BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu sarana untuk melakukan investasi adalah pasar modal. Pasar
modal di Indonesia yaitu Bursa Efek Indonesia yang disingkat BEI, atau
Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar
obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Dalam pasar modal memungkinkan para pemodal (investor)
untuk melakukan investasi,membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang bersedia mereka tanggung dan memperoleh tingkat keuntungan. Pada masa sekarang, semakin banyak orang maupun perusahaan yang menginvestasikan dana
mereka dalam bentuk sekuritas. Investasi dalam bentuk sekuritas biasanya dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi, namun yang lebih populer adalah
dalam bentuk saham.
Pihak-pihak yang membutuhkan dana dapat menjual sahamnya di pasar modal dengan tujuan untuk mendapatkan dana yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan atau untuk memperluas usaha. Pihak yang kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya dalam bentuk saham yang
Investasi dalam saham terbagi menjadi investasi jangka pendek dan
investasi jangka panjang. Investasi saham dalam jangka pendek biasanya dimaksudkan untuk dijual kembali dengan segera sedangkan Investasi saham dalam jangka panjang biasanya dimaksudkan untuk memiliki hak suara di
perusahaan lain atau untuk menguasai perusahaan lain. Pengembalian yang didapatkan dari investasi dalam saham dapat berbentuk deviden dan capital gain.
Deviden yaitu laba yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham atau investor, sedangkan capital gain adalah selisih lebih antara harga pembelian dengan harga penjualan dari saham itu.
Sebelum melakukan investasi, para investor perlu melakukan studi kelayakan bisnis terlebih dahulu untuk menilai apakah investasi yang akan
dilakukannya layak atau tidak. Saham yang berada di pasar modal ada yang
undervalue dan overvalue. Saham dikatakan undervalue apabila harga saham dipasar modal lebih kecil dari pada nilai saham yang seharusnya, demikian juga
sebaliknya.
Untuk memperkirakan harga saham, dapat digunakan analisa fundamental
yang menganalisa kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham. Analisa fundamental berhubungan dengan penilaian kinerja perusahaan tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan mencapai tujuannya. Untuk
menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan yang diperkirakan berhubungan dengan perubahan harga saham yaitu DER,ROI dan
Debt To Equity Ratio (DER) ini disebut juga dengan leverage ratio, yaitu
rasio yang mengukur seberapa jumlah modal sendiri yang tersedia untuk menutupi semua hutangnya. Menurut Harahap (2008:303) semakin kecil rasio ini maka semakin baik dan menjadikan suatu jaminan keamanaan bagi pihak luar, rasio
terbaik adalah apabila jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal jumlahnya sama. Dengan demikian, Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap
harga saham, karena semakin kecil DER maka akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut sehingga membuat harga saham di perusahaan tersebut menjadi naik.
ROI (Return On Investment) merupakan kemampuan perusahaan untuk mengelola aktivanya untuk menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi ROI maka
semakin baik keadaan suatu perusahaan (Syamsudin 2009:63). ROI adalah salah satu rasio yang biasa digunakan perusahaan yang dapat memberikan indikasi baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya maupun pengelolaan
aktivanya (Kuswadi, 2004: 191). Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar,
sehingga dengan meningkatnya ROI akan menarik investor untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut.
EPS (Earning Per Share) menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh
untuk setiap lembar saham biasa. EPS merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisa perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan
perusahaan di masa mendatang, maka semakin besar EPS akan menarik investor
untuk melakukan investasi perusahaan tersebut, sehingga membuat harga saham meningkat.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Perusahaan Farmasi adalah perusahaan yang dalam kegiatan operasinya memproduksi produk-produk obat untuk kesehatan. Indonesia sebagai
negara dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa sebenarnya memiliki pasar atau kebutuhan akan obat-obatan yang cukup banyak. Industri obat-obatan sangat penting bagi negara, karena perusahaan-perusahaan ini
menghasilkan produk kebutuhan manusia akan obat yang tetap dibutuhkan oleh masyarakat setiap waktu, apalagi jika tingkat kesehatan masyarakat semakin
menurun, sehingga industri ini akan tetap survive dan paling lama tahan terhadap krisis dibandingkan dengan sektor lain.
Pasar Farmasi di indonesia dewasa ini, merupakan salah satu industri yang
berkembang cukup pesat dengan pasar yang terus berkembang dan merupakan pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN. Dari data Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM RI, 2011) pertumbuhan industri farmasi Indonesia rata-rata mencapai 13% per tahun lebih tinggi dari angka pertumbuhan nasional yang hanya mencapai 5-6% per tahun. Perkembangan yang cukup signifikan bagi
perkembangan industri farmasi di Indonesia adalah dikeluarkannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967 dan Undang-Undang-Undang-Undang
Perkembangan industri farmasi di indonesia merupakan pasar farmasi yang sangat
menjanjikan. Untuk itu sangat besar peranan yang dapat diambil oleh industri farmasi dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan kesehatan masyarakat melalui penyediaan obat yang dibutuhkan di sarana pelayanan kesehatan.
Perkembangan industri farmasi di indonesia juga sangat menjanjikan untuk para investor dan diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi
mengingat konsumsi obat perkapita Indonesia paling rendah diantara
negara-negara ASEAN. Rendahnya konsumsi obat perkapita Indonesia tidak hanya
disebabkan karena rendahnya daya beli tapi juga pola konsumsi obat di
Indonesia berbeda dengan di negara-negara ASEAN lainnya. Karena perkembangan industri farmasi di indonesia berjalan dengan sangat cepat dan
menjanjikan tentunya hal ini mendapat perhatian lebih oleh investor, karena ini akan memberikan prospek yang menguntungkan dimasa depan oleh para investor untuk berinvestasi di perusahaan farmasi tersebut.
Dalam laporan keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 terlihat adanya perubahan setiap tahun Debt to Equity
Tabel 1.1
Rata-rata DER, ROI, EPS, dan Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012
No Tahun
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa perusahaan Farmasi yang dijadikan sampel penelitian menunjukkan perkembangan rata-rata Debt to Equity
Ratio (DER) cenderung mengalami penurunan pada periode 2008-2012, kondisi ini berbanding terbalik dengan harga saham yang selalu mengalami kenaikan setiap periodenya, berarti keadaan ini tidak sesuai dengan teori (Sudana, 2011:
153) yang mengatakan bahwa nilai perusahaan akan menurun jika perusahaan menggunakan hutang lebih dari modal sendiri. Perkembangan rata-rata variabel
Return On Investment (ROI) pada periode 2008-2011 cenderung mengalami pergerakan yang searah dengan perkembangan harga saham, dimana variabel
Return On Investment (ROI) dan Harga saham cenderung mengalami kenaikan pada periode 2008-2011. Namun pada tahun 2012 variabel Return On Investment
(ROI) mengalami penurunan dan kondisi ini berbanding terbalik dengan
Berarti keadaan ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
(Kasmir,2008 :202) yang mengatakan bahwa semakin tinggi ROI berarti semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga semakin besar keuntungan yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut.
Perkembangan rata-rata variabel Earning Per share (EPS) pada periode 2008-2012 cenderung mengalami pergerakan yang searah dengan perkembangan harga
saham, dimana variabel Earning Per share (EPS) dan Harga saham cenderung mengalami kenaikan pada periode 2008-2012. Keadaan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Kasmir,2012) yang mengatakan bahwa semakin tinggi
nilai EPS, maka semakin besar keuntungan yang akan diperoleh oleh pemegang saham sehingga berpengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian agar dapat mengetahui apakah Debt to Equity Ratio (DER), Return On
Investment (ROI) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. Maka peneliti mengambil penelitian dengan judul “Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return On
Investment, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah DER (Debt to Equity Ratio), ROI (Return On Investment) dan EPS (Earning Per Share) berpengaruh signifikan
terhadap harga saham.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh DER (Debt to Equity Ratio), ROI (Return On Investment) dan EPS (Earning Per Share) terhadap harga saham.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti pada bidang keuangan khususnya mengenai penilaian harga saham.
2. Bagi calon investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan atas suatu investasi.