KETENTUAN TERBARU
UNDANG-UNDANG
PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK
PENJUALAN BARANG MEWAH
POKOK-POKOK
PERUBAHAN UU PPN
2 Atep Adya Barata
PASAL YANG DIUBAH DAN ATAU DI TAMBAH
Pasal 1 : Definisi Pasal 9 : Pengkreditan Pajak Masukan
Pasal 1A : Pengertian Penyerahan & bukan Penyerahan
Pasal 11 : Saat terutang PPN
Pasal 3A : Pengukuhan PKP & pengusaha
kecil Pasal 12 : Tempat terutang PPN
Pasal 4 : Objek PPN Pasal 13 : Faktur Pajak
Pasal 4A : Non BKP & Non JKP Pasal 15A : Saat Penyetoran dan Pelaporan PPN
Pasal 5 : PPn BM Pasal 16B : Fasilitas PPN
Pasal 5A : Retur Barang dan Jasa Pasal 16D : Penyerahan aktiva
Pasal 7 : Tarif PPN Pasal 16E : Restitusi Turis Asing
POKOK-POKOK PERUBAHAN UU PPN
6. PENGUSAHA KENA PAJAK
7. RETUR PPN ATAS PENYERAHAN JKP (Pasal 5A) 8. KRITERIA & TARIF PPnBM (Pasal 8)
9. RESTITUSI (Pasal 9 (4b), (4c) & Pasal 16E)
13. FAKTUR PAJAK (Pasal 13)
10. DEEMED PAJAK MASUKAN (Pasal 9 (7), (7a), (7b))
15. FASILITAS PERPAJAKAN (Pasal 16B) 16. TANGGUNG RENTENG (Pasal 16F)
12. PEMUSATAN TEMPAT PPN TERUTANG (Pasal 12 (2))
4. PENGERTIAN PENYERAHAN BKP DAN BUKAN PENYERAHAN BKP (Pasal 1A) 2. OBJEK PPN (Pasal 4)
11. PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN (Pasal 9 (2a) & (14))
14. SAAT PENYETORAN DAN PELAPORAN PPN (Pasal 15A) 1. DEFINISI (Pasal 1)
5. NON BKP & NON JKP (Pasal 4A)
3. PENYERAHAN AKTIVA YG TUJUAN SEMULA TDK UTK DIPERJUALBELIKAN (Pasal 16D)
4 Atep Adya Barata
PPN ADALAH
PAJAK ATAS KONSUMSI
BARANG
ATAU
JASA
DI DALAM DAERAH
PABEAN
-
ORANG PRIBADI; ATAU OLEH
PENGERTIAN UMUM PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI (PPN)
CIRI KHAS PPN
FAKTUR PAJAK
MERUPAKAN
BUKTI PUNGUTAN PPN
1.PENGENAAN PPN DILAKSANAKAN
BERDASARKAN SISTEM FAKTUR
PASAL 1 ANGKA 13
Badan adalah sekumpulan orang
dan/atau
modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun
yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah
dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya
, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk
kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
8 Atep Adya Barata
PASAL 1 ANGKA 17
PASAL 1 ANGKA 19
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh
pengusaha
karena penyerahan
Jasa Kena Pajak,
ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud, tetapi
tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai
yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak
atau nilai berupa uang yang dibayar
atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
10 Atep Adya Barata
PASAL 1 ANGKA 23
OBJEK
PAJAK
I
12 Atep Adya Barata
OBJEK PAJAK
Ps. 4
PPN DIKENAKAN ATAS
PENYERAHAN BKP ATAU JKP DI DALAM DAERAH PABEAN
OLEH PENGUSAHA;
(BAIK PENGUSAHA YANG TELAH DIKUKUHKAN MENJADI PKP, MAUPUN PENGUSAHA YANG SEHARUSNYA DIKUKUHKAN MENJADI PKP TETAPI BELUM DIKUKUHKAN)
IMPOR BKP;
PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD
ATAU JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DALAM DAERAH
PABEAN
;
EKSPOR BKP BERWUJUD OLEH PKP.
PPN DIKENAKAN ATAS
PENYERAHAN BARANG DAN JASA
APABILA
SYARAT SUATU PENYERAHAN UNTUK DAPAT
DIKENAKAN PPN
Penjelasan Ps. 4 huruf a dan c.
BARANG BERWUJUD DAN JASA YG DISERAHKAN ADALAH BKP ATAU
JKP;
BARANG TIDAK BERWUJUD YANG DISERAHKAN ADALAH BKP TIDAK
BERWUJUD;
PENYERAHAN DILAKUKAN DI DALAM
DAERAH PABEAN;
PENYERAHAN DILAKUKAN DALAM RANGKA KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJAAN PENGUSAHA
14 Atep Adya Barata
PENYERAHAN
TERMASUK DALAM
PENGERTIAN PENYERAHAN BKP
Ps. 1 A ayat (1)
PENYERAHAN HAK ATAS BKP KARENA SUATU
PERJANJIAN, MIS : JUAL BELI, TUKAR MENUKAR, JUAL BELI DENGAN ANGSURAN
PENGALIHAN BKP OLEH KARENA SUATU PERJANJIAN SEWA BELI, ATAU PERJANJIAN LEASING DGN HAK OPSI
PENYERAHAN BKP KEPADA PEDAGANG PERANTARA (KOMISIONER), ATAU MELALUI JURU LELANG
PEMAKAIAN SENDIRI & PEMBERIAN CUMA-CUMA ATAS BKP, SEPERTI PEMBERIAN CONTOH BARANG UNTUK PROMOSI
KEPADA RELASI ATAU PEMBELI
PERSEDIAAN BKP & AKTIVA YG MENURUT TUJUAN SEMULA TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN YG MASIH
TERSISA PADA SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN, SEPANJANG PPN ATAS PEROLEHAN AKTIVA TSB.
MENURUT KETENTUAN DAPAT DIKREDITKAN
PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIKNYA & PENYERAHAN BKP ANTAR CABANG
PENYERAHAN BKP SECARA KONSINYASI ADALAH :
PENYERAHAN BKP OLEH PKP DALAM RANGKA PERJANJIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH, YANG PENYERAHANNYA DIANGGAP LANGSUNG
DARI PKP KPD PIHAK YG MEMBUTUHKAN BKP
16 Atep Adya Barata
TIDAK TERMASUK DALAM
PENGERTIAN PENYERAHAN BKP
Ps.1 A ayat (2)
PENYERAHAN BKP KEPADA MAKELAR SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM KUHD (PEDAGANG PERANTARA YANG DIANGKAT OLEH PRESIDEN ATAU OLEH PEJABAT YANG BERWENANG,
UNTUK MENYELENGGARAKAN PERUSAHAAN ATAU MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MENDAPAT UPAH ATAU PROVISI ATAS AMANAT DAN ATAS NAMA ORANG LAIN YANG
DENGAN MEREKA TIDAK TERDAPAT HUBUNGAN KERJA)
PENYERAHAN BKP UNTUK JAMINAN UTANG PIUTANG
PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIKNYA & PENYERAHAN ANTAR CABANG, DALAM HAL PKP TELAH MEMPEROLEH IJIN PEMUSATAN TEMPAT PAJAK TERUTANG DARI DIREKTUR JENDERAL PAJAK
ADALAH :
PENGALIHAN BARANG KENA PAJAK DALAM RANGKA PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEMEKARAN, PEMECAHAN, DAN PENGAMBILALIHAN USAHA DENGAN SYARAT PHK YANG
EXISTING
Persediaan BKP dan aktiva yang masih tersisa pada
saat pembubaran, termasuk dalam pengertian
penyerahan, namun terbatas pada aktiva yang PPN
pada saat perolehannya telah dibayar dan dapat
dikreditkan. (
Pasal 1A ayat (1) huruf e)
PERUBAHAN
(UU 42/2009)
Persediaan BKP dan seluruh aktiva yang masih
tersisa pada saat pembubaran, termasuk dalam
pengertian penyerahan (
Pasal 1A ayat (1) huruf
e)
, kecuali atas aktiva yang tidak berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha, serta penyerahan
aktiva berupa sedan dan station wagon. (
Pasal 1A
ayat (2) huruf e)
Alasan
Perubahan
Diperlakukan sama dengan Pemakaian Sendiri yang
terutang PPN, kecuali untuk BKP yang PM-nya tidak
dapat dikreditkan sesuai Pasal 9 ayat (8) huruf b & c
PERSEDIAAN BKP & AKTIVA YANG TERSISA PADA
SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN
18 Atep Adya Barata
NON BKP DAN
JENIS BARANG YANG TIDAK
DIKENAKAN PPN
Ps. 4 A ayat (1) dan (2)
BARANG-BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG
SANGAT DIBUTUHKAN OLEH RAKYAT BANYAK,
SEPERTI BERAS & GABAH, JAGUNG, SAGU,
KEDELAI, GARAM BAIK YG BERYODIUM
MAUPUN YG TIDAK BERYODIUM, DAGING, TELUR, SUSU, BUAH-BUAHAN,
SAYUR-SAYURAN
MAKANAN DAN MINUMAN YG DISAJIKAN DI HOTEL, RUMAH MAKAN, WARUNG DAN SEJENISNYA
(UNTUK MENGHINDARI PAJAK BERGANDA, KARENA SUDAH MERUPAKAN OBYEK PAJAK DAERAH)
UANG, EMAS BATANGAN, DAN
SURAT-SURAT BERHARGA
BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL LANGSUNG DARI SUMBERNYA SEPERTI MINYAK MENTAH, GAS BUMI,
PASIR DAN KERIKIL, BIJI BESI/TIMAH/EMAS
JENIS BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN DIDASARKAN ATAS
KELOMPOK BARANG SBB :
20 Atep Adya Barata
JASA DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN MEDIK, SEPERTI DOKTER UMUM , DOKTER SPESIALIS
JASA DI BIDANG PENYIARAN YANG BUKAN BERSIFAT IKLAN JASA DI BIDANG PELAYANAN SOSIAL, SEPERTI PANTI ASUHAN,
JASA PEMAKAMAN
JASA DI BIDANG PENGIRIMAN SURAT DENGAN PERANGKO JASA DI BIDANG KEUANGAN, ASURANSI, DAN SEWA
GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
JASA DI BIDANG KEAGAMAAN, SEPERTI PEMBERIAN KHOTBAH, ATAU DAKWAH
JASA DI BIDANG PENDIDIKAN
JASA DI BIDANG KESENIAN DAN HIBURAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK TONTONAN
JASA DI BIDANG TENAGA KERJA, SEPERTI JASA PENYELENGGARAAN LATIHAN BAGI TENAGA KERJA JASA DI BIDANG ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN DI AIR
JENIS JASA YANG TIDAK
DIKENAKAN PPN
Ps. 4 A ayat (3)
JASA DI BIDANG PERHOTELAN, SEPERTI PERSEWAAN KAMAR DI HOTEL, MOTEL, LOSMEN DAN HOSTEL
EXISTING
Dibebaskan dari pengenaan PPN, melalui
Peraturan Pemerintah tentang BKP Strategis
PERUBAHAN
(UU 42/2009)
Tidak dikenakan PPN (Psl 4A (2) huruf b)
Alasan
Perubahan
Sesuai usul/permintaan DPR, yaitu dalam
rangka pemenuhan gizi rakyat Indonesia
dengan harga yang terjangkau.
DAGING, TELUR, SUSU, SAYURAN, DAN
BUAH-BUAHAN
Pembatasan diatur dalam penjelasan
22 Atep Adya Barata
EXISTING
Dikenakan PPN, kecuali pasir dan kerikil (Psl 4A
(2) huruf a)
PERUBAHAN
(UU 42/2009)
Tidak dikenakan PPN (disesuaikan dengan
Undang-Undang PDRD), yaitu asbes, batu tulis,
batu setengah permata, batu kapur, batu apung,
batu permata, bentonit, dolomit, felspar
(feldspar),
garam
batu
(halite),
grafit,
granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker,
pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat
(phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah
diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif,
zeolit, basal, dan trakkit. (Psl 4A (2) huruf a)
Alasan
Kegiatan pengambilan barang-barang tersebut
merupakan objek pajak daerah, yaitu Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan (Pasal 57 UU
BARANG HASIL PERTAMBANGAN
EXISTING
PPN tidak dikenakan atas jasa perbankan. (Psl 4A (3) huruf d)
PERUBAHAN
(UU 42/2009)
PPN tidak dikenakan atas jasa keuangan, berupa:
1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau
meminjamkan
dana
kepada
pihak
lain
dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, berupa:
termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
5. jasa penjaminan. (Psl 4A (3) huruf d)
Alasan
EXISTING
PPN dikenakan atas:
1.
Jasa di bidang penyediaan tempat parkir;
2.
Jasa telepon umum dengan menggunakan
uang logam;
3.
Jasa pengiriman uang dengan wesel pos;
4.
Jasa boga/katering.
PERUBAHAN
(UU 42/2009)
Menjadi tidak dikenakan PPN.
(Psl 4A (3) huruf n – q)
Alasan
Perubahan
BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
SEBELUMNYA
DITETAPKAN
DALAM
PERATURAN
PEMERINTAH
EXISTING
Jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP
144 Tahun 2000)
PERUBAHAN
(UU 42/2009)
Jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN
ditetapkan langsung di dalam penjelasan
Undang-Undang (Pasal 4A)
Alasan
Perubahan
Untuk lebih memberikan kepastian hukum tentang
jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN.
26 Atep Adya Barata
PENGKREDITAN
PAJAK
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Ps. 9 ayat (2), (2a), (2b), (3), (4)
PM DIKREDITKAN DG PK
UNTUK MASA PAJAK YG SAMA
Ps. 9 (2)
PK > PM
PK < PM
SELISIH DIBAYAR
OLEH PKP
Ps. 9 (3)
SELISIH DAPAT DIMINTA
KEMBALI PADA AKHIR TAHUN BUKU
ATAU DIKOMPENSASI
KE MASA PAJAK BERIKUTNYA
Ps. 9 (4) DAN (4a)
DALAM HAL BELUM ADA PK DALAM SUATU MASA PAJAK, PAJAK
MASUKAN TETAP DAPAT DIKREDITKAN
Ps. 9 ayat (2a)
HARUS MENGGUNAKAN FAKTUR PAJAK SEBAGAIMANA
DIMAKSUD PASAL 13 AYAT (5) DAN AYAT (9)
Ps. 9 ayat (2b)
28 Atep Adya Barata
PERMOHONAN PENGEMBALIAN ATAS
a. PKP YG EKSPOR BKP BERWUJUD
b. PKP YG MELAKUKAN PENY. BKP DAN/ JKP KPD PEMUNGUT PPN
c. PKP YG MELAKUKAN PENY. BKP DAN/ JKP YG PPNNYA TDK DIPUNGUT
d. PKP YG EKSPOR BKP TDK BERWUJUD e. PKP YG EKSPOR JKP
f. PKP DALAM TAHAP BELUM BERPRODUKSI
KRITERIA PKP
BERISIKO RENDAH YAITU
Ps. 9 (4b) HRF a s.d. e
Ps. 9 (4c)
DILAKUKAN DG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PJKSESUAI PASAL 17C AYAT (1) KUPDIATUR DGN PMK
Ps. 9 (4d)
DJP DAPAT MLKUKAN PEMERIKSAAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN DLM SUATU MASA PAJAK DALAM HAL
PKP MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN
PENYERAHAN
YANG TIDAK TERUTANG PAJAK
Ps. 9 ayat (5), (6)
TERUTANG PAJAK
TERUTANG PAJAKTIDAKCONTOH PENGKREDITAN PM DLM SUATU MASA PAJAK DLM HAL PKP
MELAKUKAN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YG TIDAK
TERUTANG PAJAK
Ps. 9 ayat (5)
PM YG DPT DIKREDITKAN ADALAH PM YG
BERKENAAN DG PENYERAHAN YG TERUTANG PPN
DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK, PM DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI DARI PEMBUKUAN PKP
CONTOH :
PKP MELAKUKAN BEBERAPA MACAM PENYERAHAN :
a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 25.000.000 PAJAK KELUARAN = Rp. 2.500.000
b. PENYERAHAN TDK DIKENAKAN PPN = Rp. 3.000.000 c. PENYERAHAN DIBEBASKAN DARI PPN = Rp. 5.000.000 PAJAK MASUKAN YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN :
CONTOH PENGKREDITAN PM DLM SUATU MASA PAJAK DLM HAL PKP
MELAKUKAN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YG
TIDAK TERUTANG PAJAK
Penjelasan Ps. 9 ayat (6)
DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK, PM TIDAK DAPAT
DIKETAHUI DENGAN PASTI
PM YG DAPAT DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN
YG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN
CONTOH :
PKP MELAKUKAN DUA MACAM PENYERAHAN :
a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 35.000.000 PAJAK KELUARAN = Rp. 3.500.000
b. PENYERAHAN TDK TERUTANG PPN = Rp. 15.000.000
PM YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN BKP/JKP YG BERKAITAN DENGAN SELURUH PENYERAHAN = Rp. 2.500.000, SEDANGKAN PM ATAS PENYERAHAN YG TERUTANG PPN TIDAK DIKETAHUI DGN PASTI.
PM SEBESAR Rp. 2.500.000 TDK SELURUHNYA DPT DIKREDITKAN DG PK SEBESAR Rp. 3.500.000
BESARNYA PM YG DPT DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN YG DITETAPKAN MENTERI KEUANGAN Atep Adya Barata 32
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PKP YANG
DIKENAKAN PPh DENGAN MENGGUNAKAN NORMA
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
Ps. 9 ayat (7)
PENGUSAHA YG DIKENAKAN PPh
PM DIHITUNG DENGAN
MENGGUNAKAN PEDOMAN
PENGHITUNGAN PENGKREDITAN
PM YG DITETAPKAN OLEH MENKEU
DENGAN
MENGGUNAKAN
NORMA PENGHITUNGAN
PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Ps. 9 ayat (8)
PENGELUARAN
PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN SEBELUM PENGUSAHA
DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA TDK DILAPORKAN DLM SPT MASA PPN YG DIKETEMUKAN PADA WAKTU
DILAKUKAN PEMERIKSAAN
PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA DITAGIH DG PENERBITAN KETETAPAN PAJAK
PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN YG FAKTUR PAJAKNYA TDK
MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (6)
PEROLEHAN BKP/JKP YANG FAKTUR PAJAKNYA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (5)
PEROLEHAN BKP/JKP YG TDK MEMPUNYAI HUBUNGAN LANGSUNG DG KEGIATAN USAHA
PEROLEHAN & PEMELIHARAAN KENDARAAN BERMOTOR SEDAN DAN STATION WAGON,
KECUALI MERUPAKAN BARANG DAGANGAN ATAU DISEWAKAN PEROLEHAN BKP/JKP SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN
SELAMBAT-LAMBATNYA
TIGA BULAN SETELAH
BERAKHIRNYA
MASA PAJAK
PM YANG DAPAT DIKREDITKAN
TETAPI BELUM DIKREDITKAN DG PK
PADA MASA PAJAK YG SAMA
Ps. 9 ayat (9)
SEPANJANG PM TSB. BELUM DIBEBANKAN
SBG BIAYA ATAU BELUM DIKAPITALISASIKAN
PM OLEH PKP YG MENERIMA
PENGALIHAN DLM RANGKA PENGGABUNGAN,
PELEBURAN, PEMEKARAN, PEMECAHAN,
DAN PENGAMBILALIHAN USAHA
Ps. 9 ayat (14)
DAPAT DIKREDITKAN
SEPANJANG FP-NYA
DITERIMA SETELAH PENGALIHAN
SEBAGAI BIAYA ATAU DIKAPITALISASI
PM TERSEBUT BELUM DIBEBANKAN
36 Atep Adya Barata
PERATURAN
PELAKSANAAN
●
PMK 38/PMK.03/2010
Ps. 13 (8)
●
PER 13/PJ./2010
Ps. 13 (8)
●
PER 10/PJ./2010
Ps.13 (6)
●
PMK 65/PMK.03/2010
Ps. 5A
●
PMK 75/PMK.03/2010
Ps. 8A
●
PMK 71/PMK.03/2010
Ps. 9 (4d)
●
PMK 74/PMK.03/2010
Ps. 9 (7)
●
PER 8/PJ./2010
Ps.11 (4)
●
PER 4/PJ./2010
Ps. 12 (1)
●
PER 19/PJ./2010
Ps. 12 (2)
●
PMK 39/PMK.03/2010
Ps. 16 C
●
PMK 80/PMK.03/2010
KETENTUAN
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-38/PMK.03/2010
PERPEL PASAL 13 (8)
UU 42/2009
Tentang
Tata Cara Pembuatan Dan Tata Cara
Pembetulan Atau Penggantian Faktur
KEWAJIBAN MEMBUAT
PKP DAPAT MEMBUAT SATU FAKTUR PAJAK (FAKTUR PAJAK GABUNGAN)
MELIPUTI SELURUH PENYERAHAN YG DILAKUKAN KEPADA PEMBELI
BKP/JKP YG SAMA SELAMA SEBULAN TAKWIM
FAKTUR PAJAK STANDAR
Ps. 13 ayat (5)
HARUS DICANTUMKAN PALING SEDIKIT :
NAMA, ALAMAT, NPW YANG MENYERAHKAN BKP/JKP NAMA, ALAMAT, NPWP PEMBELI BKP / PENERIMA JKP
JENIS BARANG/JASA, JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN & POTONGAN HARGA
PPN YG DIPUNGUT PPn BM YG DIPUNGUT
KODE, NO. SERI & TGL. PEMBUATAN FAKTUR PAJAK NAMA, JABATAN & TANDA TANGAN YG BERHAK
MENANDATANGANI FAKTUR PAJAK
1. Dasar Hukum
Ayat (8) Tata cara pembuatan Faktur Pajak dan
tata cara pembetulan atau penggantian
Faktur Pajak, diatur dengan atau
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Pasal 13 ayat (8) UU PPN
42 Atep Adya Barata
•
Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur
Pajak untuk setiap
:
–
penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atau huruf
f dan/atau Pasal 16D UU PPN ;
–
penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN ;
–
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf g UU PPN ; dan/atau
–
ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud
•
Faktur Pajak harus dibuat pada:
–
saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak;
–
saat
penerimaan
pembayaran
dalam
hal
penerimaan
pembayaran
terjadi
sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum
penyerahan Jasa Kena Pajak;
–
saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
–
saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.
•
Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada
akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak
2. Muatan Pasal
44 Atep Adya Barata
•
Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1
(satu)
Faktur
Pajak
meliputi
seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli
Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan
kalender
•
Faktur Pajak sebagaimana dimaksud diatas
disebut dengan Faktur Pajak gabungan
•
Pajak paling sedikit memuat keterangan tentang:
–
Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
–
Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang
Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
–
Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian,
dan potongan harga;
–
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
–
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
–
Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
–
Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur
Pajak.
•
DJP dapat menetapkan dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak
Faktur
•
Persyaratan dan keterangan yang harus dipenuhi
dalam dokumen tertentu diatur dengan Peraturan
Dirjen Pajak
2. Muatan Pasal
46 Atep Adya Barata
•
Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal
apabila diisi sevara lengkap, jelas, dan benar
sesuai Pasal 4
•
PKP yang membuat Faktur Pajak yang tidak
memenuhi persyaratan formal, dikenai sanksi
sesuai UU KUP
•
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak yang
tidak
memenuhi
persyaratan
formal
merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat
dikreditkan
•
Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak
disesuaikan dengan kepentingan PKP dan
dalam hal diperlukan dapat ditambahkan
keterangan lain selain keterangan dimaksud
Pasal 13 ayat (5) UU PPN
•
Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan
oleh PKP
2. Muatan Pasal
48 Atep Adya Barata
Faktur Penjualan yang memuat
keterangan sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 4 ayat (1) dan
pengisiannya sesuai dengan tata cara
pengisian keterangan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak,
dipersamakan dengan Faktur Pajak
Atas Faktur Pajak yang cacat, rusak, salah dalam
pengisian, atau salah dalam penulisan, sehingga tidak
memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar,
Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak
tersebut dapat menerbitkan Faktur Pajak pengganti
Atas Faktur Pajak yang hilang, baik Pengusaha Kena
Pajak yang menerbitkan maupun pihak yang menerima
Faktur Pajak tersebut dapat membuat
copy dari Faktur
Pajak dan dibubuhi stempel dari kantor pelayanan pajak
Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak yang Faktur Pajak-nya telah diterbitkan, maka
Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak
harus melakukan pembatalan Faktur Pajak
2. Muatan Pasal
50 Atep Adya Barata
3. Ketentuan Pelaksanaan
Tata cara pengisian keterangan pada Faktur Pajak
Prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan Faktur Pajak
Tata cara pembatalan Faktur Pajak
PER DIRJEN tentang:
Dalam UU PPN sebelumnya diatur bahwa saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara penyampaian, dan tata cara pembetulan FP ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
Catatan
Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku
pada tanggal 1 April 2010
4. Tanggal berlaku
52 Atep Adya Barata
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-13/PJ./2010
PERPEL PASAL 13 (8)
UU 42/2009
Bentuk,
Tentang
Ukuran, Prosedur Pemberitahuan
dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pengisian
Keterangan, Tata Cara Pembetulan atau
FAKTUR PAJAK
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : Pengusaha Kena Pajak
Nama :
Alamat :
NPWP :
Pembeli Barang Kena Pajak/ Penerima Jasa Kena Pajak
Nama :
Alamat :
NPWP :
No.
Urut Nama Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak
Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin
(Rp)
Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin *) Dikurangi Potongan Harga
Dikurangi Uang Muka yang telah diterima Dasar Pengenaan Pajak
PPN = 10 % X Dasar Pengenaan Pajak Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tarif DPP PPnBM *) Coret yang tidak perlu
dasar hukum
saat pembuatan FP
jangka waktu penerbitan FP
kewajiban pelaporan
FP cacat
Faktur Penjualan
1. Dasar Hukum
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak ;
b. tata cara pengisian keterangan pada
Faktur Pajak;
c. prosedur pemberitahuan dalam rangka
pembuatan Faktur Pajak;
d. tata cara pembetulan atau penggantian
Faktur Pajak; dan
e. tata cara pembatalan Faktur Pajak,
diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
FP dibuat pada:
a.
saat penyerahan BKP dan/atau JKP;
b.
saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran
terjadi sebelum terjadinya penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP;
c.
saat penerimaan pembayaran termijn dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau
d.
saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada
Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut PPN.
2. Muatan Pasal
Saat Pembuatan Faktur Pajak
FP Gabungan harus dibuat paling lama pada
akhir bulan penyerahan BKP dan/atau JKP
56 Atep Adya Barata
KODE DAN NOMOR
SERI FAKTUR PAJAK
Kode Transaksi
Kode Status
Kode Cab. Th. Penerbitan Nomor Urut
Kode FP
Nomor Seri FP
Kode Transaksi
01 : Penyerahan kepada selain Pemungut PPN
02 : Penyerahan kepada Pemungut PPN Bendahara Pemerintah
03 : Penyerahan kepada Pemungut PPN lainnya
04 : Penyerahan dg DPP Nilai Lain selain kpd Pemungut PPN
05 : Penyerahan yg PM-nya di deemed (
tdk digunakan sejak 1 April 2010
)
06 : Penyerahan lainnya dan turis asing
07 : Penyerahan dg PPN Tidak Dipungut, DTP, dan Kawasan Bebas/KEK
08 : Penyerahan dg PPN Dibebaskan selain kpd Pemungut PPN
09 : Penyerahan Aktiva Ps. 16D selain kpd Pemungut PPN
2. Muatan Pasal
58 Atep Adya Barata
PKP yang telah melakukan pemusatan PPN terutang yang:
sistem penerbitan FP-nya belum
online antara Kantor Pusat dan
Kantor-kantor Cabang-nya; dan/atau
Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang-nya ada yang
ditetapkan sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat dan/atau
ditetapkan sebagai Pengusaha Di Kawasan Berikat dan/atau
mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
Kode Cabang pada Kode FP ditentukan sendiri secara berurutan,
yaitu diisi dengan kode ’000’ untuk Kantor Pusat dan dimulai dari
kode ’001’ untuk Kantor Cabang
bagi PKP yang:
tidak melakukan pemusatan; atau
melakukan pemusatan selain PKP sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a
Kode Cabang pada Kode FP diisi dengan kode ’000’
2. Muatan Pasal
PKP tidak diperbolehkan mengubah peruntukan Kode
Cabang yang telah digunakan
Penambahan dan/atau pengurangan Kode Cabang
dapat dilakukan oleh PKP
Dalam hal terjadi pengurangan Kode Cabang akibat
adanya penutupan Kantor Cabang, maka PKP:
harus menghentikan penggunaan Kode Cabang pada Kode
FP atas Kantor Cabang yang ditutup; dan
tidak boleh menggunakan kembali Kode Cabang yang sudah
dihentikan
2. Muatan Pasal
Kode Cabang Pada Faktur Pajak
60 Atep Adya Barata
Nomor Urut FP dan tanggal FP harus dibuat
secara berurutan, tanpa perlu dibedakan antara
Kode Transaksi, Kode Status FP dan mata uang
yang digunakan
Penerbitan FP dimulai dari Nomor Urut 00000001
pada setiap awal tahun kalender mulai bulan
Januari, kecuali bagi PKP yang baru dikukuhkan,
Nomor Urut 00000001 dimulai sejak Masa Pajak
PKP tersebut dikukuhkan
Apabila Nomor Urut FP telah mencapai Nomor
Urut 99999999 sebelum awal tahun berikutnya,
penomoran dimulai lagi dari Nomor Urut
00000001
2. Muatan Pasal
PKP wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama pejabat
yang
berhak
menandatangani
FP
disertai
dengan
contoh
tandatangannya kepada Kepala KPP
PKP dapat menunjuk lebih dari 1 (satu) orang Pejabat untuk
menandatangani FP
Dalam hal PKP Orang Pribadi yang tidak memiliki struktur organisasi,
memberikan kuasa kepada pihak lain untuk menandatangani FP, maka
PKP tersebut wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama
kuasa yang berhak menandatangani FP disertai dengan contoh
tandatangannya kepada Kepala KPP, dan menyertakan Surat Kuasa
Khusus
Dalam hal terjadi perubahan pejabat atau kuasa yang berhak
menandatangani FP, maka PKP wajib menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis atas perubahan tersebut kepada Kepala KPP
Dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang, yang
termasuk pejabat juga adalah pejabat di tempat-tempat kegiatan usaha
yang dipusatkan, yang ditunjuk oleh Kantor Pusat untuk menandatangani
FP yang diterbitkan oleh tempat pemusatan pajak terutang yang dicetak
di tempat-tempat kegiatan usaha masing-masing
2. Muatan Pasal
Tandatangan dan Pejabat Penandatangan Faktur Pajak
62 Atep Adya Barata
PKP wajib lapor kepada Kepala KPP dalam hal:
PKP telah melakukan pemusatan PPN terutang yang:
sistem penerbitan FP-nya belum online antara Kantor Pusat dan Kantor-kantor Cabang-nya; dan/atau
Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang-nya ada yang ditetapkan sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat dan/atau ditetapkan sebagai Pengusaha Di Kawasan Berikat dan/atau mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
PKP melakukan penambahan dan/atau pengurangan penggunaan Kode
Cabang pada Kode FP
PKP melakukan penggunaan Nomor Urut FP dimulai lagi dari 00000001
sebelum awal tahun berikutnya
Nama pejabat yang berhak menandatangani FP disertai dengan contoh
tandatangannya
PKP Orang Pribadi tidak memiliki struktur organisasi yang memberikan
kuasa kepada pihak lain untuk menandatangani FP
Apabila terjadi perubahan pejabat atau kuasa yang berhak menandatangani
FP
Jangka waktu pelaporan:
paling lama pada akhir bulan berikutnya
2. Muatan Pasal
Faktur Pajak cacat apabila:
FP yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak
ditandatangani
PKP tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan penggunaan
Kode Cabang
PKP menerbitkan FP dengan menggunakan Kode Cabang selain dari
Kode Cabang yang telah ditetapkan
PKP melakukan kesalahan dalam pengisian Kode dan Nomor Seri
PKP pada awal tahun kalender bulan Januari, menerbitkan FP tidak
dimulai dari Nomor Urut 00000001
PKP tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan dalam hal
sebelum Masa Pajak Januari tahun berikutnya PKP menerbitkan FP
mulai dari Nomor Urut 00000001
PKP tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan pejabat
penandatangan FP
2. Muatan Pasal
Faktur Penjualan Sebagai Faktur Pajak
Faktur Penjualan dipersamakan dengan Faktur Pajak
apabila:
a. memuat keterangan sesuai dengan keterangan
dalam FP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) Undang-Undang PPN Tahun 1984 dan
perubahannya
; dan
2. Muatan Pasal
Pembetulan atau Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak
FP yang cacat, rusak, salah dalam pengisian, atau
salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat
keterangan yang lengkap, jelas, dan benar, PKP
dapat menerbitkan FP pengganti
FP yang hilang, baik PKP yang menerbitkan
maupun pihak yang menerima FP tersebut dapat
membuat
copy
dari arsip FP
PKP yang menerbitkan FP harus melakukan
pembatalan FP apabila terdapat pembatalan
transaksi atas penyerahan yang FP-nya telah
diterbitkan
66 Atep Adya Barata
2. Muatan Pasal
Pembetulan atau Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak
Penerbitan FP pengganti atau pembatalan FP dapat
dilakukan sepanjang PPN-nya belum dibiayakan;
PKP yang melakukan penerbitan FP pengganti
dan/atau pembatalan FP harus melakukan pembetulan
SPT Masa PPN pada Masa Pajak dimana FP yang
diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan;
Pembeli BKP dan/atau Penerima JKP harus
melakukan pembetulan SPT Masa PPN pada Masa
Pajak dimana FP yang diganti atau dibatalkan tersebut
dilaporkan;
2. Muatan Pasal
Jangka Waktu Penerbitan Faktur Pajak
PKP yang menerbitkan FP setelah melewati
jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat FP
seharusnya
dibuat,
dianggap
tidak
menerbitkan FP
PKP yang menerima FP tersebut tidak dapat
mengkreditkan PPN yang tercantum di
dalamnya
68 Atep Adya Barata
2. Muatan Pasal
Sanksi Administrasi
PKP dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan Pasal
14 ayat (4) Undang-Undang KUP dalam hal:
menerbitkan FP yang tidak memuat keterangan
dan/atau tidak mengisi secara lengkap, jelas, benar,
dan/atau tidak ditandatangani oleh Pejabat atau Kuasa
yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatangani FP.
Kecuali dalam hal FP tidak memuat:
Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
atau
Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP,
dan nama dan tandatangan yang berhak menandatangani FP
untuk PKP pedagang eceran
2. Muatan Pasal
Aturan Peralihan
Atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang dilakukan sebelum
berlakunya Peraturan Dirjen Pajak ini, namun FP-nya belum
diterbitkan, maka FP harus diterbitkan dengan menggunakan
Kode dan Nomor Seri sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran
Peraturan Dirjen Pajak ini
Atas perolehan BKP dan/atau JKP yang FP-nya diterbitkan
sebelum berlakunya Peraturan Dirjen Pajak ini yang masih
menggunakan Kode dan Nomor Seri FP yang lama, namun
FP-nya diterima dan/atau dilaporkan oleh PKP Pembeli setelah
berlakunya Peraturan Dirjen Pajak ini, maka PPN yang tercantum
pada FP tetap dapat dikreditkan dengan PK sepanjang
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Penerbitan FP pengganti atas FP yang telah diterbitkan sebelum
Peraturan Dirjen Pajak ini berlaku, menggunakan Kode dan
Nomor Seri FP yang ditetapkan dalam Peraturan Dirjen Pajak ini
70 Atep Adya Barata
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai
berlaku pada tanggal 1 April 2010
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
Per-10/PJ./2010
PERPEL PASAL 13 (6)
UU 42/2009
Tentang
Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya
Dipersamakan Dengan Faktur Pajak
72 Atep Adya Barata
1. Dasar Hukum
Ayat (6) Direktur Jenderal Pajak dapat
menetapkan dokumen tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak
DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU YG DIPERLAKUKAN
SEBAGAI FAKTUR PAJAK
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR PAJAK HARUS
MEMUAT SEKURANG KURANGNYA :
-
IDENTITAS YANG BERWENANG MENERBITKAN DOKUMEN;
-
NAMA & ALAMAT PENERIMA DOKUMEN;
-
NPWP DLM HAL PENERIMA DOKUMEN ADALAH WP DALAM
NEGERI
-
JUMLAH SATUAN BARANG APABILA ADA;
-
DPP; & JUMLAH PPN TERUTANG, KECUALI DLM HAL EKSPOR
74 Atep Adya Barata
Dokumen-dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak adalah:
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah disetujui
pejabat DJBC dan dilampiri dengan invoice;
b. Surat
Perintah
Penyerahan
Barang
(SPPB)
yang
dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran
tepung terigu;
c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan
oleh PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan atau bukan
BBM;
d. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa
telekomunikasi;
e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery
Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan
udara dalam negeri;
f.
Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk
penyerahan jasa kepelabuhanan;
g. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik
;
h. Invoice ekspor JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud dan bukti
pembayaran;
i.
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan
Surat Setoran Pajak,
Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak
(SSPCP) dan/atau bukti pungutan pajak oleh DJBC;
j.
Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas
pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah
Pabean ;
2. Muatan Pasal
76 Atep Adya Barata
Dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 huruf a sampai dengan h paling sedikit harus
memuat:
a. Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor
atau penyerahan;
b. Nama pembeli BKP atau penerima JKP;
c. Jumlah satuan barang apabila ada ;
d. Dasar Pengenaan Pajak; dan
e. Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal
ekspor.
Dokumen tertentu memenuhi persyaratan
formal apabila diisi secara lengkap, jelas, dan
benar sesuai ketentuan Pasal 2
PKP yang membuat dokumen tertentu tidak
memenuhi persyaratan formal, dikenai sanksi
sesuai dengan UU KUP
Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud
pada huruf I dan huruf j dibuat sesuai
peraturan perundangan yang berlaku
2. Muatan Pasal
78 Atep Adya Barata
Untuk dapat dijadikan sebagai sarana
pengkreditan Pajak Masukan,
dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 harus memenuhi syarat formal dan
mencantumkan
NPWP
pembeli
BKP,
penerima JKP, pihak yang melakukan impor
atau pihak yang memanfaatkan JKP/BKP tidak
berwujud.
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini
mulai
berlaku,
dokumen
tertentu
yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur
Pajak yang telah terlanjur dicetak tetapi tidak
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, tetap dapat dipergunakan sampai
habis dengan cara membubuhkan keterangan
yang diperlukan pada dokumen tersebut
2. Muatan Pasal
Aturan Peralihan
80 Atep Adya Barata
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai
berlaku pada tanggal 1 April 2010
PERATURAN MENTERI KEUANGAN MOMOR
PMK-65/PMK.03/2010
PERPEL PASAL 5A
UU 42/2009
TENTANG
Tata Cara Pengurangan Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang
Dikembalikan dan Pajak Pertambahan Nilai
atas Jasa Kena Pajak yang Dibatalkan
82 Atep Adya Barata
Dasar Hukum
Pasal 5A ayat (1), (2) dan (3) UU PPN
Ayat (1) Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas penyerahan
Barang Kena Pajak yang dikembalikan dapat dikurangkan
dari Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang
dalam Masa Pajak terjadinya pengembalian Barang Kena
Pajak tersebut.
Ayat (2) Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dibatalkan, baik seluruhnya maupun sebagian, dapat
dikurangkan dari Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
dalam Masa Pajak terjadinya pembatalan tersebut.
PENYERAHAN BKP YANG DIKEMBALIKAN
(RETUR PENJUALAN)
Ps. 5A
PK DAN PPn BM TERUTANG OLEH PKP PENJUAL
PPN DAN PPn BM
PENYERAHAN BKP
YANG
DIKEMBALIKAN
MENGURANGI
PM DARI PKP PEMBELI DG CATATAN PM TSB
TELAH DIKREDITKAN
BIAYA ATAU HARTA BAGI PKP PEMBELI DLM HAL
PAJAK ATAS BKP YG DIKEMBALIKAN TELAH DIBEBANKAN SBG BIAYA ATAU TELAH DIKAPITALISASI
PENYERAHAN JKP YANG DIBATALKAN
Muatan Pasal
Pasal 1 : Definisi
Pasal 2 : Konsekuensi Retur BKP dan JKP
Pasal 3 : Saat Pengembalian & Pembatalan
Pasal 4 : Nota Retur
Pasal 5 : Nota Pembatalan
Pasal 6 : Saat Pengurangan PK, PM, harta, dan biaya
Pasal 7 : Pencabutan
Pasal 8 : Tanggal Berlaku
86 Atep Adya Barata
Pasal 1 : Definisi (1)
•
Pembeli BKP: OP / badan yang menerima atau
seharusnya menerima penyerahan BKP dan yang
membayar atau seharusnya membayar harga BKP
tersebut
•
Penerima JKP: OP/ badan yang menerima atau
seharusnya menerima penyerahan JKP dan yang
membayar atau seharusnya membayar Penggantian
atas JKP tersebut
•
PKP Penjual: PKP yang melakukan penyerahan BKP
Pasal 1 : Definisi (2)
•
PKP Pemberi JKP: PKP yang melakukan
penyerahan JKP.
•
Pengembalian BKP: pengembalian BKP
baik sebagian maupun seluruhnya oleh
Pembeli BKP.
•
Pembatalan JKP: pembatalan seluruhnya
atau sebagian hak atau fasilitas atau
kemudahan oleh Penerima JKP
88 Atep Adya Barata
Pasal 2: Konsekuensi Retur BKP dan JKP (1)
(1)
Konsekuensi atas retur BKP
a.
Bagi PKP Penjual
mengurangi PK dan PPnBM yang terutang
b.
Bagi Pembeli, mengurangi:
•
PM dan PPnBM PKP pembeli BKP;
•
biaya atau harta bagi PKP pembeli;
•
biaya atau harta bagi pembeli yang bukan
PKP
Pasal 2: Konsekuensi Retur BKP dan JKP (2)
(2).Konsekuensi atas retur JKP
a. Bagi PKP Penjual: mengurangi PK yang
terutang
b. Bagi Pembeli, mengurangi:
•
PM dari PKP penerima JKP;
•
biaya atau harta bagi PKP penerima JKP;
atau
•
biaya atau harta bagi penerima JKP yang
bukan PKP.
90 Atep Adya Barata
Pasal 3: Saat Pengembalian &
Pembatalan(1
)
(1) Saat pengembalian BKP: saat BKP
tersebut dikembalikan oleh Pembeli
Pasal 4 & 5: Nota Retur/Pembatalan (1)
Nota Retur paling sedikit harus memuat
Nota Pembatalan paling sedikit harus
memuat
nomor urut Nota Retur
Nomor Nota Pembatalan
nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak
dari BKP yang dikembalikan
Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak
dari JKP yang dibatalkan
nama, alamat, dan NPWP Pembeli
nama, alamat, dan NPWP Penerima Jasa
nama, alamat, NPWP PKP Penjual
nama, alamat, NPWP PKP Pemberi Jasa
Kena Pajak
jenis barang, jumlah Harga Jual Barang
Kena Pajak yang dikembalikan
jenis jasa dan jumlah Penggantian JKP
yang dibatalkan
PPN atas BKP yang dikembalikan, atau
PPPnBM yang dikembalikan
PPN atas JKP yang dibatalkan
tanggal pembuatan Nota Retur
tanggal pembuatan Nota Pembatalan
nama dan tanda tangan yang berhak
menandatangani Nota Retur
Nama dan tanda tangan yang berhak
menandatangani Nota Pembatalan
92 Atep Adya Barata
Pasal 4 & 5: Nota Retur/Pembatalan (2)
Nota Retur
Nota Pembatalan
Saat pembuatan
saat BKP dikembalikan
saat JKP dibatalkan
Rangkap
Minimum 2: PKP Penjual dan arsip
pembeli
Jika pembeli bukan PKP: dibuat
rangkap 3, + KPP Pembeli
Minimum 2: PKP Penjual
dan arsip pembeli
Jika pembeli bukan PKP:
dibuat rangkap 3, + KPP
Pembeli
Dianggap tidak
terjadi pengembalian
/ pembatalan jika:
-
Tidak mencantumkan keterangan
secara lengkap
-
Tidak dibuat pada saat BKP
dikembalikan
-
Tidak menyampaikan lembar 3 ke
KPP Pembeli
-
Tidak
mencantumkan
keterangan secara lengkap
-
Tidak dibuat pada saat JKP
dikembalikan
-
Tidak
menyampaikan
Pasal 6:
Saat Pengurangan PK, PM, harta, dan biaya
•
Pengurangan PK atau PK dan PPnBM oleh PKP
Penjual dan/atau PKP Pemberi Jasa Kena Pajak
dilakukan dalam Masa Pajak saat terjadinya
pengembalian BKP atau pembatalan JKP.
•
Pengurangan PM, pengurangan harta, atau
pengurangan
biaya,
oleh
Pembeli
atau
Penerima Jasa dilakukan dalam Masa Pajak
saat terjadinya pengembalian BKP atau
pembatalan JKP
94 Atep Adya Barata
Pasal 7: Pencabutan
KMK Nomor 596/KMK.04/1994 tentang Tata
Cara Pengurangan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
untuk
Barang
Kena
Pajak
yang
Pasal 8: Tanggal berlaku
PMK ini berlaku sejak tanggal 1 April 2010
(saat berlakunya UU PPN)
96 Atep Adya Barata
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR PMK-75/PMK.03/2010
PERPEL PASAL 8A
UU 42/2009
TENTANG
98
1. Dasar Hukum
Ayat (1)
Ayat (2)
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dengan Dasar
Pengenaan Pajak yang meliputi Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai
lain.
Ketentuan mengenai nilai lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Pasal 8A ayat (2) UU PPN
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang
dimaksud dengan Nilai Lain adalah nilai berupa
uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan
Pajak.
100
Nilai Lain ditetapkan sebagai berikut:
•
Untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak adalah harga pokok
penjualan atau harga perolehan;
•
Untuk pemberian cuma-cuma Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak adalah harga
pokok penjualan atau harga perolehan;
•
Untuk penyerahan media rekaman suara atau
gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata;
•
Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan
hasil rata-rata per judul film;
2. Muatan Pasal
•
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui
pedagang perantara adalah harga yang
disepakati antara pedagang perantara dengan
pembeli;
•
Untuk penyerahan produk hasil tembakau
adalah sebesar harga jual eceran;
•
Untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan
dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasar wajar;
102
•
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari
Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang
adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan;
•
Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui
juru lelang adalah harga lelang;
•
Untuk penyerahan jasa pengiriman paket
adalah 10 % (sepuluh persen) dari jumlah
yang ditagih atau jumlah yang seharusnya
ditagih; atau
2. Muatan Pasal
2. Muatan Pasal
•
Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau
2. Muatan Pasal
•
Pajak
Masukan
yang
berhubungan
dengan penyerahan jasa oleh Pengusaha
jasa pengiriman paket dan Pengusaha
jasa biro perjalanan atau jasa biro
pariwisata
tidak dapat dikreditkan
karena dalam Nilai Lain tersebut telah
diperhitungkan Pajak Masukan atas
perolehan Barang Kena Pajak dan atau
Jasa Kena Pajak dalam rangka usaha
tersebut.
104 Atep Adya Barata
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku
pada tanggal 1 April 2010.
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR PMK-71/PMK.03/2010
PERPEL PASAL 9 (4d)
UU 42/2009
TENTANG
PENGUSAHA KENA PAJAK
BERISIKO RENDAH YANG
DIBERIKAN PENGEMBALIAN
PENDAHULUAN
KELEBIHAN PAJAK
106 Atep Adya Barata
DASAR HUKUM
PERMOHONAN PENGEMBALIAN ATAS
a. PKP YG EKSPOR BKP BERWUJUD
b. PKP YG MELAKUKAN PENY. BKP DAN/ JKP KPD PEMUNGUT PPN
c. PKP YG MELAKUKAN PENY. BKP DAN/ JKP YG PPNNYA TDK DIPUNGUT
d. PKP YG EKSPOR BKP TDK BERWUJUD e. PKP YG EKSPOR JKP
f. PKP DALAM TAHAP BELUM BERPRODUKSI
KRITERIA PKP
BERISIKO RENDAH YAITU
Ps. 9 (4b) HRF a s.d. e
Ps. 9 (4c)
DILAKUKAN DG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PJKSESUI PASAL 17C AYAT (1) KUPMuatan Pasal
Yang dimaksud Pengusaha Kena Pajak dalam Peraturan
Menteri Keuangan ini adalah:
a. PKP yang melakukan ekspor BKP Berwujud;
b. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP kepada Pemungut PPN;
c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP yang PPNnya tidak dipungut;
d. PKP yang melakukan ekspor BKP Tidak Berwujud; dan/
atau
Muatan Pasal
Pengusaha Kena Pajak yang mempunyai kriteria berisiko rendah
adalah:
1. Perusahaan Terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh
persen) dari keseluruhan saham disetornya diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia;
2. perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara langsung
oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, atau
3. Produsen selain Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan b, yang memenuhi persyaratan
tertentu,
yang tidak pernah dilakukan pemeriksaan bukti permulaan
dan/atau penyidikan dalam jangka waktu 24 (dua puluh empat)
bulan terakhir.
110 Atep Adya Barata
Muatan Pasal
Persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 3
slide sebelumnya meliputi:
1. tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Pertambahan Nilai selama 12 (dua belas)
bulan terakhir;
2. nilai Barang Kena Pajak yang dijual pada tahun
sebelumnya paling sedikit 75% (tujuh puluh lima
persen) adalah produksi sendiri ; dan
Muatan Pasal
1. Untuk ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah, PKP
harus menyampaikan permohonan kepada Direktur
Jenderal Pajak.
2. Permohonan disampaikan secara lengkap paling lama
15 (lima belas) hari kerja sebelum dimulainya Masa
Pajak PKP ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah.
3. Setelah melakukan penelitian atas permohonan tsb,
Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan
penetapan atau surat pemberitahuan penolakan paling
lama 15 (lima belas) hari kerja sejak permohonan
diterima secara lengkap.
112 Atep Adya Barata
Muatan Pasal
4. Keputusan penetapan PKP Berisiko Rendah berlaku
untuk 24(dua puluh empat) Masa Pajak sejak Masa
Pajak PKP ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah.
Muatan Pasal
1. Keputusan penetapan sebagai PKP berisiko rendah dinyatakan
tidak berlaku dalam hal:
a. PKP dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau
penyidikan; atau
b. PKP dilakukan pemeriksaan dan ternyata dari hasil
pemeriksaan diketahui bahwa PKP tidak lagi memenuhi
kriteria sebagai PKP berisiko rendah.
2. Keputusan
Penetapan
sebagai
PKP
berisiko
rendah
sebagaimana dimaksud di atas menjadi tidak berlaku sejak :
a. diterbitkannya Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan,
dalam hal dilakukan pemeriksaan bukti permulaan;
b. ditandatanganinya berita acara hasil pemeriksaan, dalam hal
terhadap Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan.
3. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat pemberitahuan
pencabutan penetapan PKP sebagai PKP berisiko rendah.
Atep Adya Barata 114Muatan Pasal
Ketentuan tentang tata cara:
a. penyampaian permohonan;
b. penetapan sebagai PKP berisiko rendah;
c. pemberitahuan bahwa permohonan tidak dapat
diproses karena tidak memenuhi ketentuan;
d. pemberitahuan pencabutan penetapan PKP
sebagai PKP berisiko rendah,
Mulai Berlaku
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai
berlaku pada tanggal 1 April 2010.
116 Atep Adya Barata
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
PMK-72/PMK.03/2010
PERPEL PASAL 9 (13)
TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN
PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU
1. Dasar Hukum
118