• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kerjasama Antar Siswa dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Siswa Kelas 4 SD Negeri 04 B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kerjasama Antar Siswa dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Siswa Kelas 4 SD Negeri 04 B"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

54 4.1.1 Deskripsi Siklus I

Deskripsi Siklus 1 menjelaskan tentang tahap rencana tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi.

4.1.1.1 Rencana Tindakan

Siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu pertemuan 1 dan pertemuan II. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada pertemuan I dan II. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 4 tentang materi yang akan diajarkan kepada siswa. Setelah memperoleh materi yang akan diajarkan, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran yaitu: RPP, lembar observasi, lembar diskusi, dan nomor untuk siswa yang akan digunakan dalam pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Peneliti merancang RPP Siklus I dengan pokok bahasan “Menjumlahkan

(2)

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi a. Pertemuan I

Pertemuan I pada Siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2015 . Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam kemudian mempresensi siswa. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan percobaan menggunakan kertas lipat untuk menanamkan konsep dasar tentang penjumlahan pecahan kepada siswa. Didalam kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan biasa dan pecahan campuran dengan pecahan campuran.

Setelah menjelaskan materi, guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membagi siswa dalam satu kelas menjadi 6 kelompok. Kelompok dibagi secara heterogen. Guru memberikan penomoran kepada setiap anggota kelompok. Sebelum membagikan lembar kerja, guru sekilas menjelaskan tentang pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Kemudian guru membagikan lembar kerja dan meminta siswa untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa saling mengeluarkan ide dan menyatukan pendapat terhadap jawaban dari soal-soal yang diberikan guru. Guru membimbing dan memberikan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah selesai, guru memanggil siswa dengan nomor tertentu untuk melaporkan hasil diskusinya. Siswa yang nomornya sesuai maju kedepan kelas dan menjawab soal yang diminta guru. Siswa dari kelompok lain diperbolehkan untuk bertanya atau mengomentari jawaban temannya. Kegiatan ini dilakukan sampai semua siswa mendapat giliran untuk menjawab. Guru menjadi moderator saat siswa melaporkan hasil diskusinya. Guru meluruskan kesalahpahaman dan memberi penguatan.

(3)

membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan melakukan refleksi. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

Pengamatan dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta bantuan observer untuk mengamati penerapan pembelajaran NHT yang dilakukan oleh guru dan kerjasama siswa ketika mengikuti pembelajaran NHT. Observer mengisi lembar observasi dengan memberi tanda cheklist ( ) pada kolom “Ya” jika melaksanakan langkah pembelajaran dan kolom “Tidak” jika tidak melaksanakan langkah pembelajaran.

Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) masih ada indikator yang tidak terlaksana. Guru belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. Guru belum memberikan penghargaan kepada siswa. Setelah siswa melaporkan hasil diskusi, guru langsung memanggil nomor siswa selanjutnya tanpa memberikan penghargaan berupa pujian atau tepuk tangan. Guru belum melibatkan siswa untuk menarik kesimpulan dan melakukan refleksi. Guru juga belum memberikan tindak lanjut berupa PR.

b. Pertemuan II

Pertemuan II pada Siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2015. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan siswa materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru bertanya bagaimana langkah awal yang dilakukan jika pecahan yang dijumlahkan adalah pecahan biasa dengan pecahan campuran. Setelah siswa pertanyaan dari guru, guru melanjutkan dengan bertanya bagaimana jika pecahan yang dijumlahkan dalam bentuk desimal. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

(4)

Setelah menjelaskan materi, guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membagi siswa dalam satu kelas menjadi 6 kelompok. Kelompok dibagi secara heterogen. Guru memberikan penomoran kepada setiap anggota kelompok. Sebelum membagikan lembar kerja, guru sekilas menjelaskan tentang pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Kemudian guru membagikan lembar kerja dan meminta siswa untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa saling mengeluarkan ide dan menyatukan pendapat terhadap jawaban dari soal-soal yang diberikan guru. Guru membimbing dan memberikan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah selesai, guru memanggil siswa dengan nomor tertentu untuk melaporkan hasil diskusinya. Siswa yang nomornya sesuai maju kedepan kelas dan menjawab soal yang diminta guru. Siswa dari kelompok lain diperbolehkan untuk bertanya atau mengomentari jawaban temannya. Kegiatan ini dilakukan sampai semua siswa mendapat giliran untuk menjawab. Guru menjadi moderator saat siswa melaporkan hasil diskusinya. Guru meluruskan kesalahpahaman dan memberi penguatan.

Dalam kegiatan akhir, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil dengan baik dan memberi semangat kepada kelompok yang belum berhasil dengan baik. Hal ini bertujuan agar kelompok yang sudah berhasil dengan baik sebisa mungkin mempertahankan prestasi kelompoknya, dan kelompok yang belum berhasil dengan baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja kelompok agar mencapai hasil yang yang lebih baik lagi. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan melakukan refleksi. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan II juga diadakan tes evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.

Pada pertemuan kedua, observasi penerapan pembelajaran NHT dan kerjasama siswa dilakukan dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir pembelajaran.

(5)

Guru juga belum memberikan tindak lanjut berupa PR. Namun pada pertemuan kedua ini guru sudah melaksanakan indikator yang belum dilaksanakan pada pertemuan pertama. Indikator yang sudah dilaksanakan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas. Guru juga sudah memberikan penghargaan kepada siswa berupa pujian.

4.1.1.3 Hasil Analisis Data Siklus I a. Peningkatan Kerjasama

Hasil oservasi kerjasama diperoleh dari observasi terhadap kerjasama siswa selama melakukan kerja kelompok. Observasi kerjasama berpedoman pada aspek kerjasama yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (dalam Johnson, 2010: 28), yaitu: usaha untuk mencapai, hubungan interpersonal positif, dan kompetensi sosial. Berdasarkan ketiga aspek tersebut, peneliti menjabarkannya menjadi 6 keterampilan kooperatif. Dalam melakukan pengukuran kerjasama siswa, observasi kerjasama mencakup 6 item pernyataan, yaitu: (1) Mengerjakan tugas yang diberikan, (2) Menyelesaikan tugas tepat waktu, (3) Kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok, (4) Menghargai pendapat teman, (5) Memberikan ide atau pendapat dalam kelompok, (6) Berada dalam kelompok. 1. Pertemuan I

(6)

Tabel 8

Hasil Observasi Kerjasama Siswa Siklus I Pertemuan I Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentase(%)

1. 18-24 Tinggi 4 14

2. 12-17 Sedang 21 72

3. 6-11 Rendah 4 14

Jumlah 29 100

Rata-rata 60,20

Nilai terendah 41,67

Nilai tertinggi 79,17

Berdasarkan tabel 8, hasil observasi kerjasama siswa yang memperoleh nilai 18-24 (kategori tinggi) sebanyak 4 orang dengan persentase 14%. Siswa yang memperoleh nilai 12-17 (kategori sedang) sebanyak 21 orang dengan persentase 72%. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 6-11 (kategori rendah) sebanyak 4 orang dengan persentase 14%. Rata-rata nilai kerjasama siswa adalah 60,20. Nilai terendah 41,67 dan nilai tertinggi 79,17. Dari hasil perolehan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa belum mencapai kriteria yang telah ditentukan yaitu 75,00. Hal ini disebabkan karena siswa belum bisa menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Karena kelompok dibagi secara acak dan heterogen, maka ada beberapa siswa dengan karakter tertentu belum bisa menyesuaikan diri satu sama lain. Disamping itu karena kemampuan setiap siswa juga berbeda, maka belum ada interaksi yang positif di antara siswa untuk saling membantu. Siswa yang kurang pandai cenderung hanya menyalin jawaban siswa yang pandai. Sedangkan siswa yang pandai cenderung mengerjakan soal sendiri tanpa membantu teman yang lain.

2. Pertemuan II

(7)

Tabel 9

Hasil Observasi Kerjasama Siswa Siklus I Pertemuan II Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentase(%)

1. 18-24 Tinggi 11 38

2. 12-17 Sedang 15 52

3. 6-11 Rendah 3 10

Jumlah 29 100

Rata-rata 70,11

Nilai terendah 45,83

Nilai tertinggi 87,5

Berdasarkan tabel 9, hasil observasi kerjasama siswa yang memperoleh nilai 18-24 (kategori tinggi) sebanyak 11 orang dengan persentase 38%. Siswa yang memperoleh nilai 12-17 (kategori sedang) sebanyak 15 orang dengan persentase 52%. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 6-11 (kategori rendah) sebanyak 3 orang dengan persentase 10%. Rata-rata nilai kerjasama siswa adalah 70,11. Nilai terendah 45,83dan nilai tertinggi 87,5. Dari hasil perolehan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa belum mencapai kriteria yang telah ditentukan yaitu 75,00. Dari hasil perolehan tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kerjasama siswa. Hal ini terlihat dari siswa yang sudah mau mengeluarkan pendapatnya walaupun diskusi masih diselingi dengan gurauan sehingga kondisi kelas menjadi sedikit ramai. Selain itu siswa yang awalnya tidak mau berkontribusi kini sudah menunjukkan sikap kepeduliannya pada kelompok. Beberapa siswa sudah mulai aktif bekerjasama untuk menyelesaikan tugas.

3. Rekap hasil observasi kerjasama Siklus I

(8)

Tabel 10

Rekap Hasil Observasi Kerjasama Siswa Siklus I Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentase(%)

1. 18-24 Tinggi 10 34

2. 12-17 Sedang 17 59

3. 6-11 Rendah 2 7

Jumlah 29 100

Rata-rata 69,44

Nilai terendah 47,22

Nilai tertinggi 86,11

Berdasarkan tabel 10, rata-rata hasil observasi kerjasama siswa dari pertemuan I dan pertemuan II, siswa yang memperoleh nilai 18-24 (kategori tinggi) sebanyak 10 orang dengan persentase 34%. Siswa yang memperoleh nilai 12-17 (kategori sedang) sebanyak 17 orang dengan persentase 59%. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 6-11 (kategori rendah) hanya 2 orang dengan persentase 7%. Rata-rata nilai kerjasama siswa dari pertemuan I dan pertemuan II adalah 69,44. Nilai terendah 47,22 dan nilai tertinggi 86,11. Dari hasil perolehan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 75,00. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) akan dilanjutkan pada Siklus II.

b. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

(9)

dengan persentase 48%. Sedangkan siswa yang masih di bawah ketuntasan sebanyak 15 orang dengan persentase 52%. Setelah Siklus I siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 22 orang dengan persentase 76%, sedangkan siswa yang masih di bawah ketuntasan sebanyak 7 orang dengan persentase 24%. Hasil belajar siswa pada Siklus I dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 11

Ketuntasan Belajar Siklus I

Siswa Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2014/2015

Kategori

Keterangan Frekuensi Prosentase (%)

Tuntas ≥60 22 76

Tidak Tuntas <60 7 24

Jumlah 29 100

Rata-rata 64,14

Nilai terendah 45

Nilai tertinggi 85

Dari tabel 11, dapat diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan pada Siklus I sebanyak 22 orang dengan persentase 75%. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 9 orang dengan persentase 24%. Rata-rata nilai hasil belajar yang diperoleh pada Siklus I adalah 64,14. Nilai terendahnya adalah 45 dan nilai tertingginya adalah 85. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen pada tabel 11 dapat digambarkan dengan diagram lingkaran sebagai berikut:

Gambar 3

Persentase Ketuntasan Siklus I

Berdasarkan hasil belajar siswa yang ada pada diagram di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil

76% 24%

Tuntas

(10)

belajar siswa sebelum dilakukan tindakan. Pada saat belum dilakukan tindakan, siswa yang sudah mencapai ketuntasan adalah 48%. Pada Siklus I siswa yang mencapai ketuntasan meningkat menjadi 76%. Namun hasil tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 80%. Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar mencapai indikator keberhasilan 80%, maka akan dilanjutkan pada Siklus II.

4.1.1.4 Refleksi

Setelah melaksanakan tindakan Siklus I, peneliti melakukan refleksi terhadap pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang telah dilakukan selama tiga kali pertemuan, yaitu pertemuan I, dan pertemuan II. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru, observer, dan beberapa siswa tentang pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang telah dilakukan. Secara keseluruhan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang dilakukan oleh guru sudah baik. Guru merasa dengan menerapkan pembelajaran seperti ini akan melatih siswa untuk saling bekerjasama satu sama lain. Siswa juga lebih mudah dalam memahami materi karena mereka saling berpartisipasi mengeluarkan ide dan berpikir bersama dalam memecahkan masalah. Selain itu siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran ini. Siswa merasa pembelajaran ini sangat menyenangkan karena dapat bertukar pikiran dengan teman kelompok. Sehingga siswa yang biasanya pasif menjadi aktif ketika dihadapkan pada tugas yang penyelesaiannya harus dilakukan secara bersama-sama dengan teman kelompoknya.

(11)

Indikator keberhasilan untuk hasil belajar adalah 80%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Karena kerjasama dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, maka akan dilanjutkan pada Siklus II. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa agar mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan.

Hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran Siklus I adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Rencana pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaannya.

2. Melatih siswa mengeluarkan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. 3. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran ini.

4. Dapat meningkatkan kerjasama siswa.

5. Siswa lebih mudah dalam mengerjakan soal dan memahami materi karena dikerjakan secara bersama-sama.

b. Hambatan

1. Karakter anak yang suka ramai berada dalam satu kelompok yang sama. 2. Ada beberapa anak yang suka mengganggu temannya dan kerjasamanya

dalam kelompok masih kurang optimal.

3. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini sehingga membutuhkan waktu yang lama saat berdiskusi.

c. Penyelesaian

1. Dalam pembagian kelompok harus memperhatikan karakter masing-masing siswa.

2. Guru menegur dengan tegas siswa yang ramai dan tidak ikut berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

(12)

Berdasarkan hasil analisis data pada Siklus I menunjukkan bahwa kerjasama dan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) sudah meningkat, namun belum mencapai idikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti. Untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa maka dilanjutkan pada Siklus II. Peneliti merencakan tindakan Siklus II dengan menerapkan langkah-langkah yang sama, hanya saja pada Siklus II merupakan perbaikan-perbaikan dari kelemahan atau kekurangan pada Siklus I. 4.1.2 Deskripsi Siklus II

4.1.2.1 Rencana Tindakan

Siklus II dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan yaitu pertemuan I dan pertemuan III. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan pada pertemuan I dan II.. Peneliti merancang RPP Siklus II dengan pokok bahasan “Pengurangan Pecahan”. Pada pertemuan I materinya adalah pengurangan pecahan biasa dengan pecahan biasa dan pecahan campuran dengan pecahan campuran. Pertemuan II materinya adalah pengurangan pecahan biasa dengan pecahan campuran dan pecahan desimal dengan pecahan desimal.. Untuk tes evaluasi Siklus I akan diadakan pada akhir pembelajaran pertemuan II. Kemudian peneliti dengan bantuan guru membentuk kelompok berdasarkan kemampuan siswa. Dalam satu kelompok diusahakan terdapat siswa yang kemampuannya di atas rata-rata dan di bawah rata-rata. Hal ini bertjuan agar siswa yang mampu dapat membantu siswa yang kurang mampu. Sedangkan siswa yang kurang mampu dapat bertanya kepada siswa yang mampu, sehingga terjadi pentransferan ilmu yang baik dan merata diantara siswa.

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi a. Pertemuan I

Pertemuan I pada Siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2015. Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam kemudian mempresensi siswa, kemudian guru melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

(13)

bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membagi siswa dalam satu kelas menjadi 6 kelompok. Kelompok dibagi secara heterogen. Guru memberikan penomoran kepada setiap anggota kelompok. Sebelum membagikan lembar kerja, guru sekilas menjelaskan tentang pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Kemudian guru membagikan lembar kerja dan meminta siswa untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa saling mengeluarkan ide dan menyatukan pendapat terhadap jawaban dari soal-soal yang diberikan guru. Guru membimbing dan memberikan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah selesai, guru memanggil siswa dengan nomor tertentu untuk melaporkan hasil diskusinya. Siswa yang nomornya sesuai maju kedepan kelas dan menjawab soal yang diminta guru. Siswa dari kelompok lain diperbolehkan untuk bertanya atau mengomentari jawaban temannya. Kegiatan ini dilakukan sampai semua siswa mendapat giliran untuk menjawab. Guru menjadi moderator saat siswa melaporkan hasil diskusinya. Guru meluruskan kesalahpahaman dan memberi penguatan.

Dalam kegiatan akhir, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil dengan baik dan memberi semangat kepada kelompok yang belum berhasil dengan baik. Hal ini bertujuan agar kelompok yang sudah berhasil dengan baik sebisa mungkin mempertahankan prestasi kelompoknya, dan kelompok yang belum berhasil dengan baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja kelompok agar mencapai hasil yang yang lebih baik lagi. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan melakukan refleksi. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

Observasi penerapan pembelajaran NHT dan kerjasama siswa dilakukan dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir pembelajaran.

(14)

b. Pertemuan II

Pertemuan II pada Siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2015. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran. Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan siswa tentang materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru bertanya bagaimana langkah awal yang dilakukan jika pecahan yang dikurangkan adalah pecahan desimal dengan persen. Setelah siswa menjawab pertanyaan tersebut, guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang penjumlahan pecahan desimal. Setelah menjelaskan materi, guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang belum dipahami siswa. Kemudian guru membagi siswa dalam satu kelas menjadi 6 kelompok. Kelompok dibagi secara heterogen. Guru memberikan penomoran kepada setiap anggota kelompok. Sebelum membagikan lembar kerja, guru sekilas menjelaskan tentang pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Kemudian guru membagikan lembar kerja dan meminta siswa untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Siswa saling mengeluarkan ide dan menyatukan pendapat terhadap jawaban dari soal-soal yang diberikan guru. Guru membimbing dan memberikan arahan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah selesai, guru memanggil siswa dengan nomor tertentu untuk melaporkan hasil diskusinya. Siswa yang nomornya sesuai maju kedepan kelas dan menjawab soal yang diminta guru. Siswa dari kelompok lain diperbolehkan untuk bertanya atau mengomentari jawaban temannya. Kegiatan ini dilakukan sampai semua siswa mendapat giliran untuk menjawab. Guru menjadi moderator saat siswa melaporkan hasil diskusinya. Guru meluruskan kesalahpahaman dan memberi penguatan.

(15)

membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan melakukan refleksi. Guru memberikan tindak lanjut berupa PR. Pada akhir pertemuan II dilakukan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.

Pada pertemuan kedua, observasi penerapan pembelajaran NHT dan kerjasama siswa dilakukan dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir pembelajaran.

Hasil observasi menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran NHT dengan baik. Guru sudah membimbing diskusi kelompok dengan baik. Guru juga sudah menegur siswa yang ramai sendiri sehingga suasana kelas menjadi terkontrol. Guru semakin menguasai langkah-langkah pembelajaran sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar dan sesuai dengan indikator pembelajaran yang sudah ditentukan.

4.1.2.3 Hasil Analisis Data Siklus II a. Peningkatan Kerjasama

1. Pertemuan I

Observasi dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi kerjasama yang sudah disediakan. Lembar observasi kerjasama berisi 6 item pernyataan yang diambil dari indikator keterampilan kooperatif berdasarkan kategori kerjasama. Observer mengisi lembar observasi dengan memberi skor pada kolom yang sesuai dengan indikator kerjasama. Hasil observasi kerjasama siswa kelas 4 SD Negeri 04 Bawen adalah seagai berikut:

Tabel 12

Hasil Observasi Kerjasama Siswa Siklus II Pertemuan I Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentase(%)

1. 18-24 Tinggi 21 72

2. 12-17 Sedang 8 28

3. 6-11 Rendah - -

Jumlah 29 100

Rata-rata 77,87

Nilai terendah 66,67

(16)

Berdasarkan tabel 12, nilai hasil observasi kerjasama siswa yang memperoleh nilai 18-24 (kategori tinggi) sebanyak 21 orang dengan persentase 72%. Siswa yang memperoleh nilai 12-17 (kategori sedang) sebanyak 6 orang dengan persentase 8%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 6-11 (kategori rendah). Rata-rata nilai kerjasama siswa adalah 77,87. Nilai terendah 66,67dan nilai tertinggi 91,67. Dari hasil perolehan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa sudah mencapai kriteria yang telah ditentukan yaitu 75,00. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran ini. Siswa saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan tugas. Siswa yang pandai sudah membantu temannya yang mengalami kesulitan. Ada juga kelompok yang awalnya mengerjakan sendiri-sendiri. Namun setelah menemukan jawabannya, siswa saling mencocokkan jawaban kepada anggota kelompok yang lain. Siswa saling mengoreksi jawaban anggota kelompok, lalu jika masih ada jawaban yang salah siswa memperbaiki jawaban bersama-sama.

a. Pertemuan II

Observasi kerjasama dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pertemuan pertama. Observer mengisi lembar observasi yang sudah disediakan. Hasil kerjasama siswa Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen adalah seagai berikut:

Tabel 13

Hasil Observasi Kerjasama Siswa Siklus II Pertemuan II Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentase(%)

1. 18-24 Tinggi 23 79

2. 12-17 Sedang 6 21

3. 6-11 Rendah - -

Jumlah 29 100

Rata-rata 80,03

Nilai terendah 66,67

Nilai tertinggi 91,67

(17)

persentase 21%. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai 6-11 (kategori rendah). Rata-rata nilai kerjasama siswa adalah 80,03. Nilai terendah 66,67 dan nilai tertinggi 91,67. Dari hasil perolehan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa sudah mencapai kriteria yang telah ditentukan yaitu 75,00. Dari hasil perolehan tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kerjasama siswa jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Hal ini terlihat dari siswa yang awalnya kurang aktif dalam mengeluarkan pendapat kini sudah berani mengeluarkan pendapat. Siswa saling merespon satu sama lain terhadap pendapat yang dikeluarkan oleh temannya. Sebelum mempresentasikan hasil diskusinya, siswa sudah meyakinkan semua anggota timnya untuk mengetahui jawaban dari timnya. Sehingga jika sewaktu-waktu ditunjuk oleh guru, siswa sudah siap untuk melaporkan hasil diskusinya.

b. Rekap hasil observasi kerjasama Siklus II

Observasi kerjasama yang dilakukan pada Siklus II terdiri dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan II. Dari hasil observasi kerjasama yang diperoleh, menunjukkan peningkatan rata-rata dari pertemuan I hingga pertemuan II. Hasil rata-rata observasi kerjasama pada Siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 14

Rekap Hasil Observasi Kerjasama Siswa Siklus II Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2014/2015

No. Nilai Kategori Frekuensi Persentase(%)

1. 18-24 Tinggi 22 76

(18)

adalah 66,67 dan nilai tertinggi adalah 93,06. Dari hasil perolehan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa sudah melebihi kriteria yang telah ditentukan yaitu 75,00. Jadi, kerjasama siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.

b. Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Setelah dilaksanakan tindakan Siklus II dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT) selama tiga kali pertemuan, guru memberikan evaluasi tertulis. Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT). Dari hasil belajar Siklus I dan setelah dilaksanakan tindakan Siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari nilai hasil belajar siswa pada Siklus I terdapat 22 siswa dengan persentase 76% yang sudah mencapai ketuntasan (KKM=60), dan 7 siswa dengan persentase 34% yang belum mencapai ketuntasan. Hasil nilai siswa yang diperoleh setelah tindakan Siklus II terdapat 29 siswa dengan persentase 86% yang sudah mencapai ketuntasan, dan 4 siswa dengan persentase 16% yang belum mencapai ketuntasan. Hasil belajar siswa pada Siklus II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 15

Ketuntasan Belajar Siklus II

Siswa Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2014/2015

Kategori

(19)

adalah 50 dan nilai tertingginya adalah 90. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen pada tabel 15 dapat digambarkan dengan diagram lingkaran sebagai berikut:

Gambar 4

Persentase Ketuntasan Siklus II

Berdasarkan hasil belajar siswa yang ada pada diagram di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada Siklus I. Hasil tes evaluasi Siklus II menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 25 orang dengan persentase 86% dari jumlah siswa 29. Sehingga persentase siswa yang tuntas sudah melebihi indikator keberhasilan yaitu 80%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai hasil belajar siswa pada Siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti.

4.1.2.4 Refleksi

Setelah melaksanakan tindakan Siklus II, peneliti melakukan refleksi terhadap pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang telah dilakukan selama tiga kali pertemuan, yaitu pertemuan I dan II. Melalui pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif dalam mengeluarkan pendapat. Siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Selain bertanggung jawab untuk kelompok, siswa juga bertanggung jawab pada diri sendiri karena siswa ditunjuk oleh guru untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Secara keseluruhan guru sudah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dengan baik. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah mengikuti

86% 14%

Tuntas

(20)

pembelajaran ini, maka dilaksanakan tes evaluasi Siklus II. Tes evaluasi dilaksanakan pada pertemuan keempat.

Berdasarkan hasil observasi kerjasama siswa pada Siklus II yang terdiri dari pertemuan I dan II, rata-rata nilai kerjasama siswa adalah 81,12. Indikator keberhasilan untuk nilai kerjasama siswa adalah 75,00. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi yang diperoleh dengan KKM=60 dari jumlah siswa 29, yang sudah mencapai ketuntasan adalah sebanyak 25 orang dengan persentase 86% dan siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 4 orang dengan persentase 14%. Indikator keberhasilan untuk hasil belajar adalah 80%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan.

Hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran Siklus II adalah sebagai berikut:

a. Rencana pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaannya.

b. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

c. Menambah wawasan guru tentang pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

d. Kerjasama siswa menjadi lebih meningkat melalui kegiatan diskusi kelompok.

e. Melatih siswa untuk berani mengeluarkan pendapat.

(21)

4.2 Analisis Data Rekapitulasi Nilai PraSiklus, Siklus I, Siklus II

Hasil rekapitulasi nilai kerjasama dan nilai hasil belajar pada praSiklus, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 16

Hasil Kerjasama Siswa PraSiklus, Siklus I, Siklus II Siswa Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2013/2014

Nilai Kategori

PraSiklus Siklus I Siklus II Jml

(22)

Siklus I dan Siklus II menjadi lebih baik setelah dilakukan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Peningkatan rata-rata nilai kerjasama dari praSiklus, Siklus I,dan Siklus II dapat digambarkan pada grafik berikut:

Gambar 5

Histogram Rata-rata Nilai Kerjasama Siswa

Untuk mengetahui perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada praSiklus, Siklus I, dan Siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 17

Ketutasan Hasil Belajar PraSiklus, Siklus I, Siklus II Siswa Kelas 4 SD Negeri 04 Bawen Tahun Pelajaran 2013/2014

Kriteria

Nilai

(23)

Dari tabel 17, dapat diketahui bahwa pada praSiklus, jumlah siswa yang tuntas adalah 14 orang dengan persentase 48%. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 15 orang dengan persentase 52%. Rata-rata nilai hasil belajar praSiklus adalah 59,12 dengan nilai terendah adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 70. Pada Siklus I, jumlah siswa yang tuntas adalah 22 orang dengan persentase 76%. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 7 orang dengan persentase 24%. Rata-rata nilai hasil belajar Siklus I adalah 66,14 dengan nilai terendah adalah 45 dan nilai tertinggi adalah 85. Kemudian pada Siklus II, jumlah siswa yang tuntas adalah 25 dengan persentase 86%. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 4 orang dengan persentase 14%. Rata-rata nilai hasil belajar Siklus II adalah 71, 03 dengan nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 90. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai hasil belajar siswa pada PraSiklus, Siklus I, dan Siklus II menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas selalu meningkat. Setelah dilakukan tindakan, jumlah siswa yang tuntas dapat mencapai indikator yang sudah ditentukan oleh peneliti. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah 80% siswa mencapai ketuntasan. Sedangkan persentase siswa yang tuntas pada Siklus II mencapai 85%.

(24)

Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa PraSiklus, Siklus I, Siklus II

Berdasarkan gambar 6, menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas semakin meningkat dan jumlah siswa yang tidak tuntas semakin menurun. 4.3 Pembahasan

a. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kerjasama siswa

Setelah dilakukan penelitian terhadap kerjasama siswa Kelas 4 di SD Negeri 04 Bawen, dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kerjasama siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi kerjasama siswa pada praSiklus. Pada praSiklus, Rata-rata nilai kerjasama siswa adalah 56,47. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan oleh peneliti yaitu 75,00. Rendahnya kerjasama siswa disebabkan karena siswa cenderung pasif dalam berdiskusi. Tidak ada proses saling bertukar pikiran diantara siswa. Hal ini disebabkan karena siswa yang kurang pandai hanya

0 5 10 15 20 25 30

PraSiklus Siklus I Siklus II

Tuntas

(25)

menyalin pekerjaan siswa yang pandai. Siswa yang pandai juga hanya mengerjakan soal untuk dirinya sendiri tanpa menjelaskan kepada teman-temannya tentang materi yang dipahaminya. Sehingga tidak ada hubungan timbal balik diantara siswa untuk saling membantu. Setelah dilakukan tindakan Siklus I, rata-rata nilai kerjasama siswa meningkat menjadi 69,44. Berdasarkan nilai hasil observasi kerjasama, maka dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa mengalami peningkatan. Namun, belum dapat dikatakan mencapai indikator keberhasilan karena hasil yang diperoleh masih dibawah indikator keberhasilan. Setelah dilakukan tindakan Siklus II, terbukti bahwa terjadi peningkatan lagi pada rata-rata nilai kerjasama. Rata-rata nilai kerjasama siswa meningkat menjadi 81,12. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai kerjasama siswa sudah mencapai idikator keberhasilan yang sudah ditentukan.

(26)

saling membantu satu sama lain. Siswa saling mengeluarkan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Melalui kegiatan kerjasama ini, siswa dapat mengembangkan kompetensi sosialnya. Hal ini tercermin dari siswa yang selalu berada dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas dan ikut berpartisipasi dalam mempertimbangkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang diberikan guru.

b. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan tergolong masih rendah. Hal ini terlihat dari siswa yang mencapai ketuntasan (KKM=60) pada praSiklus berjumlah 14 orang dengan persentase 48%. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan berjumlah 15 orang dengan persentase 52%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa jumlah persentase siswa yang mencapai ketuntasan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu 80%. Pada Siklus I, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang mencapai ketuntasan berjumlah 22 orang dengan persentase 76%. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan berjumlah 7 orang dengan persentase 24%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, jumlah persentase siswa yang mencapai ketuntasan mengalami peningkatan namun belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Pada Siklus II, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 25 orang dengan persentase 86%. Sedangkan untuk siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 4 orang dengan persentase 14%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.

(27)

menyelesaikan tugas bersama. Siswa yang mampu berpartisipasi dengan baik maka akan memahami materi secara lebih mudah. Karena pemahaman siswa lebih mudah terhadap materi yang sedang dipelajari maka kemampuan siswa juga akan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, hasil belajar siswa juga akan meningkat.

c. Penerapan langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa

Peningkatan yang terjadi setelah melaksanakan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) terhadap kerjasama siswa disebabkan karena proses pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang terorganisir. Pertama-tama siswa dikondisikan untuk siap mengikuti pembelajaran. Selama guru melakukan apersepsi dan penjelasan materi, siswa memperhatikan dengan baik. Siswa juga aktif dalam mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan. Pembentukan kelompok juga dilakukan secara heterogen. Hal ini bertujuan agar siswa mampu bekerjasama meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda. Dalam diskusi kelompok siswa saling mengeluarkan pendapat yang dimilikinya. Selain itu siswa juga menghargai pendapat dari orang lain. Selain bertanggung jawab kepada kelompok, siswa juga bertanggung jawab kepada diri sendiri melalui nomor yang dimilikinya. Seaktu-waktu guru akan memanggil siswa dengan nomor tertentu untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Oleh karena itu, siswa harus meyakinkan anggotanya untuk mengerti dan memahami jawaban dari timnya agar dapat memprsentasikan hasil diskusinya dengan baik. Setelah mempresentasikan hasil diskusinya, guru memberikan penghargaan kepada siswa berupa pujian atau tepuk tangan. Penghargaan yang diberikan sangat berperan penting bagi peningkatan motivasi siswa untuk belajar lebih baik lagi. Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa diberikan evaluasi untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang telah diajarkan.

(28)

teori dari Miftahul Huda (2013: 203) “tujuan dari NHT adalah memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan

Gambar

Tabel 8
Tabel 10
Tabel 11 Ketuntasan Belajar Siklus I
Tabel 12 Hasil Observasi Kerjasama Siswa Siklus II Pertemuan I
+7

Referensi

Dokumen terkait

MELALUI JALUR SELEKSI BERSAMA UJIAN MASUK POLITEKNIK NEGERI (UMPN) POLITEKNIK NEGERI MALANG TAHUN AKADEMIK 2016/2017.. PROGRAM STUDI : D3

Faktor fisik yang menyebabkan aktivitas pertannian lebih banyak dilakukan pada wilayah beting gisik yang relatif jauh dari garis

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Scanned by CamScanner... Scanned

Menurut Miller, Balanter dan Primbam dalam Dan Nimmo (2006) mengatakan bahwa citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan

Pertama , periode diskursus kenabian ( Prophetic Discourse ), di mana al-Qur’an lebih suci, lebih autentik, dan lebih dapat dipercaya dibanding ketika dalam bentuk

Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu