BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai analisis
pengaruh usaha tanaman hias terhadap pengembangan wilayah, antara lain :
1. Hermanto (2003) dalam penelitiannya “Prospek Pengembangan Agribisnis
Bunga Potong Di Kabupaten Karo”, menyimpulkan bahwa usahatani bunga
potong di Kabupaten Karo secara ekonomis layak untuk dikembangkan, angka
perbandingan penerimaan dan biaya produksi lebih besar dari 1. Nilai ekonomis
masing-masing bunga potong dipengaruhi oleh jumlah permintaan yang berkaitan
dengan hari besar keagamaan dan event-event budaya pada masyarakat. Bunga
krisan memiliki nilai ekonomis tertinggi yang disusul oleh gladiol dan sedap
malam, sedangkan bunga ester merupakan bunga dengan nilai ekonomis lebih
kecil. Namun secara umum tampak bahwa masing-masing jenis bunga potong
memiliki prospek yang cukup baik dikembangkan. Hanya saja perlu adanya
dukungan dari subsistem secara terpadu.
2. Nasution (2004) dalam penelitiannya “Pengaruh Pembudidayaan Ikan Terhadap
Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun. (Studi Kasus : Desa Nagori
Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan)”, menyimpulkan bahwa kenaikan
pendapatan peternak ikan lebih besar dibandingkan dengan harga ikan yang
berlaku di pasar. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa semakin besar jumlah modal,
luas lahan, tenaga kerja dan harga ikan, maka pendapatan peternak ikan akan
kerambah. Pertambahan pendapatan petani dengan adanya usahatani
pembudidayaan memiliki hubungan antara pendapatan yang meliputi : besarnya
modal, luas lahan dan tenaga kerja, kecuali harga ikan yang tidak memiliki
hubungan dalam usahatani pembudidayaan ikan. Dari hasil persamaan regresi
linier berganda yang telah diperoleh bentuk hubungan antara variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap perubahan pendapatan peternak ikan di Desa/Nagori
Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan, dimana modal, luas lahan dan tenaga
kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap pendapatan peternak ikan
kecuali harga ikan.
3. Murni (2003) dalam penelitiannya “ Analisis Usahatani Kol dan Kaitannya
dengan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karo”, menyimpulkan bahwa analisis
yang telah dilakukan terhadap usahatani kol diperoleh koefisien elastisitas dari
masing-masing variabel yang dianggap berpengaruh terhadap produksi kol.
Variabel penelitian yang mempunyai nilai elastisitas positif adalah luas lahan,
bibit, pupuk organik dan pupuk anorganik. Sedangkan yang mempunyai koefisien
elastisitas negatif adalah obat-obatan dan tenaga kerja. Berdasarkan nilai F-hitung
diketahui bahwa secara serempak seluruh variabel yang dianalisis berpengaruh
sangat nyata terhadap hasil produksi kol, yang artinya tingkat produksi kol
dipengaruhi oleh : luas lahan, benih, pupuk (organik dan anorganik), obat-obatan
dan tenaga kerja. Berdasarkan analisis mengenai keterkaitan komoditi kol
terhadap sektor perekonomian dan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Karo
dapat diketahui bahwa nilai total keterkaitan kebelakang adalah sebesar 1.78445.
komoditi kol mempunyai indeks penyebaran 0,91349. Yang berarti bahwa sektor
kegiatan produksinya. Sedangkan untuk keterkaitan kedepan sektor kol
mempunyai nilai keterkaitan ke depan sebesar 1,09150. Komoditi kol mempunyai
indeks kepekaan 0,55876, artinya bahwa daya dorong sektor tanaman kol terhadap
perekonomian Sumatera Utara cukup lemah dibandingkan dengan sektor lain
karena nilainya cukup kecil.
4. Damayanti (2013) dalam penelitiannya “Analisis Pengaruh Komoditi Jagung
Terhadap Pengemabangan Wilayah Di Kabupaten Dairi”, menyimpulkan bahwa
komoditi jagung menjadi basis dalam perekonomian Kabupaten Dairi. Kecamatan
Tanah Pinem menjadi salah satu sentra produksi jagung di Kabupaten Dairi,
dimana Kecamatan Tanah Pinem memberikan kontribusi sebesar 29,27% terhadap
luas panen dan sebesar 37,78% terhadap produksi jagung. Komoditi jagung
berpengaruh positif terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanah Pinem
Kabupaten Dairi, dimana perubahan produksi dan harga jagung akan
mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat di Kecamatan Tanah Pinem
sebesar 85,9%. Secara parsial menunjukkan bahwa produksi dan harga jagung
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Artinya, setiap
peningkatan produksi dan harga jual jagung akan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Juga dapat dilihat bahwa variabel yang lebih tinggi pengaruhnya
terhadap pendapatan masyarakat adalah produksi jagung. Komoditi jagung
berdampak positif terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Tanah Pinem
Kabupaten Dairi. Hal ini dapat dilihat dari keterkaitan kebelakang (backward
linkage), yaitu pengembangan usaha-usaha penyediaan sarana produksi pertanian
serta keterkaitan ke depan (forward linkage) yaitu berdirinya usaha penggilingan
5. Arumsari (2000) dalam penelitiannya “ Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap
Tingkat Pendapatan Petani Anggrek Dendrobium SPP Di Wilayah Kecamatan Kebun Jeruk dan Kecamatan Serpong”, menyimpulkan bahwa bisnis anggrek
sebagai bagian dari bisnis florikultura memiliki potensi besar untuk
dikembangkan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun
1997, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis anggrek.
Pendapatan tunai dan total yang diperoleh oleh petani tanaman hias anggrek
Dendrobium sebelum masa krisis, selama satu periode produksi sebesar Rp
21.207.166,7 dan Rp 16.288.233,8. Di masa krisis besarnya pendapatan tunai
meningkat sebesar 15,98 persen sedangkan pendapatan total menurun 10,47
persen. Dan hasil R/C rasio sebelum masa krisis adalah sebesar 3,06. Di masa
krisis nilai rasio ini menjadi 1,93 yang menandakan usahatani tanaman hias
anggrek Dendrobium masih layak untuk diusahakan.
2.2. Tanaman Hias
menggerakkan pertumbuhan industri barang dan jasa, berkembangnya kegiatan usahatani tanaman hias di indonesia disebabkan karena meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan lingkungan, pembangunan industri pariwisata, pembangunan kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran. Dengan meningkatnya permintaan pasar akan tanaman hias, maka hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan petani tanaman hias.
Kehadiran tanaman hias pada suatu tempat dapat menambah keindahan
atau menghiasi halaman maupun ruangan di dalam rumah. Walaupun tanaman
hias termasuk kebutuhan sekunder, tetapi pesonanya dapat menambah gengsi
seseorang. Ada pula beberapa jenis tanaman hias yang dipercaya dapat membawa
keberuntungan, misalnya pachira (money tree) dan bambu emerald. Untuk
tanaman sejenis ini, banyak orang akan berusaha memperoleh dan memilikinya
(Prihmantoro, et al, 2001).
Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari
tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah
lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Rahardi, et al
(1994) menjelaskan bahwa tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai
nilai keindahan dan daya tarik tertentu. Di samping itu, juga mempunyai nilai
ekonomis untuk keperluan hiasan di dalama dan di luar ruangan. Karena
mengandung arti ekonomi, tanaman hias dapat diusahakan menjadi suatu bisnis
yang menjanjikan keuntungan besar.
Tanaman hias biasanya ditanaman di dalam pot dengan media yang
terbatas. Padahal media tersebut harus mampu menyediakan nutrisi, air, dan
oksigen bagi tanaman, serta memiliki porositas yang baik. Kondisi ini sering
tergenang menyebabkan akar membusuk, terutama bagi jenis-jenis tanaman
sekulen yang bonggol dan perakarannya mengandung banyak air, seperti adenium
dan euphorbia. (Redaksi Agromedia, 2007).
Keanekaragaman jenis tanaman hias di Indonesia sangat berlimpah.
Tanaman hias dapat dijumpai, mulai dari bentuk rerumputan dan penutup tanah,
herba daun dan bunga, semak dan perlu yang menggerombol, liana yang menjalar,
merambat dan menjuntai berenda-renda, hingga tanaman besar dalam bentuk
pohon yang menjulang tinggi. Tanaman hias tersebut bebas dipilih dengan
memperhatikan tampilan fisik (ukuran, bentuk, tekstur dan warna) dan persyaratan
lingkungan (Arifin, 2004).
Tanaman hias mempunyai manfaat sebagai sumber pendapatan petani
maupun pedagang tanaman hias, serta memperluas lapangan kerja. Manfaat lain
menciptakan kesegaran (kenyamanan), kesejukan dan keindahan maupun
kesehatan lingkungan. Tanaman hias mempunyai nilai keindahan tajuk juga
bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman.
Dalam hal ini harus diakui bahwa penilaian terhadap keindahan suatu
tanaman kadang-kadang sangat subjektif. Namun secara umum keindahan suatu
tanaman terletak pada organ tanaman itu sendiri, terutama pada daun dan
bunganya. Dan dari sinilah muncul istilah tanaman hias daun dan tanaman hias
bunga (Sudarmono, 1997).
Menurut Hanum (2008) Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam
budidaya tanaman hias adalah
1. Menyiapkan media tanam yang baik dan gembur yang memiliki unsur hara
Bagi tanaman dalam pot, maka dasari pot dengan beberapa pecahan genting atau
batu bata sebagai pengikat air ketika disiram.
2. Lalu dapat menanamkan bibit tanaman atau tanaman muda ke dalam tanah.
Bagi tanaman pot, sebaiknya anda menanamnya dengan menyisakan 2-3 cm pada
bibir pot, sehingga dapat memudahkan penyiraman, dan pastikan pot memiliki
lubang drainase yang cukup. Dinding pot juga harus dibersihkan sebelum
dimasukkan dalam ruangan.
3. Selanjutnya proses penyiraman dilakukan dengan menggunakan air bersih, dan
lebih baik menggunakan semprotan sehingga air tersiram menyeluruh pada
tanaman. Penyiraman pun dapat dilakukan melalui alas pot bagi tanaman pot,
sehingga air dapat naik ke atas ke media tanam yakni melalui sistem kapiler.
4. Usahakan agar tanaman memperoleh cahaya matahari yang cukup untuk
pertumbuhannya.
Selanjutnya perlu diketahui teknik budidaya tanaman hias secara umum,
sehingga tanaman dapat tumbuh subur, cepat berbunga dan dapat tumbuh dalam
waktu lama, yatiu:
1. Pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan sebulan sekali dengan dosis yang cukup dan
2. Penyiraman
Proses penyiraman dapat dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari, dan
terdapat beberapa jenis tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air,
maka sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman agar tidak berlebihan.
3. Penyemprotan hama
Penting dilakukan agar tanaman tidak terserang penyakit, ini pun dapat
dilakukan 3-4 hari sekali, dengan penyemprotan pestisida.
4. Pemotongan/Pemangkasan
Yakni khusus untuk tanaman yang tumbuh bercabang seperti tanaman
perdu, sehingga perlu melakukan pemotongan pada cabang atau dahan yang mulai
mengering, sehingga pertumbuhan bunganya tidak terhambat, dan pemotongan
sebaiknya menggunakan gunting kebun.
2.3. Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (1987) Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan
pendapatan bersih. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang
dijual atau yang tidak dijual. Pendapatan bersih (net farm income)
Dalam meningkatkan pendapatan, maka petani harus berusaha
meningkatkan hasil-hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan
dengan memaksimalkan input-input faktor yang mempengaruhi. Menurut
Hernanto (1993), ada beberapa ukuran pendapatan petani yaitu:
didefinisikan
a. Pendapatan kerja petani (operator labor income), diperoleh dengan menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan
kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran baik
yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.
b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning), diperoleh dari menambahpendapatan kerja petani ditambah denganpenerimaan tidak tunai.
c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning), merupakan hasil balas jasadari petani dan anggota keluarga.
d. Pendapatan keluarga (family income), yaitu dengan menjumlahkan semua pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.
Keuntungan/profit adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Tujuan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : π = pq – c(q).
Keuntungan juga merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses
produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan
sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk
memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001).
Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan yang umumnya
digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan untuk
membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan bertujuan untuk
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan dapat menggabarkan
Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar
usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka
pengusaha seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya.
Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan
harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh
pengusaha, akibatnya efektivitas usahatani menjadi rendah. Volume produksi,
produktivitas serta harga yang diharapkan jauh di luar harapan yang dikhayalkan.
(Fhadoli, 1991).
Untuk dapat meningkatkan pendapatan sangat tergantung pada cepat
tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor ekstern dan faktor intern itu
sendiri, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Faktor ekonomi itu diantaranya jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang
dimilikinya. Sedangkan faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan dan
pengalaman. (Soekartawi, 1989).
Menurut Suratiyah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
biaya dan pendapatan sangatlah komplek. Namun demikian, faktor tersebut dapat
dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut :
1. Faktor internal dan faktor eksternal
Gambar 2.1. Faktor Internal dan Eksternal
Faktor manajemen juga sangat menentukan dimana petani sebagai manajer
harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis
sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.
Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan usahatani adalah jumlah
yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang
benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari
penerimaan. Pendapatan pengelola itu sendiri terdiri dari 2 unsur, yaitu:
1. Imbalan jasa manajemen, upah atau honorarium petani sebagai pengelola.
2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi resiko usaha. Inilah
yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam pengertian ekonomi
perusahaan.
Pendapatan diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan
dan biaya. Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan, adalah:
Pd = TR – TC
Dimana :
Pd = Pendapatan
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga
jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
TR1 = Y1 . Py
Yaitu: TR = Total Penerimaan
1
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga y (Soekartawi, 2002).
Menurut Soekartawi (1987), dalam usahatani tentunya para petani
memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan serta memperhitungkan
penerimaan yang diperoleh. Biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua
nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi
usahatani. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan.
1. Biaya tunai
Biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan
2. Biaya yang diperhitungkan
Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai
yang dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang
digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang
diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga,
dan penyusutan peralatan.
Berdasarkan sifatnya biaya produksi usahatani biasanya diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu: (1) Biaya tetap (fixed cost); dan (2) Biaya tidak tetap (variabel cost).
1) Biaya tetap
Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit atau
banyak. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap: sewa tanah, pajak dan alat-alat
pertanian.
2) Biaya variabel
Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan
sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.
Contohnya biaya untuk sarana produksi: tenaga kerja, pupuk, pestisida. Jika ingin
menambah jumlah produksi, maka jumlah sarana produksi juga harus ditambah.
Menurut Tjakrawiralaksana (1983), biaya adalah semua pengeluaran,
dinyatakan dengan uang, yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk
dalam satu periode produksi. Biaya disebut pula “ongkos-ongkos” yang
“input”. Termasuk biaya-biaya tersebut adalah: sarana produksi yang habis
terpakai, lahan, biaya alat-alat produksi tahan lama, tenaga kerja, dan biaya
lain-lain.
2.4. Pengembangan Wilayah
Wilayah merupakan suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan.
Unit geografi disini adalah ruang sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah
saja melainkan meliputi aspek-aspek lain, seperti biologi, ekonomi, sosial dan
budaya. Suatu wilayah sering dilakukan berdasarkan korelasi yang kuat dari
bagian-bagian (baik fisik maupun non fisik) yang membentuk wilayah tesebut.
Proses pengelompokkan ke dalam wilayah akan bermanfaat untuk membuat suatu
deskripsi (Wibowo, et al, 2004).
Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan
wilayah atau membangun daerah/ kawasan dalam rangka usaha memperbaiki
kesejahteraan hidup masyarakat. Pengembangan wilayah ini juga adalah upaya
memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada, juga
suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana
(Hadjisarosa, 1995).
Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraan kualitas hidup masyarakat dari suatu wilayah tertentu. Tujuan
pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang saling berkaitan, yaitu sisi
sosial ekonomi dan sisi ekologis. Menurut Triutomo (1999) pengembangan
wilayah merupakan program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan
pembangunan suatu wilayah Beberapa kata kunci yang terdapat dalam
pengembangan wilayah, yaitu:
• Program yang menyeluruh dan terpadu.
• Sumber daya yang tersedia dan kontribusinya terhadap wilayah.
• Suatu wilayah tertentu.
Pada umumnya pengembangan wilayah mengacu pada perubahan
produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk,
kesempatan kerja dan tingkat pendapatan. Selain defenisi ekonomi,
pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan sosial, berupa aktivitas
kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan dan lainnya.
Pengembangan wilayah lebih menekankan pada perbaikan wilayah secara
bertahap dari kondisi yang kurang berkembang menjadi berkembang.
Pembangunan pengembangan wilayah, yang terpenting bagaimana
memberdayakan dan memanfaatkan potensi wilayah, baik potensi alam maupun
buatan, yang harus dilaksanakan secara penuh dan efisien agar pemanfaatan
potensi benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal
sebagai akhir dari pembangunan dan pengembangan (Miraza, 2005).
Dalam pengembangan wilayah, peranan tata ruang wilayah-wilayah
ditinjau dari perkembangan historis yang telah mengalami perubahan dan
pertumbuhan. Beberapa kasus spasial (tata ruang wilayah) dapat dikemukakan
seperti terjadinya pemusatan kegiatan-kegiatan industri dan urbanisasi ke
kota-kota besar, terbentuknya pasar-pasar dan pusat-pusat baru yang menimbulkan
perubahan dalam wilayah pengaruh atau wilayah pelayanan, antara kota dan
Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan
manfaat wilayah bahi suatu masyarakat pada wilayah tertentu, mampu
menampung lebih banyak penduduk dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik,
bertambahnya sarana dan prasarana, tersedianya barang atau jasa yang dibutuhkan
masyarakat dan meningkatnya aktifitas usaha-usaha masyarakat baik dalam jenis,
intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2006).
Menurut Hanafiah (1982), beberapa indikator yang dapat dipakai dalam
mengidentifikasikan perkembangan suatu wilayah antara lain :
a. Jumlah penduduk
b. Pasar tradisional
c. Jumlah perusahaan kecil
d. Persepsi penduduk dan peran sertanya
e. Tingkat kesejahteraan
f. Jumlah relatif pengusaha
g. Jumlah relatif sarana dan prasarana transportasi
2.5. Kerangka Pemikiran
Usahatani tanaman hias merupakan jenis usahatani yang belakangan ini
banyak ditemui, khususnya di daerah Deli Serdang. Usahatani ini dapat berupa
budidaya tanaman hias dan perdagangan tanaman hias. Pada umumnya usahatani
ini terletak di pinggir jalan terutama di Desa Bangun Sari Gg. Madirsan dan
membentuk sentra usaha. Keberadaan usahatani tanaman hias dipinggir jalan
secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesejukan, keasrian dan
kebersihan udara di sekitar lokasi usaha, disamping dapat menjadi sumber
Produksi adalah total fisik yang diperoleh produsen dalam melakukan
kegiatan usahatani. Dalam memperoleh produksi yang maksimal, seorang
pengusaha/petani akan mengalokasikan input atau faktor produksi seefisien
mungkin guna tercapainya keuntungan yang maksimal. Biaya produksi
merupakan nilai dari semua korbanan ekonomi yang diperlukan dan dapat diukur
ataupun diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk. Cara pengukurannya
dilakukan dengan menjumlahkan antara biaya variabel dengan biaya tetap. Dalam
mengahasilkan suatu produk itu sendiri diperlukan juga sarana produksi seperti
lahan, pupuk, bibit, pestisida, modal dan tenaga kerja.
Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga
satuan, sedangkan pengeluaran adalah nilai penggunaan sarana produksi atau
input yang diperlukan pada proses produksi yang bersangkutan.
Pendapatan yang diperoleh adalah total penerimaan yang besarnya dinilai
dalam satuan rupiah dan dikurangi dengan nilai total seluruh pengeluaran selama
proses produksi berlangsung.
Pendapatan Petani sendiri dipengaruhi oleh luas lahan yang diusahai,
modal kerja yang dikeluarkan, tenaga kerja yang dipakai dan pengalaman
berusahatani.
Pada umumnya pengembangan wilayah adalah suatu tindakan atau upaya
membangun daerah/ kawasan untuk memacu perkembangan sosial ekonomi,
memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat, mengurangi kesenjangan antar
wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan pada suatu wilayah. Pengembangan
wilayah ini juga adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan
Untuk lebih mempermudah pemahaman, maka disusun skema kerangka
pemikiran yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Tanaman Hias
Produksi
Penerimaan
Pendapatan Petani Tanaman Hias - Modal Kerja
- Upah Tenaga Kerja - Biaya Bibit
- Biaya Pupuk - Biaya Pestisida
Pengembangan Wilayah Penyerapan Tenaga Kerja
2.6. Hipotesis Penelitian
1. Modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida berpengaruh positif
terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli
Serdang.
2. Usahatani tanaman hias berdampak terhadap pengembangan wilayah di