DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA GURU KINAYAN,
KECAMATAN PAYUNG, KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OLEH :
ANIL CHARINY PUTRI 110304003
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAMPAK ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA GURU KINAYAN,
KECAMATAN PAYUNG, KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OLEH :
ANIL CHARINY PUTRI
110304003
AGRIBISNIS
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian Syarat dari Persyaratan Guna
memperoleh Gelar Sarjana Pertanian.
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing,
Ketua, Anggota,
(DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) (Ir.Luhut Sihombing, MP) NIP : 196304021997031001 NIP : 196510081992031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
ANIL CHARINY PUTRI (110304003) dengan judul skripsi “Dampak Sosial Ekonomi Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Aggota Komisi Pembimbing.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2014 di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Wilayah penelitian ditetapkan secara purposive. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan usahatani kopi, orientasi nilai budaya dan sikap mental petani terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan usahatani.
Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah uji beda rata-rata t-test dengan tingkat kepercayaan 95 % dan metode deskriptif menggunakan metode Wilcoxon (Wilcoxon sign rank test). Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang ditetapkan secara purposive. Hasil penelitian pertama adalah erupsi Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usahatani kopi, terjadi penurunan sebesar 83,66 %. Dari hasil uji beda rata-rata diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi P-value > 0,05 dimana t hitung > t tabel, maka H0 diterima atau terdapat perbedaan nyata pendapatan petani kopi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Kedua, terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Dari hasil uji Wilcoxon (Wilcoxon sign rank test) dengan tingkat kepercayaan 95 % diperoleh bahwa hasil signifikansi dari penelitian ini adalah sebesar 0,000 yakni lebih kecil dari 0,005. Artinya erupsi Gunung Sinabung memberikan dampak yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadap hakekat pendidikan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini
adalah “Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi Petani
Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo”. Kegunaan dari skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec
selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk
mengajari penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan Bapak Ir. Luhut Sihombing,
MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk
mengajari, memotivasi, membimbing, dan memberikan kasih sayangnya kepada
penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1) Ayahanda tercinta Bapak Mail Pelawi, SE, dan Ibunda tersayang Ibu Sariana
Siregar dan juga adik saya Yusuf Rizki Pernanda, penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih atas seluruh cinta, motivasi, kasih sayang dan
dukungan, baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis
selama menjalani kuliah.
2) Ibu Dr. Ir. Salmiah, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara yang telah memfasilitasi penyelenggaraan perkualiahan serta kegiatan
administrasi dan organisasi di kampus.
3) Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis
selama ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi tercapainya karya terbaru kedepannya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, Januari 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1 Pengertian Dampak ... 8
2.1.2 Bencana Alam ... 8
2.1.3 Gunung Sinabung ... 10
2.1.4 Sosial Ekonomi ... 11
2.1.5 Penelitian Terdahulu ... 12
2.2 Landasan Teori ... 13
2.2.1 Pendapatan dan Sumber Pendapatan ... 13
2.2.2 Pendidikan ... 15
2.2.3 Sumber Pangan ... 18
2.2.4 Perumahan ... 18
2.2.5 Kepemilikan Lahan ... 20
2.3 Kerangka Pemikiran ... 21
2.4 Hipotesis Penelitian ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 24
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25
3.4 Metode Analisis Data ... 25
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 27
3.5.1 Definisi ... 27
3.5.2 Batasan Operasional ... 28
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 29
4.1.1 Letak dan Geografis ... 29
4.1.2 Keadaan Penduduk ... 30
4.2 Karakteristik Sampel ... 31
4.2.1 Karakteristik Sosial Petani Kopi ... 31
4.2.2 Umur Petani Kopi ... 32
4.2.3 Pendidikan Petani Kopi ... 33
4.2.4 Pengalaman Usahatani Kopi ... 33
4.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dampak Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kopi ... 36
5.1.1 Kondisi Pendapatan Petani Kopi Sebelum Erupsi di Daerah Penelitian ... 37
5.1.2 Pendapatan Petani Kopi Setelah Erupsi Gunung Sinabuhng ... 40
5.2 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Terhadap Hakekat Pendidikan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung ... 43
5.3 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Terhadap Hakekat Sumber Pangan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung ... 49
5.4 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Terhadap Hakekat Perumahan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung ... 53
5.5 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Terhadap Hakekat Kepemilikan Lahan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 61
6.2 Saran ... 63
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
1. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman
di Desa/Kelurahan Tahun 2012
4
2. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis
Tanaman di Desa/Kelurahan Tahun 2012
4
3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Guru
Kinayan, Tahun 2014
30
4. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Guru
Kinayan, Tahun 2014
31
5. Keadaan Kelompok Umur Petani Kopi Responden Di Desa
Guru Kinayan, Tahun 2014
32
6. Tingkat Pendidikan Sampel Petani Kopi di Desa Guru
Kinayan, Tahun 2014
33
7. Pengalaman Usaha Sampel Petani Kopi di Desa Guru
Kinayan, Tahun 2014
34
8. Jumlah Tanggungan Petani Kopi di Desa Guru Kinayan,
Tahun 2014
34
9. Deskripsi Pengusahan Tanaman Kopi di Daerah Penelitian, Tahun 2014
38
10. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sebelum Erupsi (per
Ha/thn)
38
11. Produktivitas, Penerimaan dan Pendapatan Petani Kopi
Sebelum Erupsi Gunung Sinabung di Daerah Penelitian, Tahun 2014
40
12. Data Perubahan Biaya Variabel dan Biaya Tetap Usahatani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
42
13. Produksi, Produktivitas , Penerimaan dan Pendapatan
Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (Roasted Beans)
42
14. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Pendapatan Petani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
15. Tingkat Penyelesaian Pendidikan Setiap Jenjang Pendidikan di Desa Guru Kinayan
45
16. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
46
17. Data Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
46
18. Hasil Uji Statistic Skoring Perubahan Orientasi Nilai
Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
48
19. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
52
20. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai
Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
52
21. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
55
22. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai
Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
57
23. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
59
24. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai
Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Kepemilikan Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
1. Bagan Pendidikan dan Pelatihan 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1. Data Karakteristik Sosial Petani Sampel Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung
2. Data Penggunaan Input Produksi Jumlah Tanaman, Pupuk, dan
Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
3. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Pupuk Sebelum
Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
4. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Obat-obatanSebelum
Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
5. Data Biaya Penggunaan Input Pupuk Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per petani/tahun)
6. Data Biaya Penggunaan Input Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per petani/tahun)
7. Data Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung Sinabung
(per petani/tahun)
8. Data Rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar
Keluarga Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
9. Data Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per petani/tahun)
10. Data Penggunaan Peralatan Usahatani Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per petani/tahun)
11. DataBiaya Penyusutan Peralatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung
(per petani/tahun)
12. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung
(per petani/tahun)
13. Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
15. Data Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
16. Data Biaya Penggilingan Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung
(per petani/tahun)
17. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan
Kopi Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
18. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan
Kopi, dan Biaya Produksi Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
19. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan
Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
20. Data Penggunaan Input Produksi Jumlah Tanaman, Pupuk, dan
Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
21. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Pupuk Sebelum
Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
22. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
23. Data Biaya Penggunaan Input Pupuk Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per ha/tahun)
24. Data Biaya Penggunaan Input Obat-obatan Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per ha/tahun)
25. Data Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung Sinabung
(per ha/tahun)
26. Data Rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar
Keluarga Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
27. Data Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per ha/tahun)
28. Data Penggunaan Peralatan Usahatani Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per ha/tahun)
29. Data Biaya Penyusutan Peralatan Sebelum Erupsi Gunung
30. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
31. Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
32. Data Produksi Kopi (Cerry Red) Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
33. Data Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Kopi Sebelum Erupsi
Gunung Sinabung (per ha/tahun)
34. Data Biaya Penggilingan Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung
(per ha/tahun)
35. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan
Kopi Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
36. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan
Kopi, dan Biaya Produksi Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
37. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan
Usahatani Kopi Sebelum Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
38. Data Karakteristik Sosial Petani Sampel Sesudah Erupsi Gunung
Sinabung
39. Data Penggunaan Input Produksi Jumlah Tanaman, Pupuk, dan
Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
40. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Pupuk Sesudah
Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
41. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
42. Data Biaya Penggunaan Input Pupuk Sesudah Erupsi Gunung
Sinabung (per petani/tahun)
43. Data Biaya Penggunaan Input Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung
Sinabung (per petani/tahun)
44. Data Penggunaan Tenaga Kerja Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
45. Data Rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar Keluarga Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
46. Data Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per petani/tahun)
47. Data Peralatan Usahatani Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per
petani/tahun)
48. Data Biaya Penyusutan Peralatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
(per petani/tahun)
49. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
(per petani/tahun)
50. Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
51. Data Produksi Kopi (Cerry Red) Sebelum dan Sesudah Erupsi
Gunung Sinabung (per petani/tahun)
52. Data Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Kopi Sebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
53. Data Biaya Penggilingan Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
(per petani/tahun)
54. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan
Kopi Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
55. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan
Kopi, dan Biaya Produksi Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
56. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan
Usahatani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per petani/tahun)
57. Data Penggunaan Input Produksi Jumlah Tanaman, Pupuk, dan
Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
58. Data Rekapitulasi Penggunaan Input Produksi Pupuk Sesudah
Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
60. Data Biaya Penggunaan Input Pupuk Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
61. Data Biaya Penggunaan Input Obat-obatan Sesudah Erupsi Gunung
Sinabung (per ha/tahun)
62. Data Penggunaan Tenaga Kerja Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
(per ha/tahun)
63. Data Rekapitulasi Penggunaan Tenaga Kerja Dalam dan Luar
Keluarga Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
64. Data Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Sebelum Erupsi Gunung
Sinabung (per ha/tahun)
65. Data Peralatan Usahatani Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per
ha/tahun)
66. Data Biaya Penyusutan Peralatan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
(per ha/tahun)
67. Biaya Tanaman Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
(per ha/tahun)
68. Biaya Variabel (Variable Cost) dan Biaya Tetap (Fixed Cost) Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
69. Data Produksi Kopi (Cerry Red) Sebelum dan Sesudah Erupsi
Gunung Sinabung (per ha/tahun)
70. Data Produksi, Harga Jual, dan Penerimaan Kopi Sebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
71. Data Biaya Penggilingan Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
(per ha/tahun)
72. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan
Kopi Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
73. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Tanaman, Biaya Penggilingan
Kopi, dan Biaya Produksi Usahatani Kopi Sesudah Erupsi Gunung Sinabung (per ha/tahun)
74. Data Jumlah Penerimaan, Biaya Produksi, dan Pendapatan
75. Daftar Pernyataan Konsep Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
76. Data Hasil Skoring Penilaian Konsep Pendidikan Sebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
77. Data RekapitulasiHasil Skoring Penilaian Konsep Pendidikan
Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
78. Daftar Pernyataan Konsep Sumber Pangan Sebelum dan Sesudah
Erupsi Gunung Sinabung
79. Data Hasil Skoring Penilaian Konsep Sumber Pangan Sebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
80. Data RekapitulasiHasil Skoring Penilaian Konsep Sumber Pangan
Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
81. Daftar Pernyataan Konsep Perumahan Sebelum dan Sesudah
Erupsi Gunung Sinabung
82. Data Hasil Skoring Penilaian Konsep Perumahan Sebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
83. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Penilaian Konsep Perumahan
Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
84. Daftar Pernyataan Konsep Kepemilikan Lahan Sebelum dan
Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
85. Data Hasil Skoring Penilaian Konsep Kepemilikan Lahan Sebelum
dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
86. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Penilaian Konsep Kepemilikan
Lahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
87. Hasil Uji Beda Rata–rata T-test Pendapatan Petani Kopi Sebelum
dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
88. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
90. Hasil Uji Statistik Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Perumahan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung
ABSTRACT
ANIL CHARINY PUTRI (110304003) dengan judul skripsi “Dampak Sosial Ekonomi Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Aggota Komisi Pembimbing.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2014 di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Wilayah penelitian ditetapkan secara purposive. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan usahatani kopi, orientasi nilai budaya dan sikap mental petani terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan usahatani.
Metode analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah uji beda rata-rata t-test dengan tingkat kepercayaan 95 % dan metode deskriptif menggunakan metode Wilcoxon (Wilcoxon sign rank test). Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang ditetapkan secara purposive. Hasil penelitian pertama adalah erupsi Gunung Sinabung memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pendapatan usahatani kopi, terjadi penurunan sebesar 83,66 %. Dari hasil uji beda rata-rata diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi P-value > 0,05 dimana t hitung > t tabel, maka H0 diterima atau terdapat perbedaan nyata pendapatan petani kopi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Kedua, terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Dari hasil uji Wilcoxon (Wilcoxon sign rank test) dengan tingkat kepercayaan 95 % diperoleh bahwa hasil signifikansi dari penelitian ini adalah sebesar 0,000 yakni lebih kecil dari 0,005. Artinya erupsi Gunung Sinabung memberikan dampak yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadap hakekat pendidikan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Gunung Sinabung dengan koordinat puncak 3o10” LU, 98o23” BT, adalah gunung
berapi aktif di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
Ketinggian Gunung Sinabung 2.460 meter.Gunung ini menjadi puncak tertinggi di
Sumatera Utara.Gunung Sinabung meletus pertama kali sejak tahun 27 Agustus
2010, dimana sebelumnya Gunung Sinabung belum pernah meletus lagi sejak
tahun 1600 (Anonimus, 2014).
Dampak dari letusan Gunung Sinabung sangat terasa kepada masyarakat yang
tinggal di sekitar kaki Gunung Sinabung, terutama Desa Guru Kinayan,
Kecamatan Payung. Dampak negatif ada yang secara langsung dapat dirasakan
oleh penduduk Desa Guru Kinayan, misalnya pada saat Gunung Sinabung meletus
mengeluarkan awan panas/energi yang cukup besar.Dampak negatif tidak
langsung dirasakan adalah apabila sudah menyangkut keadaan fisik masyarakat
Desa Guru Kinayan.
Keadaan fisik masyarakat dapat berupa dampak sosial, dampak ekonomi, dampak
sarana prasarana dan lingkungan, dampak pertahanan keamanan (hankam), dan
dampak politik. Dalam hal ini, dampak sosial dan ekonomi memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap kelangsungan hidup masyarakat, terutama para
petani yang seluruh kelangsungan hidupnya dipertaruhkan kepada lahan pertanian
Berikut adalah perkiraan dampak erupsi Gunung Sinabung yang sangat terasa
kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kaki Gunung Sinabung, terutama petani
kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, yaitu :
1) Dampak Sosial
Para petani sebagian meminjam uang kepada koperasi dan juga bank untuk
memulai pekerjaan mereka sebagai modal awal untuk membeli benih, pupuk,
upah pekerja, obat-obatan pertanian, dll. Erupsinya Gunung Sinabung membuat
petani kehilangan hasil panen selama beberapa bulan, akibatnya hutang tersebut
susah dibayar karena tidak memiliki penghasilan lagi. Masyarakat berpotensi
terkena stress, depresi dan trauma, serta hilangnya privasi yang akan menghambat
peluang untuk mengembangkan diri dan ketidakpastian masa depan. Masyarakat
harus mampu beradaptasi pada tempat tinggal baru di pengungsian
2) Dampak Ekonomi
Ekonomi masyarakat menjadi krisis karena situasi lahan pertanian yang dijadikan
sumber-sumber pendapatan tidak dapat diharapkan lagi diakibatkan debu
vulkanik, lahar dingin, sertat erputusnya jalan desa.
3) Dampak Pendapatan
Pendapatan masyarakat terutama petani kopi nihil karena hilangnya mata
pencaharian sementara.
4) Dampak Sarana Prasarana dan Lingkungan
Lingkungan Desa Guruk Knayan yang mengalami perubahan, yaitu atap rumah
rusak, aliran listrik mati, aliran air rusak dan disfungsi, tanaman dan pohon mati,
kurang layak karena terbatasnya tempat tidur, fasilitas MCK dan dapur, serta
makanan dan pakaian.
5) Dampak Pertahanan Keamanan (Hankam)
Keikutsertaaan TNI mulai dari menyiapkan posko pengungsian, jalur evakuasi
dengan melakukan perbaikan jalan yang rusak, serta sosialisasi kepada
masyarakat.
6) Dampak Politik
Diberhentikannya Bupati Karo, yaitu Kena Ukur Surbakti karena kurang tanggap
mengurus puluhan ribu pengungsi letusan Gunung Sinabung.
Dampak-dampak diatas sangat berpengaruh terhadap masyarakat atau petani, yang
otomatis juga akan mempengaruhi pertanian dalam memenuhi bahan pangan,
mengingat Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo adalah desa
Pernyataan diatas sesuai dengan laporan hasil Badan Pusat Statistik (2012) di Kabupaten Karo yang menerangkan bahwa Desa Guru Kinayan adalah Desa
sentra penghasil kopi terbesar di Kecamatan Payung.Adapun luas tanaman
perkebunan rakyat serta produksi tanaman menurut jenis tanaman dan
desa/kelurahan disampaikan pada tabel 1. dan tabel 2. di bawah ini :
Tabel1. LuasTanaman Perkebunan Rakyat MenurutJenisTanamandi Desa/Kelurahan Tahun 2012
No. Desa/Kelurahan LuasTanaman (Ha)
Kelapa Karet Kopi Coklat Kemiri Tebakau
Tabel2. ProduksiTanaman Perkebunan Rakyat MenurutJenisTanaman di Desa/Kelurahan Tahun 2012
No. Desa/Kelurahan Produksi (Ton)
Dampak sosial ekonomi yang dirasakan para petani adalah adanya perubahan
pendapatan usaha tani yang merupakan pendapatan pokok keluarga. Adanya
perubahan pendapatan keluarga akan mempengaruhi kelangsungan hidup petani
dan keluarganya. Perubahan tersebut antara lain adanya perubahan besar
pendapatan dan sumber pendapatan lain, pendidikan keluarga, sumber pangan,
perumahan, dan kepemilikan lahan.
Dampak-dampak tersebut sangat berpengaruh terhadap para petani di Desa
Gurukinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, dimana sebagian besar
penduduk di desa tersebut memiliki sumber pendapatan dari budidaya kopi.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui
“Bagaimana Dampak Erupsi Sinabung Terhadap Sosial Ekonomi Petani Kopi di
1.2 IdentifikasiMasalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka
berikut ini diidentifikasikan beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai
berikut:
1) Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan usahatani
kopi petani kopi sebelum dan sesudah erupsinya Gunung Sinabung?
2) Bagaimana perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mentalpetani kopi
terhadap hakekat pendidikan sebagai dampak erupsi Gunung Sinabung?
3) Bagaimana perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi
terhadap hakekat sumber pangansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung?
4) Bagaimana perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi
terhadap hakekat perumahansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung?
5) Bagaimana perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi
terhadap hakekat kepemilikan lahansebagai dampak erupsi Gunung
Sinabung?
1.3 TujuanPenelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan
usahatani kopi petani kopi sebelum dan sesudah erupsinya Gunung Sinabung.
2) Untuk mengetahui perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani
kopi terhadap hakekat pendidikan sebagai dampak erupsi Gunung Sinabung.
3) Untuk mengetahui perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani
kopi terhadap hakekat sumber pangansebagai dampak erupsi Gunung
4) Untuk mengetahui perubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani
kopi terhadap hakekat perumahansebagai dampak erupsi Gunung Sinabung.
5) Untuk mengetahuiperubahanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani
kopi terhadap hakekat kepemilikan lahansebagai dampak erupsi Gunung
Sinabung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka adapun kegunaan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam
melaksanakan penelitian yang berkelanjutan.
2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian mengenai dampak erupsi
Sinabung.
3) Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dampak
Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh
yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya
yang ada dan timbul dari sesuatu (orang,benda) yang ikut membentuk watak,
kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana
ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang
mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi (KBBI Online, 2010).
Untuk memperkirakan dampak sementara yang dapat dirasakan oleh petani kopi
di Desa Guru Kinayan, dapat dilihat dari dampak erupsi Merapi. Dampak lain dari
erupsi Merapi adalah masalah sosial ekonomi masyarakat tani. Disamping
kehilangan sanak saudara, harta benda, mereka juga kehilangan mata pencaharian
dari usahataninya (Martini, dkk., 2011).
2.1.2 Bencana Alam
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
Menurut Priyatin (2011) bencana alam yang menimpa suatu kawasan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar baik dari kerusakan ekosistem,
hilangnya kawasan pemukiman dan lokasi tanah garapan maupun kehilangan
nyawa manusia dan ternak peliharaan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BPNB) mengelompokkan bencana alam yang ada di Indonesia menjadi delapan
hal, salah satunya bencana letusan gunung berapi.
Menurut Nugroho dan Wahyunto (2011) pengelolaan bencana alam gunung
berapi di lahan pertanian, tidak terpisahkan dengan pengelolaan umum daerah
kawasan bencana. Di daerah seperti kawasan bencana gunung Merapi, lahan
pertanian dan lahan pemukiman merupakan bagian yang paling jelas terkena
dampak suatu kejadian erupsi. Lahan pertanian yang terkena dampak letusan
gunung berapi seperti lahan-lahan disekitar Gunung Merapi dan gunung berapi
lainnya di Indonesia mengalami perubahan sifat kimia, fisika, serta biologi yang
besarnya bergantung pada sifat kimia dan fisika abu yang menimbun, dan
ketebalan timbunan. Oleh karena itu perlu suatu tindakan perbaikan yang
ditujukan untuk (1) Pemulihan kesuburan tanah, seperti (a) pengurangan tebal
timbunan abu yang tidak subur, atau (b) membenamkan dan mengaduk abu
vulkanis yang subur dengan tanah asal pada saat pengolahan tanah (c) pemberian
bahan organik; dan (2) peningkatan produktivitas tanaman hortikultura melalui
2.1.3 Gunung Sinabung
Gunung Sinabung adalah gunung di Daratan Tinggi Karo, Kabupaten Karo,
Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung dan Sibayak adalah dua gunung berapi aktif
yang berdekatan di Sumatera Utara. Ketinggian Gunung Sinabung 2.460 meter.
Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah
tercatat meletus sejak tahun 1600. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah
3o10” LU, 98o23” BT.
Peristiwa letusan pertama sejak 27 agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap
dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 sekitar pukul 00.15 WIB Gunung
Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi “awas”.
28.000 warga di sekitarnya dari 29 desa dievakuasi dan ditampung di tempat yang
lebih aman. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya
menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung
Sinabung (Purba, 2013).
Material Gunung Merapi yang berpengaruh terhadap pertanian berupa (1) abu
vulkanik yang tersembur ke angkasa, lalu terdeposit di lahan pertanian, atau
menutupi pertanaman padi dan palawija dalam berbagai ketebalan dan luasan; (2)
lahar dingin yang secara fisik dapat merusak pertanaman pertanian dengan tingkat
keparahan dari luasan yang berbeda; (3) gas ataupun cairan lahar yang keluar dari
perut gunung, biasanya didominasi oleh sulfur yang ditandai dari baunya yang
menyengat hidung. Di antara ketiga material butir (1) lebih luas dampaknya
2.1.4 Sosial Ekonomi
Menurut Gregory Grossan (1984), yang dimaksud dengan sistem ekonomi
adalah sekumpulan komponen-komponen atau unsur-unsur terdiri atas unit-unit
dan agen-agen ekonomi serta lembaga-lembaga (institusi-institusi) ekonomi, yang
bukan saja saling berhubungan dan berinteraksi, melainkan juga sampai tingkat
tertentu saling menopang dan mempengaruhi. Dengan
demikian,komponen-komponen tersebut memiliki hubungan fungsional yang dapat menjadi alat
koordinasi alokasi sumber daya ekonomi. Perekonomian yang didalamnya
individu-individu dan keluarga-keluarga memiliki kesalingketergantungan disebut
sosial ekonomi (social economy)(Rahardja dan Manurung, 2008).
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan
organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku
manusia. Dalam organisasi, hubungan antara anggota dengan ketua diatur oleh
sistem peranan dan norma-norma kelompok. Besar-kecilnya organisasi akan
mempengaruhi jaringan komunikasi dan sistem pengambilan keputusan.
Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan, karakteristik biologis,
mempengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang
tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak-anak
muda. Dari segi komunikasi, teori penyebaran inovasi (Rogers & Shoemaker,
1971) dan teori kritik (Habernas, 1979) memperlihatkan bagaimana sistem
komunikasi sangat dipengaruhi oleh struktur sosial (Rakhmat, 1992).
Kerugian ekonomi pada usahatani akibat erupsi Merapi dapat berupa kerugian
harga jual pada kondisi bencana. Kerugian pada tingkat petani mencapai puluhan
juta rupiah, sedangkan tingkat regional mencapai triliunan rupiah (Ilham, 2010).
2.1.5 Penelitian Terdahulu
Bil Bela Ginting (2012)menyoroti masalah dan dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung dalam kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi
keluarga di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, yaitu
dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang pada dasarnya
membandingkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sebelum dan
sesudah meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo.Dalam hal ini, dampak
sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung terhadap sosial ekonomi
masyarakat tidak positip, artinya pasca meletusnya Gunung Sinabung
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial
ekonomi masyarakat baik dalam tingkat pendapatan atau penghasilan, sumber
pendapatan untuk pendidikan anak, serta kesehatan. Hasil penelitian yang
diperoleh yaitu ”Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca
meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa
Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dan Ho : Tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung
terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman
Teran Kabupaten Karo” maka Ha diterima dan Ho ditolak setelah diadakan
analisa data melalui uji t. Bencana meletusnya Gunung Sinabung memberikan
dampak yang signifikan terhadap sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pendapatan dan Sumber Pendapatan
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi.
Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa
dari majikan; pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas;
pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil
investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta
keuntungan sosial (Sumardi dan Evers, 1985).
Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani
disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur
imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi
kerja, pengelolaan, dan modal sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke
dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan
usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan
usahatani. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani
harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah,
menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan
mengatur skala produksi yang efisien. Pendapatan bersih diperoleh dengan
Pd = TR-TC
Dimana :
Pd = Pendapatan bersih usahatani
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Total pendapatan merupakan seluruh sumber pendapatan yang diperoleh dari hasil
usahatani kopi, usahatani diluar kopi dan usaha diluar usahatani
(Soekartawi, dkk., 1984).
Pada saat tingkat income masyarakat sangat rendah pada umumnya pengeluaran
rumah tangga lebih besar dari pendapatannya sehingga pengeluaran konsumsi
tidak hanya dibiayai oleh pendapatannya saja tetapi juga menggunakan
sumber-sumber lain seperti tabungan dari wakil sebelumnya menjual harta kekayaan
rumah tangga atau meminjam. Selanjutnya pada suatu tingkat income yang cukup
tinggi, konsumsi rumah tangga akan sama besar dengan income-nya. Bila income
kemudian meningkat lagi pada saat itu pengeluaran rumah tangga dapat
menabung kelebihan income yang tidak digunakan untuk konsumsi
(Herlambang, dkk., 2001).
Mosher (1987), berpendapat bahwa tolak ukur yang penting dalam melihat kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari
kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan
petani sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu
pangan, sandang, papan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Tingkat pendapatan
rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari
satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan.
Pendapatan rumah tangga petani tidak hanya dari usahatani tetapi juga dari luar
usahatani untuk mencukupi kebutuhannya. Berbagai sumber pendapatan dapat
digolongkan sebagai sumber pendapatan pokok dan sumber pendapatan tambahan
berdasarkan besarnya pendapatan(Nurmanaf, 1985).
Sistem nilai budaya dan sikap merupakan faktor sosial masyarakat yang dapat
menyebabkan timbulnya pola-pola berfikir tertentu pada suatu masyarakat.
Pola-pola berfikir ini dapat berubah dan kemudian mempengaruhi tindakan serta
kelakuan mereka, baik dalam kehidpan sehari-hari, maupun dalam membuat
keputusan-keputusan yang penting dalam hidup (Koentjaraningrat, 1983).
Diduga ada beberapa sikap mental korban erupsi Gunung Sinabung yang
terpengaruh sebagai dampak bencana erupsi Gunung Sinabung. Untuk melihat
permasalahan secara utuh perlu diungkap beberapa pertanyaan yang cukup
mendasar yaitu orientasi nilai budaya sikap mental petani kopi korban erupsi
Gunung Sinabung. Variabel-variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan.
2.2.2 Pendidikan
Untuk meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan Sumber Daya Manusia dapat
diawali dengan peningkatan pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal
maupun non formal. Konsep pengembangan Sumber Daya Manusia melalui dua
dari pendidikan TK sampai pada perguruan tinggi. Jalur ini menyediakan
pengetahuan dasar yang bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan lain di
dalam kehidupan sehari-hari, baik di sektor formal maupun informal.
Bagi mereka yang hanya menamatkan pendidikan rendah banyak mengalami
kesulitan bekerja, tetapi tidak demikian untuk lulusan di pendidikan tinggi. Di
tingkat yang lebih tinggi proses pendidikan diberikan pada pengembangan aspek
kognisi atau kemampuan berpikir konseptual. Untuk tingkat ini peserta
pendidikan dapat berasal dari karyawan, organisasi tertentu, yang memperoleh
beasiswa. Setelah lulus diharapkan dapat memiliki bekal yang lebih baik untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi di tempat bekerja (organisasi).
Kedua adalah jalur pendidikan non formal yaitu melalui pelatihan yang dapat
mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap
(attitude) dalam bekerja untuk mengembangkan usaha taninya.
Latihan pada umumnya cenderung lebih menitikberatkan pada pembiasaan
gerakan koordinasi motorik daripada pemahaman teoritis. Mereka yang telah
menempuh pelatihan penguasaan keahlian tertentu yang dapat mempermudah
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pengembangan pertanian maupun
memasuki dunia kerja dengan pendapatan yang lebih baik. Tentu hal ini akan
meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada gilirannya memperbesar peluang
Gambar 1. Bagan pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan sistem ekonomi terdapat hubungan dua arah. Dalam masyarakat
yang memiliki taraf kehidupan ekonomi yang baik, potensi pengembangan
pendidikan itu lebih besar karena orang-orang telah lebih siap dan lebih banyak
dana tersedia. Pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan merupakan
komponen-komponen utama dari definisi operasional dari status kelas sosial atau status sosial
ekonomi dan bahwa terdapat suatu korelasi tinggi diantara mereka (Miflen, 1986).
Pendidikan
Pendidikan Sekolah
Pendidikan Formal
Tingkat TK s/d Perguruan
Tinggi
Pendidikan Informal Pendidikan
Luar Sekolah
Tidak Terorganisisasi
Pendidikan Keluarga
Pendidikan Non Formal
Terorganisasi/ Pelatihan
Pekerjaan Sosial Pembangunan Masyarakat Pendidikan Sosial Pendidkan
Masyarakat
2.2.3 Sumber Pangan
Pangan adalah makanan sehari-hari untuk pertumbuhan dan kesehatan
jasmaniah/rohaniah dalam membentuk keluarga yang sehat, cerdas dan kuat.
Makanan sehari-hari yang sehat, murah, dan bergizi serta pengolahan yang sesuai
dengan kegunaannya, sangat penting.
Kecukupan pangan merupakan salah satu syarat mutlak dalam menjamin
terdapatnya gizi yang cukup. Gizi merupakan modal pokok yang memiliki
dampak ekonomi maupun sosial yang luas, dalam pelaksanaan pembangunan
nasional. Kekurangan sumber pangan tenaga dalam makanan (nasi, jagung, sagu,
ketela, dan sebagainya) akan langsung menyebabkan menurunnya daya kerja
seseorang. Dengan mendapatkan sumber tenaga yang cukup, seorang buruh atau
petani dengan wajar dapat bekerja 8 jam sehari dengan baik. Kekurangan sumber
tenaga dan sumber protein dalam jangka waktu yang lama, lebih-lebih apabila hal
ini terjadi pada janin yang masih dalam kandungan, jika bayi itu lahir kecerdasan
dan aktivitas otak akan menurun dari yang seharusnya dimiliki oleh bayi itu.
Kemampuan otak dalam menyerap hal-hal baru/teknologi baru menjadi lamban.
Memperkenalkan cara kerja yang baru, harus beberapa kali dijelaskan, ajakan
untuk mengubah sesuatu yang telah terbiasa dikerjakan, harus beberapa kali
dicontohkan, dan sebagainya (Sudjana, 2005).
2.2.4 Perumahan
Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik semata,
melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan
dari rumah adalah dampak terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya
(Turner, 1972).
Menurut Turner (1972), terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam rumah, yaitu:
1) Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam
kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan rumah. Kebutuhan tempat
tinggal dimaksudkan agar penghuni mempunyai tepat tinggal atau berteduh
secukupnya untuk melindungi keluarga dari iklim setempat.
2) Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan keluarga.
Fungsi ini diwujudkan dalam lokasi tempat rumah itu didirikan. Kebutuhan
berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan
kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.
3) Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan
keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan
lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa
kepemilikan rumah dan lahan. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia,
perwujudannya bervariasi menurut siapa penghuni atau pemiliknya.
Saat bencana Merapi setidaknya ada tiga faktor utama yang dihadapi petani, yaitu
kondisi tempat tinggal yang rusak, lahan usaha yang rusak dan tidak berproduksi
dan berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga dan kelembagaan usaha tidak
Kerusakan atau kerugian yang dialami petani menimbulkan berbagai
permasalahan yang penting segera ditangani, terutama perubahan ekonomi, pola
hidup berubah sehingga penanganan dan pendekatan bukan saja secara akademik
tetapi secara kultural dalam relokasi korban/berpindah pemukiman maupun
peralihan sistem usahatani, dari tanaman pangan ke tanaman perkebunan
(Tan, 2010).
2.2.5 Kepemilikan Lahan
Dengan lahan yang sempit produksi pertanian akan tidak mampu untuk
mencukupi biaya hidup keluarga tani. Tanah yang sempit menyebabkan biaya
produksi terlalu tinggi (high cost) dibanding dengan per satuan tanah yang luas,
baik ditinjau dari segi tenaga kerja, penggunaan bibit, pemupukan, biaya
penanggulangan hama dan penyakit maupun biaya peralatan dengan daya manfaat
rendah.
Tanah yang sempit menyebabkan efisiensi penggunaan mekanisasi pengolahan
tanah tidak efektif. Banyaknya pematang, salah satu faktor mengurangi lahan
efektif. Dapat dibayangkan dengan luasan 1000 m2, dengan lebar pematang 40
cm, kali panjang luasan tanah 1000 m2 dengan pematang dapat mencapai 240 m
Sehingga luas tanah untuk pematang mencapai 96 m2 sendiri yang tidak berfungsi
sebagai lahan penghasil produk pertanian.
Selain tersebut diatas kehilangan produksi dapat mencapai 20% sehingga biaya
produksi bila dikurangi dengan hasil panen yang dicapai rata-rata 4,53 ton/Ha,
2.3 Kerangka Pemikiran
Erupsi Gunung Sinabung memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo, terutama para masyarakat yang
menggantungkan hidupnya pada Sumber Daya Alam (SDA) yaitu petani. Desa
Gurukinayan adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung yang
potensi terbesarnya adalah usaha tani kopi. Usaha tani kopi sangat dipengaruhi
oleh lahan, tenaga kerja, pupuk, dan alat mesin pertanian guna menghasilkan
produktivitas dan pendapatan yang tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
petani kopi dan keluarganya. Erupsi Gunung Sinabung sangat mempengaruhi
faktor-faktor usaha tani kopi sehingga menyebabkan adanya perubahanyang nyata
terhadap pendapatan petani kopi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Perubahan lain yang akan diteliti adalah bagaimana orientasi nilai budaya dan
sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan,
perumahan, dan kepemilikan lahan.
Sebagai akhir dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana dampak erupsi
Gunung Sinabung terhadap pendapatan dan perubahan orientasi nilai budaya dan
sikap mental petani kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten
Secara sistematis berikut ini digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Menyatakan Pengaruh
: Menyatakan Hubungan
Kepemilikan Lahan Perumahan
Sumber Pangan Pendidikan
Erupsi Gunung Sinabung
Petani Kopi Desa Gurukinayan
Sosial Ekonomi Keluarga
Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental
Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi
2.4Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang sudah diuraikan, maka diajukan hipotesis untuk
diuji sebagai berikut :
1) Terdapat perbedaan yang nyata pendapatan usahatani kopi petani kopi
sebelum dan sesudah erupsia Gunung Sinabung.
2) Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental
keluarga petani kopi terhadaphakekatpendidikan sebelum dan sesudah erupsi
Gunung Sinabung.
3) Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan
sikapmentalkeluarga petani kopi terhadaphakekat sumber pangan sebelum
dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
4) Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental
keluarga petani kopi terhadaphakekat perumahan sebelum dan sesudah erupsi
Gunung Sinabung.
5) Terdapat perbedaan yang nyataorientasi nilai budaya dan sikap mental nyata
keluarga petani kopi terhadaphakekat kepemilikan lahan sebelum dan sesudah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, artinya daerah penelitian
didasarkan atas adanya tujuan tertentu(Arikunto, 2010).Penelitian dilakukan di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera
Utara. Daerah ini dipilih karena merupakan daerah penghasil kopi terbesar di
Kecamatan Payung yang terkena erupsi Gunung Sinabung. Selain itu peneliti
memiliki akses terhadap lokasi penelitian, sehingga akan mudah dijangkau dan
mempermudah penelitian.
3.2Metode Penentuan Sampel
Populasi responden dalam penelitian ini adalah para petani kopi di Desa Guru
Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Metode
penetapan besar sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposivedengan
jumlah sampel sebanyak30 KK dari seluruh Desa Guru Kinayan,
sedangkanpemilihan sampel dari populasi dilakukan secara acak sengaja
(Arikunto, 2010).
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani dengan tingkat homogenitas
yang tinggi dan telah memenuhi syarat pemilihan sampel. Selain itu ada juga
beberapa dasar pertimbangan yaitu untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan hasil pengumpulan data
secara langsung kepada tiap petani kopi di Desa Gurukinayan, Kecamatan
Payung, Kabupaten Karo yang dijadikan sampel dengan menggunakan kuesioner.
Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari Instansi
atau Dinas terkait dengan penelitian ini, hasil studi pustaka baik berupa buku
ataupun data statistik yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk tujuan penelitian yang pertama, digunakan metode komparatif, yaitu uji
beda rata-rata t-test dengan bantuan SPSSuntuk menguji ada tidaknya perbedaan
rata-rata pendapatan petani dari usahatani kopi sebelum dan sesudah terjadinya
erupsi Gunung Sinabung.
Kriteria pengambilan keputusan :
1) Menggunakan nilai signifikan / P-Value
- Jika nilai signifikan / P – Value > 0,05 ; maka Ho diterima
- Jika nilai signifikan / P – Value < 0,05 ; maka H1 diterima
2) Menggunakan perbandingan antara t hitung dengan t tabel
Nilai t tabel didapat dari α (taraf nyata/tingkat signifikan) dengan derajat
bebas/degree of Fredo (df).
- Jika t hitung < t tabel ; maka Ho diterima = (Tidak ada perbedaan yang
nyata antara sebelum dan sesudah terjadinya erupsi Gunung Sinabung).
- Jika t hitung > t tabel ; maka H1 diterima = (ada perbedaan yang nyata
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur data
kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Untuk tujuan penelitian yang kedua,
ketiga, keempat, dan kelima menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
menganalisis bagaimana perbedaanorientasi nilai budaya dan sikap mental petani
terhadap hakekatpendidikan keluarga, sumber pangan, perumahan, dan
kepemilikan lahan petani kopi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung
terjadi.
Untuk keperluan analisis kuantitatif akan menggunakan skala Likert dengan
formula skoring, dengan skoring penilaian sebagai berikut :
Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
Setuju/sering/positif diberi skor 4
Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
Sangat tidak setuju/ tidak pernah diberi skor 1
(Sugiyono, 2008).
Setelah mendapatkan jumlah skor, data yang diperoleh akan dianalisis dengan
menggunakan metode komparatif. Menguji hipotesis berarti menguji parameter
populasi yang berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga
berbentuk perbandingan. Hal ini juga dapat berarti menguji kemampuan
generalisasi (signifikansi hasil penelitian) yang berupa perbandingan keadaan
variabel dari dua sampel atau lebih. Bila Ho dalam pengujian diterima, berarti
seluruh populasi dimana sampel-sampel diambil dengan taraf kesalahan tertentu
(Sugiyono, 2011).
Untuk melihat perbandingan akan dilakukan uji Wilcoxon dengan alat bantu
SPSS. Kriteria pengambilan keputusan:
- Jika nilai siignifikansi ≥ α ; maka Ho diterima.
- Jika nilai siignifikansi ≤ α ; maka H1 diterima.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran
penelitian ini maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai
erikut :
3.5.1 Definisi
1) Dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau
kondisi, dalam hal ini dilihat bagaimana dampak erupsinya Gunung Sinabung
terhadap kehidupan sosial ekonomi.
2) Sebelum erupsinya Gunung Sinabung adalah kondisi masyarakat sebelum
terjadinya erupsinya Gunung Sinabung.
3) Sesudah erupsinya Gunung Sinabung adalah kondisi masyarakat sesudah
terjadinya erupsinya Gunung Sinabung.
4) Dampak sosial adalah perubahan terhadap orientasi nilai budaya dan sikap
mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan,
dan kepemilikan lahan.
5) Dampak ekonomi adalah perubahan pendapatan petani yang berasal dari
6) Petani kopi adalah petani yang mengusahakan komoditi kopi diareal lahan
yang dimilikinya.
7) Petani sampel adalah petani kopi yang terkena erupsi Gunung Sinabung di
Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.
8) Pendapatan adalah jumlah pendapatan petani yang diperoleh dari usahatani
kopi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
9) Sumber pendapatan adalah asal pendapatan yang diperoleh baik dari
usahatani kopi dan diluar usahatani kopi.
10) Pendidikan adalah tingkat pendidikan yang pernah ditempuh.
11) Sumber pangan adalah makanan yang dikonsumsi beserta asalnya.
12) Perumahan adalah tempat tinggal petani kopi dan keluarganya.
13) Kepemilikan lahan adalah tanah sebagai tempat usaha tani berlangsung.
3.5.2 BatasanOperasional
1) Daerah penelitiandilakukan di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung,
Kabupaten Karo.
2) Sampel adalah para petani kopi yang berasal dari Desa Guru Kinayan dan
memiliki lahan usahatani kopi di Gurukinayan, baik tinggal di pengungsian
maupun mereka yang masih tetap bertahan di Desa Guru Kinayan.
Jumlah sampel sebanyak 30 sampel.
3) Penelitian di laksanakan pada November 2014.
4) Data primer penelitian berupa data yang dirasakan sejak bulan Juni sampai
Desember 2014.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Geografis
Desa Guru Kinayan berada di Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatera Utara. Desa ini berjarak 4,50 km dari ibukota Kecamatan Payung. Desa
ini berada 850 s/d 1200 meter diatas permukaan laut.
Desa ini mempunyai luas wilayah sekitar 11,30 km2 dengan batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : Desa Suka Meriah
- Sebelah Selatan : Desa Payung
- Sebelah Barat : Desa Selandi
- Sebelah Timur : Kecamatan Simpang Empat
Perlu ditambahkan bahwa Desa Guru Kinayan adalah termasuk desa yang
mengalami dampak berat dari bencana Erupsi Gunung Sinabung. Karena dari sisi
letak dan geografis, desa ini hanya berjarak 3-5 km dari puncak Gunung
Sinabung. Sehingga pada saat penelitian ini dilakukan, sebagian besar Desa Guru
4.1.2 Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Guru Kinayan pada tahun 2013 tercatat berjumlah 2.087 jiwa
yang terdiri dari berbagai suku. Suku dominan di Desa Guru Kinayan adalah suku
Karo. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Guru Kinayan disajikan
pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014
Desa/Kecamatan Penduduk (orang) Rasio Jenis
Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
Guru Kinayan 1.013 1.074 2.087 94
Kecamatan Payung 5.552 5.680 11.232 98
Sumber : BPS Kecamatan Payung Dalam Angka (2014) (Diolah)
Jika dilihat dari aspek rasio gender maka kondsi Kecamatan Payung tidak jauh
berbeda dengan Desa Guru Kinayan, dimana jumlah perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki.
Dari survey lapangan diperoleh data bahwa terdapat tiga agama yang dianut
penduduk di Desa Guru Kinayan, yaitu agama Islam, Kristen, dan Katolik.
Penduduk Desa Guru Kinayan memiliki mata pencaharian yang beragam, akan
tetapi pencaharian yang dominan adalah petani. Hal ini disebabkan luas dan
produktifitas lahan yang tinggi sehingga mendorong penduduk untuk bertani.
Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Guru Kinayan, Tahun 2014
Desa/Kecamatan Pertanian
Industri Rumah Tangga
Jasa PNS/ABRI Lainnya Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Guru Kinayan 1.207 7 12 46 0 1.272
Payung 5.823 39 256 761 317 7.196
Sumber : BPS Kecamatan Payung (2014) (Diolah)
Dari tabel 4 diketahui bahwa 94,85 % mata pencaharian penduduk Desa Guru
Kinayan adalah bertani, sedangkan PNS/ABRI jumlahnya adalah paling sedikit
(3,6%). Jika dikomparasi dengan satuan administrasi kecamatan, maka penduduk
Desa Guru Kinayan menyumbang sebesar 20,73% terhadap keseluruhan
penduduk bermata pencaharian pertanian.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju
pembangunan khususnya mempercepat laju perekonomian dari masyarakat
setempat. Keadaan sarana dan prasarana dari penduduk Desa Guru Kinayan telah
mengalami perubahan cukup besar diakibatkan Erupsi Gunung Sinabung,
sehingga kondisi Desa Guru Kinayan saat ini sangat tidak dapat layak huni.
Seluruh sarana prasarana rusak dan tidak dapat dipergunakan kembali, ditambah
dengan Desa Guru Kinayan yang telah mendapatkan status Zona Merah.
4.2 Karakteristik Sampel
4.2.1 Karakteristik Sosial Petani Kopi
Petani Kopi adalah petani yang mengusahakan komoditi kopi diareal lahan yang
umur petani kopi, pendidikan petani kopi, pengalaman petani kopi, dan jumlah
tanggungan keluarga. Karakteristik petani kopi diperoleh dari para sampel dengan
melakukan wawancara secara langsung di daerah penelitian yaitu di pinggiran
Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, dan beberapa wilayah
pengungsian.
4.2.2 Umur Petani Kopi
Adapun umur petani kopi merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan
kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usaha tani kopi. Faktor umur
memberikan kontribusi yang tinggi terhadap kegiatan pemeliharaan tanaman yang
akhirnya mempengaruhi produksi dan pendapatan petani kopi. Keadaan umur
petani kopi sampel di daerah penelitian ini dapat disajikan pada tabel 5 dibawah
ini.
Tabel 5. Keadaan Kelompok Umur Petani Kopi Responden Di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang)
1. 30-39 3
2. 40-49 10
3. 50-59 13
4. >60 4
Jumlah 30
Sumber : Data Primer diolah, Lampiran 38
Dari tabel 5 tentang kelompok umur petani sampel diketahui bahwa 43,35%
masuk kedalam kelompok umur produktif, sedangkan sisanya (56,7%) masuk
4.2.3 Pendidikan Petani Kopi
Tingkat pendidikan dari petani kopi erat kaitannya dengan kemampuannya dalam
mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan optimasi dalam kegiatan
usahanya. Adapun tingkat pendidikan petani kopi di Desa Guru Kinayan yang
menjadi sampel sangat bervariasi mulai dari tidak pernah bersekolah hingga S1.
Tingkat pendidikan petani sampel di Desa Guru Kinayan disajikan pada tabel 6
dibawah ini.
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Sampel Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang)
1. Tidak Pernah Bersekolah 2
2 SD 9
3. SMP 5
4. SMA 11
5. D3/Sederajat 1
6. S1/Sederajat 2
Jumlah 30
Sumber :Data Olahan Primer, Lampiran 38
Dari tabel 6 dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 27 orang petani sampel
(90%) hanya mengecam pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Ada
2 (dua) sampel tidak pernah menduduki bangku sekolah. Sampel ini pada saat
penelitian berumur 40 dan 50 tahun.
4.2.4 Pengalaman Usahatani Kopi
Pengalaman usaha tani kopi merupakan salah satu faktor yang menentukan
kemampuan petani kopi dalam produktivitas usahanya. Semakin tinggi
pengalaman usahanya maka besar peluang memiliki kapasitas teknis dan
diterima. Tingkat pengalaman usaha tani petani kopi di Desa Guru Kinayan
disajikan pada tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Pengalaman Usaha Sampel Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Tahun 2104
No Pengalaman Usaha Tani Kopi Jumlah (orang)
1. 6-10 16
2. 11-15 12
3. 16-20 0
4. >20 2
Jumlah 30
Sumber :Data Olahan Primer, Lampiran 38
Dari tabel 7 tentang pengalaman usaha petani kopi diketahui bahwa rata-rata
pengalaman usaha tani kopi di Desa Guru Kinayan sudah cukup tinggi (10,5
tahun).
4.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus dibiayai oleh
keluarga petani kopi. Besar tanggungan keluarga petani kopi sampel disajikan
pada tabel 8 dibawah ini.
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Petani Kopi di Desa Guru Kinayan, Tahun 2014
No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang)
1. 1 7
2. 2 13
3. 3 7
4. 4 3
Jumlah 30
Sumber :Data Olahan Primer, Lampiran 38
Dari tabel 8 tentang tanggungan petani kopi dapat diketahui bahwa rata-rata
Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa petani sampel yang memiliki
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Dampak Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kopi
Gunung Sinabung, dengan koordinat 30 10’ LU dan 980 23’ merupakan gunung
merapi aktif yang secara administratif berada di daerah kabupaten Karo. Kawasan
gunung ini secara geologis memberikan dampak yang tinggi terhadap kesuburan
tanah. Tidak heran keberadaan Gunung ini memberikan dampak yang cukup
tinggi terhadap rona pertanian di sekitar wilayah tersebut. Gunung Sinabung
memiliki ketinggian 2.460 meter diatas permukaan laut. Gunung ini diketahui
pertama kali meletus pada tahun 1600. Kawasan Gunung Sinabung secara
geografis meliputi 3 (tiga) kecamatan, yaitu Kecamatan Payung, Kecamatan
Simpang Empat dan Kecamatan Namanteran.
Desa Gunung Kinayan merupakan salah satu desa yang masuk dalam cakupan
geografis Gunung Sinabung. Desa ini merupakan interface area kawasan hutan
lindung yang berada di sekitar Gunung Sinabung. Desa ini merupakan desa yang
sudah cukup tua karena dibuka sejak 300 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun
1926. Menurut sejarah, Desa Guru Kinayan pertama sekali dibangun oleh seorang
dukun (guru mblein) bernama Guru Nayan yang berasal dari desa kampong
Kubucolia. Beliau sering meninggalkan kampung Kubucolia menyelusuri kaki
Gunung Sinabung untuk melakukan pengobatan ke berbagai tenpat, mengingat dia