BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
dibagi dalam 3 trimester dimana trimester kesatu dalam 12 minggu, trimester kedua
15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, setiap wanita
yang memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan
melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat,
sangat besar kemungkinannya mengalami kehamilan (Mandriwati,2008, hal.3).
Kehamilan bukan merupakan suatu penyakit meskipun begitu wanita hamil
akan mengalami perubahan besar selama kehamilan, apabila seorang wanita
memiliki kesehatan yang baik sebelum kehamilan dapat membantu menghadapi
tekanan fisik dan emosional selama masa kehamilan, persalinan dan membantu
wanita tersebut mempersiapkan untuk mengurus bayinya yang baru lahir (Stoppard,
2008, hal. 1)
Dalam kehamilan untuk menentukan tuanya atau lamanya kehamilan
makanya ditentukan dengan trimester atau triwulan. Kehamilan trimester pertama
antara 0 sampai 12 minggu, kehamilan triwulan kedua antara 12 sampai 28 minggu,
organ-organ mulai terbentuk, triwmester kedua organ-organ sudah terbentuk tapi
belum sempurna dan triwulan ketiga semua organ tubuh janin telah sempurna.
B. Tanda-tanda Kehamilan
Kehamilan membawa perubahan tubuh secara fisiologis, wanita hamil akan
merasakan ketidak nyamanan baik fisik maupun psikis, pada wanita hamil terdapat
beberapa tanda atau gejala yang sering terjadi pada masa kehamilannya, tanda atau
gejala ini juga yang dapat menentukan terjadi atau tidaknya kehamilan yaitu:
a. Tanda yang tidak pasti
1). Amenorea (tidak dapat haid), gejala ini sangat penting karena umumnya
wanita hamil tidak dapat haid hamil lagi, penting diketahui tanggal haid hari pertama
terakhir ini dimaksudkan untuk mengetahui tuanya kehamilan dan mengetahui
taksiran persalinan.2) Nausea dan emesis yaitu mual dan muntah yang biasanya
terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, terkadang dapat terjadi pada pagi hari
yang disebut morning sickness, dalam batas tertentu keadaan ini masih fisiologis
tetapi apabila terlalu sering terjadi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang
disebut hiperemesis gravidarum. 3)Perubahan pada mamae atau payudara yang biasanya akan membengkak dan nyeri bila ditekan, ini terjadi karena meningkatnya
hormon estrogen dan progesteron yang merangsang duktus avioli di payudara.
4)Sering buang air kecil, ini terjadi karena kandung kemih pada bulan-bulan pertama
kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar, pada trimester kedua
umumnya keluhan ini akan hilang ini disebabkan uterus yang membesar keluar dari
rongga panggul, dan pada akhir triwulan gejala ini kembali terjadi karena janin mulai
masuk rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih.5) Anoreksia atau tidak
ada nafsu makan, pada trimester pertama biasanya akan terjadi anoreksia, akan tetapi
buang air besar), obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid.7)Mengidam atau menginginkan suatu hal. Mengidam
sering terjadi pada bulan-bulan pertama tetapi akan hilang dengan tuanya kehamilan.
8)Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan
dahi kadang-kadang tampak warna pigmen yang berlebihan yang lebih dikenal
kloasma gravidarum. 9)Pingsan, triwulan pertama pada beberapa wanita hamil akan mengalami pingsan pada saat berada ditempat ramai (prawihardjo, 2008, hal. 128)
b. Tanda pasti kehamilan
1).Denyut jantung janin(DJJ), dapat didengar dengan stetoskop ultrasonik
(doppler) sekitar minggu ke-12. Atau melakukan auskultasi pada janin bisa juga
mengidentifikasi bunyi-bunyi lain seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
2)Palpasi, adanya gerakan janin yang dirasakan. 3) Janin terlihat pada pemeriksaan
ultrasonografi atau sinar x (Sinclair 2010, hal 15).
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan
a. Status kesehatan atau penyakit
Ada dua hal yang mempengaruhi status kesehatan atau penyakit yaitu
penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamialan seperti Hyperemesis gavidarum, Preeklmpsia atau Eklampsi. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung
berhubungan dengan kehamilan tetapi dapat mempengaruhi kehamilan seperti Torch, Diabetes mellitus, kelainan pembekuan darah.
b. Gizi
Status gizi merupakan hal yang sangat penting terutama dalam kehamilan,
hubungan antara gizi ibu hamil selama masa kehamilan merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap perumbuhan dan
secara prematur atau BBLR. Rata-rata kenaikan berat badan ibu selama hamil adalah
10-20 kg atau 20% dari berat badan ideal sebelum hamil, adapun proporsi kenaikan
berat badan selama kehamilan adalah: 1)Kenaikan berat badan trimester I lebih
kurang 1 kg, kenaikan berat badan ini hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat
badan ibu.2)Kenaikan berat badan trimester II adalah 3 kg atau 0,3 kg perminggu,
hal ini disebabkan karena adanya pertumbuhan jaringan pada janin.3)Kenaikan berat
badan trimester III adalah 6 kg atau 0,3-0,5 kg perminggu, kenaikan ini disebabkan
karena pertumbuhan janin yang semakin berkembang serta timbunan lemak pada ibu
sendiri.
Kebutuhan zat gizi ibu hamil diantaranya adalah asam folat yang berfungsi
untuk menurunkankan resiko cacat otak pada janin, zat besi yang berguna untuk
menambah atau meningkatkan volume sel darah merah, selama masa kehamilan di
butuhkan minimal 90 tablet zat besi, kalsium berguna untuk pembentukan tulang dan
gigi bayi, kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500 mg perhari, protein berguna untuk
pembentukan jaringan baru pada janin, karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber
energi pada ibu hamil dibutuhkan 285 kalori perhari.
c. Gaya hidup
Gaya hidup juga berperan penting dalam masa kehamilan, salah satunya
adalah pekerjaan pada saat ini banyak di jumpai wanita yang bekerja, bukan tidak
boleh seorang wanita melakukan aktivitas atau bekerja, tetapi terkadang karena
tuntutan ekonomi keluarga wanita juga bekerja tanpa memikirkan resiko serta lupa
memperhatikan kehamilannya karena mereka telah merasa lelah setelah beraktivitas
atau bekerja. Bahkan sekarang banyak wanita hamil yang menggunakan obat-obatan
terlarang, merokok, meminum alkohol yang dapat membahayakan dirinya sendiri
d. Faktor psikologis
Status emosional dan psikologis seorang wanita sangat menentukan keadaan
kehamilannya. Salah satunya adalah kehamilan diluar pernikahan atau kehamilan
yang tidak diinginkan, baik itu akibat pemerkosaan maupun hubungan seks diluar
pernikahan, hal ini sangat berpengaruh terhadap kehamilan seorang wanita, karena
kehamilan yang diingin dan diharapkan tentunya membawa respon positif terhadap
psikologis wanita tersebut dalam merawat serta menjaga kehamilannya (kusmiyati,
2008, hal 80).
D. Pelayanan Antenatal Pada Ibu Hamil
Menurut Depkes RI (2007), kebijakan operasional dalam pelayanan antenatal
pada ibu hamil yaitu, Menemukan kehamilan resiko tinggi sedini
mungkin,Melakukan upayah pencegahan neonatal tetanus dengan imunisasi
TT,Pemberian tablet tambah darah (Fe) pada setiap ibu hamil selama kehamilanya,
Melakukan pemerikasaan kehamilan minimal 4 kali, Pemeriksaan laboratorium
hanya dilakukan atas indikasi,Setiap ibu hamil di buat kartu ibu untuk mencatat hasil
pemeriksaan kehamilan, diberikan KMS ibu hamil dan imunisasi, Menyediakan
sarana pelayanan kesehatan antenatal yang sesuai dengan standar pada jenjang
pelayanan, Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga, suami mengenai
cara hidup sehat, Memberikan pelayanan antenatal di puskesmas pada setiap hari kerja, Melakukan rujukan interen di dalam puskesmas untuk menjaring ibu hamil
yang datang dengan keluhan lain.
Dalam program kesehatan ibu dan anak melalui pendekatan tim kesehatan
pelayanan yaitu : meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga, dan kader)
dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan antenatal dan pencegahan resiko tinggi melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan kesehatan, meningkatkan mutu
dan jumlah tenaga pelaksana maupun peralatan fasilitas pelayanan antenatal, melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali yaitu pada triwulan pertama 1
kali, triwulan kedua 1 kali, dan pada triwulan ketiga 2 kali, serta meningkatkan
system rujukan kehamilan resiko tinggi (Depkes, 2007).
Kunjungan ibu hamil adalah kontak anatara ibu dan petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan standar pemeriksaan
kehamilan.Istilah kunjungan tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang
datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat sebaiknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi
petugas kesehatan di rumahnya atau di posyandu (Depkes, 2007).
Setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali keuntungan selama
kehamilan yaitu : satu kali kunjungan selama trimester pertama. Satu kali kunjungan
selama trimester kedua. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga. Pada setiap kali
kunjungan pemeriksaan kehamilan, perlu didapatkan informasi yang penting yaitu :
trimester pertama, membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan
dan ibu hamil.
Pemeriksaan kehamilan merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan pemeriksaan
kehamilan seperti yang ditetapkan dalam Buku Pedoman Pelayanan Antenatal Bagi
Petugas Puskesmas. Walaupun pelayanan pemeriksaan kehamilan selengkapnya
mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
(sesuai resiko yang ada), namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar
minimal 7 T untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan.
E. Konsep Sosial Budaya
a. Pengertian Budaya
Budaya berasal dari bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan akal, ada juga ahli yang mengatakan budaya berasal dari kata
budi-daya yang berarti daya dari budi. Jadi, kata budaya atau daya dari budi itu
berarti cipta, rasa dan karsa (Mulyadi, 2000).
Berdasarkan ilmu antropologi “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem
gagasan, tidakan dari hasil karya manusia dalam rangka membangun kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Para ahli umumnya
(Sajidiman, 1999) sepakat bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri
manusia berdasarkan hal-hal yang dipelajari atau learning behavior (Wahit Iqbal,
2009). Kebudayaan menurut E. B Tylor adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaa, kesenian, moral, hokum, adat istiadat,
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Sedangkan manusia sebagai makhluk Bio-Psiko-Sosial-Spititual
yang utuh dan unik.
Teori kebutuhan manusia, memandang manusia sebagai keterpaduan,
keseluruhan yang terorganisir karena pengetahuan Sosial Budaya penting sekali
dikuasai oleh profesi bidan dalam menjalankan tugasnya karena bidan akan
berhadapan dengan berbagai macam kelompok sosial dengan beragam latar belakang
agama, status pendidikan, dan sebagainya. Sosial Budaya sangat berkaitan dengan
kaitannya dengan masalah-masalah kependudukan karena proses perkawinan dapat
mengakibatkan kelahiran dimana kelahiran itu merupakan resiko yang tinggi bagi
ibu-ibu di seluruh dunia (Syafrudin, 2009).
Seorang ahli sosiologi, Talcott Parsons yang bersama dengan seorang ahli
antropologi, A. L. Kroeber mengemukakan perbedaan secara tajam wujud
kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola.
Sama halnya dengan J. J. Honigmann yang dalam buku pelajaran antropologinya
berjudul The World of Man (1959) membedakan tiga “gejala kebudayaan”, yaitu ide,
aktivitas, dan artifak. Terdapat tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud kebudayaan
sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya;
wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat; wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia (Noorkasiani, dkk, 2009).
Secara awam sering terjadi kerancuan pengertian antara perubahan budaya
dan perubahan sosial. Hal ini disebabkan adanya kenyataan bahwa setiap terjadi
proses perubahan budaya mengakibatkan stuktur dan fungsi masyarakatnya akan
berubah juga. Itulah sebabnya, orang sering menyatakannya sebagai perubahan sosial
budaya. Para ahli ilmu sosial, temasuk antropologi, secar tegas membedakan
pengertian perubahan budaya dan perubahan sosial. Pada perubahan budaya, hal
yang berubah itu adalah unsur-unsur budayanya, seperti pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan
manusia sebagai warga masyarakat. Adapun pada perubahan sosial, hal yang berubah
adalah struktur dan sistem sosial yang mengatur pola kehidupan masyarakat
Mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya.
Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktek komunikasi, tindakan sosial,
kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, semua itu berdasarkan pola-pola
budaya (Mulyana, 2002).
Maka kebudayaan berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien
dalam menghadapi lingkungan Kebudayaan bukan sesuatu yang dibawa bersama
kelahiran, melainkan diperoleh dari proses belajar dari lingkungan, baik lingkungan
alam maupun lingkungan sosial. Dengan kata lain, hubungan antara manusia dengan
lingkungannya dijembatani oleh kebudayaan yang dimilikinya.
Di lihat dari segi kebudayaan dapat dikatakan bersifat adaptif karena
melengkapi manusia dengan cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan fisiologis
dari diri mereka sendiri, penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik geografis
maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan bahwa banyak kebudayaan bertahan malah
berkembang menunjukkan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang dikembangkan oleh
suatu masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan tertentu dari
lingkungannya. Dengan kata lain, kebiasaan masyarakat manusia yang berlainan
mungkin akan memilih cara-cara penyesuaian yang berbeda terhadap keadaan yang
sama. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan timbulnya keaneka ragaman budaya
(Sutrisno,M. 2006).
Penyebaran orang Minangkabau jauh dari daerah asalnya ini disebabkan oleh
adanya dorongan pada diri mereka yang merantau, yang disebabkan oleh dua hal.
Pertama, ialah keinginan mereka untuk mendapatkan kekayaan tanpa
mempergunakan tanah-tanah yang telah ada. Ini dapat dihubungkan sebenarnya
dengan keadaan bahwa seorang laki-laki tidak mempunyai hak menggunakan tanah
menyebabkan bahwa orang yang merasa dikalahkan akan meninggalkan kampung
dan keluarga untuk menetap di tempat lain. Keadaan ini kemudian ditambah dengan
keadaan yang diciptakan oleh perkembangan yang berlaku pada masa akhir-akhir ini.
Pendukung kebudayaan Minangkabau dianggap sebagai suatu masyarakat
dengan sistem kekeluargaan yang ganjil di antara suku-suku bangsa yang lebih
dahulu maju di Indonesia, yaitu sistem kekeluargaan yang matrilineal. Inilah
biasanya dianggap sebagai salah satu unsur yang memberi identitas kepada
kebudayaan Minangkabau, yang terutama dipopulerkan oleh roman-roman Balai
Pustaka, pada bagian pertama dari abad ke-20 (Koentjaraningrat, 2007).
b. Kehamilan Menurut Adat Istiadat
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, Di antara
kebudayaan maupun adat istiadat ada kebiasaan yang merugikan bagi status
kesehatan ibu hamil. Ini di pengaruhi karena ilmu pengetahuan yang kurang sehingga
timbulah mitos yang sering kali kita temui bahkan dipercayai dalam kehidupan
sehari-hari. Saat seorang wanita suku minang mengandung mereka mempercayai
untuk membawa bawang putih sebagai penangkal dari makhluk halus
Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan :
1). Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sosial yaitu interaksi masyarakat, adat istiadat, pendidikan,
dan tingkat ekonomi. Contoh : ibu hamil pada suku Jawa biasanya akan melakukan
upacara adat 7 bulanan, ini dipercaya agar bayi yang dikandung sehat jasmani dan
rohani serta menjadi anak yang bermanfaat bagi orang tua, agama dan masyarakat.
Faktor budaya setempat dan budaya sendiri. Contoh : bagi ibu yang akan
melahirkan meminum dan mengolesi minyak kelapa di vagina akan mempercepat
proses kelahiran, faktanya minyak kelapa dalam dunia kedokteran tidak ada
hubunganya dalam proses kelancaran persalinan, pada dasarnya makanan akan
diolah dalam usus halus menjadi asam amino, glukosa, dan asam lemak yang
kemudian diserap oleh usus.
3). Faktor Pelayanan kesehatan
Merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Contoh :
seorang ibu hamil akan bersalin, untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus
melintasi jarak berkilo meter dengan jalan kaki. Artinya pusat pelayanan kesehatan
sangat berpengaruh dari segi jarak pemukiman, kelengkapan alat-alat dan obat yang
tersedia serta tenaga ahli yang trampil menguasai teknologi kesehatan.
4). Faktor Keturunan
Faktor yang telah ada pada diri manusia yang di bawa sejak lahir. Contoh:
asma, diabetes militus, hipertensi dan lain-lain (Syafrudin, 2009).
Menurut pendekatan biososiokultural, kehamilan bukan hanya dilihat
semata-mata dari aspek biologis dan fisiologisnya saja. Lebih dari itu, fenomena ini
juga harus dilihat sebagai suatu proses yang mencakup pemahaman dan pengaturan
hal-hal, seperti pandangan budaya mengenai kehamilan dan kelahiran, persiapan
kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan, wilayah tempat kelahiran
berlangsung, cara-cara pencegahan bahaya, penggunaan ramuan atau obat-obatan
dalam proses kelahiran, cara menolong persalinan, dan pusat kekuatan dalam
perawatan bayi dan ibunya .
Pengaruh sosial budaya sangat jelas terlihat pada ibu hamil dan keluarga yang
menyambut masa-masa kehamilan. Upacara-upacara yang diselenggarakan mulai
dari kehamilan 3 bulan, 7 bulan, masa melahirkan dan masa nifas sangat beragam
menurut adat istiadat daerah masing-masing (syafrudin, 2009).
Si calon ibu mulai saat itu harus menuruti beberapa pantangan makanan dan
pantangan lain. Demikian pula bagi calon ayah pun berlaku pantangan untuk
perbuatan yang akan berakibat kurang baik bagi calon bayi mereka. Selamatan ini
dimulai sejak bulan pertama sampai bulan ke sembilan bahkan sampai bulan
kesepuluh apabila ada kehamilan mencapai sepuluh bulan.
Di Bali mempunyai kebiasaan pada waktu hamil tua diberi makanan pelusuh
(jantung pisang yang direbus) dan diberi doa-doa. Bila waktu melahirkan, tiba dukun
bayi membawa calon ibu keruangan khusus dekat dapur untuk melahirkan.
Presepsi ini terbentuk berdasarkan kepercayaan dari simbol-simbol yang
dimiliki masyarakat. Proses kehamilan dan persalinan dan bagaimana pengelolahan
kehamilan dan persalinan ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan dari dalam
daripada lingkungan perawatan dari luar, oleh karena itu sebagian masyarakat
memandang bahawa hal yang lebih penting dilakukan adalah memenuhi tuntutan
atau kepercayaan dari perawatan kesehatan .
G. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi
Penelitian fenomenologi bersifat induktif.pendekatan yang dipakai adalah
deskriptif yang dikembangkan dari filsafat fenomenologi. Fokus filsafat
fenomenologi adalah pemahaman tentang respons kehadiran atau keberadaan
manusia, bukan sekedar pemahaman bagian-bagian yang spesifik atau perilaku
khusus. Tujuan penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman apa yang
Contoh penelitian fenomenologi adalah studi mengenai daur hidup masyarakat
tradisional dilihat dari perspektif kebiasaan hidup sehat, misalnya menggunakan air
bersih, menu makanan, kepedulian terhadap usaha pengobatan anggota keluarga
yang sakit, dan lain-lain. Penelahaan masalah dilakukan dengan multiperspektif atau
multi sudut pandang (Sudarwan, 2003).
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti
kata-kata, laporan terinci dari pandangan partisipan, dan melakukan studi pada
situasi yang alami (Bungin, 2007)
Bogdan dan Taylor (1975, dalam Moleong, 2007) mengemukakan bahwa
metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah dan bersifat
penemuan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya pengalaman, perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.
Menurut Denzin dan Lincoln (1987 dalam Moleong, 2006, hal. 5) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, latar alamiah dengan
maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk dapat menafsirkan fenomena dan yang
dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara,
pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah,
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,
teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi (Sugiono, 2009).
Bogdan dan Biklen (1982, dalam Sugiono, 2009, hal.21) mengemukakan
bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik, yaitu : dilakukan pada kondisi
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan
peneliti adalah instrumen kunci, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data
yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada
angka. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau