• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Manggis(Garcinia mangostana) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus Agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Aktivitas Antimikroba Ekstrak Kulit Buah Manggis(Garcinia mangostana) Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila, Streptococcus Agalactiae dan Jamur Saprolegnia sp."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Manggis (Garcinia mangostana)

Manggis dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama mangosteen dan

memiliki nama latin Garcinia mangostana Linn. Manggis termasuk tanaman dari

kelas Dicotyledonae, keluarga Guttiferae dan genus Garcinia. Nama latin

Garcinia mangostana adalah nama yang diberikan oleh Laurent Garcin seorang

penjelajah hutan berkebangsaan Prancis pada abad keenam belas (Hasanah, 2012).

Manggis merupakan tanaman tahunan dari hutan tropis teduh di kawasan

Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia. Tanaman itu menyebar ke

Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya, seperti Srilanka, Malagasi, Karibia,

Hawai, Brazil, Honduras, Panama dan Australia Utara. Manggis dijuluki sebagai

Queen of Fruits. Sebutan ini konon berkaitan dengan kesukaaan ratu (queen)

Kerajaan Inggris terhadap buah manggis (Paramawati, 2010).

Secara morfologi, manggis (Gambar 2) merupakan tanaman berkayu yang

keras dan baru mulai berbuah setelah tanaman ini berusia 8-10 tahun. Umurnya

relatif panjang karena bisa mencapai 150 tahun. Karena sifat kayunya yang keras,

di beberapa daerah di Indonesia, khususnya sentra manggis yang tumbuh liar,

pohon manggis banyak ditebang dan kayunya digunakan untuk bahan bangunan

karena memang sangat kuat (Hasanah, 2012).

Pohon manggis akan tumbuh dengan baik jika hidup di dataran rendah

hingga ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Adapun ketinggian yang paling cocok

untuk bertanam manggis adalah 500-600 m dpl dengan curah hujan tahunan

(2)

musim akan sangat berpengaruh pada kualitas buah manggis. Jika pohon

kekeringan akibat musim kemarau panjang, buah manggis yang dihasilkan

berukuran kecil dan mengandung getah kuning sehingga menjadikan buah

manggisnya tidak layak ekspor. Ciri buah manggis yang sudah masak adalah kulit

buahnya berwarna ungu kemerahan, bentuknya bulat agak pipih, tangkainya sudah

lunak dan diameter buahnya sekitar 4-7 cm. Tingkat kematangan buah sangat

berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan buah. Semakin matang semakin

singkat daya simpannya (Hasanah, 2012). Adapun sistematika dan klasifikasinya

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Clusiaceae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana

(3)

Bakteri Aeromonas hydrophila

Bakteri adalah organisme satu sel yang mempunyai daerah penyebaran

relatif luas, sehingga hampir dapat dijumpai di mana saja. Bakteri mempunyai

ukuran relatif lebih besar daripada virus, yaitu antara 0.3-0.5 mikron. Fungsi

utama bakteri di lingkungannya adalah mengerjakan berbagai fungsi dalam proses

fermentasi dan industri lainnya. Bakteri patogen dapat ditumbuhkan dalam media

buatan seperti agar darah atau trypticase soy di mana koloninya dapat dilihat

dengan mata telanjang. Bakteri ada yang bergerak dan sebagian lagi tidak

bergerak (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Aeromonas adalah bakteri yang motil dengan panjang 1-4 µm. Morfologi

koloninya sama dengan batang enterik gram negatif, dan mereka menghasilkan

hemolisis yang berzona besar pada agar darah. Spesies Aeromonas yang

dikulturkan dari spesimen tinja tumbuh dengan mudah pada media yang berbeda

yang biasa digunakan untuk kultur batang enterik gram negatif dan mirip bakteri

enterik. Spesies Aeromonas berbeda dari batang enterik gram negatif dilihat dari

adanya reaksi oksidase positifnya pada pertumbuhan yang didapat dari cawan agar

darah (Jawetz dkk., 2001).

Bakteri Aeromonas umumnya hidup di air tawar, terutama yang

mengandung bahan organik tinggi. Ciri utama bakteri Aeromonas adalah

bentuknya seperti batang, ukurannya 1–4,4 x 0,4–1μm, bersifat gram negatif,

fakultatif anaerob (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak berspora,

bersifat motil (bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel (Monotrichous

flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya, senang hidup di lingkungan

(4)

Bakteri A. hydrophila (Gambar 3) dimasukkan ke dalam kelompok bakteri

gram negatif dengan ciri-ciri berbentuk batang, motil, terdapat di perairan tawar,

opurtunis pada ikan yang mengalami stress atau pada pemeliharaan padat tebar

tinggi. Bakteri ini dapat menyerang semua jenis ikan air tawar dan bersifat laten.

Penyakit ini dikenal dengan nama motile aeromonas septicemia (MAS) atau

disebut juga hemorrhage septicemia. Serangan bakteri ini baru terlihat apabila

pertahanan tubuh ikan menurun dengan menunjukkan gejala klinis seperti adanya

hemorrhage pada kulit, insang, rongga mulut, borok pada kulit hingga jaringan

otot, exopthalmia, ascites, pembengkakan limpa dan ginjal, dropsy, serta necrosis

pada limpa, hati, ginjal, dan jantung (Kurniawan, 2012).

Gambar 3. Aeromonas hydrophila (a) Makroskopis (b) Mikroskopis

Aeromonas hydrophila dapat ditemukan dalam makanan dan lingkungan

perairan di seluruh dunia. Bakteri ini adalah anggota dari famili Aeromonadaceae

yang dikenal sebagai patogen pada hewan. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi

usus manusia dan beberapa penyakit yang berakibat fatal. Karena sering

ditemukan di lingkungan perairan A. hydrophila dapat menyebabkan penyakit

serius pada ikan (Belal dkk., 2009).

(5)

Ikan yang terserang bakteri A. hidrophyla menujukkan perubahan warna

tubuh menjadi gelap, berenang tidak beraturan, mata ikan rusak, sisik seperti akan

lepas, sirip rusak, insang berwarna pucat, ikan berenang ke permukaan seperti

kekurangan oksigen, insang rusak sehingga sulit bernapas, kulit ikan menjadi

kasat dan timbul pendarahan dengan luka-luka borok, perut menjadi besar (dropsi)

dan apabila dibedah akan terlihat pendarahan pada hati, ginjal dan limpa (Widya,

2013).

Bakteri Edwardsiella tarda

E. tarda merupakan bakteri Gram-negatif yang berbentuk batang bengkok,

dengan ukuran 1 x 2-3 μm, bersifat gram negatif bergerak dengan bantuan

flagella, tidakmembentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif anaerob.

Bakteri ini dapatdijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, dengan suhu

optimal bagi pertumbuhannya sekitar 35oC, sedangkan pada suhu di bawah 10oC

atau di atas 45oC tidak dapat tumbuh (Park dkk, 2012).

E. tarda merupakan bakteri penyebab penyakit edwardsiellosis. Bakteri ini

menyerang spesies-spesies ikan di daerah tropis dan bisa menjadi patogen

oportunistik pada manusia, menyebabkan meningitis dan diare (Wyatt dkk, 1979).

Penularannya secara horizontal yaitu kontak antara inang satu dengan inang

(6)

Gambar 4. Edwardsiella tarda (a) Makroskopis (b) Mikroskopis

Nadirah (2012) menjelaskan ikan yang terjangkit edwardsiellosis akan

memperlihatkan gejala sebagai berikut:

1. Terjadi luka pada kulit yang kemudian akan meluas ke bagian daging, sehingga

dengan segera akan mengakibatkan perdarahan. Luka semacam ini sering

dijumpai pada hati ikan.

2. Jika tidak segera diobati, luka-luka ini akan berkembang menjadi bisul dan

mengeluarkan nanah (abses).

3. Pada jaringan daging, hati dan ginjal sering terjadi nekrosa.

Jamur Saprolegnia sp.

Saprolegnia sp. adalah jenis jamur yang hidup di perairan tawar. Jamur ini

memperbanyak keturunannya dengan cara seksual (dengan alat kelamin) dan

dengan cara aseksual (tanpa alat kelamin). Memperbanyak keturunan secara

aseksual dilakukan dengan spora yang mempunyai dua buah rambut getar

(biflagellata) (Kordi, 2004).

Jamur Saprolegnia sp. (Gambar 5) dapat menyerang sebagian besar ikan

air tawar, tetapi umumnya menyerang ikan mas, gurame, tawes, gabus dan lele.

(7)

Selain itu, organisme ini juga sering menyerang telur ikan. Jamur ini umumnya

menyebabkan terjadinya infeksi sekunder sebab ia senang menyerang tubuh ikan

yang mengalami luka-luka oleh aktivitas antibakteri atau parasit lain. Selain

adanya luka, intensitas serangan Saprolegnia sp. akan meningkat apabila

temperatur turun dan ikan mengalami stres (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Gambar 5. Saprolegnia sp.

Saprolegnia sp. menyebabkan penyakit saprolegniasis pada ikan air tawar

seperti ikan mas, tawes, gabus, gurami dan nila. Ikan yang terserang

saprolegniasis biasanya diawali serangan dari bakteri dan parasit serta

penanganan yang tidak baik setelah terserang bakteri tersebut. Jamur ini biasanya

menyerang ikan dan telur ikan. Pada ikan dewasa biasanya yang diserang bagian

kulit yang telah terluka. Sedangkan telur ikan yang terserang akan terlihat seperti

dilapisi kapur (Widya, 2013).

Ikan dan telur ikan yang terserang jamur ini dapat diketahui dengan

mudah, sebab terlihat bagian organ ikan (biasanya bagian luar) atau telur yang

terserang, ditumbuhi oleh sekumpulan miselium jamur yang menyerupai

gumpalan benang-benang halus (hypa) yang tampak seperti kapas. Kumpulan

(8)

Diameter hypa kira-kira 20μm. Di dalam kantong sporangianya dijumpai ribuan

zoospora yang mempunyai rambut getar (flagella) (Kordi, 2004).

Ekstraksi

Extractio berasal dari perkataan “extrahere”, “to draw out”, menarik sari

yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Umumnya zat

berkhasiat tersebut dapat ditarik, namun khasiatnya tidak berubah. Dalam

kefarmasian, istilah ini terutama hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari

bahan asal dengan mempergunakan cairan penarik atau pelarut (Syamsuni, 2006).

Ekstraksi merupakan suatu metode untuk memisahkan senyawa penting

dari bahan tertentu agar senyawa tersebut dapat lebih baik dalam pemanfaatannya.

Ekstraksi yang sering digunakan adalah dengan menggunakan pelarut karna lebih

ekonomis walaupun membutuhkan waktu yang lama (Widya, 2013).

Umumnya ekstraksi dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat-zat

yang berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. Simplisia

(hewan/tumbuhan) mengandung bermacam-macam zat atau senyawa tunggal;

sebagian mengandung khasiat pengobatan, misalnya bermacam-macam alkaloid,

glukosida, damar, oleoresin, minyak atsiri, lemak dan sebagainya (Syamsuni,

2006).

Tujuan utama ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak

mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang

tidak berfaedah, agar lebih mudah dipergunakan (kemudahan diabsorpsi, rasa,

pemakaian dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan

(9)

Ekstraksi adalah metode pemisahan suatu komponen solute (cair) dari

campurannya menggunakan sejumlah massa solven sebagai tenaga pemisah.

Proses ekstraksi terdiri dari tiga langkah besar, yaitu proses pencampuran, proses

pembentukan fasa setimbang, dan proses pemisahan fasa setimbang. Solven

merupakan faktor terpenting dalam proses ekstraksi, sehingga pemilihan solven

merupakan faktor penting. Solven ini harus saling melarutkan terhadap salah satu

komponen murninya, sehingga diperoleh dua fasa rafinat. Proses ekstraksi dapat

berjalan dengan baik bila pelarut ideal harus memenuhi syarat-syarat yaitu

selektivitasnya tinggi, memiliki perbedaan titik didih dengan solute cukup besar,

bersifat inert, perbedaan density cukup besar, tidak beracun, tidak bereaksi secara

kimia dengan solute maupun diluen, viskositasnya kecil, tidak bersifat korosif,

tidak mudah terbakar, murah dan mudah didapat. Beberapa faktor yang

berpengaruh dalam proses ekstraksi adalah temperatur, waktu kontak,

perbandingan solute, faktor ukuran partikel, pengadukan dan waktu dekantasi

(Yasita dan Intan, 2010).

Antimikroba

Antibakteri adalah antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pengertian antimikroba secara umum adalah zat yang dapat menghambat

pertumbuhan mikroba dan digunakan untuk kepentingan pengobatan infeksi pada

manusia dan hewan (Gan, dkk., 1980).

Berdasarkan kemampuan mempengaruhi banyaknya jenis mikroba,

dikenal antimikroba berspektrum sempit dan berspektrum luas. Antimikroba yang

(10)

berspektrum luas mempengaruhi bakteri gram positif dan gram negatif serta

beberapa jenis mikroba lainnya (Dzen, dkk., 2003).

Antimikroba yang sangat toksik yang membahayakan inangnya bukan

merupakan antibiotik yang baik dan dianggap beracun. Antimikroba yang baik

adalah antimikroba yang mampu menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan

efek samping terhadap inangnya dan juga harus memiliki sifat toksisitas selektif

yang tinggi (Widya, 2013).

Senyawa antimikroba yang berasal dari tanaman, sebagian besar diketahui

merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama golongan fenolik dan terpenoid

dalam minyak atsiri. Beberapa senyawa yang bersifat antimikroba alami berasal

dari tanaman diantaranya adalah fitoleksin, asam organik, minyak esensial (atsiri),

fenolik dan beberapa kelompok pigmen tanaman atau senyawa sejenis

(Mawaddah, 2008).

Sejumlah agen antimikroba bekerja dengan merusak DNA. Aktivitas

antimikroba diukur in vitro untuk menentukan (1) potensi agen antimikrobia

dalam larutan (2) konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan dan (3)

kepekaan mikroorganisme penyebab terhadap obat yang diketahui (Jawetz, dkk.,

2001).

Antimikrobia yang ideal menunjukkan toksisitas selektif. Hal ini secara

tidak langsung menjelaskan bahwa obat berbahaya bagi parasit dan tidak

membahayakan inang. Seringkali toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan tidak

mutlak; hal ini menyatakan bahwa konsentrasi obat-obatan yang toleran terhadap

(11)

Senyawa Fitokimia

Steroid adalah senyawa antiinflamasi kuat yang digunakan sejak kurang

lebih tahun lima puluhan. Secara alamiah bahan ini merupakan hormon endogen

yang dihasilkan oleh korteks adrenal (Ardhie, 2004). Beberapa senyawa steroid

mempunyai aktivitas seperti sterol (α-sipanasterol) sebagai anti inflamasi,

glikosida jantung sebagai racun, berbagai hormon, vitamin dan lain-lain. Secara

biosintesis pembentukan steroid berasal dari kondensasi isopentenil pirofosfat

dengan isomernya, dimetil alil pirofosfat. Kondesasi ini berlangsung sampai

terbentuknya skualena dan melalui proses sikliasi dan modifikasi akan terbentuk

steroid (Saleh, 2009). Steroid pada tumbuhan dibentuk oleh senyawa sterol dan

banyak terdapat dalam jaringan tumbuhan sehingga sering dikenal dengan

fitosterol. Senyawa steroid dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif

(Ayuningtyas, 2008).

Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar

yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu

dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.

Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,

dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga

membentuk suatu susunan C6- C3- C6 (Lenny, 2006). Makanan yang kaya

flavonoid dianggap penting untuk mengobati penyakit-penyakit seperti kanker dan

penyakit jantung (yang dapat memburuk akibat oksidasi lipoprotein densitas

rendah) (Heinrich, dkk., 2010).

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak

(12)

tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Hampir semua

alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada

yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan.

Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan

mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam

berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida

umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran

senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan (Lenny, 2006).

Saponin adalah senyawa penurun tegangan permukaan yang kuat yang

menimbulkan busa bila dikocok dalam air. Sifat saponin menyerupai sabun

(bahasa latin sapo berarti sabun) Saponin bekerja sebagai antimikroba dengan

mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri

lisis (Ardananurdin, dkk., 2004). Saponin adalah glikosida, yaitu metabolit

sekunder yang banyak terdapat di alam, terdiri dari gugus gula yang berikatan

dengan aglikon atau sapogenin. Senyawa ini bersifat racun bagi binatang berdarah

dingin. Oleh karena itu dapat digunakan untuk pembasmi hama tertentu

(Prihatman, 2001).

Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang

memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk

kompleks dengan protein. Kandungan tanin terkondensasi berpengaruh terhadap

aktivitas antioksidan karena tanin merupakan salah satu antioksidan alami dalam

tumbuhan (Malangngi, 2012). Tanin adalah senyawa organik yang sangat

kompleks dan banyak terdapat pada bermacam-macam tumbuhan. Tanin

(13)

dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tanin dapat diidentifikasikan dengan

kormatografi, senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik

dan pemberian warna (Fachry, dkk., 2012).

Fenol terdiri dari rantai dasar benzene aromatik dengan satu atau lebih

kelompok hidroksil. Tingkat toksisitas fenol beragam tergantung dari jumlah atom

atau molekul yang melekat pada rantai benzene-nya. Untuk fenol terklorinasi,

semakin banyak atom klorin yang diikat rantai benzena maka semakin toksik

rantai tersebut. Klorofenol lebih bersifat toksik pada biota air, seperti akumulasi

dan lebih persisten dibanding dengan fenol sederhana. Fenol sederhana seperti

phenol, cresol dan xylenol mudah larut dalam air dan lebih mudah didegradasi

(Dewilda, dkk., 2012). Aktivitas antimikroba senyawa fenolik adalah dengan

merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi

sel keluar. Dinding sel Mycobacterium penyebab tuberculosis dan lepra kaya

dengan lipid sehingga Mycobacterium sangat peka terhadap senyawa fenolik

(Pratiwi, 2008).

Uji Brine Shrimp Lethality Test

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode untuk

menguji bahan-bahan yang bersifat toksik. Uji toksisitas dengan metode BSLT ini

merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan

dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis

uji. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC50 <

1000 μg/ ml. BSLT digunakan untuk pengujian sitotoksik sederhana pada dosis

(14)

senyawa aktif terhadap udang, akan tetapi prosedur yang sederhana, biaya yang

rendah dan korelasinya terhadap pengujian sitotoksitas dan pengujian antitumor

membuat pengujian ini sebagai uji pendahuluan yang sesuai dan dapat dilakukan

secara rutin di laboratorium dengan fasilitas sederhana (Aras, 2013).

Uji bioaktivitas menggunakan larva udang A. salina dikenal dengan istilah

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). BSLT adalah suatu metode penelusuran

untuk menentukan toksisitas ekstrak ataupun senyawa terhadap larva udang dari

A. salina (Darmawan, 2011). Larva udang tersebut sangat peka terhadap apapun

yang berada di lingkungannya dan berkembang dengan sangat cepat menyerupai

pertumbuhan sel kanker. Keadaan membran kulitnya yang sangat tipis

memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan yang mempengaruhi

metabolisme dalam tubuhnya. Oleh karena itu, penambahan zat ekstraktif yang

diduga mengandung senyawa bioaktif yang juga berpotensi sebagai senyawa obat

diharapkan mampu mengganggu metabolisme dan menyebabkan kematian larva

udang (Meilani, 2006).

Gambar

Gambar 2. Manggis (Garcinia mangostana)
Gambar 3.  Aeromonas hydrophila (a) Makroskopis (b) Mikroskopis
Gambar 4. Edwardsiella tarda (a) Makroskopis (b) Mikroskopis
Gambar 5. Saprolegnia sp.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa secara interaksi pemberian berbagai media tumbuh dan pupuk growquick tidak berbeda nyata terhadap lebar daun, akan tetapi pemberian

Zamjena vanjske stolarije Zamjena stare rasvjete Toplinska izolacija vanjskog zida vanjskog zida.. prikazuje za koliki se postotak smanjila potrošnja primarne energije

Selain itu, kajian ini dilaksanakan bagi mengetahui tahap mesra pengguna perisian MyPC serta mengenal pasti kelemahan dan kckuatan perisian yang dibentuk khusus kepada

Dari Tabel 1, menyajikan bahwa identifi- kasi terhadap ke-7 isolat E.coli O157:H7 (hasil isolasi dari 92 sampel feses sapi), dan 4 isolat asal daging sapi (hasil isolasi dari

Berdasarkan hasil pemetaan visual, dapat diketahui bahwa elemen interior yang berpengaruh terhadap pendefinisian kata kunci lapang dan segar adalah: bentuk dan warna langit –

kelemahan sistem ini didukung oleh moralitas aparatur yang baik, maka segala jenis kecurangan dapat dicegah, seperti hasil penelitian dari Salindeho (2012) menyatakan bahwa moralitas

talk' yang berbeda dari bahasa yang digunakan oleh penutur asli dalam berbicara antar sesamanya maupun berbicara dengan bukan penutur

Kualitas Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terhadap variabel dependen Manfaat Informasi Akuntansi (IA), dengan tetap memasukkan variabel independen Tata Kelola TI