• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan Kebutuhan Pada Pendengar Radio (Studi Korelasional Konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap Pemenuhan Kebutuhan dalam Bahasa Mandarin Mahasiswa Sastra China STBA-PIA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemenuhan Kebutuhan Pada Pendengar Radio (Studi Korelasional Konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap Pemenuhan Kebutuhan dalam Bahasa Mandarin Mahasiswa Sastra China STBA-PIA)"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PEMENUHAN KEBUTUHAN PADA PENDENGAR RADIO

(Studi Korelasional Konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap

Pemenuhan Kebutuhan dalam Bahasa Mandarin

Mahasiswa Sastra China STBA-PIA)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

VERRA 100904077

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Pemenuhan Kebutuhan pada Pendengar Radio (Studi Korelasional Konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap Pemenuhan Kebutuhan dalam Bahasa Mandarin Mahasiswa Sastra China STBA-PIA)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Verra

NIM : 100904077 Judul Skripsi :

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D)

NIP. 195812051989031002 NIP. 196208281987012001 (Dra. Fatma Wardi Lubis, MA)

Dekan FISIP USU

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Verra

NIM : 100904077

Tanda Tangan :

(4)

Pemenuhan Kebutuhan pada Pendengar Radio (Studi Korelasional Konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap Pemenuhan Kebutuhan dalam Bahasa Mandarin Mahasiswa Sastra China STBA-PIA)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh Nama : Verra NIM : 100904077 Departemen : Ilmu Komunikasi Judul Skripsi :

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : NIP.

Penguji : NIP.

Penguji Utama : NIP.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai saat ini, akan sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dengan berbagai keterbatasan, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat memberi sumbangsih bagi Departemen Ilmu Komunikasi. Dalam penyusunan skripsi ini, yang berjudul “Pemenuhan Kebutuhan pada Pendengar Radio (Studi Korelasional Konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap Pemenuhan Kebutuhan dalam Bahasa Mandarin Mahasiswa Sastra China STBA-PIA”, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ayah dan Ibu terkasih yang selalu membimbing dan mendukung penulis sampai sejauh ini.

2. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, masukan dan motivasi dengan kesabaran dan kebijaksanaan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. Semua itu sangat berarti bagi penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(6)

6. Kak Ros, Kak Icut, Pak Tangkas, Kak Maya yang telah banyak membantu peneliti dalam segala urusan administrasi selama masa perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala bantuan dan kerja sama yang telah diberikan.

7. Kak Farida Hanim dan Kak Puan yang telah menyediakan waktu dan tempat untuk berdiskusi dalam penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar FISIP USU, khususnya para Dosen Departemen Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama masa perkuliahan.

9. Pihak City Radio yang telah memberikan data-data untuk keperluan penelitian kepada peneliti.

10.Bapak Sinar Anwar, S.S, MTCSOL selaku Pembantu Ketua I STBA-PIA yang telah memberikan data-data untuk keperluan penelitian kepada peneliti.

11.Teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi 2010 yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan kepada peneliti. Sukses untuk kita semua. 12.Seluruh mahasiswa/i STBA-PIA Jurusan Sastra China stambuk 2010 yang

telah menjadi responden dalam penelitian ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun telah memberikan sumbangsih bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, Januari 2014

(7)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Verra

NIM : 100904077

Tanda Tangan :

(8)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin pada mahasiswa Sastra China STBA-PIA yang mendengarkan Radio 95.9 City FM. Penelitian ini dibatasi hanya pada program berbahasa Mandarin kategori entertainment di City FM. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin mahasiswa Sastra China STBA-PIA terpenuhi dengan mendengarkan Radio 95.9 City FM.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uses and Gratifications Theory atau teori penggunaan dan kepuasan. Penelitian ini bersifat kuantitatif, dan menggunakan metode korelasional. Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara satu variabel terhadap variabel lainnya dan melihat sejauh mana pengaruh antarvariabel dengan melihat tingkat signifikansi di antara keduanya.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i STBA-PIA Jurusan Sastra China stambuk 2010, yaitu sebanyak 218 orang. Menurut Arikunto (2010) apabila terdapat beberapa ratus subjek dalam populasi, dapat ditentukan sampel yang diambil kurang lebih 25-30% dari jumlah populasi. Maka, besar sampel yang diambil adalah sebanyak 55 responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus koefisien tata genjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien dengan piranti lunak SPSS versi 13.0. Koefisien korelasi yang diperoleh dengan rumus koefisien tata genjang menunjukkan angka +787, dan berdasarkan skala Guilford, angka tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara konsumsi Radio 95.9 City FM dengan pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin mahasiswa Sastra China STBA-PIA.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa Ha : “Ada pengaruh konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin mahasiswa Sastra China STBA-PIA” diterima.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ………... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ……….… ii

LEMBAR PENGESAHAN ………. iii

KATA PENGANTAR ………. iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……. vi

ABSTRAK ……….... vii

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ……….…….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….…….. xiii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ……….. 8

2.1.1 Komunikasi ……… 8

2.1.2 Komunikasi Massa ………...…. 12

2.1.3 Uses and Gratifications Theory ……… 16

2.1.4 Radio Siaran ……….. 22

2.1.5 Sistem Penyiaran di Indonesia ……….. 26

2.2 Kerangka Konsep ……….. 27

2.3 Variabel Penelitian ……… 29

2.4 Hipotesis ……… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 33

3.1.1 Sejarah Berdirinya STBA-PIA ……… 33

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ……… 41

4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ………... 43

4.3 Analisis Tabel Tunggal ……….. 45

4.3 Analisis Tabel Silang ………. 65

4.4 Pengujian Hipotesis ……… 68

4.5 Pembahasan ……… 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ……… 72

5.2 Saran Responden Penelitian ……….. 73

5.3 Saran dalam Kaitan Akademis ………...……… 74

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan 14

2.2 Variabel Penelitian 29

4.1 Uji Validitas 44

4.2 Uji Reliabilitas 45

4.3 Jenis Kelamin 45

4.4 Hobi 46

4.5 Usia 47

4.6 Media massa yang digunakan untuk mencari pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin selain media radio

47 4.7 Stasiun Radio FM yang digunakan untuk mencari

pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin selain Radio 95.9 City FM

48

4.8 Program berbahasa Mandarin kategori entertainment Radio 95.9 City FM

49 4.9 Media yang digunakan untuk mendengarkan Radio 95.9 City

FM

50 4.10 Motif untuk memperoleh informasi dalam Bahasa Mandarin 51 4.11 Motif untuk memperoleh referensi dalam memecahkan

masalah

51 4.12 Motif untuk memperoleh hiburan atau kesenangan dalam

Bahasa Mandarin

52 4.13 Motif untuk memperoleh sarana relaksasi atau penyaluran

emosi

53 4.14 Motif untuk mengisi waktu luang 53 4.15 Motif untuk berbagi pengalaman dengan orang lain 54 4.16 Motif untuk memperkuat hubungan dengan orang lain 55 4.17 Frekuensi mendengarkan program berbahasa Mandarin 95.9

City FM (kategori entertainment) dalam seminggu

55 4.18 Curahan waktu dalam mendengarkan program berbahasa

Mandarin 95.9 City FM kategori entertainment dalam satu hari

56

4.19 Intensitas dalam mendengarkan program berbahasa Mandarin 95.9 City FM kategori entertainment

57 4.20 Konten materi siaran program berbahasa Mandarin yang

disajikan Radio 95.9 City FM

58 4.21 Kualifikasi penyiar Radio 95.9 City FM dalam membawakan

program Bahasa Mandarin

58 4.22 Kebutuhan memperoleh informasi dalam Bahasa Mandarin 59 4.23 Kebutuhan memperoleh referensi dalam memecahkan

masalah

60 4.24 Kebutuhan memperoleh hiburan atau kesenangan dalam

Bahasa Mandarin

60 4.25 Kebutuhan memperoleh sarana relaksasi atau penyaluran

emosi

(12)

4.26 Kebutuhan mengisi waktu luang 62 4.27 Kebutuhan berbagi pengalaman dengan orang lain 62 4.28 Kebutuhan memperkuat hubungan dengan orang lain 63 4.29 Perasaan setelah mendengarkan program berbahasa

Mandarin yang disajikan Radio 95.9 City FM

64 4.30 Suka dengan cara atau gaya penyiar dalam menyajikan

materi

64 4.31 Hubungan antara konten materi siaran program berbahasa

Mandarin yang disajikan Radio 95.9 City FM terhadap pemenuhan kebutuhan dalam memperoleh informasi dalam Bahasa Mandarin

65

4.32 Hubungan antara motif untuk memperoleh hiburan atau kesenangan dalam Bahasa Mandarin dengan pemenuhan kebutuhan memperoleh hiburan atau kesenangan dalam Bahasa Mandarin

66

4.33 Hubungan antara kualifikasi penyiar Radio 95.9 City FM dalam membawakan program program Bahasa Mandarin terhadap pemenuhan kebutuhan berbagi pengalaman dengan orang lain

67

4.34 Hasil Uji Korelasi antara Konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap Pemenuhan Kebutuhan dalam Bahasa Mandarin Mahasiswa Sastra China STBA-PIA

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Logika Uses and Gratifications Theory 20

2.2 Uses and Gratifications Theory 20

2.3 Model Uses and Gratifications 21

2.4 Model Teoritis 28

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Catatan Bimbingan Skripsi Kuesioner Penelitian

(15)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin pada mahasiswa Sastra China STBA-PIA yang mendengarkan Radio 95.9 City FM. Penelitian ini dibatasi hanya pada program berbahasa Mandarin kategori entertainment di City FM. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin mahasiswa Sastra China STBA-PIA terpenuhi dengan mendengarkan Radio 95.9 City FM.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uses and Gratifications Theory atau teori penggunaan dan kepuasan. Penelitian ini bersifat kuantitatif, dan menggunakan metode korelasional. Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara satu variabel terhadap variabel lainnya dan melihat sejauh mana pengaruh antarvariabel dengan melihat tingkat signifikansi di antara keduanya.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i STBA-PIA Jurusan Sastra China stambuk 2010, yaitu sebanyak 218 orang. Menurut Arikunto (2010) apabila terdapat beberapa ratus subjek dalam populasi, dapat ditentukan sampel yang diambil kurang lebih 25-30% dari jumlah populasi. Maka, besar sampel yang diambil adalah sebanyak 55 responden. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus koefisien tata genjang (Rank Order Correlation Coefficient) oleh Spearman atau Spearman Rho Koefisien dengan piranti lunak SPSS versi 13.0. Koefisien korelasi yang diperoleh dengan rumus koefisien tata genjang menunjukkan angka +787, dan berdasarkan skala Guilford, angka tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara konsumsi Radio 95.9 City FM dengan pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin mahasiswa Sastra China STBA-PIA.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa Ha : “Ada pengaruh konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin mahasiswa Sastra China STBA-PIA” diterima.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era informasi saat ini, media massa sedang berada dalam masa transformasi yang dramatis. Dengan kemunculan media cetak, langkah aktivitas komunikasi mulai menanjak. Ini diikuti pada tahun 1920-an dengan pengembangan radio rumah tangga dan pada tahun 1940-an dengan dimulainya televisi rumah tangga. Pada tahun-tahun selanjutnya media baru ditambahkan seperti vidiotek, televisi kabel, dan sebagainya. Komunikasi massa menjadi satu hal penting dan telah merasuk (pervasive) ke dalam kehidupan modern. Hal ini tidak terlepas dari fungsi komunikasi massa itu sendiri.

Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4) transmission of the culture (transmisi budaya). Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media of Mass Communication (1991) disebutkan: (1) providing information, (2) providing entertainment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to social cohesion.

Secara umum, media massa terbagi dalam teknologi cetak (surat kabar, majalah, dll), teknologi kimia (film), dan teknologi elektronik. Rintisan teknologi elektronik atau media siar yang terdiri dari televisi, perekam suara, dan radio telah dimulai pada akhir 1800-an, namun sebagian besar perkembangannya terjadi di abad ke-20.

(17)

Perkembangan radio siaran di Indonesia sendiri dimulai dari masa penjajahan Belanda. Radio siaran pertama di Indonesia ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Ketika Belanda menyerah kepada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang. Zaman kemerdekaan, kesepakatan diperoleh dari hasil pertemuan antara para pemimpin radio untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran, dan pada tanggal 11 September 1945 menjadi hari ulang tahun RRI (Radio Republik Indonesia) (Effendy, 1990: 58-60). Sejalan dengan perkembangan sosial budaya serta teknologi, maka bermunculan radio-radio yang diusahakan oleh perorangan. Penyiaran radio, menurut UU No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran, adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

Sejak pertama kali diperkenalkan sistem radio FM (frequency modulation) pada tahun 1930-an oleh Edwin Armstrong, radio telah banyak beradaptasi dengan perubahan dunia, dan tetap menjadi andalan dalam memenuhi kebutuhan hiburan para audiens dengan keunggulan yang dimilikinya. Radio siaran tidak terikat medan, penyampaian pesan cepat, pesawat radio yang kecil dan harganya relatif murah, serta dapat didengarkan secara bebas dan leluasa menjadikan posisi radio tidak tergantikan oleh media massa lainnya.

(18)

Utara yang menyajikan berbagai program dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Indonesia.

PT Radio Mutiara Mandiri Buana Swara atau lebih dikenal dengan CITY RADIO, pertama berdiri pada tanggal 17 Juli 2005, dan sejak 1 Agustus 2010 telah bernaung di bawah manajemen baru. City Radio yang sejak awal tahun 2013 memiliki tagline baru “The Best Variety Station”, mengubah konsep radio dengan menyuguhkan variasi program acara yang terbaik bagi segmen pendengarnya. Variasi tersebut mencakup siaran berbahasa Indonesia dan Mandarin, lagu-lagu dari mancanegara dan Indonesia, serta berbagai program acara pilihan dengan tetap mengacu pada UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran.

City Radio merupakan salah satu stasiun radio di kota Medan yang mengudara selama 24 jam setiap harinya, dengan profil pendengar adalah mahasiswa/i, pengusaha, profesional muda, orang tua/ dewasa yang berkisar pada usia <30 tahun: 20%, 30-40 tahun: 30%, 40-50 tahun: 30%, 50-65 tahun: 20%. Lagu-lagu yang diperdengarkan di City Radio yakni lagu Best Top 40 Hits (era tahun 2000), lagu-lagu kenangan (era tahun 1980 dan 1990 yang menjadi hits), serta lagu-lagu hits terbaru. Khusus lagu Mandarin, City Radio merupakan satu-satunya radio di Medan yang memperkenalkan lagu-lagu baru dan mempopulerkannya, walaupun masih tetap memutar lagu-lagu yang hits serta lagu-lagu Mandarin oldies. Selain itu, juga terdapat lagu hits Korea yang diputar setiap satu jam sekali selama program acara berbahasa Mandarin. Lagu Mandarin 40%, Lagu Barat 40%, Lagu Indonesia 10%, Lagu Korea, Hokkian dan Jepang 10%.

(19)

Untuk program Mandarin, dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yakni: (a) Entertainment: China-Hongkong Music Box, City Mandarin Chart, Hall of Fame, Mandarin Oldies Nite, Lovely Classic, All About Hokkian, Mandarin Infotainment; (b) Lifestyle: World Touring, Way of Health, Joyful Diet, Smart Living, Fashion Queen; (c) Information: Colorful City dan Fun Fortune; (d) Family: Kids Funland; (e) Motivation & Inspiration: Bed Time Stories; (f) Fun: Brain Teaser, Songs Master; (g) Relationship: Mars and Venus Show, Greetings on the Air; (h) Acara khusus musik: Mandarin by Request, Mandarin Hits Quadrant.

Deskripsi konten acara program Mandarin kategori entertainment Radio 95.9 City FM beserta waktu siarannya terdiri dari (Sumber: www.cityradio959.co.id):

1. China-Hongkong Music Box: menyajikan lagu-lagu Mandarin dari artis China dan Hongkong (Jumat, pukul 10.00-12.00 WIB).

2. City Mandarin Chart: 10 lagu hits dan 10 lagu new entry Mandarin (Sabtu, pukul 10.00-12.00 WIB).

3. Hall of Fame: membahas kisah artis dan album-album selama masa karirnya (Kamis, pukul 16.00-18.00 WIB).

4. Mandarin Oldies Nite: menyajikan lagu-lagu Mandarin oldies era 1990 ke bawah (Senin, pukul 21.00-23.00 WIB dan Jumat, pukul 21.00-23.00 WIB).

5. Lovely Classic: menyajikan lagu-lagu hits Mandarin era 1990 ke atas (Selasa, pukul 21.00-23.00 WIB dan Sabtu, pukul 21.00-24.00 WIB). 6. All About Hokkian: menyajikan lagu-lagu Hokkian dan beberapa informasi

impor dari China khususnya daerah Min Nan (Minggu, pukul 16.00-18.00 WIB).

7. Mandarin Infotainment: memberi info terhangat seputar selebritis China, Taiwan, dan Hongkong beserta resensi film terbaru (Sabtu, pukul 16.00-18.00 WIB).

(20)

pendengar dari luar Indonesia), dan server yang khusus melayani koneksi dari dalam negeri (untuk pengguna layanan Internet nasional).

Sebagai salah satu dari enam bahasa resmi PBB, Bahasa Mandarin merupakan bahasa dengan jumlah penutur paling banyak di dunia, yaitu lebih dari 1,5 miliar orang (Sumber: Kompas, 2011). Di Indonesia, khususnya di Medan jumlah peminat Bahasa Mandarin juga mengalami peningkatan, demikian pula dengan kebutuhan akan media yang menyajikan program berbahasa Mandarin.

Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia atau yang lebih dikenal dengan STBA-PIA, merupakan salah satu lembaga pendidikan Bahasa Asing yang menjadi wadah bagi perkembangan Bahasa Mandarin di Indonesia, khususnya di Medan. Dalam riset untuk mengetahui hubungan antara konsumsi Radio 95.9 City FM dengan pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin ini, STBA-PIA dijadikan subjek penelitian oleh peneliti tidak terlepas dari profil dan prestasi STBA-PIA.

STBA-PIA diresmikan pada tanggal 20 Agustus 2008 dan merupakan Perguruan Tinggi Bahasa Asing yang dikelola Yayasan Pendidikan Nasional Sumatera Utara (YPNSU). YPNSU telah bertekad untuk menjadikan STBA-PIA sebagai basis pendidikan Bahasa Asing di Indonesia bagian barat. Visi ini juga didukung oleh tenaga pengajar / dosen native speaker (penutur asli) yang didatangkan langsung dari luar negeri. Saat ini, tenaga pengajar di Departemen Sastra China STBA-PIA terdiri dari 27 orang dosen bergelar S2 dan S3 yang didatangkan langsung dari berbagai Universitas terkenal di China dan 14 orang dosen lokal lulusan dari berbagai Perguruan Tinggi terkenal di China.

(21)

Competition for Foreign Students, serta menjadi perwakilan Indonesia dalam Chinese Bridge Competition tingkat dunia di China. Pada ajang Chinese Bridge tahun 2012, mahasiswa Sastra China STBA-PIA berhasil mencapai prestasi yang sangat gemilang, mereka meraih Juara I kategori etnis Tionghoa, Juara I kategori non-etnis Tionghoa dan The Best Speaker Award se-Indonesia dan bahkan turut mengharumkan nama baik Indonesia karena berhasil meraih juara I Bersama dan The Best Speaker Award di tingkat Internasional.

Bagi mahasiswa jurusan Sastra China STBA-PIA, perkembangan media berbahasa Mandarin tentu tak luput dari kehidupan mereka, demikian pula dengan media yang menjadi sumber pemenuhan bagi kebutuhan mahasiswa-mahasiswa tersebut. Sebagai media yang menyajikan berbagai program berbahasa Mandarin, City Radio menjadi salah satu media pilihan yang menyediakan pemuasan kebutuhan mereka.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin di kalangan mahasiswa Sastra China Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia (STBA-PIA).

1.2 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada komunikan, yaitu mahasiswa Departemen Sastra China STBA-PIA stambuk 2010.

2. Penelitian ini dibatasi hanya pada program Radio 95.9 City FM yang berbahasa Mandarin, kategori Entertainment.

(22)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Adakah pengaruh konsumsi Radio 95.9 City FM terhadap pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin mahasiswa Sastra China STBA-PIA?”

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemanfaatan media radio oleh mahasiswa Sastra China STBA-PIA dalam pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin.

2. Untuk mengetahui pola konsumsi mahasiswa Sastra China STBA-PIA terhadap program berbahasa Mandarin kategori entertainment Radio 95.9 City FM.

3. Untuk mengetahui apakah pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin mahasiswa Sastra China STBA-PIA terpenuhi dengan mendengarkan Radio 95.9 City FM.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang uses and gratifications theory, khususnya tentang kepuasan dalam penggunaan media.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memperkaya bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.

(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin “cummunicatio”. Istilah ini bersumber dari kata “communis” yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan orang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, Harold Laswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who says what, in which channel, to whom, with what effect. Paradigma Laswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni: sumber (source), pesan (message), media (channel, media), penerima (receiver, recipient), efek (effect, impact).

Sumber atau komunikator adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. Untuk menyampaikan apa yang ada dalam hatinya (perasaan) atau dalam kepalanya (pikiran), sumber harus mengubah perasaan atau pikiran tersebut ke dalam seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang idealnya dipahami oleh penerima pesan. Pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan sumber mempengaruhinya dalam merumuskan pesan.

Kedua, pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau noverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan.

(24)

dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan: apakah langsung (tatap muka) atau lewat media.

Keempat, penerima, yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir dan perasaannya, penerima pesan ini menerjemahkan atau menafsirkan seperangkan simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding).

Kelima, efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan perilaku, dan sebagainya.

Shannon dan Weaver (1949) mengatakan komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh memengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana, 2007: 69).

Tahun 1976 Frank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adalah tingkat observasi (level of observation), atau derajat keabstrakannya. Misalnya, definisi komunikasi sebagai “proses yang menghubungkan satu sama lain bagian-bagian terpisah dunia kehidupan” adalah terlalu umum, sementara komunikasi sebagai “alat untuk mengirim pesan militer, perintah, dan lain sebagainya lewat telepon, telegraf, radio, kurir, dan sebagainya” terlalu sempit.

(25)

penerima.” Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan oleh Alex Gode, yakni “suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif. Sebagian definisi, meskipun secara implisit, menyertakan keberhasilan atau kecermatan; sebagian lainnya tidak seperti itu. Definisi komunikasi dari John B. Hoben, misalnya mengasumsikan bahwa komunikasi itu (harus) berhasil: “Komunikasi adalah pertukaran verbal pikiran atau gagasan.” Asumsi di balik definisi tersebut adalah bahwa suatu pikiran atau gagasan secara berhasil dipertukarkan. Sebagian definisi lainnya tidak otomatis mensyaratkan keberhasilan ini, seperti definisi komunikasi dari Bernard Berelson dan Gary Steiner: “Komunikasi adalah transmisi informasi.” Jadi definisi tersebut tidak mensyaratkan bahwa informasi harus diterima atau dimengerti (Mulyana, 2007: 60-62).

Sebagaimana dikemukakan John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

Pemahaman komunikasi sebagai proses searah oleh Michael Burgoon disebut “definisi berorientasi-sumber” (source-oriented definition). Misalnya, seseorang mempunyai informasi mengenai suatu masalah, lalu ia menyampaikannya kepada orang lain, orang lain mendengarkan, dan mungkin berperilaku sebagai hasil mendengarkan pesan tersebut, lalu komunikasi dianggap telah terjadi. Jadi komunikasi dianggap suatu proses linier yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima atau tujuannya.

(26)

lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu arah, namun pemahaman ini juga kurang memadai untuk menguraikan dinamika proses komunikasi karena mengabaikan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama.

Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku nonverbalnya. Ketika seorang dosen memberikan kuliah di depan sejumlah mahasiswa, komunikasi terjadi bukan saja berdasarkan fakta bahwa mahasiswa menafsirkan isi kuliah dosen, tetapi dosen juga menafsirkan perilaku anak didiknya, misalnya mahasiswi yang menggigit kuku jarinya (mungkin ia sedang stres), mengangguk-anggukkan kepala (tampaknya ia mengerti atau setuju), mengerutkan kening (agaknya ia belum memahami topik yang dibicarakan atau bingung). Dan itu berlangsung simultan atau spontan. Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya sengaja atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan orang lain di ruangan – semuanya bentuk-bentuk komunikasi, semuanya mengirimkan sejenis pesan.

Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi.

(27)

2.1.2 Komunikasi Massa

Konsep komunikasi massa pertama kali diciptakan pada tahun 1920-an atau 1930-an untuk diterapkan pada kemungkinan baru untuk komunikasi publik yang muncul dari pers massa, radio, dan film. Media-media ini memperbesar khalayak potensial melampaui minoritas yang melek huruf. Hal yang juga secara esensial baru adalah gaya industrial dan skala organisasi produksi dan penyebaran. Populasi yang besar dari negara bangsa dapat dijangkau secara kurang lebih bersamaan dengan sebagian besar konten yang sama, sering kali konten yang membawa cap persetujuan dari mereka yang memiliki kekuasaan politik dan sosial. Media massa pers, film, dan radio yang waktu itu baru, bersama juga dengan musik rekaman, juga memunculkan varian baru dari ‘budaya populer’, di mana ideologi politik dan sosial sering kali menempel.

Severin (Komala, dalam Karlinah. 1999), mengemukakan bahwa komunikasi massa pada intinya merupakan komunikasi yang menggunakan saluran (media) untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, bertempat tinggal jauh, heterogen, anonim dan menimbulkan efek-efek tertentu.

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, seperti yang disitir Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi disampaikan kepada khalayak yang banyak, namun tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa.

Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa menjadi: “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat” (Rakhmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999).

(28)

McQuail menjelaskan proses komunikasi massa yang sekaligus menjelaskan ciri atau karakteristik komunikasi massa sebagai berikut.

• Ciri utama yang paling jelas yang dimiliki media massa adalah bahwa institusi ini dirancang untuk dapat menjangkau masyarakat luas. Potensi audiens dipandang sebagai kumpulan orang dalam jumlah besar yang memiliki sifat tidak saling mengenal satu sama lain. Begitu pula hubungan antara pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver), adalah tidak saling mengenal.

• Pengirim, dalam hal ini adalah organisasi media massa atau komunikator profesional, seperti wartawan, penyiar, produser, artis, dan sebagainya yang bekerja untuk organisasi media massa yang bersangkutan. Pengirim dapat pula terdiri atas suara-suara di masyarakat yang diberikan kesempatan untuk menggunakan saluran media massa, baik dengan cara membayar ataupun gratis, seperti pemasang iklan, ataupun politisi, pendakwah, pejabat, dan sebagainya.

• Hubungan antara pengirim dan penerima bersifat satu pihak (one-sided) dan tidak ditujukan kepada orang-orang tertentu saja (impersonal) dan terdapat jarak sosial dan jarak fisik yang memisahkan kedudukan pengirim dan penerima pesan.

• Pengirim pesan biasanya memiliki lebih banyak otoritas, keahlian dan juga gengsi (prestige) dibandingkan penerima pesan.

• Hubungan antara pengirim dan penerima pesan tidak saja bersifat asimetris, namun juga kalkulatif dan manipulatif. Pada dasarnya, hubungan antara pengirim dan penerima pesan adalah bersifat non-moral, yang didasarkan atas jasa yang dijanjikan atau diminta melalui kontrak tidak tertulis, namun tidak ada keharusan untuk memenuhinya.

• Pesan komunikasi massa memiliki ciri dirancang dengan cara yang sudah distandarkan (produksi massa) dan kemudian diproduksi dalam jumlah banyak.

(29)

memberikan respons atau berpartisipasi dalam proses komunikasi dengan cara yang alami (orisinil).

• Audiens media massa pada umumnya menyadari bahwa mereka adalah bagian dari audiens yang lebih besar, namun mereka memiliki hubungan atau pengetahuan yang terbatas dengan audiens lainnya.

• Audiens yang bersifat massa itu terbentuk untuk sementara waktu karena adanya hubungan yang bersifat serentak dengan pengirim (sumber), sedangkan eksistensi audiens itu sendiri tidak pernah ada kecuali dalam catatan industri media (Morissan, Wardhani dan Hamid, 2010).

Menurut Alexis S. Tan, fungsi komunikasi dapat beroperasi dalam empat hal. Fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut (Nurudin, 2009: 65).

Tabel 2.1

Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan No. Tujuan komunikator

(Penjaga sistem)

Tujuan komunikan

(Menyesuaikan diri pada sistem: pemuasan kebutuhan) 1. Memberi Informasi Mempelajari ancaman dan peluang, memahami

lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan. 2. Mendidik Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang

berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

3. Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

4. Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan

Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

(30)

(keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertainment (hiburan) (Ardianto dan Erdinaya, 2004: 15).

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (1) warning or beware surveillance (pengawasan peringatan), terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer; (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental), adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, resep makanan dan sebagainya.

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar dan komentar radio siaran atau televisi.

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contohnya hubungan para pemuka partai politik dengan pengikut-pengikutnya ketika membaca berita surat kabar mengenai partainya yang dikagumi oleh para pengikutnya itu.

Fungsi penyebaran atau sosialisasi mengacu pada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan kata lain, media mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya.

(31)

hiburan. Sementara surat kabar dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen, komik, TTS, dan berita yang mengandung human interest (sentuhan manusiawi).

2.1.3 Uses and Gratifications Theory

Uses and Gratifications Theory disebut-sebut sebagai salah satu teori paling populer dalam studi komunikasi massa. Teori ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu menyebabkan audiens mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda di antara individu audiens.

Perkembangan awal yang menjadi cikal bakal teori ini dimulai pada tahun 1940-an, ketika sejumlah peneliti mencoba mencari tahu motif yang melatarbelakangi audiens mendengarkan radio dan membaca surat kabar. Mereka meneliti siaran radio dan mencari tahu mengapa orang tertarik terhadap program yang disiarkan seperti kuis dan serial drama radio. Kepuasan apa yang diperoleh sehingga mereka senang mendengarkan program tersebut atau apa motif orang membaca surat kabar.

Herta Herzog (1944) dipandang sebagai orang pertama yang mengawali riset penggunaan dan kepuasan ini. Ia mencoba mengelompokkan berbagai alasan mengapa orang memilih mengonsumsi surat kabar daripada radio. Herzog mempelajari peran keinginan dan kebutuhan audiens terhadap pilihan media, ia mewawancarai sejumlah penggemar program sinetron (soap opera) di televisi untuk mempelajari mengapa mereka begitu menyukai program tersebut. Ia menemukan adanya tiga jenis atau tipe pemuasan, yaitu:

• Sebagian orang menyukai sinetron karena berfungsi sebagai sarana pelepasan emosi dengan cara melihat dan mendengarkan masalah orang lain melalui pesawat TV;

• Audiens dapat berangan-angan (wishful thinking) terhadap sesuatu yang tidak mungkin mereka raih, mereka sudah cukup memperoleh kepuasan hanya dengan melihat pengalaman orang lain di layar kaca;

(32)

hidupnya, maka ia sudah tahu apa yang harus dilakukan berdasarkan ‘pelajaran’ yang diperoleh dari sinetron bersangkutan.

Penelitian Herzog ini merupakan langkah penting dalam perkembangan teori penggunaan dan kepuasan karena ia orang pertama yang memberikan penjelasan yang mendalam mengenai kepuasan media.

Wilbur Schramm (1954) mengembangkan suatu formula dalam menentukan “apa yang akan dipilih individu dari apa yang ditawarkan komunikasi massa.” Misalnya apa yang akan dipilih orang untuk menghibur dirinya? Apakah menonton televisi atau membaca majalah di rumah atau pergi keluar menonton bioskop bersama teman? Keputusan yang diberikan bergantung pada rumusan yang dikemukakan Schramm sebagai berikut

Pilihan media =Hasil (������) yang diharapkan Upaya yang dilakukan

Schramm berusaha menegaskan bahwa audiens media massa menilai tingkat hasil (level of reward) atau kepuasan (gratifications) yang mereka harapkan dari media dan pesan yang disampaikan dengan cara membandingkannya dengan banyaknya pengorbanan yang harus mereka berikan untuk mendapatkan hasil. Gagasan ini adalah elemen utama dari apa yang kemudian dikenal sebagai teori penggunaan dan kepuasan, walaupun istilah ini belum digunakan pada saat itu (Morissan, Wardhani dan Hamid, 2010: 82-83).

Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan Uses and Gratifications Theory pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi dengan berusaha mencari sumber media yang paling baik dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, uses and gratifications theory mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya (Nurudin, 2009: 191-192).

(33)

banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya. Pengguna teori ini dapat dilihat dalam kasus selektivitas musik personal. Kita menyeleksi musik tidak hanya karena cocok dengan lagunya, tetapi juga untuk motif-motif yang lain, misalnya untuk gengsi diri, kepuasan batin, atau sekadar hiburan.

Kita bisa memahami interaksi orang dengan media melalui pemanfaatan media oleh orang itu (uses) dan kepuasan yang diperoleh (gratifications). Gratifikasi yang sifatnya umum antara lain pelarian dari rasa khawatir, peredaan rasa kesepian, dukungan emosional, perolehan informasi, dan kontak sosial.

Sejumlah asumsi dasar yang menjadi inti gagasan Uses and Gratifications Theory sebagaimana dikemukakan oleh Katz, Blumer, dan Gurevitch (1974), yang mengembangkan teori ini, adalah sebagai berikut.

• Audiens Aktif dan Berorientasi pada Tujuan Ketika Menggunakan Media Dalam perspektif teori penggunaan dan kepuasan, audiens dipandang sebagai partisipan yang aktif dalam proses komunikasi, namun tingkat keaktifan setiap individu tidaklah sama. Dengan kata lain, tingkat keaktifan audiens merupakan variabel. Perilaku komunikasi audiens mengacu pada target dan tujuan yang ingin dicapai serta berdasarkan motivasi; audiens melakukan pilihan terhadap isi media berdasarkan motivasi, tujuan dan kebutuhan personal mereka.

• Inisiatif untuk Mendapatkan Kepuasan Media Ditentukan Audiens

(34)

program komedi. Dengan demikian, audiens memiliki kewenangan penuh dalam proses komunikasi massa.

• Media Bersaing dengan Sumber Kepuasan Lain

Media dan audiens tidak berada dalam ruang hampa yang tidak menerima pengaruh apa-apa. Keduanya menjadi bagian dari masyarakat yang lebih luas, dan hubungan antara media dan audiens dipengaruhi masyarakat. Media bersaing dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya dalam hal pilihan, perhatian dan penggunaan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan seseorang. Misalnya, di awal hubungan yang romantis, banyak pasangan memilih menonton bioskop daripada menonton televisi di rumah. Seseorang yang jarang mengonsumsi media dan lebih suka berbincang dengan keluarga atau teman – karena dirasa lebih bisa memberikan kepuasan – akan menggunakan media lebih sering untuk mendapatkan informasi mengenai pemilu karena ia ingin menjadi calon legislatif. Penonton harus memberikan perhatian kepada pesan media untuk dapat dipengaruhi, pilihan personal dan perbedaan individu merupakan pengaruh kuat untuk mengurangi efek media. Individu yang tidak memiliki inisiatif diri yang cukup kuat akan mudah dipengaruhi media.

• Audiens Sadar Sepenuhnya terhadap Ketertarikan, Motif, dan Penggunaan Media

Kesadaran diri yang cukup akan adanya ketertarikan dan motif yang muncul dalam diri yang dilanjutkan dengan penggunaan media memungkinkan peneliti mendapatkan gambaran yang tepat mengenai penggunaan media oleh audiens. Audiens melakukan pilihan secara sadar terhadap media tertentu yang akan digunakannya.

• Penilaian Isi Media Ditentukan oleh Audiens

(35)

karena mungkin hanya surat kabar itu saja yang tersedia, ia akan segera beralih ke surat kabar lain jika ia mendapat kesempatan memperoleh surat kabar lain (Morissan, Wardhani dan Hamid, 2010).

Katz dan kawan-kawan (1974) dan Denis McQuail (1975) menggambarkan logika yang mendasari penelitian uses and gratifications theory sebagai berikut (Ardianto dan Erdinaya, 2004: 72):

Gambar 2.1

Logika Uses and Gratifications Theory

Uses and Gratifications Theory beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan di bawah ini (Nurudin, 2009: 194):

Gambar 2.2

Uses and Gratifications Theory

(36)

Model ini memulai dengan lingkungan sosial yang menentukan kebutuhan kita. Lingkungan sosial tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorikan sebagai kebutuhan kognitif, afektif, integratif personal, integratif sosial, dan pelepasan. Kebutuhan kognitif berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional. Kebutuhan pribadi secara integratif berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan sosial secara integratif berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Kebutuhan pelepasan berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.

Salah satu Model Uses and Gratifications yang banyak digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Gambar 2.3

Model Uses and Gratifications

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek -Variabel Individu - Kognitif - Hubungan - Kepuasan -Variabel Lingkungan - Personal Diversi - Macam isi - Pengetahuan

- Personal Identity - Hubungan dengan isi

(37)

dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau media secara keseluruhan. Efek media dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberi kepuasan.

2.1.4 Radio Siaran

Dalam membicarakan radio siaran, kita perlu mengetahui secara sekilas sejarah radio siaran di tempat lahirnya, yakni Amerika Serikat dan Inggris. Radio siaran sebagai alat komunikasi ditemukan setelah mesin cetak ditemukan. Donald McNicol dalam bukunya Radio’s Conquest of Space menyatakan bahwa “terkalahkannya” ruang angkasa oleh radio siaran dimulai pada tahun 1802 oleh Dane dengan ditemukannya suatu pesan (message) dalam jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.

Penemu kemajuan radio siaran berikutnya adalah tiga orang cendekiawan muda, di antaranya bernama James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia mendapat julukan scientific father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan gelombang elektromagnetis, yakni gelombang yang digunakan radio siaran dan televisi. Adanya gelombang elektromagnetis telah dibuktikan oleh Heinrich Hertz dengan melalui eksperimennya pada tahun 1884.

Radio siaran yang digunakan sebagai alat atau media komunikasi massa yang selanjutnya disebut sebagai radio siaran (broadcasting) mula-mula diperkenalkan oleh David Sarnoff pada tahun 1915. Lee De Forest melalui radio siaran eksperimennya pada tahun 1916 telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat antara Wilson dan Hughes kepada masyarakat umum, sehingga ia dianggap sebagai pelopor radio siaran dan dijuluki Bapak radio siaran juga yang mula-mula menyiarkan berita radio siaran, sedang yang melakukan eksperimen menyiarkan musik ialah Dr. Frank Conrad pada tahun 1919. Mulai tahun 1920 masyarakat Amerika Serikat telah dapat menikmati radio siaran secara teratur dengan berbagai programnya (Mulyana, 2004: 117).

(38)

informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Keberadaan radio siaran di Indonesia, mempunyai hubungan erat dengan sejarah perjuangan bangsa, baik semasa penjajahan, masa perjuangan proklamasi kemerdekaan, maupun di dalam dinamika perjalanan bangsa memperjuangkan kehidupan masyarakat yang demokratis, adil dan berkemakmuran.

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimulai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman Orde Baru. Radio siaran yang pertama di Indonesia (waktu itu bernama Nederlands Indie – Hindia Belanda), ialah Bataviase radio siaran Vereniging (BRV) di Batavia (Jakarta tempo dulu) yang resminya didirikan pada tanggal 16 Juni 1925 pada saat Indonesia masih dijajah Belanda, dan berstatus swasta. Setelah BRV berdiri, secara serempak berdiri pula badan-badan radio siaran lainnya di kota Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan yang terbesar dan terlengkap adalah NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij) di Jakarta, Bandung dan Medan, karena mendapat bantuan dari pemerintah Hindia Belanda.

Ketika Belanda menyerah pada Jepang tanggal 8 Maret 1942, sebagai konsekuensinya, radio siaran yang tadinya berstatus perkumpulan swasta dinonaktifkan dan diurus oleh jawatan khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, merupakan pusat radio siaran yang berkedudukan di Jakarta, serta mempunyai cabang-cabang yang dinamakan Hoso Kyoku di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya dan Malang. Rakyat Indonesia pada masa ini hanya boleh mendengarkan siaran dari Hoso Kyoku saja. Namun demikian di kalangan pemuda terdapat beberapa orang dengan resiko kehilangan jiwa, secara sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran luar negeri, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang telah menyerah kepada sekutu (Ardianto dan Erdinaya, 2004: 118)

(39)

pemancar gelap dan berhasil berkumandang di udara radio siaran dengan stasiun call “Radio Indonesia Merdeka”. Dari sinilah Wakil Presiden Mohammad Hatta dan pemimpin lainnya menyampaikan pidato melalui radio siaran yang ditujukan kepada rakyat Indonesia. Pada tanggal 11 September 1945 diperoleh kesepakatan dari hasil pertemuan antara para pemimpin radio siaran untuk mendirikan sebuah organisasi radio siaran. Tanggal 11 September itu menjadi hari ulang tahun RRI (Radio Republik Indonesia).

Sampai akhir tahun 1966 RRI adalah satu-satunya radio siaran di Indonesia yang dikuasai dan dimiliki oleh pemerintah. Selain berfungsi sebagai media informasi dan hiburan, pada masa orde baru, radio siaran melalui RRI menyajikan acara pendidikan dan persuasi. Sejalan dengan perkembangan sosial budaya serta teknologi, maka bermunculan radio siaran – radio siaran amatir yang diusahakan perorangan. Saat ini, radio siaran swasta di Indonesia tergabung dalam organisasi Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI).

Sebagai media massa, radio siaran memiliki karakteristik unik dan khas, yang juga tentunya mempunyai keunggulan dan kelemahannya, dalam penyampaian pesan atau isi pernyataannya yang dikemas dalam suatu program, radio mempunyai cara tersendiri yang disebut dengan gaya radio meliputi bahasa kata-kata lisan, musik/lagu, dan efek suara yang menjadi kunci utama identitas sebuah stasiun radio dalam menyajikan programmnya untuk memikat pendengarnya. Menurut Triartanto (2010), gaya radio secara karakteristiknya mencakup:

• Imajinatif

Karena radio siaran hanya bisa didengar, ketika penyiar berbicara di depan microphone, maka ia dapat mengajak komunikannya untuk berimajinasi. Radio dapat menciptakan theatre of mind. Pendengar bisa terhanyut perasaannya saat ia mendengarkan drama radio yang disiarkan.

• Auditori

(40)

jelas (concise and clear) atau menurut istilah Mark W. Hall, pesan radio siaran itu harus be crystal clear (1974: 51).

• Akrab

Media radio siaran adalah intim karena penyiar menyampaikan pesannya secara personal/individu, walaupun radio itu didengarkan oleh orang banyak. Sapaan penyiar yang khas seolah ditujukan pada diri pendengar secara seorang diri, menjadikan si penyiar seakan-akan berada di sekitarnya. Sehingga radio bisa menjadi “teman” di kala seseorang sedang sedih ataupun gembira.

• Gaya Percakapan

Bahasa yang digunakan bukan tulisan, tapi gaya obrolan sehari-hari. Bahasa-bahasa percakapan yang unik muncul dari dunia radio yang diperkenalkan oleh penyiar menjadi sesuatu yang populer.

Sebagai media massa elektronik, radio siaran memiliki kekhasan sendiri, berikut keunggulan radio menurut Helena Olii (2007):

• Radio memengaruhi imajinasi pendengar. Radio mampu melibatkan dan merangsang imajinasi, memiliki dimensi waktu dan ruang, serta ide yang disampaikan oleh radio dapat dikembangkan. Radio membantu penemuan ide yang kreatif. Radio juga memiliki kemampuan untuk mengilhami dan memotivasi. Semua keunggulan tersebut dapat diperoleh dari hasil program radio yang efektif.

• Radio merupakan alat penerima program yang murah. Dengan sedikit biaya, radio berpontensi menjangkau seluruh penduduk, bahkan penduduk miskin dan terpencil.

• Radio mudah dibawa. Karena bentuknya kecil, radio merupakan pesawat penerima siaran yang mudah dibawa kemana-mana.

• Produksi program radio tergolong murah. Radio memiliki banyak program, banyak pesan dan banyak khalayak.

(41)

• Pesan komunikasi radio akan cepat sampai. Pesan komunikasi radio dapat diterima dengar segera, dengan hitungan detik. Pesan tersebut harus disajikan demi topik (topikal), terkini, memancing tanggapan yang segera. • Radio diterima sebagai hiburan. Pendengar biasanya tertarik

mendengarkan radio pada saat dia santai dan perlu teman, dia sedih sehingga perlu pelipur lara, dan pada saat dia selesai bekerja untuk menghilangkan rasa penat.

• Radio dipercaya sebagai sumber berita. Untuk informasi yang tidak bias (yang tidak berat sebelah), informasi dan petunjuknya dapat dipercaya dan merupakan media massa yang dapat diterima langsung oleh masyarakat pendengar.

• Radio dapat digunakan oleh semua orang. Pendengar tidak harus pandai baca tulis. Bahkan tuna netra pun dapat mendengar informasi melalui radio.

• Radio tidak memerlukan sajian visual. Berbeda dengan televisi, radio tidak menyajikan gambar. Pada penyajian nilai informasi itulah radio memiliki keunggulan.

2.1.5 Sistem Penyiaran di Indonesia

Salah satu hasil reformasi di Indonesia tahun 1998 adalah dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. UU ini memberi ruang demokratisasi dan kebebasan masyarakat untuk mengekspresikan aspirasinya melalui Sistem Penyiaran Nasional Indonesia. Dalam UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 13, disebutkan bahwa:

(1) Jasa penyiaran terdiri atas: a. jasa penyiaran radio; dan b. jasa penyiaran televisi.

(2) Jasa penyiaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan oleh: a. Lembaga Penyiaran Publik;

b. Lembaga Penyiaran Swasta;

(42)

Hal ini secara filosofis menjamin dua hal yang prinsipil dalam penyiaran, yaitu: diversity of content (keragaman konten) dan diversity of ownership (keragaman kepemilikan).

Sebagai wujud peran serta masyarakat, UU ini memberi kewenangan kepada KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) baik di pusat maupun daerah untuk mengawasi dan membina penyiaran radio dan televisi di daerah masing-masing. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan masyarakat lokal dalam sistem penyiaran itu dapat disalurkan melalui penyiaran radio dan televisi. Selanjutnya KPI mewakili masyarakat, atas perintah UU Penyiaran mengeluarkan Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) sebagai pedoman dan rujukan untuk membuat konten radio dan televisi yang sesuai dengan kebebasan berekspresi dan menyalurkan pendapat. Di dalam P3 dan SPS, khususnya Pasal 53 (3), menyatakan program siaran dapat menggunakan bahasa asing sebagai pengantar:

Program siaran dapat menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dengan ketentuan sebagai berikut:

a. bahasa asing dalam pemberitaan hanya boleh disiarkan paling banyak 30% (tiga puluh per seratus) dari seluruh waktu siaran per hari;

b. wajib menyertakan teks dalam Bahasa Indonesia, dengan pengecualian program khusus berita bahasa asing, pelajaran bahasa asing, pembacaan kitab suci, siaran olahraga atau siaran langsung;

c. sulih suara paling banyak 30% (tiga puluh per seratus) dari jumlah program siaran berbahasa asing dari seluruh waktu siaran per hari; dan d. program yang disajikan dengan teknologi bilingual tidak termasuk sebagai

program yang disulihsuarakan.

2.2 Kerangka Konsep

(43)

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Anteseden

Variabel Anteseden merupakan variabel yang biasanya digunakan untuk memprediksi atau diasumsikan menjadi sebab. Variabel anteseden mendahului variabel pengaruh. Variabel ini sangat berpengaruh pada motif. Variabel Anteseden dalam penelitian ini adalah karakteristik responden yang meliputi:

• Jenis kelamin • Hobi

• Usia

2. Variabel Bebas (X)

Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah konsumsi program berbahasa Mandarin kategori entertainment Radio 95.9 City FM.

3. Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin.

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat disusun model teoritis sebagai berikut: - Personal Identity

(44)

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.2 Variabel Penelitian

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Anteseden • Jenis kelamin

• Hobi • Usia 2. Variabel Bebas (X)

Konsumsi Radio 95.9 City FM

1. Motif mendengarkan City FM: • Kognitif

• Personal Diversi • Personal Identity 2. Frekuensi mendengar 3. Curahan waktu mendengar 4. Intensitas mendengar 5. Materi acara

6. Kualifikasi penyiar 3. Variabel Terikat (Y)

Pemenuhan kebutuhan dalam Bahasa Mandarin

• Kepuasan • Pengetahuan

2.4 Definisi Operasional

(45)

Anteseden

Variabel Individual, yakni terdiri dari:

a. Jenis kelamin: jenis kelamin responden mahasiswa Sastra China STBA-PIA, yaitu laki-laki dan perempuan.

b. Hobi: hal yang disukai responden. c. Usia: usia responden.

Variabel Bebas (X)

1. Motif: dioperasionalkan sebagai dorongan bagi responden untuk mendengarkan program berbahasa Mandarin kategori entertainment di Radio 95.9 City FM. Motif diklasifikasikan berdasarkan:

a. Kebutuhan Kognitif, yakni terdiri dari:

- Informasi: informasi yang didapatkan mahasiswa Sastra China STBA-PIA setelah mendengarkan Radio 95.9 City FM.

- Surveillance (pengawasan): pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai hal-hal yang didapat saat mendengarkan Radio 95.9 City FM. - Eksplorasi realitas: melihat kesesuaian antara informasi yang didapat

dari mendengarkan Radio 95.9 City FM dengan realita. Kebutuhan kognitif diukur dari pertanyaan sebagai berikut:

Apakah Anda mendengarkan Radio 95.9 City FM terdorong hal-hal berikut?

- Untuk memperoleh informasi dalam Bahasa Mandarin - Untuk memperoleh referensi dalam memecahkan masalah

b. Personal Diversi: kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan dengan mendengarkan Radio 95.9 City FM.

Kebutuhan personal diversi diukur dari pertanyaan sebagai berikut:

Apakah Anda mendengarkan Radio 95.9 City FM terdorong hal-hal berikut?

- Untuk memperoleh hiburan atau kesenangan dalam Bahasa Mandarin - Untuk memperoleh sarana relaksasi atau penyaluran emosi

(46)

c. Personal Identity: menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi orang itu sendiri.

Kebutuhan personal identity diukur dari pertanyaan sebagai berikut:

Apakah Anda mendengarkan Radio 95.9 City FM terdorong hal-hal berikut?

- Untuk berbagi pengalaman dengan orang lain - Untuk memperkuat hubungan dengan orang lain

2. Frekuensi mendengar: tingkat keseringan mendengarkan program berbahasa Mandarin kategori entertainment di Radio 95.9 City FM.

3. Curahan waktu mendengar: waktu rata-rata dalam sehari yang digunakan untuk mendengarkan program tersebut.

4. Intensitas mendengar: apakah responden ketika mendengarkan program tersebut sambil melakukan kegiatan lain.

5. Materi acara: sesuatu yang menjadi bahan untuk dipikirkan, dibicarakan, dsb. Dalam penelitian ini, apa saja bahan yang diangkat dalam program berbahasa Mandarin kategori entertainment Radio 95.9 City FM.

6. Kualifikasi penyiar: keahlian atau kecakapan penyiar ketika membawakan acara radio. Dalam penelitian ini, yaitu penyiar program berbahasa Mandarin kategori entertainment Radio 95.9 City FM.

Variabel Terikat (Y)

Kepuasan dan pengetahuan

Kepuasan dan pengetahuan dalam hal ini berkaitan dengan kepuasan mendengarkan Radio 95.9 City FM terhadap penambahan pengetahuan dalam Bahasa Mandarin. Indikator dari kepuasan dan pengetahuan adalah sebagai berikut:

- Memperoleh informasi dalam Bahasa Mandarin - Memperoleh referensi dalam memecahkan masalah

- Memperoleh hiburan atau kesenangan dalam Bahasa Mandarin - Memperoleh sarana relaksasi atau penyaluran emosi

- Mengisi waktu luang

(47)

- Memperkuat hubungan dengan orang lain - Merasa puas dengan materi yang disiarkan

- Suka dengan cara atau gaya penyiar dalam menyampaikan materi tersebut.

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah perndapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji lebih dahulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal (Kriyantono, 2006:28).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini di Departemen Sastra China STBA-PIA yang beralamat di Jl. K.L. Yos Sudarso No. 17 Lorong 12 Lingkungan XI Glugur Kota-Medan 20115. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013.

3.1.1 Sejarah Berdirinya STBA-PIA

Yayasan Sin Chew Daily (Malaysia) demi membantu mengembangkan pendidikan Bahasa Mandarin di Sumatera Utara, memberikan ide membangun STBA-PIA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing – Persahabatan Internasional Asia), dan secara sukarela memberikan sumbangan untuk pembangunan sekolah sebanyak 4,5 juta Ringgit. Universitas Hua Nan Shi Fan dari Guangzhou, RRC juga membantu pembuatan kurikulum sekolah, dan bekerjasama dengan beberapa pihak terkait dalam hal penyediaan dosen yang berkualitas. Demikian pula dengan Perhimpunan Masyarakat Indonesia Tionghoa Sumatera Utara – Peduli Sosial dan Pendidikan (MITSU-PSP), dari jajaran pendiri, Ketua Kehormatan, Pengawas dan Pengurus yang telah melewati beberapa kali perundingan dan menyepakati akan sepenuh hati mengemban tugas mulia tersebut, menjadikan STBA-PIA sebagai pusat pembelajaran Bahasa Mandarin di Indonesia bagian barat (selain Jakarta) dan khususnya di daerah Sumatera Utara.

(49)

3.1.2 Visi dan Misi Visi

Menjadi Sekolah Tinggi Bahasa Asing terbaik di luar Pulau Jawa dalam bidang Keguruan, Bisnis dan Pariwisata.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran bahasa dan sastra asing untuk tujuan umum dan khusus yang berkualitas.

2. Menyelenggarakan penelitian bahasa dan sastra serta pembelajarannya untuk tujuan umum dan khusus yang berkualitas. 3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat dalam bidang

sastra dan bahasa untuk tujuan umum dan khusus yang berkualitas.

3.1.3 Kurikulum

Lama pendidikan S1 di STBA-PIA 4 tahun atau 8 semester, dengan menyelesaikan 150 SKS (Sistem Kredit Semester) termasuk magang dan penyusunan skripsi. Program Studi yang ada di STBA-PIA terdiri dari:

• Sastra Inggris

STBA-PIA didukung oleh dosen-dosen tamatan dalam dan luar negeri dengan kualifikasi minimal S2. Setiap tahunnya Jurusan Sastra Inggris STBA-PIA mengadakan Impromptu English Speech Contest, Writing Competition, Mini Drama Competition, dan perlombaan lainnya untuk mengasah kemampuan mahasiswa.

• Sastra China

(50)

mahasiswa/i wajib mengikuti beberapa prosedur yang telah ditentukan STBA-PIA.

Dua puluh tujuh orang dosen Sastra China seluruhnya bergelar S2 dan S3, didatangkan langsung dari berbagai Universitas terkenal di China. Empat belas orang dosen Sastra China adalah dosen lokal lulusan dari berbagai perguruan tinggi terkenal di China. (data Desember 2013)

(51)

3.1.4 Struktur Organisasi

Gambar 3.1

(52)

3.1.5 Sarana dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas STBA-PIA terdiri dari: • Ruangan kelas : 45 ruangan

• Laboratorium : 3 ruangan • Ruangan audio : 1 ruangan • Ruangan komputer : 1 ruangan • Ruang belajar jarak jauh : 1 ruangan • Perpustakaan : 1 ruangan

• Ruang rapat : 1 ruangan • Kantor guru : 3 ruangan • Aula : 1 ruangan

• Ruangan kontrol : 1 ruangan • Klinik : 1 ruangan

• Gudang : 1 ruangan • Kantin : 1 ruangan

• Ruangan tata usaha : 8 ruangan • Toilet : 16 ruangan

• Dapur : 2 ruangan

• Ruangan pengaturan listrik dan air : 1 ruangan • Lapangan basket : 1 lapangan

• Ruangan aktivitas mahasiswa : 1 ruangan • Lapangan parkir : menampung 250-300 mobil

3.2 Metode Penelitian

Metode dibentuk dari kata “metodos” yang berarti teknik atau cara. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik.

Gambar

Gambar 2.2 Uses and Gratifications Theory
Gambar 2.4 Model Teoritis
Tabel 2.2
Gambar 3.1 Struktur Organisasi STBA-PIA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI..

mengetahui suhuinkubasi dan konsentrasi cell free exract hasil inkubasi 2 isolat bakteri termofilik Sungai Gendol pascaerupsi Gunung Merapi D153 dan D104coptimum

Any public offering of securities to be made in the United States will be made by means of an offering circular that may be obtained from the Company and will contain

Berdasarkan hasil evaluasi prakualifikasi pada pekerjaan Perencanaan Pengembangan Stadion Tuanku Tambusai Bangkinang, telah didapatkan hasil 5 (Lima) daftar pendek calon penyedia

Untuk menganalisis dan membuktikan korelasi itu dilakukan penelitian pada karyawan toko Gramedia Banjarmasin, dengan tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis

 Sebagai pisau analisis masalah umat islam iaitu , memanfaatkan psikologi untuk menjelaskan masalah umat Islam serta meningkatkan sumber daya umat , namun seringkali

UNTUK MEMAHAMI

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Pembiayaan Murabahah dengan Tingkat Inflasi Sebagai Variabel