• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah DAN Model Pembelajaran Jigsaw

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah DAN Model Pembelajaran Jigsaw"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Model Pembelajaran

Jigsaw

Posted on January 2, 2013 by desykartikaputri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Falsafah yang mendasari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pendidikan ialah “homo homoni socius” (pembelajaran gotong-royong) yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Pembelajaran kooperatif terutama tipe jigsaw dianggap sangat cocok di terapkan di Indonesia karena sesuai dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.

Model pembelajaran jigsaw adalah suatu tehnik pembelajaran kooperatiff dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari model pembelajaran jigsaw ini mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, serta menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.

Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning Teknik Jigsaw” bahwa metode pembelajaran koopertif teknik jigsaw tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsure-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mangatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning teknik jigsaw.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sabagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw? 2. Bagaimana langkah-langkah metode jigsaw?

3. Apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode jigsaw?

(2)

C. Tujuan

Dalam makalah ini penulis menemukan beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui yang dimaksud/pengertian dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Untuk mengetahui bagaimana langkah – langkah metode pembelajaran tipe jigsaw. 3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan metode jigsaw.

4. Untuk mengetahui materi yang cocok menggunakan metode jigsaw.

BAB II

(3)

1. A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw

Pengetian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikan rupa sehingga tingkah laku siswa menjadi kearah yang lebih baik. Metode

pembelajaran kooperatif tipe jigasaw adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dan bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan temen-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).

Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al.sebagai model Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,berbicara, ataupun

mendengarkan. Dalam Teknik ini, guru memperhatikan skemataatau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997 dalam http://matamatika-ipa.com ). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupaka tipe model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan

menyampaikan materi tersebut kapada kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota

(4)

yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001) :

X X X X

= = = = + + + +

+ = X *

+ = X *

+ = X *

+ = X *

(5)

* * * *

KELOMPOK AHLI

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.

1. Langkah – Langkah Metode Jigsaw : I. Tahap Pendahuluan

1. Review, apersepsi, motivasi

2. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.

3. Pembentukan kelompok.

4. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan siswa yang heterogen. 5. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.

II. Tahap Penguasaan

1. Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguassai materi sesuai dengan soal yang diterima.

2. Guru memberikan bantuan sepenuhnya. III. Tahap Penularan

(6)

2. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan denga sungguh-sungguh.

3. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal. 4. Dari diskusi tersebut siswa memperoleh jawaban soal. IV. Penutup

1. C. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Metode Jigsaw

# Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut: 1. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok

2. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah 3. Menerapkan bimbingan sesama teman

4. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi 5. Memperbaiki kehadiran

6. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 7. Sikap apatis berkurang

8. Pemahaman materi lebih mendalam 9. Meningkatkan motivasi belajar

10. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif 11. Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok

12. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain 13. Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.

 Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut.

1. Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;

2. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirksn kelompok akan macet 3. Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai

4. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,misal jika ada anggota yang hanya memboncengdalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi 5. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki

(7)

1. D. Evaluasi Materi yang cocok untuk SMP / SMA dengan Metode Jigsaw

Beberapa contoh materi matematika yang cocok di jigsawkan adalah: menyelesaikan sistim persamaan linier dua peubah ( kelompok ahli 1 mempelajari menyelesaikan dengan eliminasi, kelompok ahli 2 dengan substitusi, kelompok ahli 3 dengan garis bilangan, kelompok ahli 4 dengan matrik, dll), limit kiri-limit kanan ( kelompok ahli 1 mempelajari limit kiri, yang lain limit kanan), Luas bangun segi 4 (kel 1 mempelajari belah ketupat, kelompok 2 layang-layang, kelompok ahli 3 tentang trapezium sama kaki, kelompok ahli 4 trapesium sebarang, dst). Pemilihan materi tidak hanya didasarkan pada banyaknya sub bab atau sub-sub bab saja yang mengindikasikan mudah “dibagi-bagi” untuk didiskusikan dalam kelompok-kelompok ahli. Namun hal penting lain yang tidak boleh dilaupakan bahwa seyogyanya kita tidak memaksakan 1 rangkaian pembelajaran kooperatif, apa saja, dalam satu pertemuan. Masih banyak materi yang sesuai di-jigsaw-kan. Namun kita harus memeriksanya terlebih dahulu, sehingga tujuan kita tercapai, bukan sebaliknya menambah bingung siswa.

BAB III

(8)

1. A. SIMPULAN

1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekan pada sikap atau perilaku bersama dalam belajar atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.

2. Penerapan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw ini pada kelas siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar heterogen.setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari,menguasai bagian tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya. Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus berkerjasama secara cooperative untuk mempelajari materi yang ditugaskan. 3. Kerangka model pembelajaran jigsaw adalah para anggota dari kelompok asal

yang berbeda,bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membatu satu sama lain untuk mempelajari topic mereka tersebut.setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok semula ( asal ) dan berusaha mengajarkan pada teman

sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. Kunci tipe JIGSAW ini adalah interdepensi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

4. Keuntungan mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Sementara untuk kerugiannya ada beberapa yaitu keadaan kondisi kelas yang ramai, siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai serta

membutuhkan waktu yang lebih lama apabila bila ada pernataan ruang belum terkondisi dengan baik.

5. Alasan mengapa kami menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw dalam bab Fungsi, Persamaan dan pertidaksamaan Kuadrat karena tekhik pembelajaran jigsaw dapat diterapkan pada materi pembelajaran yang tidak berstuktur ( tidak saling berhubungan antara sub-sub materi ). Karena fungsi dan persamaan kuadratadalah materi yang tidak berstruktur maka kami memilih materi untuk diterapkan dalam model pembelajaran cooperativelearningtipe jigsaw.

1. SARAN

1. Guru seharusnya menjelaskan model pembelajaran tipe jigsaw ini dulu kepada siswa sebelum menerapkannya, agar siswa tidak binggung.

(9)

3. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bias melihat guru/papan tulis dengna jelas, bias melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik,dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.

4. Model pembelajaran kooperatif tipejigsaw perlu digunakan atau diterepkan karena suasana positif yang timbul akan membarikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah atau guru, selain itu siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir serta meningkatkan keaktifan.

DAFTAR PUSTAKA

Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.

http://matematika-ipa.com/pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/

http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/24/pembelajaran-dengan-metode-jigsaw.html?m=1

(10)

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

UNTUK GURU SD DI IMOGIRI BANTUL

Submitted by admin-fip on Fri, 2011-11-04 10:33

Fakultas Ilmu Pendidikan UNY mengadakan seminar hasil Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) belum lama ini. Peserta kegiatan adalah para dosen FIP UNY yang telah melaksanakan PPM. Dalam acara seminar tersebut para peserta diberikan kesempatan untuk memaparkan hasil PPM mereka baik yang bersifat kelompok maupun individu. Salah satu dosen FIP UNY, yaitu Prof. Dr. Anik Ghufron mengemukakan bahwa pendidikan itu harus mempersiapkan para individu untuk siap hidup dalam sebuah dunia dimana masalah muncul lebih cepat daripada jawaban dari masalah tersebut, dunia dimana para individu memiliki ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan secara berkelanjutan untuk menyesuaikan hubungan mereka dengan dunia yang terus berubah. Tujuan pendidikan harus mengembangkan suatu masyarakat yang dapat hidup lebih nyaman dengan perubahan daripada dengan kepastian. Untuk menjawab dan mengatasi perubahan yang terjadi secara terus menerus, alternatif yang dapat digunakan adalah penerapan berbagai model pembelajaran inovatif, yang mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. Atas dasar analisa inilah, maka Prof. Dr Anik Ghufron melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat bagi guru dan pelaksana pendidikan di Gugus 01 SDN Wukirsari Imogiri Bantul khususnya metode pembelajaran Cooperative

Learning Tipe Jigsaw di sekolah dasar.

(11)

meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah, memberikan umpan balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa secara aktif melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna. (zulfa/didik)

Sumber http://fip.uny.ac.id/berita/penerapan-cooperatiee-learning-tipe-jigsaw-untuk-guru-sd-di-imogiri-bantul.html

EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR?

Sebelum menjawab pertanyaan terhadap judul post di atas alangkah bagusnya kalau kita terlebih dahulu menjawab pertanyaan "apa yang dimaksud dengan model pembelajaran jigsaw?".

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam

kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan meteri tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diu jicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001:78). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

(12)

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain . Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang di tugaskan kepada mereka. Kemudian siswa –siswa itu kembali pada tim atau kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

untuk lebih lengkapnya tentang model pembelajaran jigsaw silakan klik disini

dari pengertian tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di atas dapat disimpulkan bahwa model kooperatif menuntut keaktifan, kerja sama dan pemahaman siswa yang ekstra agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. selain itu, paham tidaknya siswa tergantung cara

penyampaian dari tim ahi {kelompok ahli). dapat dilihat pada gambar berikut :

untuk dapat menjawab pertanyaan EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR? itu sebenarnya tergantung sekolah, siswa, lingkungan kerja masing-masing. untuk sekolah yang ada di perkotaan mungkin model jigsaw "efektif" digunakan dalam pembelajaran. tapi menurut pandangan penulis, di beberapa tempat model pembelajaran jigsaw malah tidak efektif

digunakan dalam pembelajaran. karena dari pengalaman pribadi dan cerita teman sejawat untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di tempat penulis rata-rata siswa masih menerapkan budaya "malu" untuk berbicara. budaya malu tersebut membuat kegiatan

pembelajaran cenderung kurang aktif yang bertolak belakang dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang menuntut siswa untuk aktif. Padahal penulis sebagai guru kelas sudah mencoba beberapa alternatif agar siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran. kemungkinan karena kemampuan guru yang belum profesional dalam melakukan kegiatan pembelajaran (penulis baru satu tahun menjadi pengajar). atau mungkin juga karena pengaruh dari lingkungan sehari-hari siswa tersebut.

jadi untuk menjawab pertanyaan EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN

(13)

adalah tergantung dari beberapa faktor seperti siswa, guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan luar sekolah.

bagi teman-teman yang ingin menambahkan jawaban atas pertanyaan di atas ataupun ingin membantu penulis untuk membuat siswa menjadi aktif silakan ditambahkan lewat kolom komentar. terima kasih

Model Pembelajaranku

Menyajikan beberapa model pembelajaran untuk diaplikasikan

Lanjut ke konten  Beranda  Tentang ←

MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) SINTAK MODEL DISCOVERY LEARNING →

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

JIGSAW

Posted on 20 Februari 2016 by Abdul Gofur

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

(14)

Model Pembelajaran Jigsaw

Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan-kawannya. Menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada kelompok yang lain. Pendapat tersebut dijelaskan kembali oleh Anita Lie (2004:69) mengatakan bahwa, Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode cooperative learning.

Sedangkan menurut Agus Suprijono( 2009: 89 ) Model pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas dalam kelompok-kelompok lebih kecil.

Selain itu Yuzar dalam Isjoni (2010: 78) mengatakan, dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang, heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Pembelajaran ini dimulai dengan pembelajaran bab atau pokok bahasan, sehingga setiap anggota kelompok memegang materi dengan topik yang berbeda-beda. Tiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama selanjutnya berkumpul dalam satu kelompok baru yang dinamakan kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggungjawab untuk sebuah bab atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi

(15)

Dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan

kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.( Rusman, 2008.203).

Baca juga artikel ini >>>> Model Pembelajaran

Sintak atau Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran tipe

Jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang 2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.

3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.

4.Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.

5.Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut.

6.Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.

7. Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi.

8. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.

9. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik. Lengkapi dengan membaca artikel ini >>>> Model Pembelajaran NHT

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model

pembelajaran koopeartif Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:

(16)

2.Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat 3.Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Baca juga artikel ini >>>> Model pembelajaran scramble

Type model pembelajaran jigsaw

Model pembelajaran jigsaw ini sendiri terbagi menjadi dua tipe yaitu jigsaw tipe I atau sering disebut jigsaw dan jigsaw tipe II. Menurut Trianto (2010: 75) model pembelajaran jigsaw tipe II sudah dikembangkan oleh Slavin. Ada perbedaan yang mendasar antara pembelajaran jigsaw I dan jigsaw II, kalau tipe I awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang menjadi

spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi exspert.

Baca juga artikel ini >>>> Model pembelajaran circ

Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan model

pembelajaran jigsaw di lapangan, menurut Roy Killen

adalah :

1.Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.

2.Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.

3.Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut. 4.Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

5.Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.

Menurut Doolittle Ada 3 model pembelajaran Jigsaw,

antara lain :

1.Whithin Group Jigsaw

(17)

2.Expert Group Jigsaw

Anggota kelompok dari semua kelompok yang mendapat bagian persoalan yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli untuk bersama-sama mempelajari dan memecahkan persoalan tersebut. Kemudian masing-masing kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan apa yang telah mereka pelajari pada kelompok ahli tadi.

3.Whole Group Jigsaw

Pada model ini kelompok yang terbentuk pertama kali sudah langsung menjadi kelompok ahli yang masing-masing mempelajari persoalan yang berbeda dengan kelompok lain. Setelah itu masing-masing kelompok mengajarkan bagian persoalannya kepada kelompok lain melalui diskusi atau presentasi.

Referensi

Dokumen terkait

Toisaalta, tulosten perusteella voidaan esittää, että pelaajan ja pelihahmon välinen suhde on myös merkityksellisessä osassa pelaamista sekä pelaajan ja pelihahmon

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,

Dalam penelitian ini, peneliti mengukur Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Perilaku Toilet Training Pada Anak Usia 2 – 4 Tahun Di Dusun Tempel Desa Ngraji

Building Approvals adalah sebuah indikator yang menghitung pertumbuhan jumlah rumah baru di suatu negara.Contoh : Jika nilai Building Approvals Ausi lebih tinggi dari nil ai

itu, indikator juga digunakan untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen atau pH larutan encer, sejumlah besar indikator yang berisi ion hidrogen, berisi juga gugus asam dan

Penelitian yang dilakukan oleh Olviani (2015) tentang mobilisasi progressif level I terhadap nilai monitoring hemodinamik non invasif pada pasien cerebral injury di

Aplikasi sistem informasi geografis ini dapat menampilkan data- data yang berkaitan dengan informasi tempat wisata di wilayah DKI Jakarta, memberikan kemudahan

Berdasarkan uraian di atas maka pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan implementasi model pembelajaran Problem Posing dengan metode Brainstorming diharapkan dapat