• Tidak ada hasil yang ditemukan

KKA 15 HANKAM SINERGITAS TNI POLRI BKP ZULKARNAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KKA 15 HANKAM SINERGITAS TNI POLRI BKP ZULKARNAIN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DISKUSI KELOMPOK (DK-15) B.S HANKAM

Kertas Karya Acuan

Tema Pendidikan : Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa.

I. Judul : Sinergitas TNI dan Polri Bersama Badan Ketahanan Pangan Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan di Daerah Otonom Dalam Rangka Kemandirian Bangsa.

II. Variabel : Variabel-1 : Sinergitas TNI dan Polri Bersama Badan Ketahanan Pangan.

Variabel-2 : Mewujudkan Ketahanan Pangan di Daerah Otonom.

Variabel-3 :Kemandirian Bangsa. III. Pokok Permasalahan.

(2)

lembaga pemeritah di luar pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. 1 Menyimak klausal ini ini, maka apabila masalah ketahanan pangan menjadi ancaman, TNI bersama unsur lainnya termasuk Polri sebagai warga negara dan lembaga negara dapat melakukan perbantuan sebagai unsur pendukung untuk mewujudkan ketahanan pangan baik dalam skala nasional maupun daerah atau wilayah otonom.

Lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI diuraikan tentang tugas pokok TNI, yaitu :

(1) Menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah negara kesatuan R.I yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

(2) Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan : (a) operasi militer untuk perang; (b) Operasi militer selain perang, yaitu untuk : mengatasi gerakan separatis bersenjata; mengatasi pemberontakan bersenjata; mengatasi aksi terorisme; mengamankan wilayah perbatasan; mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis; melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri; mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya; memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta; membantu tugas pemerintahan di daerah; membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang; membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia; membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan; membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue); serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.2

Sebagaimana juga diketahui bahwa postur dan struktur organisasi TNI maupun Polri mulai dari pusat sampai dengan Kecamatan, Desa dan atau Kelurahan. Khususnya untuk TNI, keberadaan fungsi teritorial yaitu adanya Kodam, Korem, Kodim, Koramil dan petugas-petugas yang dapat hadir di desa-desa yaitu Babinsa. Sedangkan untuk organisasi Polri pada umumnya sudah menyesuaikan dengan struktur organisasi kepemerintahan, artinya menyesuaikan dengan levelering yang ada dipemerintahan. Jika disuatu tempat ada struktur Provinsi, maka diupayakan akan dibangun juga Kepolisian Daerah (Polda), jika ada Kabupaten atau Kota maka diupayakan akan dibangun Polres dan seterusnya sampai dengan Polsek ditingkat

(3)

Kecamatan. Dalam hal tugas pokoknya sebagaimana diketahui diatur dalam Undang-undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri. Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum; dan

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. 3

Dalam pandangan perpolisian yang modern, kepolisian tidak hanya melihat sebuah fenomena ganguan keamanan dan ketertiban masyarakat maupun pelanggaran hukum sebagai sebuah apa adanya, tetapi sebagai sebuah fenomena

puncak gunung es yang menguraikan bahwa di bawah puncak gunung es itu ada sebuah fenomena atau permasalahan-permasalahan yang sangat kompleks, yang syarat mengandung mengapa fenomena ganguan kamtibmas ataupun pelanggaran hukum terjadi. Jika ada fenomena ganguan kamtibmas atau gangguan nyata, maka fenomena yang ada dibawahnya adalah police hazard dan yang lebih mendasarinya lagi adalah faktor-faktor korelatif kriminogen atau disebut juga

ambang gangguan dan potensi gangguan.

GAMBAR TEORI GUNUNG ES GANGGUAN KAMTIBMAS

Dalam pandangan perpolisian modern, dikatakan bahwa uapaya-upaya represif, penegakan hukum maupun prepentif tanpa diikuti oleh kehadiran anggota Polri ditengah-tengah masyarakat yang intent ternyata

3 ______ UU Nomor 2 Tahun 2002, Lembaran Negara R.I tahun 2002 Nomor 2, Pasal 13.

(4)

tidak dapat mencegah terjadinya kejahatan yang terus menerus senantiasa meningkat. Karena itulah maka dibanyak negara yang modern seperti Inggris atau banyak negara Eropa, A.S, Canada, Jepang, Singapore menerapkan kebijakan baru perpolisian masyarakat yang cukup berhasil. Untuk Polri telah mengeluarkan suatu kebijakan dengan diterbitkannya Peraturan Kapolri (Perkap) Nomor 7 tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Stategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat dalam Penyelenggaraan Tugas Polri yang pada dasarnya kebijakan, strategi dan filosofi ini sudah lama dijalankan di lingkungan Polri dan Perkap Nomor 8 tahun 2009 tentang

Implementasi Prinsif dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Beberapa hal penting filosofi dan strategi

pemolisian masyarakat yang berkaitan dengan Ketahanan Nasional sebagai konsepsi antara lain adalah :

a. Prinsip-prinsip Pemolisian Masyarakat.

Secara singkat beberapa prinsip Polmas antara lain komunikasi intensif (menekankan pada kesepakatan warga, bukan pemaksaan melalui komunikasi intensif seperti tatap muka, telekomunikasi, surat, pertemuan, forum komunikasi, diskusi dan lain-lain), kesetaraan, kemitraan, transparansi, akuntabilitas, partisipasi, personalisasi, desentralisasi, oroentasi pada pemecahan masalah dan orientasi pada pelayanan.

b. Falsafah Polmas.

1) Falsafah Polmas mendasari pemahaman bahwa masyarakat bukan merupakan obyek pembinaan dari petugas yang berperan sebagai subyek penyelenggara keamanan, melainkan masyarakat harus menjadi subyek dan mitra yang aktif dalam memelihara keamanan dan ketertiban di lingkungannya sesuai dengan hukum dan hak asasi manusia.

2) Falsafah Polmas mendasari pemahaman bahwa penyelengga-raan keamanan tidak akan berhasil bila hanya ditumpukan kepada keaktifan petugas polisi semata, melainkan harus lebih ditumpukan kepada kemitraan petugas dengan warga masyarakat yang bersama-sama aktif mengatasi permasalahan di lingkungannya.

(5)

masyarakat terhadap Polri melalui kemitraan yang didasari oleh prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, agar warga masyarakat tergugah kesadaran dan kepatuhan hukumnya. Oleh karenanya, fungsi keteladanan petugas Polri menjadi sangat penting.4

c. Strategi Polmas.

Strategi Polmas adalah terwujudnya kemitraan Polri dengan warga masyarakat yang mampu mengidentifikasi akar permasalahan, menganalisa, menetapkan prioritas tindakan, mengevaluasi efektifitas tindakan dalam rangka memelihara keamanan, ketertiban dan kententraman masyarakat serta peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Disini memang menitik beratkan kepada masalah pemeliharaan kamtibmas, akan tetapi dalam kaitannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat tentu saja dapat mengemban atau membantu tugas-tugas penyuluhan pertanian ataupun Badan Ketahanan Pangan daerah dengan mengerahkan segala potensi yang ada bersama para petugas pertanian atau penyuluh pertanian lapangan secara bersama melakukan kegiatan pertanian langsung kepada masyarakat dalam kaitannya untuk mengatasi masalah Ketahanan Pangan. Apalagi masalah pangan ini, jika ada kekurangan pada tingkat keluarga dan individu sangat berkorelasi dengan terjadinya gangguan kamtibmas.

Dalam pelaksanaanya bentuk-bentuk dan penerapan Polmas ini, yang menekankan pada intensitas pertemuan atau komunikasi dengan warga masyarakat sesungguhnya Polri tidak hanya memecahkan persoalan-persoalan kamtibmas semata, tetapi dapat diberikan muatan-muatan lain seperti masalah Ketahanan Pangan secara integratif bersama-sama elemen sumber daya manusia Kementerian Pertanian ataupun kelompok-kelompok penyuluh pertanian lainya. Dengan demikian anggota Polri yang terlibat dalam pengemban fungsi Polmas baik sebagai anggota bimbingan masyarakat (Bimmas) maupun anggota fungsi operasional lainnya dapat dititipi masalah-masalah Ketahanan Pangan ini dalam pelaksanaan tugas keseharian mereka.

Selanjutnya dalam Undan-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemda sebagai perubahan dari UU No. 22 Tahun 1999 diatur tentang Pemerintah Daerah, yaitu penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

4 Mabes Polri, Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2008 Tentang Pemolisian Masyarakat, Pasal 8.

(6)

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemda ini adalah Gubernur, Bupati dan Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5Pembagian urusan pemerintahan diatur dalam pasal 10 UU No. 32 Tahun 2004 sebagai berikut :

(1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah.

(2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama.

(4) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa.

(5) Dalam urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah di luar urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pemerintah dapat : a. menyelenggarakan sendiri sebagian urusan pemerintahan; b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah; atau c. menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan daerah dan/ atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan. 6 Apabila hal di atas dikaitkan dengan masalah pangan, khususnya UU NO. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, maka dikatakan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan SDM yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional.7 Dikatakan bahwa pangan yang aman, bermutu, bergizi,

(7)

beragam, dan tersedia secara cukup merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan dikatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Masalah ketahan pangan ini di Kementerian Pertanian secara khusus ditangani oleh Badan Ketahanan Pangan yang keberadaannya baik ditingkat pusat atau di Kementerian maupun di daerah otonom baik di Provinsi maupun Kabupaten dan Kota. Badan Ketahanan Pangan dalam RPJMN 2010-2014 sudah memiliki program sebagai penjabaran dari Program Prioritas Nasional menyangkut Ketahanan Pangan. Program yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan adalah Program Peningkatan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan Pangan Masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang: Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Program tersebut mencakup 4 (empat) kegiatan, yaitu : (1) Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; (3)

(8)

Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; dan (4) Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Kegiatan kesatu sampai ketiga merupakan kegiatan prioritas nasional yang ditujukan dalam rangka pemantapan ketahanan pangan masyarakat yang membutuhkan partisipasi dan peranserta instansi terkait sesuai dengan masing-masing program yang dilaksanakan, serta melalui kerjasama dengan stakeholders/ pemangku kepentingan di pusat dan daerah.

Dari uraian fakta dan analis singkat di atas, maka tulisan kertas karya acuan ini merumuskan pokok permasalahannya adalah : Bagaimana sinergitas TNI dan Polri bersama Badan Ketahanan Pangan Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan di daerah otonom dalam rangka kemandirian bangsa ?.

IV. Pokok-Pokok Persoalan.

Berdasarkan rumusan pokok permasalahan sumberdaya kehutanan di atas, maka pokok-pokok persoalan dalam essay ini setidaknya sebagai berikut :

1. Belum adanya landasan hukum sebagai dasar operasionalisasi kerjasama khususnya antara Polri dan Kementerian Pertanian. Hal ini berkaitan dengan nota kesepahaman sebagai dasar sinergitas antara TNI dan Polri bersama Badan Ketahan Pangan baik di Pusat maupun di tiap-tiap daerah otonom yaitu di Provinsi, Kabupaten dan Kota. MOU antara TNI dan Kementerian Pertanian sudah ada yaitu Nomor : 13002/HK/130/F/04/2012 dan Nomor : KERMA/10/IV/2012 tanggal 13 April 2012 Dalam Rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional Melalui Program Pembangunan Sektor Pertanian Sebagai Bentuk Pengabdian TNI Mendukung Program Pemerintah. Akan tetapi untuk operasionalisasi di daerah otonom Provinsi, Kabupaten dan Kota sebaiknya mengadakan MoU masing-masing sebagai dasar operasionalisasi. MoU antara Polri dan Kementerian Pertanian sudah ada yang diwakili oleh Badan Karantina Pertanian, tetapi tentang kerja sama dibidang karantina hewan, tumbuh-tumbuhan dan pengawasan hayati yang bersifat lebih kepada penegakan hukum. Sedangkan kerjasama dibidang ketahanan pangan sejauh ini belum ada.

(9)

lahan-lahan pertanian yang terbatas dan ektensifikasi pada lahan-lahan pertanian baru untuk daerah-daerah yang memiliki geografi cukup luas.

3. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan secara sinergi. Hal ini juga berkaitan dengan program-program pilot proyek dalam kegiatan agrobisnis, kawasan rumah pangan lestari, subsidi bibit unggul dan pemberian subsidi pupuk yang betul-betul terdistribusi pada petani yang membutuhkan dan kegiatan lainnya. V. Pokok-Pokok Pemecahan Persoalan.

1. Kebijakan.

Untuk mewujudkan sinergitas TNI dan Polri bersama Badan Ketahanan Pangan guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa, maka kebijakan yang dirumuskan dalam KKA ini adalah “Revitalisasi Pertanian melalui sinergitas TNI dan Polri bersama Badan Ketahanan Pangan Daerah otonom untuk mewujudkan surplus produksi beras 10 Juta Ton dan peningkatan produksi strategis lainnya pada Tahun 2014”.

2. Strategi.

Untuk mewujudkan kebijakan di atas maka strategi yang ditempuh adalah :

a.

Membuat atau mewujudkan adanya MoU antara Polri dan Kementerian Pertanian (TNI dan Kementerian pertanian sudah ada MoU), TNI di daerah dan Polri di daerah dengan Gubernur dan Bupati atau Walikota masing-masing.

b.

Mengoptimalkan program intensifikasi dan ektensifikasi serta alokasi anggaran untuk program ketahanan pangan yang memadai.

c.

Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat petani dengan program adanya pilot proyek sinergitas TNI dan Polri dengan Badan Ketahanan Pangan di tiap-tiap daerah otonom.

3. Upaya.

(10)

Upaya strategi-1; Membuat atau mewujudkan adanya MoU antara Polri dan Kementerian Pertanian (TNI dan Kementerian pertanian sudah ada MoU), TNI di daerah dan Polri di daerah dengan Gubernur dan Bupati atau Walikota masing-masing.

a. Kapolri melalui program atau pemilihan strategi dan filosofi Pemolisian Masyarakat membuat MoU atau Nota Kesepahaman dengan Kementerian Pertanian dalam rangka membantu program pemerintah mewujudkan ketahanan pangan mencapai surplus beras 10 Juta Ton dan peningkatan produksi strategis lainnya (jagung, kedelai, gula dan daging sapi) pada tahun 2014.

b. Panglima Kodam, Kapolda, Danrem, Dandim dan Kapolres masing-masing daerah otonom melakukan koordinasi dengan Gubernur, Bupati dan Walikota sebagai pimpinan daerah otonom dan atau bisa langsung dengan Kepala Badan Ketahanan Pangan masing-masing untuk membahas masalah program surplus produk pangan utamanya beras, kedelai, jagung, gula dan daging sapi serta mewujudkan kerja sama dalam MoU sebagai landasan administrasi dan hukum.

c. TNI dan Polri tiap-tiap daerah otonom, memberikan bantuan kepada masing-masing Badan Ketahanan Pangan dalam hal penanganan daerah-daerah yang mengalami rawan pangan seperti membantu dalam distribusi pangan, membantu stabilitas harga dengan “koordinasi” para pengusaha dibidang pangan ditiap-tiap daerah untuk tidak mencari keuntungan yang tidak wajar dalam kesulitan masyarakat serta koordinasi dengan Bulog setempat jika memiliki Bolog.

d. TNI dan Polri memberikan bantuan tehnis lainnya kepada Badan Ketahanan Pangan dan atau petani langsung dalam hal misalnya menjadi petugas membantu penyuluhan, memberikan akses pemodalan kepada pihak perbankan yang resmi dan meniadakan sistem ijon melalui para petugas Babinsa dan Babinkamtibmas ataupun Bintara Polmas.

(11)

Upaya strategi-2; Mengoptimalkan program intensifikasi dan ektensifikasi serta alokasi anggaran untuk program ketahanan pangan yang memadai.

a.

Badan Ketahanan Pangan ditiap-tiap Kabupaten/ Kota bersama-sama TNI dan Polri setempat melakukan penyuluhan langsung kepada petani-petani yang memiliki lahan terbatas untuk dapat melaksanakan program intensifikasi dalam pengolahan lahan, penggunaan air, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, pembasbian hama, proses panen dan pasca panen dan lain-lain sebagai upaya meningkatkan produksi dengan lahan yang terbatas. Kepada yang memiliki lahan terbatas dapat juga disuluh melakukan program “kawasan rumah pangan lestari”.

b.

Pemda setempat bersama TNI dan Polri untuk di daerah-daerah yang masih memungkinkan perluasan areal atau lahan pertanian melakukan program khusus seperti TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD) untuk membuka lahan pertanian baru dan diberikan kepada para petani dengan tetap dilakukan pengawasan yang baik. Program pertanian yang dilakukan dengan pola dan arah agrobisnis.

c.

TNI dan Polri membantu mengawasi distribusi pupuk bersubsidi mulai dari proses permohonan kepada pabrik pupuk atau distribusi pupuk oleh petani atau kelompok petani ataupun koperasi petani, di pabrik pupuk atau distributor, diperjalanan dan sampai didistribusikan kepada para petani.

d.

Badan Ketahanan Pangan, TNI dan Polri setempat menginventarisir ulang lahan-lahan pertanian yang produktif dan masih memiliki infrastruktur pengairan yang relatif baik tetapi sudah beralih fungsi untuk perkantoran, perumahan, golf dan lain-lain serta mencoba melakukan penegakan hukum sesuai dengan undang-undang No. 41 Tahun 2009

(12)

Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan. Kegiatan ini sebagai upaya pencegahan terhadap pesatnya peralihan fungsi lahan pertanian dan diupayakan setiap Polda setidaknya 2 (dua) kasus.

e.

Pemda, Badan Ketahanan Pangan, TNI dan Polri setempat melakukan inventarisasi petani-petani yang telah mempertahankan lahannya, padahal disekitarnya sudah banyak yang beralih fungsi untuk kemudian diberikan insentif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan PP nomor 30 Tahun 2012 tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

f.

Badan Ketahanan Pangan, TNI dan Polri melakukan himbauan dan perbantuan diversifikasi usaha tani, dalam artian petani tidak hanya melakukan satu usaha pertanian saja tetapi juga sambil memelihara atau budidaya ikan, pelihara itik, ayam, kambing dan sapi.

Upaya strategi 3; Mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat petani dengan program adanya pilot proyek sinergitas TNI dan Polri dengan Badan Ketahanan Pangan di tiap-tiap daerah otonom.

(13)

b.

Badan Ketahan Pangan, TNI, Polri dan Badan Pertanahan setempat di daerah otonom masing-masing menentukan kawasan-kawasan tertentu khususnya daerah sentra produksi pangan sebagai pilot proyek percontohan untuk melakukan kegiatan intensifikasi lahan pertanian khususnya padi.

c.

Badan Ketahanan Pangan, TNI dan Polri, berkoordinasi dengan pihak Kehutanan untuk mendapatkan lahan-lahan kehutanan yang terlantar yang relatif luas dan visibel untuk dilakukan pengolahan guna perluasan areal dan penanaman produk pertanian sesuai kondisi lahan seperti misalnya untuk menanam padi, jagung, kedelai secara besar-besaran dengan modal yang jelas dan menguntungkan.

d.

Membuat pilot proyek kelompok-kelompok pertanian untuk mengembangkan diversifikasi usaha pertanian seperti memlihara itik, ayam (petelor atau daging), budidaya ikan, pelihara kambing dan sapi dengan pola kemitraan dan dana bergulir.

e.

Bada Ketahan Pangan, TNI, Polri dan Bulog setempat untuk dapat menjamin pemasaran hasil pertanian agar menguntungkan pihak petani.

(14)

Jakarta, Agustus 2012. Peserta PPRA XLVIII/ 2012,

Zulkarnain.

Nomor ururt absen : 82 Lampiran :

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berusaha mengamati lebih dalam hubungan antara penerapan IT (information technology) dengan kinerja organisasi, dimana seiring dengan perkembangan teknologi

kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetikum. Proses angiopati pada pasien diabetes melitus berupa penyempitan dan.. penyumbatan pembuluh darah

objektif pertama kajian ini iaitu mengukur kefahaman pelajar diploma kujuruteraan di politeknik terhadap kepentingan Modul Soft Skills dalam membina personaliti individu

Trias Setiawati_FEUII Yogyakarta_Pejabat St ruktural dalam Perspektif Gender ……… 2 perempuan lebih banyak jumlahnya dari laki-laki, yang akan menjadi beban pembangunan

Struktur perekonomian Provinsi se-Jawa pada triwulan III-2017 masih didominasi oleh Provinsi DKI Jakarta yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional

Bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011

Untuk kurva yang terbuka ke atas, pada setiap titiknya nilai f′(x) atau gradien garis singgungnya bertanda sama dan naik atau berubah tanda dari negatif ke

Proses penyadaran dan pendampingan yang dilakukan kepada kelompok kebersihan pasar Desa Sekaran membutuhkan refleksi agar mengetahui keterkaitan antara teori yang