• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menanamkan Jiwa Kreativitas Peserta Didi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menanamkan Jiwa Kreativitas Peserta Didi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Clara Ika Phaluphie Universitas Sriwijaya

Menanamkan Jiwa Kreativitas Peserta Didik Sejak Dini Melalui Enterpeneurship

I. PENDAHULUAN

Sudah populer di Indonesia bahwa tujuan pendidikan nasionaal pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin meenciptakan “manusia seutuhnya”. Maksudnya manusia yang lengkap, selaras, serasi dan seimbang perkembangan semua segi kepribadiannya. Siapa yang dikatakan manusia utuh itu? Yang dikatakan manusia utuh itu adalah individu-individu manusia, bukan kelompok. sehingga manusia seutuhnya itu adalah persona atau individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan dengan Tuhan, dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang konstruktif dan dengan dirinya sendiri. Persona atau individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik unsur akal pikiran, perasaan, moral, dan keterampilan (cipta, rasa, dan karsa), jasmani maupun rohani, yang berkembang secara penuh. Integrasi perkembangan dari unsur-unsur itulah yang mewujudkan manusia utuh sebagai tujuan pendidikan bangsa Indonesia.

(2)

harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya. Moreno menambahkan tidak benar kalau kita beranggapan bahwa hanya siswa-siswa (atau orang-orang) yang sangat cerdas saja yang dapat menjadi kreatif. Dalam kenyataan, akan menjadi sukarlah untuk hidup secara normal tanpa adanya kreativitas, karena kreativitas itu perlu untuk menghadapi perubahan-perubahan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia.

Salah satu bentuk kreativitas bisa melalu kewirausahaan. Kerwirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang di jadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang sukses. Memiliki jiwa entrepeneur berarti mendorong adanya mental yang mandiri, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, disiplin, dan tak mudah menyerah, seperti layaknya seorang wirausaha ketika memulai usahanya dari bawah. Alangkah baiknya jika sifat-sifat ini ditanamkan pada siswa sejak dini untuk membantu mereka menjalani seluruh kehidupannya. Peserta didik yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapati manfaat untuk bekal masa depan kelak. Pada tahapan usia yang terbilang belia, siswa yang belajar menumbuhkan jiwa wirausaha, akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Kreativitas yang terlatih sejak dini, termasuk melalui berbagai ajang dan kegiatan kewirausahaan, menjadi modal utama produktivitas dan kemandiriannya kala dewasa.

II. PEMBAHASAN

(3)

dikuasai pribumi dan lapangan pekerjaan akan semakin luas, sehingga kesejahteraan masyarakat akan trus meningkat. Mencetak wirausaha tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu sebuah sistem yang baik, dijalankan secara konsisten, di kontrol, dan ditanamkan sejak dini pada setiap insan Indonesia. Kurikulum yang diterapkan harus terintegrasi karakter kewirausahaan. Sehingga siswa sudah dikenalkan pada kewirausahaan sejak dini (satuan pendidikan tingkat TK/SD). Hal ini sudah dicanangkan pemerintah dengan semangat membangun semangat kewirausahaan dan memperbanyak wirausaha melalui Instruksi Presiden Nomor 24 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakat dan Membudayakan Kewirausahaan. Program ini mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk membangun dan mengembangkan program-program kewirausahaan. Sehingga mendukung Program Ekonomi Kreatif (PEK) Tahun 2010-2014, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan produk-produk yang memiliki nilai ekonomis dan daya saing serta berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Minimnya pendidikan enterpeneur, khususnya di kota Palembang disebabkan karena tidak ada pendidikan yang mengkhususkan anak menjadi enterpeneur. Paradigma yang ada pada anak lulus sekolah langsung mencari pekerjaan, bukan membuka lapangan pekerjaan. Sebagaimana dilampir pernyataan Johanes Agus Taruna, Owner My School usai pembukaan Global Enterpeneur Week (19/11) pada Harian Sumatera Ekspres 20 November 2013 hal 19.

(4)

pribadi yang dinamis dan kreatif sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan pancasila. Padahal, satuan pendidikan bisa saja mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan di sekolah masing-masing. Hal ini dibolehkan, bahkan sangat dianjurkan oleh pemerintah. Setiap sekolah bebas berkreativitas membuat sebuah sistem yang mendukung pendidikan kewirausahaan.

Pendidikan kewirausahaan bisa terintegrasi dalam semua mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan diri, kultur sekolah atau aturan-aturan yang buat oleh sekolah. Bahkan kewirausahaan bisa dijadikan sebuah event kompetisi bagi peserta didik, misalkan ; lomba karya seni, lomba memasak dan mengemas produk sehingga memiliki nilai jual, lomba kerajinan tangan, dan sebagainya. Kemudian hasil karya siswa tersebut dipasarkan dan di jual. Selanjutnya masing-masing individu atau kelompok peserta lomba diberi nilai sesuai indikator penilaian yang telah ditentukan dan diberi penghargaan. Sehingga tidak harus menunggu terlebih dahulu rancangan matang dari pemerintahan pusat.

Di beberapa lembaga pendidikan sudah mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dalam pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, terutama pada satuan pendidikan Sekolah Menengah (SM) seperti, SMP, SMA, MA, dan SMK. Karena siswa satuan pendidikan tingkat SM lebih mudah untuk diarahkan dan secara kognisi sudah memiliki daya pikir kritis dan kreatif, berbeda sekali dibandingkan siswa tingkat satuan TK dan SD yang masih memiliki sikap dependensi sangat tinggi pada orang yang lebih tua atau guru. Namun, bukan berarti para pendidik tidak bisa menanamkan jiwa kewirausahaan pada peserta didiknya. Tentu sangat bisa sekali, walaupun dengan metode dan sistem yang berbeda dengan satuan pendidikan tingkat SM.

(5)

Mengajar (KBM) dengan penyusunan silabus dan RPP yang terintegrasi pendidikan kewirausahaan. Dalam mata pelajaran yang memuat praktikum bisa diorientasikan kewirausahaan. Kegiatan ekstra kurikuler dan pengembangan diri memiliki peluang yang cukup besar dalam penanaman kewirausahan, sebab sekolah sepenuhnya bisa menentukan jenis kegiatan ekstra kurikuler dan pengembangan diri untuk siswanya dan memiliki jam tersendiri yang lebih efektif dibandingkan penyisipan kewirausahaan dalam mata pelajaran pokok kedinasan maupun muatan lokal.

Penanaman jiwa wirausaha pada siswa, selain membuatnya lebih kreatif dan inovatif hal ini juga melatih kemandirian bahkan menjadi sukses di hari depan. Sebagaimana di lansir dalam Harian Sumatera Ekspres, 20 November 2013 hal.22 selain melalui pendidikan dalam kurikulum, penanaman jiwa wirausaha dapat di tularkan melalui kepedulian masyarakat sekitar. Seperti adanya komunitas Pacak (Kompak) yang mempunyai misi ingin menanamkan keberhasilan yang sudah mereka capai kepada generasi muda. Komuntitas ini melaksanakan serangkaian program edukasi kepada generasi muda yang sengaja disasarkan pada jenjang sekolah menengah atas (SMA/SMK) yang fokusnya di wilayah Palembang dahulu. Dalam edukasinya, kompak tidak hanya membuka pola pikir, tetapi juga memberikan pemahaman bahwa generasi muda bisa membuka dunia usaha baru. Termasuk mampu memberikan pekerjaan bagi orang lain.

(6)

secara bergantian bertugas untuk belanja makanan dan jajan untuk periode jualan ke depan. Pada saat ini, anak dapat mengetahui apakah warung kelasnya mendapatkan untung ataukah tidak. Dan, nilai keuntungan tersebut ditambahkan untuk belanja untuk membesar atau memperbanyak barang dagangan. Dengan cara ini, maka tumbuh kesadaran dalam jiwa anak didik bahwa mereka dapat melakukan kegiatan usaha. Kesadaran ini diyakini dapat memicu semangat kewirausahaan anak-anak. Dalam konteks ini yang paling dibutuhkan adalah bimbingan guru agar kegiatan ini tidak mengganggu proses pendidikan anak. Artinya, warung kelas hanya dibuka pada saat sebelum masuk waktu pembelajaran dan pada saat jam istirahat. Diluar kedua jam tersebut, maka secara tegas guru melarang adanya transaksi jual beli. Memang, pembelajaran kewirausahaan tidak dapat dilakukan secara teoritis. Kita harus mengkondisikan agar anak didik melakukan pembelajaaran kewirausahaan dengan menerapkan learning by doing.

Pendidikan yang berwawasan kewirausahan ditandai Pendidikan kewirausahaan akan memberikan peluang tumbuh dan berkembangnya dengan proses pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi kearah potensi kreativitas dan inovasi anak. Nilai-nilai kewirausahaan akan menjadi pembentukan kecakapan hidup (life skill) pada peserta didiknya melalui kurikulum karakteristik peserta didik yang dapat digunakannya dalam bersosialisasi dan terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. berinteraksi dengan lingkungnnya. Pada akhirnya pribadi yang memiliki karakter kreatif, inovatif, bertangung jawab, disiplin dan kosisten akan mampu.

(7)

kewirausahaan juga mempersiapakan peserta didik memiliki sikap sepertinya memberikan implikasi dalam tataran kehidupan sosial.

III. PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

Penanaman jiwa kreativitas pada peserta didik dapat melalui pendidikan enterpeneurship (kewirausahaan). Pendidikan enterpeneurship sendiri selain meningkatkan kreativitas siswa, juga dapat melatih siswa mandiri. Pemberian soft skill pada muatan pembelajaran maupun penyisipan pendidikan kewirausahaan dalam pembelajaran bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai wirausaha. Pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Selain di sekolah, penanaman pendidikan enterpenuer ini juga dapat melalui masyarakat yang peduli akan generasi muda dengan adanya komunitas yang memberikan bimbingan dan arahan penularan sukses dan perubahan mind set pada peserta didik. Penerapkan prinsip-prinsip dan metodologi kearah potensi kreativitas dan inovasi anak bagi sekolah (pendidik dan kepala sekolah) juga harus di dukung oleh Kementrian Pendidikan. Sehingga, peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai kewirausahaan akan menjadi pembentukan kecakapan hidup (life skill).

III.2. SARAN

(8)

memiliki sikap sepertinya memberikan implikasi dalam tataran kehidupan sosial. Kemampuan sumber daya manusia yang pengembangan pendidikan kewirausahaan ini harus memperhatikan suasana psikologis agar dapat memanfaatkan kekayaan alam yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

Ronnie, Dani. 2011. Guru Cerdas (The Power of Emotional & Adversity Quotient for Teachers). Palembang: ALTI Publishing.

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi. Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumber Internet:

Wordprees. 2011. Konsep Kewirausahaan Dan Pendidikan Kewirausahaan. (Online), (http:// khmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/29/konsep-kewirausahaan-dan-pendidikan-kewirausahaan/), diakses 20 November 2013.

Sumber koran:

Apriani, Dwi. 2013. “Sasar Sekolah, Tanamkan Kiat Jadi Sukses”. Sumatera Ekspres. Hal.17

Referensi

Dokumen terkait

Peta Ancaman Tanah Longsor Metode SNI Dari hasil pemetaan ancaman SNI, diperoleh sebesar 70,495% dari wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki tingkat ancaman tinggi,

The relationship between a father’s income (and mother’s in rural) with children’s labor hours are complementary at low level of income, and as income rises, the increments in

Dari beberapa contoh kasus yang dikemukakan anggota milis Dunia Wirausaha, ada usul untuk menyediakan usaha yang meng-supply koneksi internet ke para mahasiswa kos dengan harga

Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan menyatakan bahwa dipengaruh signifikan Karakteristik Teistis ( rabbaniyah ), Karakteristik Etis ( akhlaqiyah ), Karakteristik

Jadi Sumbangan wakaf tanah produktif terhadap peningkatan sosio-ekonomi masyarakat Islam di Bandar Medan Sumatera Utara boleh diertikan bahawa bantuan atau

Dengan menggunakan media infografis, dapat memudahkan dalam penyampaian informasi atau secara cepat dan jelas mengenai museum tokoh pahlawan di Jakarta kepada masyarakat

Penelitian mengenai komunikasi interpersonal yang terjadi pada Duta Bahasa Jawa Barat 2016 dalam kegiatan pembekalan materi public speaking dapat menjadi informasi

fathul mu’in,fathul qarib ,tanwirul qulub dan kitab lain yang mengandung Hukum.. Adapun implikasi dari penelitian ini ini adalah: 1) penggunaan metode diskusi