• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Penelitian Terdahulu - Analisis Pengaruh Harga dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan Restoran Sop Sumsum Langsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Penelitian Terdahulu - Analisis Pengaruh Harga dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan Restoran Sop Sumsum Langsa"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Penelitian Terdahulu

Adapun daftar penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan

penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama/Tahun/ Judul

Tujuan Penelitian Metode Penelitian

Hasil Penelitian Tuan (2012)

“Effects of Service Quality and Price Fairness on Student Satisfaction”

Untuk menguji pengaruh kualitas pelayanan yang dirasakan siswa

dan kewajaran harga terhadap kepuasan mahasiswa SPSS dan analisis menggunakan Principal Component Analysis

Hasil menunjukkan bahwa dimensi kualitas layanandan keadilan Services in Khulna Division”

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi beberapa faktor utama kepuasan pelanggan

Jumlah sampel

pada layanan restoran.

246 kesan negatif tentang keadilan kualitas produk dan

pelayanan, keadilan harga, layanan staf, lingkungan yang restaurant, citra restoran dan loyalitas restoran.

Consuegra et al., (2007), “An Analysis in the Service Sector”

Untuk mengetahui pengaruh kepuasan pelanggan baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui

loyalitas) pada penerimaan harga. Selain itu, keadilan harga dianggap sebagai anteseden kepuasan dan loyalitas pelanggan bahwa keadilan harga yang dirasakan mempengaruhi kepuasan dan loyalitas pelanggan. Analisis juga menunjukkan bahwa kepuasan dan loyalitas pelanggan adalah dua anteseden penting dari

(2)

Lanjutan

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama/Tahun/Judul Tujuan

Penelitian Harga, Citra Perusahaan Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pengguna Jasa Penerbangan Domestik Garuda Indonesia

Di Denpasar”

Untuk mengetahui pengaruh kewajaran harga dan citra perusahaan terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan Garuda Indonesia yang berada di Denpasar (Studi pada pengguna jasa penerbangan domestik Garuda Indonesia di Denpasar).

Sampel penelitian ini adalah sebesar 140 responden, bantuan AMOS 16.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kewajaran harga tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, 2) Citra perusahaan

kewajaran harga tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan, 5) citra perusahaan tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan serta 6) Secara keseluruhan , kepuasan pelanggan adalah satu-satunya konstruk yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pengertian Harga

Dalam perekonomian sekarang ini untuk mengadakan pertukaran atau

mengukur nilai suatu produk menggunakan uang, bukan sistem barter.Jumlah

uang yang digunakan dalam pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari

suatu barang tersebut. Jadi, harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk

(3)

Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau

ukuran lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau

penggunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan konsep

pertukaran (exchange) dalam pemasaran. Apabila harga suatu produk di pasaran

adalah cukup tinggi, hal ini menandakan bahwa kualitas produk tersebut adalah

cukup baik dan merek produk di benak pelanggan adalah cukup bagus dan

meyakinkan. Sebaliknya apabila harga suatu produk di pasaran adalah rendah,

maka ini menandakan bahwa kualitas produk tersebut adalah kurang baik dan

merek produk tersebut kurang bagus dan kurang meyakinkan di benak pelanggan.

Menurut Sastradipoera (2003) bahwa harga adalah hasil pertemuan dari

transaksi barang atau jasa yang dilakukan oleh permintaan dan penawaran di

pasar. Pengertian harga menurut Swastha (2005) adalah sejumlah uang yang

dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang beserta

pelayanannya.

Menurut Kotler dan Amstrong (2005) harga adalah sejumlah uang yang

dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan

pelanggan atas manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa

tersebut. Lebih lanjut Tjiptono dkk., (2008) dalam kutipan Atmaja (2011)

mengungkapkan harga sebagai salah satu elemen bauran pemasaran yang

membutuhkan pertimbangan cermat, hal ini dikarenakan adanya sejumlah dimensi

strategik harga dalam hal :

1) Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of

value). Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap

(4)

2) Harga merupakan aspek yang tampak jelas bagi para pembeli. Bagi

pelanggan yang tidak terlalu paham hal-hal teknis pada pembelian produk

otomotif dan elektronik, kerap kali harga menjadi satu-satunya faktor

yang mereka dapat mengerti. Tidak jarang pula harga dijadikan semacam

indikator kualitas.

3) Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum

permintaan (the law of demand), besar kecilnya harga mempengaruhi

kuantitas produk yang dibeli pelanggan. Semakin mahal harga, semakin

sedikit jumlah permintaan atas produk bersangkutan dan sebaliknya.

Meskipun demikian, semua itu tidak selalu berlaku pada semua situasi.

Pada kasus tertentu seperti mobil mewah, harga yang mahalmalah diminati

oleh pelanggan.

4) Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Hargaadalah

satu-satunya unsur bauran pemasaran yang mendapatkan pemasukan bagi

perusahaan yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecinya laba

dan pangsa pasar yang diperoleh. Unsur bauran pemasaran lainnya, seperti

produk, distribusi dan romosi malah mengeluarkan dana dalam jumlah

yang tidak sedikit.

5) Harga bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan cepat. Dari

empat unsur bauran pemasaran tradisional, harga adalah elemen yang

paling mudah diubah dandiadaptasikan dengan dinamika pasar.

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa harga merupakan suatu

nilai yang dicapai oleh penjual dan pembeli mengenai suatu barang. Ada dua hal

(5)

diperlukan karena memiliki kegunaan dan jumlah barang terbatas, sedangkan

kebutuhan tidak terbatas jumlahnya. Menurut definisi, kebijakan mengenai harga

sifatnya hanya sementara, berarti produsen harus mengikuti perkembangan harga

di pasar dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam situasi pasar secara

keseluruhan.

Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan

para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.

1) Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membantu para

pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas

tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian,

adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara

mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli

membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian

memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2) Peranan informasi dari harga yaitu fungsi haraga dalam menjaring

pelanggan mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini

terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan

untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara obyektif. Persepsi

yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan

kualitas yang tinggi.

Menurut Kotler dan Amstrong (2005) strategi penetapan harga dapat

(6)

1) Penetapan harga geografis

Penerapan harga geografis mengharuskan perusahaan untuk memutuskan

bagaimana menetapkan harga untuk pelanggan di berbagai lokasi dan

negara.

2) Discount atau potongan harga

Perusahaan umumnya akan memodifikasi harga dasar mereka untuk

menghargai pelanggan atas tindakan-tindakannya seperti pembayaran awal,

volume pembelian, dan pembelian di luar musim. Bentuk penghargaan ini

berupa pembelian diskon.

3) Penetapan harga diskriminasi

Penetapan harga ini terjadi jika perusahaan menjual produk dan jasa

dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan biaya

secara proporsional.

4) Penetapan harga bauran produk

Penetapan harga ini terjadi jika perusahaan menjual produk dan jasa

dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan biaya

secara proporsional.

5) Penetapan harga promosi

Dalam kondisi-kondisi tertentu perusahaan akan menetapkan harga

sementara untuk produksinya di bawah daftar dan kadang-kadang di

bawah biayanya. Penetapan harga promosi menilai beberapa bentuk antara

lain harga kerugian, harga peristiwa khusus, perjanjian garansi, pelayanan

(7)

2.2.2 Kualitas Pelayanan

Dewasa ini, tentunya kita sering mendengar perbincangan mengenai

kualitas baik itu mengenai perbandingan baik-buruknya suatu barang maupun

mengenai pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa. Makna kualitas

berbeda-beda bagi setiap orang tergantung pada cara mendefinisikan dan juga

pada konteksnya.

Kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan

pelanggan. Apabila jasa atau pelayanan yang diterima atau dirasakan (perceived

service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan

dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa atau pelayanan yang diterima

melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa atau pelayanan dipersepsikan

sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa atau pelayanan yang diterima

lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa atau pelayanan

dipersepsikan buruk”.(Tjiptono, 2004).

Kualitas pelayanan berhasil dibangun, apabila pelayanan yang diberikan

kepada pelanggan mendapatkan pengakuan dari pihak-pihak yang dilayani.

Pengakuan terhadap keprimaan sebuah pelayanan, bukan datang dari aparatur

yang memberikan pelayanan, melainkan datang dari pengguna jasa layanan

(Lukman, 2001).

Menurut Lupiyoadi (2001) mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai :

Seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan

yang mereka terima/peroleh. Secara sederhana, istilah pelayanan mungkin bisa

(8)

Dalam literature manajemen dijumpai setidaknya empat lingkup definisi

konsep pelayanan, yaitu sebagai berikut (Tjiptono, 2008) :

1) Pelayanan menggambarkan subsektor dalam kategorisasi aktivitas

ekonomi seperti transportasi, finansial, perdagangan ritel, personal

pelayanan, kesehatan, pendidikan, dan layanan publik. Dengan kata lain,

lingkupnya adalah industri.

2) Pelayanan dipandang sebagai produk intangible yang hasilnya lebih berupa

aktivitas daripada objek fisik, meskipun dalam kenyataannya bisa saja

produk fisik dilibatkan (misalnya makanan dan minuman di restoran dan

pesawat di jasa penerbangan). Jadi, dalam hal ini lingkupnya adalah

tawaran produk.

3) Pelayanan merefleksikan proses yang mencakup penyampaian produk

utama, interaksi personal, kinerja dalam arti luas serta pengalaman

layanan.

4) Pelayanan bisa pula dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua

komponen utama, yakni service operations yang kerap kali tidak tampak

atau tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan dan yang biasanya

tampak atau diketahui pelanggan.

Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir

dengan kepuasan pelanggan serta persepsi positif terhadap kualitas pelayanan.

Sebagai pihak yang membeli dan mengkonsumsi produk/jasa, pelanggan yang

menilai tingkat kualitas pelayanan sebuah perusahaan. Tantangannya adalah

penilaian pelanggan terhadap kinerja pelayanan yang diterimanya bersifat

(9)

Pada dasarnya, definisi kualitas pelayanan berfokus kepada upaya

pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya

untuk mengimbangi harapan pelanggan. Dengan kata lain, terdapat faktor utama

yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu jasa yang diharapkan dan jasa yang

dipersepsikan. Selain itu, ada ahli yang menemukan aspek-aspek yang

mempengaruhi persepsi kualitas pelayanan yang diberikan untuk pelanggan.

Menurut Gronroos dalam Tjiptono (1999) berpendapat ada enam unsur yang

mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang diterima,

yaitu :

1) Kemampuan yang professional

Kriteriayang pertama iniadalah dimana pelangggan menyadari bahwa

perusahaan, karyawan dan sumber fisik memiliki pengetahuan dan

ketrampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang

disampaikan oleh pelanggan.

2) Perilaku dan sikap

Pelanggan merasabahwa karyawan perusahaan memberikan perhatian

terhadap pelanggan dan karyawan perusahaan tersebut berusaha membantu

memecahkana masalah pelanggan dengan senang hati.

3) Akses yang mudah

Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, jam kerja, karyawan, dan system

pelayanan operasionalnya dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa

(10)

4) Kepercayaan

Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi, pelanggan dapat

memberikan kepercayaan segala sesuatunya terhadap perusahaan jasa

beserta karyawannya

5) Penanganan

Pelanggan menyadari bahwa jika ada kesalahan yang tidak diharapkan

maka perusahaan jasa akan segera mengambil tindakan untuk

mengendalikan situasi dan mencari pemecahan masalah yang tepat.

6) Reputasi

Pelanggan menyakini bahwa operasi dari perusahaan jasa dapat

dipercayadan memberikan nilai atau imbalan yang sesuai dengan

pengorbanannya.

Dari keterangan di atas, persepsi individu mengenai kualitas pelayanan

muncul karena adanya interpretasi berdasarkan hasil dari pengalaman

sebelumnya.Persepsi terhadap kualitas pelayanan berarti interpretasi terhadap

kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan jasa kepada konsumen selama

menggunakan jasa.Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang

didasarkan pada penilaian yang menyeluruh atas keunggulan jasa tersebut

berdasarkan pengalaman dan seringnya pelanggan dalam menggunakan atau

mengkonsumsi jasa tersebut.

2.2.3 Kepuasan Pelanggan

Tak mudah mendefinisikan kepuasan pelanggan. Pakar kepuasan

pelanggan Richard L. Oliver dalam Tjiptono (2008) mengemukakan, semua orang

(11)

seorang pun tahu. Seperti halnya konsep-konsep manajemen lainnya, ada begitu

banyak definisi yang berkembang mengenai kepuasan pelanggan. Menurut

Tjiptono (2008) mengemukakan kepuasan pelanggan adalah perasaan yang timbul

setelah mengevaluasi pengalaman pemakaian produk.

Sementara itu Tse and Wilton dalam Tjiptono (2008) mengemukakan,

kepuasan pelanggan merupakan respons pelanggan terhadap evaluasi persepsi atas

perbedaan antara harapan awal sebelum pembelian (atau standar kinerja lainnya)

dan kinerja aktual produk sebagaimana dipersepsikan setelah memakai atau

mengkonsumsi produk bersangkutan.

Menurut pakar pemasaran Kotler dan Amstrong (2005), menandaskan

bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kekecewaan seseorang

setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan

arapannya. Kepuasan adalah semacam langkah perbandingan antara pengalaman

dengan hasil evaluasi, dapat menghasilkan sesuatu yang nyaman secara rohani,

bukan hanya nyaman karena dibayangkan atau diharapkan. Puas atau tidak puas

bukan merupakan emosi melainkan sesuatu hasil evaluasi dari emosi.

Dapat ditarik kesimpulan menyangkut komponen kepuasan pelanggan

(harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan). Umumnya harapan pelanggan

merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan

diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa).

Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia

terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Mengukur kepuasan pelanggan

bukanlah konsep yang absolut, melainkan relative atau pada apa yang diharapkan

(12)

Menurut Tjiptono (2008) mengemukakan bahwa operasionalisasi

pengukuran kepuasan pelanggan bisa menggunakan sejumlah faktor seperti

ekspektasi, tingkat kepentingan (importance), kinerja, dan faktor ideal. Kendati

demikian, Martilla dan James dalam Tjiptono (2008) mengemukakan bahwa salah

satu teknik pengukuran kepuasan pelanggan yang paling banyak dipakai adalah

“importance-performance analysis” yakni menggunakan importance ratings dan

performance ratings. Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan dengan berbagai

macam tujuan, diantaranya sebagai berikut :

1) Mengidentifikasi keperluan pelanggan, yakni aspek-aspek yang dinilai

penting oleh pelanggan dan mempengaruhi apakah dia puas atau tidak.

2) Menentukan tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja organisasi pada

aspek-aspek penting.

3) Membandingkan tingkat kepuasan pelanggan terhadap perusahaan dengan

tingkat kepuasan pelanggan terhadap organisasi lain, baik pesaing

langsung maupun tidak langsung.

4) Mengidentifikasi PFI (Priorities for Improvement) melalui analisis gap

antara skor tingkat kepentingan (importance) dan kepuasan.

5) Mengukur indeks kepuasan pelanggan yang bisa menjadi indikator andal

dalam memantau kemajuan perkembangan dari waktu ke waktu.

2.2.4 Loyalitas Pelanggan

Loyalitas pelanggan merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Hal

ini dikarenakan dengan loyalitas sesuai dengan yang diharapkan, dapat dipastikan

(13)

berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek

tertentu.

Loyalitas pelanggan sangat penting untuk dikenali pemasar dalam rangka

menentukan strategi yang diperlukan untuk meraih, memperluas dan

mempertahankan pasar.Pelanggan yang membeli barang atau jasa tertentu secara

berulang kali belum tentu merupakan pelanggan yang setia.Pelanggan ini bisa saja

melakukan pembelian secara berulang karena tidak ada pilihan lain.

Kesetiaan pelanggan yang sebenarnya mencerminkan komitmen

psikologis pelanggan terhadap merek tertentu. Kesetiaan sebagai suatu komitmen

untuk membeli secara konsisten barang atau jasa di masa akan datang.Loyalitas

menurut Kertajaya dalam Wijayanti (2008) menyatakan loyalitas sebagai

manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki, men-support,

mendapatkan rasa aman dan membangun keterikatan serta menciptakan emotional

attachment. Sedangkan loyalitas dalam The Oxford English Dictionaryadalah : “ a

strong feeling of support and allegience; a person showing firm and constant

sopport”. Dari definisi tersebut terdapat kata strong feeling, artinya kedalaman

perasaan manusia terhadap suatu hal, apakah keluarga, teman, organisasi atau

merek.Perasaan inilah yang menjadi unsur utama dan menentukan keeratan serta

loyalitas pelanggan.

Menurut Griffin dalam Hurriyati (2005) loyalitas lebih mengacu pada

wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian

secara terus menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih.

Sedangkan menurut Oliver dalam Hurriyati (2005), loyalitas pelanggan adalah

(14)

melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa

yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran

mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Tujuan akhir keberhasilan perusahaan menjalin relationship dengan

pelanggannya adalah untuk membentuk loyalitas yang kuat, sedangkan indikator

dari loyalitas yang kuat adalah :

1) Say positive things, adalah mengatakan hal yang positif tentang produk yang

dikonsumsi.

2) Recommend friend, adalah merekomendasikan produk yang telah

dikonsumsi kepada teman.

3) Repurchase intention, adalah pembelian ulang yang dilakukan terhadap

produk yang telah dikonsumsi.

Menurut Griffin (2005), karakteristik pelanggan yang loyal adalah sebagai

berikut:

1) Melakukan pembelian ulang secara teratur (makes reguler repeat purchase).

Loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan

keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap

barang/jasa suatu perusahaan yang dipilih. Tingkat kepuasan terhadap toko

akan mempengaruhi mereka untuk membeli kembali.

2) Membeli di luar lini produk/jasa (purchases across product and service lines).

Membeli di luar lini produk dan jasa artinya keinginan untuk membeli lebih

dari produk dan jasa yang telah ditawarkan oleh perusahaan. Pelanggan yang

sudah percaya pada perusahaan dalam suatu urusan maka akan percaya juga

(15)

3) Mereferensi toko kepada orang lain, artinya menarik pelanggan baru untuk

perusahaan (refers other). Pelanggan yang loyal dengan sukarela

merekomendasikan perusahaan kepada teman-teman dan rekannya.

4) Menunjukkan kekebalan daya tarik dari pesaing (Demonstrates an immunity to

the full of the competition). Tidak mudah terpengaruh oleh tarikan persaingan

perusahaan sejenis lainnya.

2.3 Mekanisme Antar Variabel

2.3.1 Pengaruh Harga terhadap Kepuasan Pelanggan

Harga adalah jumlah uang yang ditukarkan untuk memperoleh suatu

produk. Kepekaan harga bagi pelanggan sangat menentukan target pasar yang

dituju. Variabel harga sering digunakan sebagai bahan yang dibicarakan pada

komunikasi dari mulut ke mulut. Banyaknya pilihan produk membuat pelanggan

mengalami kesulitan untuk menentukan keputusan memilih. Kualitas dan harga

adalah dua variabel penting pelanggan. Pemilihan terhadap variabel harga sebagai

fokus seorang pelanggan membuat penerimaan kualitas suatu pasar dapat

disesuaikan dengan pengorbanan yang diberikan. Sedangkan asumsi mendasar

danyang umum telah berlaku menyatakan bahwa harga suatu produk sangat

menentukan kualitasnya.

Dalam Djati dan Darmawan (2004), menyatakan bahwa suatu tingkat

harga yang tinggi menunjukkan kualitas tinggi atau status tinggi. Beberapa target

pelanggan menginginkan yang terbaik. Jika harga-harga yang diturunkan sedikit

(16)

namun jika harga-harga murah mulai muncul, mereka mulai khawatir tentang

kualitas dan menghentikan pembelian.

Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merk yang

berkaitan dengan keputusan membeli pelanggan. Ketika memilih diantara

merk-merk yang ada, pelanggan akan mengevaluasi harga secara absolut tetapi dengan

membandingkan beberapa standart harga sebagai referensi untuk melakukan

pembelian. Harga merupakan satu-satunya elemen pada marketing mix yang

menghasilkan pendapatan, elemen yang lain justru mengeluarkan biaya.

Harga merupakan faktor yang sensitif sekali, lebih-lebih bagi segmen

believers yang lebih mempertimbangkan faktor harga dibandingkan dengan faktor

kualitas Harga merupakan faktor ekstrinsik sebagai fungsi pengganti kualitas

ketika pelanggan tidak memiliki informasi yang cukup mengenai atribut intrinsik

sehingga pelanggan menggunakan harga untuk menduga kualitas ketika hanya

hargalah yang diketahui. Zhang (2001) dalam Wijayanti (2008), menyatakan

bahwa persaingan membuat dunia usaha berusaha untuk memuaskan kebutuhan

pelanggan dengan harga yang rendah. Djati dan Darmawan (2004), membuktikan

bahwa variabel harga memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Bei

(2007) menyatakan bahwa dari persepsi kognitif pelanggan, harga adalah sesuatu

yang harus diberikan atau dikorbankan dalam memperoleh sejenis produk atau

jasa.

Sedangkan definisi harga dari pelanggan adalah harga yang mereka

rasakan. Bagi para pelanggan hargayang dirasakan lebih bermakna daripada harga

nominal. Bei (2007) dalam penelitiannya mengajukan bahwa kewajaran harga

(17)

kewajaran harga yang dirasakan pelanggan, kepuasan akan meningkat. Dalam

penelitian Devaraj (2001) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara

harga dan kepuasan. Pelanggan yang membayar dengan pengorbanan lebih dan

mendapatkan manfaat yang baik, akan merasa puas.

2.3.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan

Kualitas pelayanan yang maksimal dari jasa akan menciptakan nilai yang

dirasa baik oleh pelanggan. Perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan fasilitas

dan teknologi yang tersedia, melainkan bagaimana menciptakan kualitas

pelayanan yang optimal. Setelah pelanggan merasakan kualitas pelayanan yang

diberikan, maka mereka memberikan persepsi dan penilaian terhadap kualitas

pelayanan tersebut. Jika mereka cukup puas terhadap kualitas pelayanan yang

diberikan, maka hal tersebut merupakan hal positif terhadap perusahaan yang

mereka pilih.

Angelova dan Zekiri (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa

kualitas layanan secara keseluruhan dirasakan oleh pelanggan tidak memuaskan,

namun harapan lebih tinggi daripada persepsi. Hasil dan temuan ini juga

memberikan informasi tambahan mengenai kebutuhan pelanggan, keinginan dan

kepuasan mereka.

Sedangkan Naik, Gantasala dan Prabhakar (2010) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa h

Hal ini juga akan memberikan kontribusi untuk penelitian sejak

studi ini menetapkan dasar untuk penelitian lebih lanjut dalam mengukur kualitas

layanan diindustri jasa.

asil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang

ditawarkan oleh unit ritel memiliki dampak positif dan signifikan dalam

(18)

pandangan bahwa kualitas pelayanan dimensi sangat penting untuk kepuasan

pelanggan di ritel-sektor yang berkembang dengan tinggi potensi pertumbuhan

dan peluang di negara-negara berkembang pesat seperti saat ini.

2.3.3 Pengaruh Kepuasan Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan

Pada dasarnya, kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan atas produk akan

berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Apabila pelanggan merasa puas,

maka dia akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk membeli kembali

produk yang sama. Pelanggan yang puas juga cenderung akan memberikan

referensi yang baik terhadap produk kepada orang lain.

Menurut Tu, Wang dan Chang (2012), menyatakan bahwa pemasaran

hadir untuk memberikan nilai lebih untuk memuaskan pelanggan serta

membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Jika produk perusahaan

atau layanan tidak memuaskan atau memenuhi kebutuhan pelanggan dan

keinginan, semua strategi tidak cukup. Dengan pelanggan yang loyal, perusahaan

dapat memiliki pangsa pasar yang lebih tinggi dan mengurangi biaya operasi.

Penelitian ini menemukan bahwa kepuasan pelanggan memiliki dampak yang kuat

terhadap loyalitas pelanggan.

Perusahaan harus fokus pada faktor-faktor ini dalam rangka membangun

jangka panjang dan saling hubungan profitabilitas dengan pelanggan dan

menciptakan loyalitas sebagai keunggulan kompetitif di pasar. Penelitian Cheng et

al., (2011), menyatakan bahwa dalam hubungan kepuasan pelanggan dan loyalitas

pelanggan, pelanggan inersia hubungan memainkan mediator kunci. Selain itu,

harga dianggap memiliki dampak negatif pada kepuasan pelanggan dan hubungan

(19)

2.4 Kerangka Konseptual

Perkembangan makna kepuasan pelanggan tertuju kepada perbedaan

antara tingkat kepentingan dankinerja atau hasil yang dirasakan. Hakikatnya

kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya dapat memberikan hasil sama atau melampaui harapan

pelanggan. Kepuasan pelanggan yang terjadi dan dialami pelanggan dalam

prakteknya dapat dipengaruhi oleh harga dan kualitas pelayanan.

Dari penjelasan sebelumnya menyebutkan bahwa harga dapat

mempengaruhi kepuasan pelanggan, secara umum hal pertama yang disebutkan

pelanggan sebelum mengkonsumsi produk atau jasa yang ada dalam benaknya

adalah harga. Harga suatu produk atau jasa yang ditawarkan memiliki keterkaitan

dengan kemampuan individu pelanggan, untuk pelanggan yang sensitif biasanya

harga murah adalah sumber kepuasan yang paling penting, karena mereka akan

mendapatkan value of money yang tinggi.

Sebaliknya komponen harga ini relatif tidak penting bagi mereka yang

tidak sensitif terhadap harga. Bagi mereka yang tidak peduli dengan harga,

mereka lebih menyukai harga yangs sedikit lebih mahal namun kualitasnya baik

daripada harganya murah namun kualitasnya buruk. Harga dapat mempengaruhi

persepsi, kualitas, kepuasan dan nilai jasa. Karena jasa tidak berwujud dan sering

sulit dinilai sebelum terjadinya pembelian, maka harga seringkali dikaitkan

sebagai indikator pendukung yang mempengaruhi harapan dan persepsi jasa.

Dalam memasarkan produk dan jasanya perusahaan harus menetapkan

harga yang sesuai dengan tujuan pemasaran perusahaan dan tidak merugikan

(20)

untuk mengkonsumsi produk atau jasanya.Harga menurut Lamb, Hair, dan Mc

Daniel (2001) adalah sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk

mendapatkan suatu barang maupun jasa. Harga khususnya merupakan pertukaran

uang bagi barang atau jasa juga pengorbanan waktu karena menunggu untuk

memperoleh barang atau jasa. Dapat disimpulkan bahwa definisi harga yang

melibatkan pengorbanan artinya harga suatu produk dan jasa yang dimaksud

memiliki keterkaitan dengan kepuasan pelanggan.

Kepuasan pelanggan yang dipengaruhi oleh harga produk dan jasa kapan

saja dapat menjadi pelanggan yang secara terus-menerus untuk menggunakan

produk dan jasa tersebut. Hal ini mencerminkan bahwa pelanggan memiliki

persepsi bahwa harga pada produk dan jasa harus mampu memberikan nilai yang

seimbang dengan besarnya manfaat dan pengorbanan yang sudah dikeluarkan

pelanggan. Jika pelanggan mengkonsumsi berdasarkan hal ini dapat dikatakan

pelanggan sudah memiliki loyalitas positif.

Hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan pelanggan penting

bagi perusahaan, karena perusahaan (penyedia jasa) perlu mengetahui apakah

tujuan perusahaan harus memiliki pelanggan yang puas dengan kinerja perusahaan

atau memberikan “kualitas pelayanan yang dipersepsikan” pada tingkat

maksimum. Kepuasan dapat mempengaruhi evaluasi pelanggan terhadap kualitas

pelayanan. Pentingnya isu tersebut telah mendorong usaha untuk memperjelas

hubungan antara kepuasan dan kualitas layanan.

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh pelayanan yang dikehendaki

pelanggan, sehingga jaminan kualitas menjadi kualitas utama bagi suatu

(21)

pokok yang saling berkaitan erat yaitu harapan pelanggan terhadap kualitas

layanan (expected quality) dan presepsi terhadap kualitas layanan (perceived

qulity).

Pelanggan selalu menilai suatu pelayanan yang diterima dibandingkan

dengan apa yang diharapkan atau diinginkan. Kepuasan pelanggan harus disertai

dengan loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan menyangkut apa yang

diungkapkan oleh pelanggan tentang persepsi dan harapannya kepada layanan

yang diperoleh. Konsep ini menyiratkan bahwa kepuasan pelanggan saja tidaklah

cukup, karena puas atau tidak puas hanyalah salah satu bentuk emosi. Disamping

itu loyalitas pelanggan tidak kalah relevannya untuk dianalisis sebab sikap

loyalitas dari pelanggan akan timbul setelah pelanggan merasakan puas atau tidak

puas terhadap layanan yang diterimanya.

Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa kepuasan pelanggan dalam penelitian

ini sangat dipengaruhi oleh variabel harga dan kualitas pelayanan, dapat

(22)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh secara langsung harga terhadap kepuasan pelanggan.

2. Terdapat pengaruh secara langsung kualitas pelayanan terhadap kepuasan

pelanggan.

3. Terdapat pengaruh secara langsung kepuasan pelanggan terhadap loyalitas

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan bantuan program SmartPLS 2.0 M3.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sense, Think, act, dan

Penelitian ini menggunakan SEM (Structural Equation Modelling) dengan program AMOS 20 untuk menganalisis pengaruh nama merek, kualitas produk, harga, suasana gerai,

Penelitian yang dilakukan oleh Yang dan Peterson (2004) dengan menggunakan analisis Structural Equation Modelling ( SEM), diperoleh bahwa persepsi nilai pelanggan berpengaruh

Data kemudian diuji dengan The Structural Equation Modelling (SEM) dari paket software statistik AMOS akan digunakan dalam model dan pengujian hipotesis. Temuan

Pengolahan data dengan Structural Equation Modelling (SEM) serta regresi berganda yang dilakukan terhadap 257 responden menemukan bahwa variabel yang memiliki

Hipotesis diuji dengan menggunakan structural equation modelling (SEM) dengan bantuan perangkat lunak komputer, yakni Analysis Moment of Structure (AMOS) 18. Hasil

Data kemudian diuji dengan The Structural Equation Modelling (SEM) dari paket software statistik AMOS akan digunakan dalam model dan pengujian hipotesis. Temuan

TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Yang dan Peterson 2004 dengan menggunakan analisis Structural Equation Modelling SEM, diperoleh bahwa persepsi