• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN JUDUL KALIBRASI INFUSION PUMP PT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HALAMAN JUDUL KALIBRASI INFUSION PUMP PT"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Oleh:

ATMI DWI JAYANTI C.441.16.0001

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEMARANG

2018

(2)

PT. SINERGI INDOCAL SEJAHTERA

Laporan Kerja Praktik ini diajukan kepada Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Semarang

ATMI DWI JAYANTI C.441.16.0001

Telah diperiksa dan disetujui

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

Budiani Destiningtyas, ST, M.Eng Sri Hera Nurweni, ST, MT NIS. 06557003102045 NIS. 06557003102136

(3)

PT. SINERGI INDOCAL SEJAHTERA SEMARANG

Laporan Kerja Praktik ini diajukan kepada Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Semarang

Oleh:

ATMI DWI JAYANTI C.441.16.0001

Telah diperiksa dan disetujui

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Direktur PT. Sinergi Indocal Sejahtera Dosen Pembimbing

Mohamad Sofie, ST, MT Sri Hera Nurweni, ST, MT

NIP. - NIS. 06557003102136

(4)

serta petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik

dengan judul “KALIBRASI INFUSION PUMP PT. SINERGI

INDOCAL SEJAHTERA SEMARANG ”

. Laporan ini disusun berdasarkan hasil Kerja Praktik di PT. SINERGI INDOCAL SEJAHTERA SEMARANG mulai tanggal 8 Januari 2018 sampai 8 Maret 2018 .

Dalam laporan ini penulis melakukan pembahasan teknik kalibrasi sphygmomanometer di laboratorium kalibrasi PT. Sinergi Iindocal Sejahtera , meliputi teknik dan metode kalibrasi yang digunakan di instansi tersebut.

Dalam proses penyusunan Laporan Kerja Praktik ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas karunia dan inspirasi-Nya.

2. Bapak Mohamad Sofie, ST, MT selaku Direktur PT. Sinergi Indocal Sejahtera yang telah mengizinkan Penulis melakukan Kerja Praktik.

3. Ibu Budiani Destiningtyas, ST, M.Eng, sebagai Ketua jurusan Teknik Elektro Universitas Semarang.

4. Ibu Sri Hera Nurweni, ST, MT, sebagai Dosen pembimbing Kerja Praktik sekaligus dosen wali Teknik Elektro Universitas Semarang.

(5)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama pada mahasiswa program studi S1 Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang.

Semarang, 16 Mei 2018

Penulis

(6)

HALAMAN PENGESAHAN...ii

1.5.1 Bagi Penulis 4 1.5.2 Bagi Pengguna 4 1.5.3 Bagi Institusi 4 BAB III...9

TINJAUAN PUSTAKA...9

3.1 Infus...9

3.1.1 Komponen Infus 10 3.1.2 Kriteria Pemberian Cairan Infus 12 3.2 InfusionPump...13

3.2.1 Teori Dasar Alat 13 3.2.2 Prinsip Kerja 15 3.2.3 Prosedur Tetap Pengoperasian Infusion Pump 16 3.2.4 Prosedur Tetap Pemeliharaan Infusion Pump 17 3.3 Kalibrasi...19

3.3.1 Definisi 19

(7)

3.3.2 Mengapa Alat Kesehatan Perlu Dikalibrasi 20

3.3.3 Interval kalibrasi 20

3.3.4 Persyaratan Teknis 21

3.3.5 Alat Kesehatan Yang Wajib Diuji dan Dikalibrasi 22

3.3.6 Metode Pengukuran Kalibrasi 23

3.3.7 Alat Kesehatan Yang Dinyatakan Lulus Pengujian atau Kalibrasi 24

3.4 Ketidakpastian Pengukuran...24

3.4.1 Sumber Ketidakpastian 24 3.4.2 Evaluasi Ketidakpastian Baku (ISO GUM M3003) 25 3.5 Infusion Device Analyzer (IDA) 4 Plus...36

3.5.1 Fungsi 36 3.5.2 Ruang Lingkup 36 3.5.3 Cara Pengoperasian 37 3.6 Electrical Safety Analyzer...40

3.6.1 Fungsi 40 3.6.2 Bagian-bagian Electrical Safety Analyzer 41 3.6.3 Parameter Yang Diukur 44 3.6.3 Cara Pengoperasian……… 3.8 Prosedur Pelaksanaan Kalibrasi Infusion Pump...46

3.9 ECRI (Emergency Care Research Institute)...48

3.10 OIML (International Organization of Legal Metrology)...48

3.11 ANSI/AAMI (American National Standards Institute/Association for the Advancement of Medical Instrumentation)...49

3.12 Kerangka Pemikiran...50

BAB IV...51

HASIL DAN PEMBAHASAN...51

(8)

4.2 Hasil Kalibrasi Infusion Pump...52

4.2.1 Hasil Pengujian Parameter Flow……… 52 4.2.2 Hasil Pengujian Parameter Occlussion………53

4.3 Hasil Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran Pada Parameter Flow...54

4.4 Hasil Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran Pada Parameter Occlussion...80

4.5 Analisa Perbandingan Perhitungan Nilai Koreksi dan Ketidakpastian Pengukuran dari Sertifikat Hasil Kalibrasi Perusahaan dan Perhitungan Penulis...85

BAB V...89

PENUTUP...89

5.1 Simpulan...89

5.2 Saran... 90

(9)

Tabel 3.3 Tabel T-Student (ISO GUM M3003)...35

Tabel 4.1 Hasil Uji Aspek Keselamatan listrik Infusion Pump Acmatronic...51

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Data Kalibrasi Parameter Flow...52

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Data Kalibrasi Parameter Occlusion...54

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Pada Parameter Flow...55

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Pada Parameter Occlusion (psi)...80

Tabel 4.6 Perbandingan Perhitungan Penulis dengan Perhitungan Perusahaan....85

(10)

Gambar 3.2 Ilustrasi Cara Kerja Infus...11

Gambar 3.3 Infusion Pump...14

Gambar 3.4 Blok Diagram Infusion Pump...15

Gambar 3.5 Infusion device Analyzer...36

Gambar 3.6 Electrical Safety Analyzer...41

Gambar 3.7 Kontrol Panel Depan...41

Gambar 3.8 Koneksi Samping dan Panel Depan...42

Gambar 3.9 Koneksi DUT dan Analyzer...43

Gambar 3.10 Thermohygrometer...45

Gambar 3.11 Instalasi Infusion Pump dan Infusion Device Analyzer...47

(11)

Kemajuan teknologi zaman sekarang terutama di bidang kesehatan dapat mempermudah tenaga medis dikarenakan banyaknya peralatan kesehatan yang canggih. Namun pada dasarnya tidak hanya kecanggihan yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kesehatan, peralatan kedokteran juga harus memiliki performance yang ketat antara lain ketelitian, kepekaan, dan aspek keselamatan. Sehingga dalam penggunaannya akan selalu siap pakai dan memenuhi standar teknis pemakaian peralatan kedokteran. Sedangkan peralatan kedokteran yang tidak teruji tingkat kelaikannya tentunya kadang menyebabkan kesalahan hasil diagnosa yang pada akhirnya dapat membahayakan kondisi pasien. Salah satu peralatan kedokteran yang wajib diuji tingkat kelaikannya yaitu Infusion Pump.

Infusion Pump adalah peralatan medik yang digunakan untuk mengontrol pemberian infus secara elektronik yang dimasukkan kedalam sirkulasi aliran darah pasien secara langsung melalui vena. Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relative sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan homeostatis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit. Pada alat Infusion Pump terdapat pengaturan flow rate per satu jam dan volume, bahkan terkadang juga terkendala adanya gelembung udara yang dapat menyebabkan sumbatan (occlusion) pada aliran infus ke pasien. Untuk itu, alat Infusion Pump tersebut wajib diuji tingkat kelaikannya melalui proses kalibrasi dengan parameter pengukuran flow dan occlusion

(12)

pada alat kalibrator, dengan alasan apabila flow rate tidak sesuai dengan pengaturan yang dinginkan dan terjadi sumbatan pada alat maka otomatis akan berdampak pada kondisi pasien, karena pasien dalam kondisi mengalami gangguan homeostatis membutuhkan asupan zat-zat makanan secara terkontrol melalui cairan infus yang tersambung pada alat Infusion Pump tersebut. Flow rate yang tidak sesuai dengan pengaturan dan adanya sumbatan akan berpengaruh pada cairan infus yang masuk ke pasien. Maka dari itu perlu dilakukan proses kalibrasi guna mencocokkan hasil pembacaan pada Infusion Pump dengan alat karibratornya.

Hal tersebut merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) Tanggal 8 April 1998 No. 363/Menkes/PER/IV/1998 Pasal 4 Ayat 1 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan, mewajibkan setiap alat kesehatan yang dipergunakan di Sarana Pelayanan Kesehatan harus dilakukan pengujian dan kalibrasi secara berkala sekurang-kurangnya satu tahun sekali.

(13)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana teknik dan langkah-langkah kalibrasi Infusion Pump dengan menggunakan metode kerja PT. Sinergi Indocal Sejahtera Semarang. 2. Bagaimana hasil kalibrasi yang dilakukan terhadap alat Infusion Pump di

PT. Sinergi Indocal Sejahetera Semarang?

1.3 Batasan Masalah

Agar tidak terjadi pelebaran masalah, maka dalam pembahasan ini penulis membatasi permasalahannya pada:

1. Alat yang dijadikan objek penelitian adalah Infusion Pump Acmatronic Aidia Series AFI-110, alasan penulis menggunakan alat dengan tipe tersebut karena berdasarkan observasi penulis pada suatu instansi Rumah Sakit mayoritas menggunakan Infusion Pump Acmatronic Aidia Series AFI-110.

2. Metode kalibrasi yang penulis gunakan adalah MK/SIS.TEK.V.01 yang diadopsi dari metode kalibrasi PT. Sinergi Indocal Sejahtera Semarang dengan acuan ECRI 416-20010301, OIML R-26, Infusion Device, ANSI/ AAMI ID26:1998/2004.

(14)

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang hendak penulis capai adalah sebagai berikut;

1.4.1 Mengetahui teknik kalibrasi Infusion Pump di PT. SInergi Indocal Sejahtera Semarang.

1.4.2 Melakukan kalibrasi Infusion Pump sesuai dengan metode dari PT. Sinergi Indocal Sejahtera Semarang.

1.4.3 Mengetahui hasil uji kelaikan dan menganalisa data hasil kalibrasi Infusion Pump pada parameter flow dan occlusion.

1.5 Manfaat

Manfaat yang penulis harapkan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Bagi Penulis

1. Melalui hasil kalibrasi, penulis dapat mengerti, memahami dan memaknai tingkat keakurasian dan kalaikan dari alat Infusion Pump.

2. Penulis dapat memahami metode dan cara kalibrasi suatu peralatan kesehatan atau kedokteran khususnya alat Infusion Pump.

1.5.2 Bagi Pengguna

Tingkat keakurasian dan kelaikan yang baik dan tepat dari Infusion Pump mampu membantu dan meyakinkan pengguna pada saat menggunakan alat tersebut untuk penanganan pada pasien.

1.5.3 Bagi Institusi

(15)

1.6 Sistematika penulisan

Sistematika dalam penulisan laporan kerja praktik ini disusun dengan urutan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian serta sistematika penulisan laporan kerja praktik.

BAB II TINJAUAN TEORI

Menguraikan tentang sejarah, lokasi dan tata letak, serta data

perusahaan di PT. Sinergi Indocal Sejahtera.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

Membahas dasar teori Infusion Pump dan peralatan yang digunakan untuk kalibrasi Infusion Pump di PT. Sinergi Indocal Sejahtera serta cara kalibrasi Infusion Pump.

BAB IVANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang perhitungan ketidakpastian pengukuran berdasarkan hasil data kalibrasi Infusion Pump.

(16)
(17)

2.1 Sejarah Perusahaan

Saat ini peningkatkan mutu dan efektifitas dalam pelayanan serta keselamatan terhadap pasien (patient safety) dari penggunaan peralatan kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan sudah menjadi tuntutan dan kehendak masyarakat, karenanya dibutuhkan suatu program pemeliharaan dan kalibrasi peralatan kesehatan secara periodik/berkala dan berkesinambungan. Ini diperlukan untuk menjamin dan menjaga performance peralatan kesehatan serta dapat diketahui kebenaran nilai keluarannya atau kinerjanya, siap dan laik pakai serta aman bagi pasien dan pengguna.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengamanatkan bahwa pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Pemeliharaan peralatan tersebut harus didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.

Selain itu bahwa setiap peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang seperti diamanatkan dalam UU RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Permenkes No. 363/Menkes/Per/IV/1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan.

Dengan memperhatikan, memahami serta sadar akan pentingnya pelayanan optimal yang harus diberikan kepada masyarakat, maka mendorong kami PT. Sinergi Indocal Sejahtera untuk turut serta ambil bagian dalam memberikan dukungan dalam peningkatan mutu layanan kesehatan dan keselamatan pasien dengan menawarkan Jasa Kalibrasi Peralatan Kesehatan

(18)

2.2 Data perusahaan

Berikut ini adalah data dari perusahaan PT. Sinergi Indocal Sejahtera serta ijin-ijin yang terkait dengan legalitas sebagai institusi kalibrasi yang telah sah dan diakui oleh pemerintah sebagai:

Nama Perusahaan : PT. Sinergi Indocal Sejahtera

Direktur : Mohamad Sofie, ST,MT

Alamat : Jl. Kusumanegara No. 88 Semarang

No.Telp : 024-8448652

No.Fax : 024-8448652

SIUP : 517/1685/1101/PM/V/2014

TDP : 11.01.1.46.09170

No. NPWP : 70.089.041.1.508.000

Legalitas :

1. Akte Notaris No.2, Nisa Rachmasari, SH, MKn. SK Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI tanggal 29 Maret 2014 No. 97 Tahun 2014

2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 517/1685/1101/PM/V/2014 3. Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas No. 11.01.1.46.09170 4. Surat Keterangan Terdaftar Wajib Pajak No. 70.089.041.1.508.000 5. Rekomendasi IKATEMI PT. Sinergi Indocal Sejahtera

No.223/III/DPP-IKATEMI/REK/XII/2014

6. Ijin Institusi Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan No. 477/12209 7. Sertifikat Akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional No. LK – 212 –

IDN

2.3 Produk dan Jasa

2.3.1 Laboratorium Penguji/Kalibrasi Alkes

(19)

Sinergi Indocal Sejahtera dapat dikategorikan dalam 2 ( dua ) jenis kegiatan kalibrasi/pengujian, antara lain :

1) Kegiatan kalibrasi/pengujian alkes dilakukan di tempat pelanggan (in-situ).

(20)

3.1 Infus

Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasionya dalam tubuh adalah air 57%; lemak 20,8%; protein 17%; serta mineral dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan homeostatis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit. (Stefanus Lukas : hal 61)

Alat infus merupakan salah satu penunjang medis yang biasa digunakan didalam ruang gawat darurat, ruang rawat inap, ruang rawat intensif dan ruang khusus lainnya. Alat infus adalah alat injeksi cairan kimia tertentu yang diberikan kepada pasien dalam rangka pengobatan berupa cairan nutrisi, transfusi darah dan chemoteraphy (terapi cairan kimia). Cairan ini masuk kedalam tubuh melalui pembuluh darah vena dan menggunakan satu selang.

Terdapat berbagai jenis alat infus yang saat ini digunakan di rumah sakit dan instansi kesehatan lainnya, yaitu :

1. Infus konvensional, yaitu infus yang hanya terdiri dari kantong cairan, selang cairan, katub/tubing clamp. Infus ini memanfaatkan gaya gravitasi bumi dalam pemberian cairan ke pasien. Cairan yang berada dalam kantong ditempatkan pada tiang yang posisinya lebih tinggi dari pasien, sehingga cairan tersebut akan masuk kedalam tubuh pasien. Keuntungan dalam penggunaan infus jenis ini adalah dapat diperoleh dengan harga terjangkau, lebih praktis dalam pemasangan dan pengoperasian. Namun infus jenis ini memiliki kerugian atau kelemahan yaitu dalam pemberian dosis pada pasien bisa kurang akurat dan kurang efektif serta kurang

(21)

aman karena infus jenis ini memerlukan pemantauan yang kontinu dan ketelitian oleh perawat.

2. Infusion pump, yaitu proses pemberian cairan kepada pasien dengan menggunakan sistem pompa. Cairan yang berada dalam kantong akan dipompa sesuai dengan pengaturan laju cairan dan dosis cairan yang akan diberikan. Keuntungan menggunakan infusion pump adalah keakuratan dalam pemberian cairan, lebih aman digunakan karena pada infuse ini terdapat detector jika terjadi suatu kesalahan dalam proses pemberian cairan. Sedangkan kerugian atau kelemahan dari infus ini adalah harga yang relatif mahal sehingga tidak dapat digunakan dalam setiap rumah sakit dan instansi kesehatan lainnya.

3.1.1 Komponen Infus

Infus terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

1. Botol infus : merupakan wadah dari cairan infus, biasa dijumpai dijual dalam tiga ukuran diantaranya 500mL, 1000mL, dan 1500mL.

2. Selang infus : merupakan sarana tempat mengalirnya cairan infus.

3. Klem selang infus : merupakan bagian untuk mengatur laju aliran dari cairan infus, dengan mempersempit atau memperlebar jalue aliran pada selang.

(22)

Gambar 3.1 Bagian-bagian dari komponen infus

Prinsip kerja dari cairan infus sama seperti sifat dari air, yaitu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi sehingga cairan akan selalu jatuh kebawah. Pada sistem infuse laju aliran infus diatur melalui klem selang infus, jika klem digerakkan untuk mempersempit jalur aliran pada selang maka laju cairan akan menjadi lambat ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan infus permenit yang keluar dan sebaliknya bila klem digerakkan untuk memperlebar jalur aliran pada selang infuse maka laju cairan infus akan menjadi cepat ditandai dengan banyaknya jumlah tetesan infus permenit.

(23)

3.1.2 Kriteria Pemberian Cairan Infus

Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infuse. Tindakan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.

Berikut penjelasan dan contoh bagaimana cara mengitung tetesan cairan infus :

a) Dewasa: (makro dengan 20 tetes/ml)

RumusTPM(Tetes Per Menit)=13× jamml ………. (3.1 )

1/3 didapat dari ¿60menit untuk20tetes untuk1jamnya1ml

Contoh:

Seorang pasien dewasa dipasang Infus set Makro diperlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam 1 jam atau mendapat advis dari dokter 1000 ml/1jam, maka tetesan per menit adalah:

RumusTPM(Tetes Per Menit)=13× jamml

TPM(Tetes Per Menit)=13×10001jamml

TPM(Tetes Per Menit)=¿ 333 tetes/menit

b) Anak: (mikro dengan 60 tetes/ml)

RumusTPM(Tetes Per Menit)=11× jamml ………. (3.2)

1/1 didapat dari ¿60menit untuk60tetes untuk1jamnya1ml

Contoh:

(24)

RumusTPM(Tetes Per Menit)=11× jamml

TPM(Tetes Per Menit)=11×2502jamml

RumusTPM(Tetes Per Menit)=125tetes/menit

c) Pasien dengan Tranfusi: (tranfusi dengan 15 tetes/ml) RumusTPM(Tetes Per Menit)=14× jamml ………. (3.3)

1/4 didapat dari¿60menit untuk15tetes untuk1jamnya1ml

Contoh:

Seorang pasien dipasang Tranfusi set diperlukan rehidrasi dengan 1000 ml (2 botol) dalam 1 jam atau mendapat advis dari dokter 1000ml/1jam, maka tetesan per menit adalah:

RumusTPM(Tetes Per Menit)=14× jamml

TPM(Tetes Per Menit)=14×10001jamml

RumusTPM(Tetes Per Menit)=250menittetes

3.2 Infusion Pump

3.2.1 Teori Dasar Alat

(25)

adanya pengaman-pengaman, pengaman-pengaman tersebut diperlukan karena dalam proses pemberian cairan infus dosis yang diberikan kepada pasien harus tepat dan pada saat pemberian cairan infus udara tidak boleh masuk ke dalam tubuh dan tidak boleh terjadi pemampatan pada selang.

Gambar 3.2 Infusion Pump Proses kerja pemompaan cairan infus :

Berputarnya gerigi yang menekan selang infus ini menyebabkan selang infus mendapat gerak peristaltik yaitu gerakan menekan dan mendorong kesatu arah sehingga cairan infus dalam selang akan mengalir. Dimana motor itu dikendalikan oleh pengendali elektronik yang dapat diatur oleh pemakai dengan mengatur berapa besar laju aliran tetes yang akan diberikan. Sedangkan sensor tetesan digunakan untuk menghasilkan pulsa apabila terjadi tetesan pada drip chamber, pulsa ini dibutuhkan oleh pengendali elektronik untuk menghentikan cairan infus yang telalu banyak atau kelebihan dosis.

3.2.2 Prinsip Kerja

(26)

oleh pengendali motor. Kemudian saat motor bekerja tetesan sensor dan pengelola sinyal pada level air bekerja yang keluarannya akan mengerjakan rangkaian buzzer, pada sensor tetesan akan mendeteksi berapa banyak tetesan yang keluar menuju pasien. kecepatan tetesan dapat dikendalikan oleh pengendali laju tetesan yang akan mengerjakan pengendali motor. Dan hasil tetesan dan setingan laju aliran tetesan dapat dilihat pada display.

Gambar blok diagram sistem kerja infusion pump ditunjukkan pada gambar 3.4 berikut.

DROP SENSOR PASIEN FEEDBACK (PUMP DRIVER)

PEMROSES SINYAL (ADC)

UNIT CONTROL (PROSESOR)

AUDIO ALARM/ INSTRUCTION OPERATOR

Gambar 3.3 Blok Diagram Infusion Pump

(27)

Fungsi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut.

- Sensor, dalam kasus ini berupa drop sensor, merupakan bagian yang mendeteksi perubahan pada pasien, dalam kasus ini jumlah drop infus yang diterima pasien.

- Pemroses sinyal, dalam kasus ini sebuah ADC (Analog to Digital Converter) merupakan bagian yang memproses data dari sensor untuk kemudian diteruskan ke unit kontrol, dalam kasus ini mengubah data analog dari sensor menjadi data digital.

- Unit Kontrol, dalam kasus ini berupa processor, merupakan bagian yang mengolah data yang telah dimiliki dan memutuskan feedback apa yang harus diberikan.

- Feedback, dalam kasus ini feedback ke pasien, merupakan bagian yang mengeksekusi tindakan yang diinstruksikan oleh unit kontrol, dalam kasus ini mengatur pompa infus untuk pasien, dan memberikan peringatan berupa alarm dan instruksi kepada operator apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan (infus habis atau selang tersumbat sehingga tidak ada aliran).

3.2.3 Prosedur Tetap Pengoperasian Infusion Pump 1) Prasyarat

1. SDM terlatih dan siap.

2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat.

3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 4. Alat laik pakai.

5. Bahan operasional tersedia. 2) Persiapan

1. Tempatkan alat pada ruangan tindakan. 2. Lepaskan penutup debu.

(28)

4. Pasang infusion set. 3) Pemanasan

1. Hubungkan alat dengan catu daya.

2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON.

3. Cek fungsi alarm.

4. Lakukan pemanasan secukupnya. 4) Pelaksanaan

1. Alirkan cairan infus ke infusion set sampai tidak ada gelembung udara.

2. Tentukan jumlah tetesan permenit. 3. Set alarm pada posisi ON.

4. Lakukan tindakan.

5) Pengemasan dan Penyimpanan

1. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF.

2. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.

3. Lepaskan infusion bag dan lepaskan selang-selang infuse. 4. Pasang penutup debu.

5. Simpan alat pada tempatnya. 6. Catat beban kerja alat (dalam jam).

3.2.4 Prosedur Tetap Pemeliharaan Infusion Pump 1) Prasyarat

1. SDM, teknisi terlatih. 2. Peralatan kerja lengkap.

3. Dokumen teknis penyerta lengkap.

4. Bahan pemeliharaan dan material bantu tersedia. 5. Mekanisme kerja jelas.

2) Persiapan

(29)

2. Siapkan formulir laporan kerja. 3. Siapkan dokumen teknis penyerta :

a. Service manual b. Wiring diagram 4. Siapkan peralatan kerja :

a. Tool Set Electronic b. Multimeter

c. Leakage Current Meter d. Infusion Analyzer e. Gelas Ukur f. Stopwatch

5. Siapkan bahan pemeliharaan dan material bantu : a. Contact Cleaner

b. Kain lap halus c. Grease

6. Pemberitahuan kepada user. 3) Pelaksanaan

Table 3.1 Pelaksanaan Pemeliharaan Infusion Pump

No. Kegiatan Pemeliharaan Periode

1. Cek dan bersihkan seluruh bagian alat 1 bulan

2. Cek sistim catu daya, perbaiki bila perlu 1 bulan 3. Cek fungsi tombol dan tampilan, perbaiki bila

perlu

3 bulan

4. Cek fungsi peristaltic 3 bulan

5. Cek fungsi pengatur tetesan infuse, atur bila perlu

6 bulan

6. Cek sensor dan fungsi alarm, perbaiki bila perlu

1 bulan

7. Lakukan pengukuran arus bocor 1 tahun

8. Lakukan uji kinerja alat 3 bulan

4) Pencatatan

(30)

3. User menandatangani laporan kerja dan alat diserahkan kembali kepada user.

5) Pengemasan Alat Kerja dan Dokumen Teknis Penyerta 1. Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatan.

2. Cek dan rapikan dokumen teknis penyerta.

3. Kembalikan alat kerja dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula.

6) Pelaporan

1. Laporkan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas.

3.3 Kalibrasi 3.3.1 Definisi

Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, implant yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. (UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 5)

Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat kesehatan, sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan kerja dan spesifikasinya. (PERMENKES RI No : 363/MENKES/PER/IV/1988)

(31)

Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam kondisi tertentu.

3.3.2 Mengapa Alat Kesehatan Perlu Dikalibrasi

Hal ini disebabkan suatu alat kesehatan akan mengalami perubahan nilai (unjuk kerja) yang disebabkan oleh :

a. Frekuensi pemakaian

b. Perawatan dan penyimpanan yang kurang baik

c. Akibat perbaikan/terjatuh

d. Pemakaian yang ceroboh

e. Transportasi

3.3.3 Interval kalibrasi

Kalibrasi harus dilakukan secara periodik, selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi pemakaian, dan pemeliharaan. Bisa dinyatakan dalam beberapa cara :

- Dengan waktu kalender (1 tahun sekali, dst) - Dengan waktu pemakaian (1.000 jam pakai, dst)

Kombinasi cara pertama dan kedua, tergantung mana yg lebih dulu tercapai.

Kalibrasi di Indonesia terdiri dari :

(32)

oleh laboratorium kalibrasi terakreditasi KAN (diakui secara nasional).

2. Kalibrasi Legal, adalah kalibrasi peralatan ukur untuk keperluan perdagangan dan dilakukan oleh Direktorat Metrologi-Deperindag.

3.3.4 Persyaratan Teknis

Secara teknis kalibrasi harus memenuhi persyaratan :

1. Alat ukur sebagai pembanding harus mempunyai akurasi lebih baik.

Rasio akurasi adalah akurasi antara standar pengukuran dan akurasi alat yang dikalibrasi. Pada umumnya rasio akurasi yang dikehendaki adalah antara 4:1 dan 10:1, namun demikian rasio akurasi minimum yang dapat dilakukan adalah 2:1.

2. Alat ukur pembanding harus terkalibrasi dan tertelusur

Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian dan/atau kalibrasi , termasuk peralatan pengukuran subside (seperti kondisi lingkungan) yang mempunyai pengaruh yang signifikan pada akurasi atau keabsahan hasil pengujian, kalibrasi atau pengambilan sampel harus dikalbrasi sebelum digunakan. 3. Dalam melakukan kalibrasi harus mempunyai metode

pengukuran/kalibrasi yang telah diakui secara nasional atau internasional.

Metode yang digunakan lebih baik mengacu pada standar yang dipublikasikan secara internasional, regional atau nasional dan merupakan edisi mutakhir.

4. Persyaratan ruang kalibrasi harus terkondisi sesuai persyaratan yang telah ditentukan

(33)

Suhu : 23 + 5 oC Kelembaban relatif : 20 s/d 60 %

5. Dilakukan oleh pelaksana kalibrasi yang kompeten/bersertifikat Pelaksana kalibrasi harus mempunyai kualifikasi berdasarkan pendidikan, pelatihan, pengalaman yang sesuai dan/atau keterampilan.

3.3.5 Alat Kesehatan Yang Wajib Diuji dan Dikalibrasi

Setiap alat kesehatan wajib dilakukan kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau kinerja dan keselamatan pemakaian. Pengujian atau kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria sebagai berikut :

1. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi 2. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah

habis

3. Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kinerjanya (performance) atau keamanannya (safety) tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku

4. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku

5. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku. Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak, sehingga tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya.

Suatu kegiatan bisa dikatakan merupakan kegiatan kalibrasi, jika kegiatan tersebut menghasilkan :

- Sertifikat Kalibrasi.

(34)

- Label/ penandaan.

3.3.6 Metode Pengukuran Kalibrasi 1. Metode Pengukuran Langsung

Alat ukur yang akan dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur suatu bahan ukur yang dinilai sebenarnya telah diketahui. Kondisi atau ketelitian serta kecermatan alat ukur yang dikalibrasi, dapat diketahui dengan membandingkan nilai sebenarnya dari bahan ukur dengan nilai terbaca pada alat ukur.

Jika terdapat perbedaan antara nilai sebenarnya dari bahan ukur dengan nilai terukur, maka dilakukan penyetelan pada alat kur bila memungkinkan. Setelah penyetelan, dilakukan pengukuran ulang sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali pada masing-masing skala/parameter, sehingga diperoleh kondisi stabil pengukuran.

2. Metode Pengukuran Paralel

(35)

3.3.7 Alat Kesehatan Yang Dinyatakan Lulus Pengujian atau Kalibrasi 1. Penyimpangan hasil pengukuran dibandingkan dengan nilai yang

diabadikan pada alat kesehatan tersebut tidak melebihi penyimpangan yang diijinkan.

2. Nilai hasil pengukuran keselamatan kerja, berada dalam nilaiambang batas yang diijinkan.

3.4 Ketidakpastian Pengukuran

Ketidakpastian adalah ukuran sebaran yang secara layak dapat dikaitkan dengan nilai terukur. Yang memberikan rentang, terpusat pada nilai terukur, dimana di dalam rentang tersebut terletak nilai benar dengan kemungkinan tertentu.

Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan kurangnya pengetahuan yang pasti tentang nilai besaran ukur. Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik masih berupa taksiran nilai besaran ukur karena masih terdapat ketidakpastian yang berasal dari pengaruh acak dan koreksi kesalahan sistematik yang tidak sempurna. Konsep ketidakpastian didasarkan pada besaran teramati yang diperoleh dengan pengukuran, hal ini berbeda dengan konsep ideal kesalahan yang didasarkan pada besaran yang tidak dapat diketahui. (KAN : Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran : Hal 5).

3.4.1 Sumber Ketidakpastian

Dalam praktek, terdapat berbagai macam kemungkinan sumber ketidakpastian pengukuran, antara lain mencakup :

1. Definisi besaran ukur yang tidak lengkap;

2. Realisasi definisi besaran ukur yang tidak sempurna;

(36)

4. Pengetahuan yang tidak memadai tentang pengaruh kondisi lingkungan terhadap proses pengukuran atau pengukuran kondisi lingkungan yang tidak sempurna;

5. Bias personil dalam membaca peralatan analog; 6. Resolusi atau diskriminasi peralatan;

7. Nilai yang diberikan pada standar pengukuran atau bahan acuan; 8. Nilai konstanta dan parameter lain yang diperoleh dari sumber luar

dan digunakan dalam algoritma reduksi data;

9. Pendekatan dan asumsi yang tercakup dalam metode dan prosedur pengukuran;

10.Variasi pengamatan berulang terhadap besaran ukur dalam kondisi yang tampak sama.

Interpretasi dari sumber ketidakpastian pengukuran dalam aplikasinya untuk proses dapat mencakup, tapi tidak terbatas pada : 1. Pengambilan sampel yang tidak representatif;

2. Ke-tidak-homogen-an asal sampel;

3. Kontaminasi selama pengambilan dan penyiapan sampel; 4. Kemurnian pereaksi dan larutan;

5. Pengaruh dan interferensi matrix; 6. Koreksi blank.

3.4.2 Evaluasi Ketidakpastian Baku (ISO GUM M3003)

1. Tipe A

Ketidakpastian baku tipe A dievaluasi berdasarkan analisis statistik, terhadap sekelompok data sebagai hasil pengukuran (n>1).

1.1. Harga rata-rata

(37)

……….. (3.4)

1.2.Simpangan baku

Simpangan baku menggambarkan dispersi (sebaran harga xi) disekitar harga rata-ratanya adalah :

……….. (3.5)

1.3.Simpangan Baku Rata- rata Eksperimen/SBRE

(Experimental Standard Deviasion of The Mean/ESDM)

SBRE/ESDM, S (x) adalah harga yang menjadi ukuran seberapa dekatnya harga rata-rata x ke harga sebenarnya.

(38)

2. Tipe B

Ketidakpastian baku tipe B diperoleh berdasarkan “scientific judgement” atau nilai non statistik yang dikarakteristikan oleh data sekunder dan data tersier. Data sekunder dapat didefinisikan sebagai data penunjang yang dihasilkan selama proses kalibrasi berlangsung, tetapi bukan oleh proses kalibrasi itu sendiri, misalnya : data suhu ruang sebelum dan sesudah pelaksanaan kalibrasi.

Sementara data tersier adalah data yang diperlukan untuk analisis proses kalibrasi, yang tadinya sudah ada sebelum proses kalibrasi tersebut berlangsung misalnya data yang diambil dari sertifikat kalibrasi. Namun pada umumnya diperoleh dari pertimbangan pengetahuan yang menggunakan semua informasi yang relevan termasuk :

a. Ketidakpastian dari Sertifikat Kalibrasi Alat Standar (USertifikat)

 Bila didalam sertifikat tidak dinyatakan lain, maka tingkat konfidensial dianggap telah ditetapkan 95,45% dan kebolehjadiannya ditetapkan sebagai distribusi normal dan mempunyai derajat bebas, v = tak hingga.

……….. (3.9)

……….. (3.10)

v = ∞ ……….. (3.11) k = 2

(39)

Bila dinyatakan tingkat konfidensial 90% maka k = 1,64

Bila dinyatakan tingkat konfidensial 95% maka k = 1,96

Bila dinyatakan tingkat konfidensial 99% maka k = 2,58

Atau dapat Standard Uncertainty diperoleh dengan membagi quota uncertainty terhadap coverage factor-nya (k)

Contoh :

Dalam suatu laporan kalibrasi mencantumkan uncertainty ± 0,1 mV dengan coverage faktor (k) = 2,63.

Untuk menghitung standard uncertainty-nya adalah sebagai berikut :

U =

0,1

mV

2

,

63

………(3.12)

 Kadang-kadang ketidakpastian dinyatakan dengan kelipatan simpangan bakunya, misalnya ketidakpastian dari suatu masa anak timbangan adalah 240 μg pada tingkat tiga kali simpangan baku, maka ketidakpastian baku dari standar masa tersebut adalah 240 μg/3 = 80 μg.

b. Ketidakpastian Alat yang dikalibrasi (Ualat)

(40)

……….. (3.13)

 Bila diketahui harganya cenderung mengumpul di dekat pusat distribusi, maka lebih baik dipakai distribusi maka ketidakpastian bakunya adalah :

(41)

……….. (3.18)

3. Hitung Derajat Kebebasan Tipe B (UB )

Sebagaimana ketidakpastian Tipe A, maka ketidakpastian Tipe B pun harus dilengkapi dengan analisis derajat kebebasannya, yang didasarkan pada reability.

Reliability adalah nilai yang menyatakan persentasi melesetnya ketidakpastian Tipe B. Dalam suatu hal, mungkin ditentuukan suatu nilai Reliability (mampu dipercaya) yang dilambangkan dengan “R %”, nilainya dapat berbeda tergantung dari operator yang melakukan perhitungan ketidakpastian.

Maka untuk menghitung degress of freedom atau derajat kebebasan (U) untuk ketidakpastian Tipe B dapat menggunakan rumus formula sebagai berikut :

UB =

1

2

(

100

R

)

2

………. (3.19)

dimana :

UB = derajat kebebasan Tipe B

R = kehandalan (Reliability) dalam satuan %.

U

=

a

(42)

Korelasi antara reliability (R%) dengan degrees of fredom (U)

Tabel 3.2 Tabel Degrees Of Fredom

Reliability estimate Degrees Fredom

R% Fractional U = (1/2) x (100/R)2

4. Ketidakpastian Baku Gabungan (UC)

a. Ketidakpastian baku gabungan Uc(y) adalah akar varian dari :

……….. (3.20)

b. Turunan parsial disebut koefisien sensitifitas. Koefisien ini menggambarkan bagaimana besaran output y berubah jika input xi berubah dengan mengganti dengan ci, maka persamaan (16) menjadi :

(43)

Untuk Laboratorium Kalibrasi umumnya koefisien sensitifitas nilainya satu (ci = 1) sehingga ketidakpastian gabungan (UC ) dapat disederhanakan menjadi :

UC =

U

A

UC adalah ketidakpastian gabungan

UA adalah ketidakpastian Tipe A

UB1 adalah ketidakpastian Tipe B jenis ke-1

UBt adalah ketidakpastian Tipe B jenis ke-t

Dalam beberapa hal nilai parameter atau variabel lebih dari satu, sehingga dalam menghitung standard uncertainty harus memperhitungkan beberapa parameter tersebut. Perhitungan yang seperti ini disebut dengan Combine Standard Uncertainty.

Contoh:

Diketahui suatu besaran sbb.: Z = v + w + x

Dengan v, w dan x merupakan variabel acak bebas.

Maka:

σZ2 = σV2 + σW2 + σX2

(44)

Pendekatan untuk Combine Uncertainty (ketidakpastian kombinasi atau total) adalah sbb.: UZ2 = UV2 + UW2 + UX2

5. Derajat kebebasan efektif (Veff)

 Derajat kebebasan effektif, v eff, dihitung menggunakan rumus Welch-Satterwaite :

……… (3.23)

v i = derajat kebebasan dari U(xi).

Bila U(xi) didapat dari evaluasi tipe A, maka v i = n-1.

Bila dari tipe B maka v i = ∞

Derajat kebebasan effektif, v eff, dihitung menggunakan rumus Welch-Satterwaite :

... (3.24)

v i = derajat kebebasan dari U(xi).

Bila U(xi) didapat dari evaluasi tipe A, maka v i = n-1.

Bila dari tipe B maka v i = ∞

6. Ketidakpastian Bentangan (Expanded Uncertainty), Uexp

 Umumnya ketidakpastian pengukuran harus diyatakan dengan “expanded uncertainty” atau ketidakpastian yang diperluas (Uexp). Nilai Uexp memberikan suatu interval (rentang) di dalam mana kuantitas yang diukur (nilai benar) diperkirakan berada, dan pada tingkat kepercayaan tertentu.

(45)

 Ketidakpastian bentangan (Uexp) merupakan hasil kali ketidakpastian gabungan (Uc) dengan factor cakupan (k) :

……….. (3.25)

Nilai k bergantung kepada v eff dan tingkat kepercayaan

yang diambil. Misalkan pada tingkat kepercayaan sekitar 95% nilai k=2.

 Jadi hasil pengukuran dapat dilakukan sebagai berikut :

……….. (3.26)

 Artinya harga tafsiran terbaik terhadap harga besaran ukur Y terletak di dalam interval :

……….. (3.27)

 Pada umumnya harga k dipilih dari table Students t-distribution berdasarkan tingkat keyakinan (p) yang dikehendaki dan Veff dari Uc. Langkah-langkah untuk mendapatkan harga k adalah sebagai berikut :

a. Hitung y dan Uc (y)

b. Tentukan v eff dari Uc (y) menggunakan persamaan (20)

c. Dari table Student’s t-distribution pada kolom p% yang dikehendaki dan baris v = v eff akan didapat harga tp (tingkat kepercayaan), maka k = tp.

U

=

k

.

U

C

(

y

)

Y

=

y

±

U

(46)
(47)

3.5 Infusion Device Analyzer (IDA) 4 Plus 3.5.1 Fungsi

Alat ini berfungsi untuk mengukur Flow Rate, Volume dan Occlusion (penyumbatan) pada Infuse Pump dan Syringe Pump.

Gambar 3.4 Infusion Device Analyzer 1. Power On/Off : Untuk menghidupkan / mematikan alat

2. Key-pad switch Up, Down, Right dan Left: Untuk memindahkan kursor keatas, kebawah, kekanan dan kekiri

3. Konektor Ch 1, Ch 2, Ch 3 dan Ch 4 : Untuk pengukuran

4. ENTER : Untuk entrie data yang dipilih

3.5.2 Ruang Lingkup Resolusi / Ketelitian : 1. Flow

a. Range Pengukuran : 0.5 - 1000 ml/hr.

b. Akurasi : 1% of reading ±1 LSD untuk Flow 16

(48)

setelah 10 ml dibawah kondisi laboratorium.

2. Volume

a. Range Pengukuran : 0,06 ~ 9999 ml

b. Akurasi : 1% of reading ±1 LSD untuk Flow 16

-200 ml/hr untuk volume 20 ml. Sebaliknya 2% of reading ±1LSD setelah 10 ml dibawah kondisi laboratorium.

1. Siapkan semua peralatan (alat ukur “IDA 4” dan alat yang akan diukur ”Infusion atau Syringe pump”) dengan kelengkapannya. 2. Pasang semua accessories alat IDA 4, yaitu :

a. Pasang power cord.

b. Pasang Keyboard (optional) melalui konektor keyboard.

c. Pasang printer, langsung ke alat (optional) melalui Konektor paralel port printer.

d. Pasang kelengkapan PCA trigger/remote call interface (optional) melalui konektor port alarm control.

(49)

3. Pasang selang untuk waste pada fluid outlet dan hubungkan ke tempat penampungan agar cairan buangan tidak tumpah kemana -mana.

4. Buat campuran cairan pembersih pencegah karat (mikro 90) dengan air aquades dengan campuran maksimal 1 : 20. Gunakan cairan ini untuk membersihkan jalur pipa aliran pada IDA 4 dengan cara memasukannya ke fluid inlet melalui syringe (penggunaannya wajib saat pemakaian pertama, setelah itu sebelum dan sesudah penggunaan).

5. Hubungkan output aliran infusion pump atau syringe pump ke alat IDA 4 pada fluid inlet channel.

Penggunaan Tanpa Interface dengan Komputer :

1. Hidupkan alat IDA 4 dan infusion atau syringe pump yang akan diukur dan atur besarnya aliran infusion atau syringe pump sesuai keinginan.

2. Untuk settingan dasar pada IDA 4 yaitu dengan cara pemilihan utilities (UTIL).

3. Setelah selesai penyetingan, kembali ke tampilan awal. Lalu pilih menu SETUP untuk mengaktifkan chanel pengukuran yang akan digunakan (chanel 1 - 4). Kemudian lakukan pengukuran dengan sistem :

a. Quick measurement (tidak dapat disimpan dalam memory alat) : Langsung pilih jenis pengukuran yang akan dilakukan FLOW, OCCLUSION, DUAL FLOW, atau PCA, masukan data pengukuran, lalu tekan enter untuk memulai pengukuran.

(50)

pengukuran yang akan dilakukan, lalu tekan enter untuk memulai pengukuran.

4. Setelah selesai pengukuran simpan data hasil pengukuran ke dalam memory alat (normal measurement) dan dapat langsung di print. 5. Setelah selesai semua lepas semua koneksi alat, bersihkan pipa

saluran alat dengan campuran mikro 90, lalu kembalikan alat ke tempat semula.

Penggunaan Dengan Interface ke Komputer :

1. Koneksikan IDA 4 ke komputer melalui konektor port komputer RS 232.

2. Hidupkan alat IDA 4 dan infusion atau syringe pump yang akan diukur dan atur besarnya aliran infusion atau syringe pump sesuai keinginan.

3. Setting sinkronisasi antara alat dan komputer pada menu setting dasar pada IDA 4 pada menu utilities (UTIL), lalu pilih menu RS232 PORT.

4. Pilih perintah CONNECTED pada komputer untuk mengkoneksikan software dari komputer dengan alat.

5. Setelah terkoneksi, pilih chanel mana yang akan digunakan untuk pengukuran (1 - 4).

6. Masukan data – data pengukuran dan pilih jenis pengukuran yang ingin dilakukan, yaitu pengukuran FLOW, OCCLUSION, DUAL FLOW, atau PCA melalui komputer.

7. Setelah muncul perintah untuk mulai mengukur (START), tekan tombol enter pada alat dan alat akan mulai mengukur dengan hasil pengukuran ditampilkan dalam layar komputer.

(51)

9. Setelah selesai semua lepas semua koneksi alat, bersihkan pipa saluran alat dengan campuran mikro 90, lalu kembalikan alat ke tempat semula.

Menu utilities (UTIL) untuk setting dasar berisi menu :

1. RECALL TEST : untuk melihat, membuka, dan mencetak data -data yang telah disimpan dalam memory alat.

2. SET CLOCK : untuk menyeting waktu.

3. LCD SETUP : untuk merubah warna display tampilan LCD dengan pilihan black in white, atau sebaliknya.

4. PRINTER : untuk menyetting mode print perlembar (pages) atau terus menerus (continous), jumlah baris tiap lembar, dan mode printer summary (tiap ada perubahan akan di print) atau selesai pengukuran baru di print (full).

5. REPORT HEADER : untuk memasukan data.

6. RS232 PORT : untuk menyeting baud rate, parity, data, dan stop guna mensinkronkan alat dengan komputer yang akan dikoneksikan.

7. ENG TEST : untuk pengetesan printer dan PCA trigger box secara internal dari alat tersebut.

8. TEST PARAMETERS : untuk merubah parameter satuan pengukuran occlusion, grafik deviasi (garis penyimpangan pengukuran), dan PCA minute.

3.6 Electrical Safety Analyzer 3.6.1 Fungsi

(52)

dibutuhkan sebuah alat untuk mengkalibrasi kelistrikan pada alat kesehatan yaitu Electrical Safety Analyzer (ESA).

Gambar 3.5 Electrical Safety Analyzer 3.6.2 Bagian-bagian Electrical Safety Analyzer

Gambar 3.6 Kontrol Panel Depan Keterangan :

(53)

2. Indikator tegangan tinggi: mengindikasikan tegangan tinggi saat diterapkan ECG/Applied Parts posts.

3. Tombol Test Fungsi : Memilih berbagai fungsi tes analyzer.

4. Tombol Navigasi : tombol kontrol kursor untuk navigasi menu dan daftar.

5. Tombol test.

6. Tombol save : untuk menyimpan pengukuran atau gelombang ECG untuk memory.

7. Input jack : mengetes lead konektor.

8. Nulling Jack : menghubungkan untuk pengenolan tes lead resistance.

9. Function softkey : kunci F1 - F4 digunakan untuk memilih dari nomor pilihan yang tampil dalam tampilan LCD diatas masing-masing function softkey.

Keterangan :

1. Peralatan outlet : Peralatan outlet, versi khusus analyzer, yang mana dilengkapi sebuah DUT connection.

2. USB Device Port : koneksi digital untuk mengendalikan analyzer dari PC atau instrumen kontroler.

3. Pintu akses fuse : penutup peralatan outlet fuse.

(54)

4. Tilt Stand : pendukung untuk menahan analyzer dalam posisi miring.

5. AC Power Switch : saklar untuk menyalakan dan menghidupkan analyzer.

6. Power input connector : Sebuah ground laki tiga cabang ( IEC 60320 C19 ) konektor yang menerima kabel line- listrik

7. ECG/Applied Parts Jacks : menghubungkan port Device Under Test (DUT) diterapkan pada bagian, seperti lead ECG. hal ini digunakan untuk menguji kebocoran arus melalui lead dan untuk memasok sinyal ECG dan bentuk gelombang kinerja untuk DUT . 8. Jack banana untuk adapter ECG : adapter untuk menghubungkan

lead ECG pada analyzer.

9. Carry Handle : hendle untuk mengangkat analyzer.

Menghubungkan DUT dengan analyzer

Gambar 3. 8 Koneksi DUT dengan Analyzer

(55)

3.6.3 Parameter Yang Diukur 1. Main Voltage

2. Protective Earth Resistance 3. Insulation Resistance 4. Earth Leakage Current

3.6.3 Cara Pengoperasian

1. Periksa Kondisi Fisik Yang Akan Diukur a. Pastikan alat dalam kondisi bersih; b. Tidak terjadi kerusakan pada display;

c. Switch dan control alat dapat digunakan dengan baik; d. Label yang terdapat pada alat masih tersedia;

e. Sistem pengamanan alat masih bagus; f. Power cord, aksesoris dan adaptor tersedia. 2. Set Up

a. Nyalakan ESA dan pastikan pada posisi Start Up;

b. Hubungkan power cord alat yang akan diukur dengan ESA dan pastikan dalam posisi ON;

c. Pastikan tegangan PLN sesuai dengan standar. 3. Tes Secara Otomatis

a. Setelah semua terhubung, maka setelah itu pilih Standard yang akan digunakan dan alat yang akan diukur dengan menekan Test Library;

b. Tekan START, maka secara otomatis alat langsung melakukan pengukuran keselamatan listrik.

3.7 Thermohygrometer 3.7.1 Fungsi

(56)

Gambar 3.9 Thermohygrometer 3.7.2 Cara Pengoperasian

Cara pengoperasian alat thermohigrometer tersebut adalah sebagai berikut.

1. Buka tempat baterai dengan mendorong

penutup di bagian belakang instrument. Hapus strip keamanan baterai dan tutup pelindung pada layar LCD. Instrumen ini sekarang siap untuk digunakan.

2. Unit suhu dapat berubah dari oC ke oF dengan menggeser saklar terletak di bagian belakang instrumen. 3. a. Layar atas menunjukkan waktu.

b. Tampilan tengah menunjukkan Suhu oC atau oF

c. Bagian bawah layar menunjukkan Kelembaban Relatif di %. 4. Menampilkan nilai minimum dan maksimum.

a. Tekan tombol MAX / MIN. Ketika tombol Reset ditekan Nilai tertinggi terakhir akan muncul di layar.

b. Tekan tombol MAX / MIN lagi untuk menampilkan nilai terendah sejak tombol Reset terakhir ditekan.

c. Tekan tombol MAX / MIN lagi untuk kembali ke pengoperasian layar normal.

(57)

Tekan tombol RESET sementara di layar MAX / MIN untuk menghapus memori dan mulai merekam nilai max / min baru. 8. Unit dapat dipasang di dinding atau ditempatkan pada permukaan

yang datar menggunakan kaki lipat.

9. Tanda baterai rendah akan muncul di layar bila baterai rendah. Ganti baterai ketika hal ini terjadi untuk memastikan pembacaan yang akurat.

10. Mengatur jam.

a. Tekan dan tahan tombol CLOCK sementara dalam mode normal sampai menit digit mulai berkedip.

b. Tekan tombol ADVANCE untuk memajukan digit menit atau tahan untuk memajukan digit lebih cepat.

c. Tekan tombol Jam untuk mengubah tampilan jam dan ulangi langkah b. untuk mengatur digit.

d. Tekan tombol Jam lagi untuk kembali ke mode operasi normal.

11. Jam akan menampilkan mode 12 jam dalam oF dipilih dan mode 24 jam ketika oC dipilih.

3.8 Prosedur Pelaksanaan Kalibrasi Infusion Pump

Adapun langkah kerja melakukan kalibrasi infusion pump adalah sebagai berikut.

1. Siapkan peralatan Infusion Pump dan

pasang seluruh kelengkapannya;

2. Siapkan peralatan Infusion Device

Analyzer dan pasang semua perlengkapan standarnya;

3. Hubungkan saluran keluaran pada alat

(58)

Gambar 3.10 Instalasi Infusion Pump dan Infusion Device Analyzer

4. Hidupkan peralatan Infusion Device

Analyzer dengan menekan tombol ON;

5. Pilih menu SETUP sesuai dengan

channel (saluran) yang akan dipakai, kemudian tekan ENT;

6. Lakukan pengukuran untuk akurasi

aliran/flow sebagai berikut :

a. Aturlah tombol pemilihan pada posisi FLOW, kemudian tekan ENT (enter);

b. Hidupkan peralatan Infusion Pump dengan menekan tombol ON; c. Atur besarnya nilai aliran pada Infusion Pump sesuai dengan nilai

yang telah ditentukan pada lembar kerja;

d. Tunggu beberapa saat sampai tanda PRIME pada Infusion Device Analyzer menjadi AUTOSTART atau START;

(59)

7. Lakukan pengujian fungsi alarm occlusion (penyumbatan) sebagai berikut :

a. Aturlah tombol pemilihan pada posisi OCCL, kemudian tekan ENT (enter);

b. Hidupkan peralatan Infusion Pump dengan menekan tombol ON; c. Atur besarnya nilai aliran pada Infusion Pump sesuai dengan nilai

yang telah ditentukan pada lembar kerja;

d. Tunggu beberapa saat sampai tanda PRIME pada Infusion Device Analyzer berubah menjadi AUTOSTART atau START;

e. Catat nilai penunjukan tekanan pada Infusion Device Analyzer di lembar kerja saat fungsi alarm pada Infusion Pump aktif;

8. Bersihkan dan keringkan saluran pada

Infusion Device Analyzer menggunakan Syringe yang bersih;

9. Rapikan peralatan setelah selesai

melakukan kalibrasi.

3.9 ECRI (Emergency Care Research Institute)

ECRI (Emergency Care Research Institute) adalah suatu badan riset pelayanan kesehatan dan mutu (Agency for Health Care Research And Quality) yang ada di Amerika, yang mengeluarkan laporan hasil riset terhadap nilai-nilai dan batasan keluaran beberapa parameter alat kesehatan. ECRI juga merupakan suatu lembaga penelitian pelayanan kesehatan nirlaba independen. Pada awal 1960, Joel J nobel menemukan ECRI institute. Markas pusat ECRI terletak di Plymouth Meeting, Pennsylvania.

Misi ECRI adalah untuk mempromosikan standar tertinggi keselamatan, kualitas, dan efektivitas biaya dalam perawatan kesehatan untuk manfaat perawatan pasien melalui penelitian, penerbitan, pendidikan, dan konsultasi.

(60)

3.10 OIML (International Organization of Legal Metrology)

International Organization of Legal Metrology (OIML) didirikan pada tahun 1955 dan merupakan organisasi antar pemerintah di seluruh dunia yang mempunyai tujuan utama yaitu untuk menyelaraskan peraturan dan kontrol metrologi yang diterapkan oleh metrologi nasional. Dua kategori utama publikasi OIML adalah:

1. International Recommendation (OIML-R), merupakan suatu model regulasi yang membangun karakteristik metrologi, dimana diperlukan dalam pengukuran instrumen tertentu dan yang menentukan metode dan peralatan untuk memeriksa kesesuaian instrumen.

2.

International Documents (OIML-D), menyediakan informasi yang informatif yang bertujuan untuk meningkatkan kerja pelayanan metrologi.

Sesuai dengan metode kerja PT. SIS Semarang untuk kalibrasi

infusion pump mengacu pada OIML R-26 (lihat lampiran)..

3.11 ANSI/AAMI (American National Standards Institute/Association for the Advancement of Medical Instrumentation)

Standar ini menetapkan label, keselamatan, kinerja, dan pengujian persyaratan untuk perangkat infus elektromekanis yang memiliki pompa atau gravitasi yang mengendalikan fungsi alat, yang memberikan cairan baik terpisah atau terhubung, dimaksudkan untuk digunakan dengan menggunakan cairan parenteral untuk tujuan seperti nutrisi parenteral dan pemberian obat dan cairan.

Sesuai dengan metode kerja PT. SIS Semarang untuk kalibrasi

(61)
(62)

Diperlukan uji kelaikan alat Infusion Pump melalui proses kalibrasi

Bagaimana hasil uji kelaikan yang dilakukan terhadap alat Infusion Pump ?

Melakukan uji kelaikan terhadap alat Infusion Pump melalui kalibrasiMengetahui hasil uji kelaikan dan menganalisa data hasil kalibrasi Infusion Pump pada parameter flow dan occlusion

Analisa data hasil kalibrasi Infusion Pump yang berpedoman pada KAN Metode kalibrasi yang diadopsi dari metode kalibrasi PT. SIS Semarang (MK/SIS.TEK.V.01)

Kesimpulan

Saat tubuh pasien mengalami gangguan homeostatis (keseimbangan cairan tubuh) memerlukan infus secara terkontrol

Dibutuhkan alat Infusion Pump

Flow rate dibutuhkan presisi yang akurat dan Occlusion seminimal mungkinPermenkes No. 363 Tahun 1998 pasal 4 ayat 1 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan 3.12 Kerangka Pemikiran

Latar Belakang

Permasalahan

Pertanyaan Penelitian

Tujuan Penelitian

(63)

4.1 Hasil Pengujian Aspek Keselamatan Listrik

Hasil uji aspek keselamatan listrik Infusion Pump Acmatronic dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 3.2 Hasil Uji Aspek Keselamatan listrik Infusion Pump Acmatronic

No Parameter TerukurMeasured ToleransiTolerance SatuanUnits

1 Tegangan Catu DayaMains Voltage 216,6 220 ±10% V

2 Resistansi Pembumian ProtektifProtective Earth Resistance - ≤ 0,2 Ω

3 Isolasi ResistansiInsulation of Resistance Over ≥ 500 M Ω

4 Arus Bocor Pembumian Polaritas NormalEarth Leakage Current Normal Polarity 0,5 ≤ 500 µA

5 Arus Bocor Pembumian Polaritas TerbalikEarth Leakage Current Reserve Polarity 0,5 ≤ 100 µA

6 Arus Bocor Selungkup Polaritas NormalEnclosure Leakage Current Normal Polarity 0,1 ≤ 500 µA

7 Arus Bocor Selungkup Polaritas Normal Tanpa Pembumian

Enclosure Leakage Current Normal Polarity no Earth

0,1 ≤ 500 µA

8 Arus Bocor Selungkup Polaritas TerbalikEnclosure Leakage Current Reserve Polarity 0,1 ≤ 100 µA

9 Arus Bocor Selungkup Polaritas Terbalik Tanpa Pembumian

Enclosure Leakage Current Reserve Polarity no Earth

0,1 ≤ 500 µA

Dari hasil tabel 4.1 tersebut diatas dalam uji aspek keselamatan listrik terhadap Infusion Pump Acmatronic diindikasikan baik karena nilai penyimpangannya masih dalam batas yang diijinkan. Salah satu contoh yaitu pada parameter Tegangan Catu Daya (Mains Voltage) mendapatkan hasil pengukuran sebesar 216,6 V sedangkan acuan ambang batasnya 220

(64)

±10%, dengan artian 10% dari 220 adalah 198 V dan 242 V. menurut Pedoman Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2001 yang mengacu pada IEC 60601 nilai penyimpangan yang diijinkan untuk uji aspek keselamatan listrik adalah ≤ 500 µA untuk arus bocor pada kabel pembumian, ≤ 100 µA untuk arus bocor pada selungkup.

4.2 Hasil Kalibrasi Infusion Pump

Hasil pengujian kalibrasi didapatkan dari pengolahan data kalibrasi terhadap parameter Flow dan Occlussion yang diambil dari 6 titik setting untuk parameter Flow. Pengujian kalibrasi bertujuan untuk mengetahui nilai koreksi dan ketidakpastian.

4.2.1 Hasil Pengujian Parameter Flow

Pengujian parameter Flow diambil pada titik setting standar 10-250 ml/h dimana pengambilan data dilakukan sebanyak 6 kali untuk masing-masing titik standar. Hasil pengujian parameter Flow disalin dari sertifikat hasil kalibrasi perusahaan dan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Table 4.2 hasil Pengujian Data Kalibrasi Parameter Flow

NO SETTING

(65)

Pada setting standar 100 ml/h memiliki nilai koreksi -7.02 dan ketidakpastian 0,44. Pada setting standar 150 ml/h memiliki nilai koreksi -14.63 dan ketidakpastian 0,45. Pada setting standar 200 ml/h memiliki nilai koreksi -21,73 dan ketidakpastian 0,50. Pada setting standar 250 ml/h memiliki nilai koreksi -6,55 dan ketidakpastian 0,52. Dimana nilai koreksi tersebut didapatkan dari hasil pengurangan antara nilai pembacaan standar dikurangi nilai setting alat atau UUT (Unit Under Test). Sementara untuk nilai ketidakpastian untuk setiap titik setting diartikan sebagai interval (rentang) nilai kuantitas yang diukur (nilai benar) yang diperkirakan berada dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil kalibrasi untuk parameter flow untuk titik setting 10 ml/h, 50 ml/h, 100 ml/h, 150 ml/h, 250 ml/h masih memenuhi standar karena nilai penyimpangannya masih dalam batas yang diijinkan. Menurut Pedoman Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2001 yang mengacu pada ECRI 416-20010301 nilai penyimpangan atau koreksi yang diijinkan untuk parameter flow adalah ± 10% dari nilai setting yang diuji. Sedangkan untuk titik setting 200 ml/h mendapatkan hasil pembacaan atau koreksi yang sudah tidak memenuhi standar karena nilai koreksi atau penyimpangannya melebihi batas yang diijinkan. Hal tersebut menyebabkan alat Infusion Pump Acmatronic tidak laik untuk digunakan.

4.2.2 Hasil Pengujian Parameter Occlussion

(66)

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Data Kalibrasi Prameter Occlusion

NO SETTING

STANDAR

MAX. PEMBACAA

N

KETIDAKPASTIA N (95% CL, K=2)

1 250 ml/h 15.8 psi 0.42

Hasil kalibrasi untuk parameter occlussion mengacu pada ECRI 416-20010301 diambil pada titik setting tertinggi yaitu 250 ml/h dan mendapatkan hasil nilai maksimal pembacaan 15.8 psi yang berarti masih memenuhi standar karena nilai penyimpangannya masih dalam batas yang diijinkan. Mengacu pada ECRI 416-20010301 nilai batas maksimal (tekanan dalam satuan psi) yang diijinkan untuk parameter occlussion adalah 45 psi. Sedangkan nilai ketidakpastiannya 0,42, hal ini diartikan nilai kuantitas yang diukur (nilai benar) diperkirakan berada pada interval (rentang) tersebut dengan tingkat kepercayaan 95%.

(67)

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Pada Parameter Flow Setting

Infuse (ml/ h)

Hasil Pengukuran Pada Standar (ml/h)

Toleransi

1 2 3 4 5 6

10 9.81 9.79 9.66 9.77 9.66 9.61

10 %

50 48.21 48.11 48.03 47.89 48.44 48.33

100 93.23 92.75 92.80 93.03 93.12 92.96

150 135.72 135.20 135.30 135.11 135.57 135.29

200 178.28 178.79 178.43 178.15 177.74 178.21

250 243.54 243.80 243.21 243.83 243.46 243.84

Data tersebut diatas dapat di koreksi dengan perhitungan kalibrasi yang mengacu pada KAN (Komite Akreditasi Nasional) seperti berikut.

A. Untuk setting 10 ml/h nilai koreksinya adalah : 1. Nilai rata-rata

2 9.79 (9.79-9.72)2 0.0081

3 9.66 (9.66-9.72)2 0.0016

4 9.77 (9.77-9.72)2 0.0049

5 9.66 (9.66-9.72)2 0.0016

6 9.61 (9.61-9.72)2 0.0081

2. Koreksi = Standar – UUT (Unit Under Test) = 9.72 – 10

(68)

3. Standar Deviasi (Stdv)

4. Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran a. Tipe A

1) Ketidakpastian Kemampuan Daya Ulang Pembacaan (Ua) Ua = s tdv

2) Derajat Kebebasan Ua va = n-1

(69)

b. Tipe B

1) Ketidakpastian dari sertifikat Infusion Device Analyzer (Ub1)

U

b1

=

U

k

U

b1

=

0

2

Ub1 = 0

2) Derajat Kebebasan Ub1

vi = 60 Karena nilai k=2 (Tabel T-Student ISO GUM)

3) Ketidakpastian Kemampuan Daya Baca Dari Infusion Pump (Ub2)

Ub

2

=

a

3

a= ½ Resolusi UUT

Ub

2

=

0,5

x

1

3

Ub

2

=

1

0,5

,

732

Ub2 = 0,28867

4) Mencari derajat Kebebasan Ub2

v

= ½ (

100R

)

2

R = tingkat kehandalan alat yaitu 10 % (kita anggap paling rendah)

(70)
(71)

c. Mencari Ketidakpastian Baku Gabungan (Uc)

d. Mencari Derajat Kebebasan Efektif (Veff)

Veff =

=

0,00000029420,00707281+0+0,000138879

=

0,00013917320,00707281

(72)

e. Value of t for Various Degrees of Freedom for A 95% Confidence Internal

Metode ini ada 2 yaitu:

1. Melihat tabel T-Student ISO GUM 2. Dengan Cara Perhitungan

Hasilnya adalah sebagai berikut:

1. Pada tabel T-Student ISO GUM dengan Veff 50,82 dengan Cl 95% adalah 2,01

2. Dengan cara perhitungan

k=1,95996+2,37356/v+2,818745/v2+2,546662/v3+1,761829/v+ 0,245458/v5+1,000764/v6

k=1,95996+2,37356/50,82+2,818745/50,822+2,546662/50,823+ 1,761829/50,824+ 0,245458/50,825+1,000764/50,826

k=1,95996+2,37356/50,82+2,818745/2582,6724+2,546662/131 251,411368+1,761829/6670196,7257218+0,245458/3389793 97,60118+1,000764/17226932986,092

k=2,007

f. Mencari Ketidakpastian Bentangan ( Uexp)

(73)

B. Untuk setting 50 ml/h nilai koreksinya adalah :

2 48.11 (48.11-48.1683)2 0.0034

3 48.03 (48.03-48.1683)2 0.01912

4 47.89 (47.89-48.1683)2 0.07745

5 48.44 (48.44-48.1683)2 0.07382

6 48.33 (48.33-48.1683)2 0.02614

2. Koreksi = Standar – UUT (Unit Under Test) = 48.1683 - 50

= -1.8317

3. Standar Deviasi (Stdv)

4. Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran a. Tipe A

Gambar

Gambar 3.1 Bagian-bagian dari komponen infus
Gambar 3.2 Infusion Pump
Gambar 3.3 Blok Diagram Infusion Pump
Table 3.1 Pelaksanaan Pemeliharaan Infusion Pump
+7

Referensi

Dokumen terkait