, sakral dan ideologis-primordial, tetapi ia juga sebagai yang membicarakan realitas aktual yang terbuka terhadap

Kesimpulan hasil wawancara di atas menyatakan bahwa pada kantor Polrestabes Makassar dan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan perempuan dan anak (P2TP2A) terdapat

Vokasi Kini: Masa Depan Dunia Film dan Penyiaran 10.30-11.00 Panduan Pembelajaran di TA 2020/2021 di Masa Pandemi COVID-19 (RR) Beranda Pak RT: PSBB dan Remaja Beranda Pak RT:

KEPANITERAAN KLINIK KARDIOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN VASKULER KEPANITERAAN KLINIK KARDIOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN VASKULER.. FAKULTAS KEDOKTERAN