• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMAMPUAN SPASIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK DIMENSI TIGA PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 11 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20102011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEMAMPUAN SPASIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK DIMENSI TIGA PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 11 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20102011"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN SPASIAL TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK DIMENSI TIGA

PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 11

SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Dalam Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh :

Muhamad Ghoni Rif’an

NIM : 073511062

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhamad Ghoni Rif’an

NIM : 073511062

Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 30 Nopember 2011 Saya yang menyatakan,

(3)

iii

KEMENTRIAN AGAMA R.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH

Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp.(024) 7601295

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Pengaruh Kemampuan Spasial Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Dimensi Tiga Pada Siswa Kelas X Semester II SMA Negeri 11 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011

Nama : Muhamad Ghoni Rif’an NIM : 073511062

Program Studi : Tadris Matematika

telah diujikan dalam sidang munaqosah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

Semarang,

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Penguji I, Penguji II,

(4)
(5)
(6)

vi ABSTRAK

Judul : Pengaruh Kemampuan Spasial Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Dimensi Tiga Pada Siswa Kelas X Semester II SMA Negeri 11 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011

Penulis : Muhamad Ghoni Rif’an NIM : 073511062

Kemampuan spasial adalah ”kemampuan seseorang untuk menangkap ruang dengan segala implikasinya.”1 Kecerdasan ini bermanfaat untuk menempatkan diri dalam berbagai pergaulan sosial, pemetaan ruang, gambar, teknik, dimensi dan sebagainya yang berkaitan dengan ruang nyata maupun ruang abstrak.2 Kemampuan spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.3

Dimensi tiga adalah salah satu materi matematika kelas X yang berisi tentang kedudukan titik, garis, dan bidang pada bangun ruang, menggambar dan menghitung jarak titik ke garis dan titik ke bidang, menggambar dan menghitung jarak garis ke bidang, menggambar dan menghitung jarak antara dua bidang, menggambar dan menghitung sudut antara garis dan bidang, dan menggambar dan menghitung sudut antara dua bidang.4

Untuk memecahkan soal-soal dalam dimensi tiga, seseorang harus memiliki kemampuan spasial. Karena dalam materi dimensi tiga banyak materi-materi soal yang tidak dapat diwujudkan dalam bentuk atau bangun yang sesungguhnya, sehingga hanya divisualisasikan atau digambarkan dalam bentuk dimensi dua. Visualisasi dimensi tiga ke dalam bentuk dimensi dua inilah yang membutuhkan imajinasi dan abstraksi peserta didik, sehingga sering membingungkan bagi mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh antara kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika materi pokok dimensi tiga pada siswa kelas X semester II SMA Negeri 11 Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode regresi linier sederhana, yang dilaksanakan di SMA Negeri 11 Semarang, sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X yang diambil dengan menggunakan teknik Random Sampling.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi untuk mengambil data mengenai nama peserta didik yang termasuk dalam populasi dan sampel penelitian, data mengenai sekolah, dan prestasi belajar dimensi tiga. Selain itu digunakan metode tes kemampuan spasial yang berupa pilihan ganda untuk memperoleh data mengenai kemampuan spasial peserta didik kelas X.

1

M. Hariwijaya, Tes Intelegensi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), hlm. 14

2

Hariwijaya, Tes Intelegensi, hlm. 14

3

Moch. Masykur Ag, Mathematical Intelligence, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 107

4

(7)

vii Berdasarkan uji hipotesis diketahui nilai kemampuan spasial menggunakan Uji F. Berdasarkan Uji F dengan taraf signifikansi 5% diperoleh

122.589 F

sedangkan 4.024

Ftabelhitung  . Karena Ftabel Fhitung, dengan nilai

signifikansi 0.000, sehingga nilai Sig. < 0.05 maka Ha diterima. Karena Ha diterima, berarti model regresi signifikan. Berdasarkan dari uji korelasi diketahui nilai R0.836 (arahnya positif) yang berarti hubungan antara kemampuan spasial terhadap prestasi belajar dimensi tiga adalah sangat tinggi yaitu pada interval 0.80R1.00. Sedangkan berdasarkan uji determinasi diketahui nilai

0.698

R2  , ini berarti nilai kemampuan spasial dapat berpengaruh terhadap nilai dari prestasi belajar dimensi tiga sebesar 69.8%, sedangkan 30.2% prestasi belajar dimensi tiga peserta didik dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Dengan persamaan regresinya adalah Yˆ 30.3740.619X. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kemampuan spasial peserta didik, maka semakin tinggi prestasi belajar peserta didik pada materi dimensi tiga.

(8)

viii MOTTO

“Sukses adalah hasil kesempurnaan, kerja keras, belajar dari kegagalan,

kesetiaan, dan ketekunan.”5

“Usaha dan Berdo’a”

5

(9)

ix PERSEMBAHAN

Tiada sesuatupun yang dapat memberikan rasa bahagia melainkan senyum manis penuh bangga dengan penuh rasa bakti, cinta dan kasih sayang dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini untuk :

 Ayahanda dan ibunda tercinta, ini adalah bagian dari perjuangan, cita-cita,

iringan doa restumu. Karena jasa dan kasih sayangmu, aku akhirnya dapat menyelesaikan kuliah. Pengorbananmu sungguh luar biasa

 Kakak dan Adik tercinta, doa dan motivasi darimu semoga mengantarkan

aku menuju gerbang kesuksesan

 Sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi

untuk menyelesaikan skripsi ini

 Keluarga besar Matematika IAIN Walisongo Semarang

 Keluarga besar HIMATIKA IAIN walisongo Semarang

 Keluarga besar Kost_ 29

 Dan tak lupa pembaca budiman sekalian

(10)

x KATA PENGANTAR

ﻢﯿﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲا ﻢﺴﺑ

Puji dan syukur tercurahkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah yang telah diberikan, dan tidak lupa penulis panjatkan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. semoga kita diakui sebagai umatNya, dan kelak di hari akhir mendapatkan syafaat beliau. Amin

Skripsi berjudul “Pengaruh Kemampuan Spasial Terhadap Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Dimensi Tiga Pada Siswa Kelas X

Semester II SMA Negeri 11 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011“ ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Program Studi Tadris Matematika Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

2. Lulu Choirunnisa, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

4. Dra. Hj. Sri Nurwati, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 11 Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

(11)

xi 6. Ayahanda, Ibunda, kakak dan adik tercinta yang ikhlas dalam doa, restu, serta

motivasi yang tiada henti dan tidak mengharap balasan.

7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi dan tempat bertukar pikiran dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya ucapan terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti yang sebenarnya. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Amin

Semarang, 30 Nopember 2011 Penulis

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

PERNYATAAN KEASLIAN --- ii

PENGESAHAN --- iii

NOTA PEMBIMBING --- iv

ABSTRAK --- vi

MOTTO --- viii

PERSEMBAHAN --- ix

KATA PENGANTAR --- x

DAFTAR ISI --- xii

DAFTAR LAMPIRAN --- xiv

DAFTAR GAMBAR --- xv

DAFTAR TABEL --- xvi

BAB I : PENDAHULUAN --- 1

A. Latar Belakang Masalah --- 1

B. Rumusan Masalah --- 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian --- 5

BAB II : LANDASAN TEORI --- 7

A. Kajian Pustaka --- 7

B. Kerangka Teoritik --- 8

C. Rumusan Hipotesis --- 20

BAB III : METODE PENELITIAN --- 21

A. Jenis Penelitian --- 21

B. Waktu dan Tempat Penelitian --- 21

C. Populasi dan Sampel Penelitian --- 21

D. Variabel dan Indikator Penelitian --- 22

E. Pengumpulan Data Penelitian --- 23

(13)

xiii

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN --- 29

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian --- 31

B. Analisis Uji Hipotesis --- 34

C. Pembahasan Hasil Penelitian --- 48

D. Keterbatasan Penelitian --- 50

BAB V : SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP --- 51

A. Simpulan --- 51

B. Saran --- 51

C. Penutup --- 52

(14)

xiv

Daftar Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Semarang Daftar Guru SMA Negeri 11 Semarang

Daftar Karyawan SMA Negeri 11 Semarang Soal Kemampuan Spasial

Kunci Jawaban Soal Kemampuan Spasial Uji Laboratorium Komputer Tadris Matematika Tabel Nilai Chi Kuadrat

Tabel Nilai Z Tabel Nilai t Tabel Nilai F

Surat Penunjukan Pembimbing

Surat Ijin Riset Dinas Pendidikan Kota Semarang Surat Keterangan Telah Melakukan Riset

Surat Keterangan Ko-Kurikuler Transkrip Ko-Kurikuler

Sertifikat PASSKA Institut Sertifikat PASSKA Fakultas

Sertifikat Orientasi Akademik dan Keagamaan Sertifikat PPL

(15)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambar 2

Histogram Nilai Kemampuan Spasial, 36.

(16)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14

Daftar Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Semarang, 21. Hasil Nilai Tes Kemampuan Spasial, 31.

Hasil Nilai Mid Prestasi Belajar Dimensi Tiga, 33. Distribusi Frekuensi Kemampuan Spasial, 35. Kriteria Kualitas Kemampuan Spasial, 37. Chi Kuadrat Kemampuan Spasial, 38.

Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Dimensi Tiga, 39. Kriteria Kualitas Prestasi Belajar Dimensi Tiga, 41. Chi Kuadrat Prestasi Belajar Dimensi Tiga, 42. Descriptive Statistics ”out put SPSS 16”, 43. Correlations “out put SPSS 16”, 44.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika, sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, rumus, teorema, dalil, ketetapan, dan konsep digunakan untuk membantu perhitungan, pengukuran, penilaian, peramalan, dan sebagainya. Maka, tidak heran jika peradaban manusia berubah dengan pesat karena ditunjang oleh partisipasi matematika yang selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman.

Matematika juga merupakan subyek yang penting dalam sistem pendidikan di dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai prioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala bidang (terutama sains dan teknologi), dibanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subyek yang penting. Di Indonesia, sejak bangku SD sampai perguruan tinggi, bahkan sejak play group atau sebelumnya (baby school), syarat penguasaan terhadap matematika jelas tidak bisa disampingkan. Untuk dapat menjalani pendidikan selama di bangku sekolah sampai kuliah dengan baik, maka anak didik dituntut untuk menguasai matematika dengan baik.6

Salah satu cabang dari matematika adalah geometri. Geometri yaitu ilmu yang mempelajari titik, garis, bidang, benda-benda ruang serta sifat, ukuran, dan hubungan satu dengan lainnya. Dalam mempelajari materi geometri khususnya dimensi tiga tentu setiap peserta didik mempunyai pengalaman yang berbeda-beda. Apabila peserta didik dalam mempelajari materi dimensi tiga tidak banyak menemui hambatan, maka akan berdampak dalam keberhasilan belajar peserta didik tersebut. Begitu pula jika peserta didik banyak menemui hambatan dalam mempelajari materi dimensi tiga,

6

(18)

2 maka perlu dilakukan tindakan agar peserta didik tidak apriori terhadap pelajaran matematika.

Dalam pembelajaran matematika, faktor intelegensi yang antara lain terdiri dari: kemampuan verbal, kemampuan numerik, kemampuan spasial, dan kemampuan penalaran memegang peranan yang penting. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan secara integratif, namun ada materi-materi tertentu dimana kemampuan spasial dan kemampuan numerik lebih dibutuhkan dari pada di materi yang lain. Misalnya, materi dimensi tiga pada geometri.

Kemampuan spasial adalah kemampuan seseorang untuk memvisualisasikan gambar, sedangkan kemampuan numerik digunakan untuk melakukan perhitungan atau pengoperasian bilangan-bilangan. Untuk memecahkan soal-soal dalam dimensi tiga, seseorang harus memiliki kemampuan spasial. Karena dalam materi dimensi tiga banyak materi-materi soal yang tidak dapat diwujudkan dalam bentuk atau bangun yang sesungguhnya, sehingga hanya divisualisasikan atau digambarkan dalam bentuk dimensi dua. Visualisasi dimensi tiga ke dalam bentuk dimensi dua inilah yang membutuhkan imajinasi dan abstraksi peserta didik, sehingga sering membingungkan bagi mereka. Setelah peserta didik dapat memvisualisasikan gambar tersebut, barulah peserta didik dituntut untuk mengoperasikan bilangan-bilangan tersebut ke dalam rumus.

Sedangkan hambatan-hambatan yang mungkin dialami peserta didik dalam mempelajari dimensi tiga antara lain; lemahnya penguasaan peserta didik dalam melakukan operasi hitung, peserta didik kurang mampu untuk mengklarifikasikan apa yang harus ia tempuh jika dihadapkan pada soal, serta kurang tepatnya dalam menerapkan rumus. Di samping itu, peserta didik juga mengalami kesulitan dalam mengenali bentuk dan memahami sifat-sifat keruangan.

(19)

3 peserta didik harus memiliki kemampuan spasial untuk memecahkan soal. Karena dalam mempelajari dimensi tiga, peserta didik harus bisa menangkap apa yang dimaksudkan dalam soal sebelum menerapkannya ke dalam rumus. Ada banyak soal dalam dimensi tiga yang seharusnya merupakan bangun ruang, akan tetapi digambarkan dalam bentuk dua dimensi sehingga membingungkan bagi sebagian peserta didik.

Hal ini juga berlaku pada matematika materi pokok dimensi tiga yang diajarkan di SMA Negeri 11 Semarang. Dalam mempelajari materi pokok dimensi tiga, terdapat soal-soal aplikasi yang seharusnya merupakan bangun ruang akan tetapi digambarkan dalam bentuk dua dimensi sehingga membingungkan bagi sebagian peserta didik. Peserta didik harus memvisualisasikan terlebih dahulu bagaimana bentuk gambar yang sebenarnya apabila digambarkan dalam bentuk dimensi tiga. Hal inilah yang menjadi permasalahan bagi sebagian peserta didik, karena bentuk gambar dalam soal hanya berbentuk dua dimensi sehingga peserta didik dituntut untuk bisa memvisualisasikan terlebih dahulu bagaimana bentuk gambar yang sebenarnya.7

Kesulitan ini semakin bertambah ketika peserta didik dihadapkan pada soal-soal aplikasi pada dimensi tiga yang disajikan tanpa adanya gambar. Untuk menyelesaikan soal tersebut, peserta didik terlebih dahulu harus bisa membayangkan bagaimana bentuk bangun yang ditanyakan dalam soal tersebut dan bagaimana hubungan titik dengan titik, garis dengan garis, bidang dengan bidang, atau garis dengan bidang dalam gambar tersebut. Setelah peserta didik dapat memvisualisasikan bagaimana bentuk gambar yang sebenarnya dan mengetahui bagaimana letak hubungan antara titik, garis, dan bidang dalam gambar tersebut, barulah peserta didik dapat menerapkannya ke dalam rumus.

Dalam menyelesaikan soal-soal aplikasi pada dimensi tiga, diperlukan kemampuan dasar berupa kemampuan spasial untuk memudahkan

7

(20)

4 peserta didik dalam menangkap apa yang dimaksudkan oleh soal, sehingga dapat menerapkannya ke dalam rumus. Apabila peserta didik dapat menangkap dengan baik apa yang dimaksudkan dalam soal, maka dapat dengan mudah menerapkannya ke dalam rumus sehingga dapat menjawab dengan benar dan prestasi belajarnya akan meningkat.

Ada beberapa karakteristik peserta didik berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2) normalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual-motor, (4) kesulitan mengenal dan memahami simbol, (5) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (6)

Performance IQ jauh lebih rendah dari pada sekor Verbal IQ.8

Adanya gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan keruangan dapat mengganggu pemahaman peserta didik tentang sistem bilangan secara keseluruhan. Untuk mempelajari matematika, peserta didik tidak cukup hanya menguasai konsep hubungan keruangan, tetapi juga berbagai konsep dasar yang lain. Ada empat konsep dasar yang harus dikuasai, yaitu konsep keruangan, konsep waktu, konsep kuantitas, dan konsep serbaneka (miscellaneous).9

Apabila peserta didik tidak dapat menangkap dengan benar apa yang dimaksudkan dalam soal tersebut, maka peserta didik akan merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik. Karena kesalahan dalam menangkap apa yang dimaksudkan dalam soal akan mengakibatkan kesalahan dalam menerapkan sebuah rumus, sehingga prestasi atau nilai yang diperoleh tidak akan maksimal.

8

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 1999), hlm. 259

9

(21)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan spasial peserta didik kelas X di SMA Negeri 11 Semarang?

2. Bagaimanakah prestasi belajar matematika materi pokok dimensi tiga pada kelas X semester II SMA Negeri 11 Semarang?

3. Adakah pengaruh antara kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika materi pokok dimensi tiga pada kelas X semester II SMA Negeri 11 Semarang tahun pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui bagaimana kemampuan spasial peserta didik kelas X di SMA Negeri 11 Semarang.

b) Untuk mengetahui prestasi belajar matematika materi pokok dimensi tiga pada kelas X semester II SMA Negeri 11 Semarang.

c) Untuk mengetahui pengaruh antara kemampuan spasial peserta didik terhadap prestasi belajar matematika materi pokok dimensi tiga pada kelas X semester II SMA Negeri 11 Semarang tahun pelajaran 2010/2011.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Bagi Siswa

(22)

6 b) Bagi Guru

(1) Menjadi informasi yang penting bagi guru matematika khususnya tentang materi pokok dimensi tiga

(2) Sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika dan memberi alternatif kepada guru matematika dalam memecahkan atau mengatasi masalah yang berkaitan dengan materi pokok dimensi tiga.

c) Bagi Peneliti

(1) Memberikan gambaran yang jelas bagi peneliti tentang pengaruh kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika materi pokok dimensi tiga.

(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

D. Kajian Pustaka

Kajian pendahulu ini digunakan sebagai bahan pertimbangan baik mengenai kelebihan maupun kekurangan yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, kajian terdahulu juga mempunyai andil besar dalam mendapatkan informasi yang ada sebelumnya mengenai teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan sebagai landasan teori ilmiah.

Dalam skripsi yang ditulis oleh Siti Marliah Tambunan, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan judul “Hubungan Antara Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika”, yang meneliti anak usia sekolah dasar pada tahun 2006 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kemampuan spasial dengan prestasi belajar matematika.

Demikian juga skripsi yang ditulis oleh Sony Kukuh Prasetyo, mahasiswa UMS dengan judul “Hubungan Antara Minat Belajar Matematika dan Kemampuan Spasial dengan Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Dimensi Tiga Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri I Ngrampal Tahun Pelajaran 2008/2009“, juga menunjukkan ada hubungan yang positif antara kemampuan spasial dan motifasi belajar dengan prestasi belajar.

Perbedaan antara skripsi yang ditulis oleh Siti Marliyah Tambunan dari Universitas Indonesia dan Sony Kukuh Prasetyo dari UMS dengan penelitian ini terletak pada metode dan materi yang digunakan untuk penelitian. Skripsi di atas masing-masing menggunakan metode Korelasi Product Moment dan digunakan untuk meneliti anak usia sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan penelitian ini menggunakan metode

Regresi Linier Sederhana dan dilakukan untuk meneliti sekolah menengah atas (SMA).

(24)

8 kemampuan spasial dan prestasi belajar pada materi yang berbeda, yaitu pada materi pokok dimensi tiga pada siswa kelas X di SMA Negeri 11 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilakukan untuk mencari pengaruh antara kemampuan spasial terhadap prestasi belajar dengan menggunakan regresi linier sederhana.

E. Kerangka Teoritik

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan upaya sadar atau upaya yang disengaja untuk mendapat kepandaian. Banyak definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli. “Learning is the acquisition of habits, knowledge, and attitude.”10 (Belajar adalah perolehan kebiasaan, pengetahuan dan sikap). Menurut Cronbach sebagaimana dikutip oleh Sardiman, mengemukakan: “Learning is shown by a change in behaviour as a result of experience”.11 Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Beberapa definisi tentang belajar menurut para ahli yaitu:

1)Menurut L.Bigge, belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Perubahan terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu.12

10

Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology, (New York: American Book Company, 1958), revised edition, p. 225.

11

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 20.

12

(25)

9 2)Menurut Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman.13

3)Menurut Sartain dkk, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman. Perubahan ini antara lain ialah cara merespon suatu hasil sinyal, cara menguasai, suatu keterampilan dan mengembangkan sikap terhadap suatu objek.14 4)Howar L. Kingskey dalam syaiful Djamarah learning is the process

by which behavior (in the broader sense) is originate or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan melalui praktik dan latihan.15 5)Belajar menurut Harold Spears yang dikutip Agus Suprijono

learning is observe, to read to imitate, to try something themselves, to listen, of follow direction. Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.16

Menurut Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab At-Tarbiyatul wa Thuruqut Tadris mendenifisikan belajar sebagai berikut:

ﱠنأ

didasarkan atas pengalaman masa lampau, sehingga menimbulkan perubahan baru pada peserta didik).

Dari pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses atau usaha dari seseorang untuk menuju ke

Max, Belajar dan Pembelajaran, hlm 3

15

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Edisi II, hlm. 13

16

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 2

17

(26)

10 atau suatu proses yang dialami oleh individu dalam pengalamannya yang menghasilkan perubahan tingkah laku. Salah satu tanda atau ciri kalau seorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan peserta didik dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada. Baik potensi yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki. Termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar peserta didik seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.18

“Pembelajaran berarti proses, cara, dan perbuatan mempelajari.”19 Guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Subyek pembelajaran adalah peserta didik, jadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Sehingga pembelajaran dapat diartikan sebagai dialog interaktif antara guru dan peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan peserta didik. Dalam proses tersebut, guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong peserta didik belajar, untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tercapainya pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan, kemampuan dan pembentukan kepribadian.20

Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran adalah aliran behavioristik. Aliran behavioristik menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Aplikasi teori

18

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 26

19

Agus Suprijono, Cooperative Learning, hlm. 13

20

(27)

11

behavioristik tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik peserta didik, media, dan fasilitas pembelajaran yang tesedia. Di dalam teori behavioristik tujuan pembelajaran ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar merupakan bentuk aktivitas (mimetic) yang menuntut peserta didik untuk mengungkap kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.21

Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja dengan menciptakan berbagai kondisi tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Pengertian Prestasi Belajar

“Hasil merupakan sesuatu yang diadakan oleh usaha.”22 Hasil belajar yaitu perubahan yang diperoleh peserta didik setelah mengalami proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu. Hasil yang dicapai berbeda-beda pada tiap peserta didik. Ada yang belajar dengan cepat, mudah, dan hasilnya memuaskan. Tetapi ada juga yang agak sukar dan hasilnya kurang memuaskan. Keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh banyak hal yang berkaitan dengan upaya-upaya atau latihan yang dilakukan secara sadar.

”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb).”23 Sedangkan prestasi belajar adalah ”penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.”24 Jadi prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai

21

C Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 27-28

22

W. J. S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), edisi ketiga, hlm. 408

23

Purwadarminta, Kamus Umum, hlm. 895

24

(28)

12 oleh peserta didik setelah mendapatkan pelajaran di sekolah yang ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.25 Bloom dkk mengemukakan tiga ranah atau aspek hasil belajar, yaitu:

a. Ranah Kognitif

Ranah Kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual.

b. Ranah Afektif

Ranah Afektif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai.

c. Ranah Psikomotorik

Prestasi belajar ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf.26

Dalam penelitian ini, prestasi belajar yang diukur adalah indikator prestasi belajar pada ranah kognitif. Prestasi belajar ranah ini dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan di akhir pembelajaran materi dimensi tiga. Dari hasil tes tersebut akan diketahui sejauh mana peserta didik menguasai tentang konsep dimensi tiga dan seberapa besar pemahaman peserta didik terhadap konsep yang telah diajarkan. Selain itu juga dapat diketahui kemampuan peserta didik dalam menentukan bagaimana letak hubungan antara titik, garis, dan bidang dalam dimensi tiga dan kemampuan peserta didik dalam menerapkan sebuah rumus untuk memecahkan suatu masalah.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Sumardi Suryabrata, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

25

Catharina, Psikologi Belajar, hlm. 4

26

(29)

13 a. Stimulasi Belajar.

Segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar dikelompokkan dalam faktor stimuli belajar antar lain: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, dan suasana lingkungan eksternal.

b . Metode Belajar.

Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar, faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut: kegiatan berlatih atau praktek,

overlearning dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan indera, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi intensif.

c. Individual

Faktor-faktor individu meliputi: kematangan, faktor usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, d an m otivasi.27

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah ada 2, yaitu faktor dari luar individu dan faktor dari dalam individu.

a. Faktor dari luar individu peserta didik 1)Faktor lingkungan

a) Lingkungan Alami

Pengalaman membuktikan di sekolah yang miskin tanaman atau tidak ada pepohonan di sekitarnya, membuat peserta didik gelisah hati untuk keluar kelas lebih besar dari pada mengikuti

27

(30)

14 pelajaran di dalam kelas. Daya konsentrasi menurun akibat suhu udara yang tidak nyaman dan panas.

b) Lingkungan Sosial Budaya

Latar belakang sosial budaya seorang peserta didik akan membawa pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan kepribadian peserta didik tersebut. Hal ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang secara naluriah mempunyai kebutuhan hidup berkelompok.28 antara masyarakat desa dan kota mulai mengarah kepada kehidupan individualistis. Namun kebutuhan untuk berhubungan satu dengan yang lain atau untuk bersosialisasi masih tetap dirasakan.

2)Faktor Instrumental

Faktor ini meliputi; kurikulum, program pendidikan, dan pengajaran, sarana dan fasilitas, guru/ tenaga pengajar.29

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor ekstern juga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap prestasi belajar peserta didik. Karena apabila kurikulum atau fasilitas yang digunakan sebagai media untuk menunjang hasil belajar tidak mendukung dalam proses belajar mengajar, maka prestasi tidak dapat maksimal karena kurangnya fasilitas dapat menurunkan minat dan kreativitas peserta didik.

b. Faktor dari dalam individu peserta didik 1)Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah keadaan fisik peserta didik, jika dalam keadaan sehat maka peserta didik dapat belajar dengan baik, sebaliknya jika peserta didik dalam keadaan sakit atau cacat, peserta didik tidak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan sempurna, sehingga proses belajar mengajar terganggu yang

28

Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 176

29

(31)

15 berakibat proses belajar tidak optimal.30 Faktor ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi panca indra peserta didik.

2)Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi peserta didik adalah minat, kecerdasan (intelligensi), bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif peserta didik.31

Di antara faktor dari dalam individu yang mempengaruhi hasil belajar adalah intelegensi. Ada suatu perbedaan kecepatan dan kesempurnaan seseorang dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi, sehingga hal tersebut memperkuat pendapat bahwa intelegensi itu memang ada dan berbeda-beda pada setiap orang, di mana orang yang memiliki taraf intelegensi yang lebih tinggi akan memiliki kecenderungan untuk memecahkan permasalahan yang sama bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki taraf intelegensi yang lebih rendah. Perbedaan intelegensi tersebut bukan terletak pada kualitas intelegensi itu sendiri, tetapi terletak pada tarafnya.

Beberapa definisi tentang intelegensi menurut para ahli, yaitu: 1) Menurut Wechsler, intelegensi adalah kemampuan bertindak

dengan menetapkan suatu tujuan, untuk berpikir secara rasional, dan untuk berhubung dengan lingkungan di sekitarnya secara memuaskan.

2) W. Stern, mengatakan bahwa intelegensi merupakan kemampuan untuk mengetahui problem serta kondisi baru, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan menguasai tingkah laku instinkstif, serta kemampuan menerima hubungan yang kompleks termasuk apa yang dimaksud dengan intelegensi. 3) Binet, mengatakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk

menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk

30

Djamarah, Psikologi Belajar ,hlm. 178

31

(32)

16 mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.32

Berdasarkan pada pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas, jelaslah bahwa intelegensi pada hakikatnya merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen yang dapat membantu seseorang untuk mengatasi masalah tertentu.

4. Pembelajaran Matematika

Beberapa definisi tentang matematika menurut para ahli, yaitu: a. Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis

yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.

b. Lerner mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.

c. Kline juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi tidak juga melupakan cara bernalar iduktif.

d. Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.33

Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa definisi yang menyatakan

32

Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 17-19

33

(33)

17 bahwa matematika sebagai ilmu tentang kuantitas atau ilmu tentang ukuran diskrit dan berlanjut telah ditinggalkan. Dan berbagai pendapat tersebut menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih ditekankan pada metodenya daripada pokok persoalan matematika itu sendiri.

Dimensi tiga adalah materi yang diajarkan kepada siswa kelas X semester 2 yang berisi tentang kedudukan titik, garis, dan bidang pada bangun ruang, menggambar dan menghitung jarak titik ke garis dan titik ke bidang, menggambar dan menghitung jarak garis ke bidang, menggambar dan menghitung jarak antara dua bidang, menggambar dan menghitung sudut antara garis dan bidang, dan menggambar dan menghitung sudut antara dua bidang.34

Standar kompetensi: menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis, bidang, jarak, sudut, dan volume. Kompetensi dasar: memahami komponen, menggambar, dan menghitung volume dari benda ruang, dan menggunakan abstraksi ruang untuk menggambar dan menghitung jarak dan sudut antara dua bidang.35

5. Kemampuan spasial

”Spasial merupakan sesuatu yang berkenaan dengan ruang atau tempat.”36 Sedangkan kemampuan spasial adalah ”kemampuan seseorang untuk menangkap ruang dengan segala implikasinya.”37 Kecerdasan ini bermanfaat untuk menempatkan diri dalam berbagai pergaulan sosial, pemetaan ruang, gambar, teknik, dimensi dan sebagainya yang berkaitan dengan ruang nyata maupun ruang abstrak.38

34

Suwah Sembiring, Matematika Bilingual (Bandung: Yrama Widya, 2009), hlm. 388

35

B. K. Noormandiri, Matematika SMA untuk kelas X (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 264

36

Purwadarminta, Kamus Umum, hlm. 1086

37

M. Hariwijaya, Tes Intelegensi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2005), hlm. 14

38

(34)

18 Kemampuan spasial memuat kemampuan seseorang untuk memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.39 Siswa dengan kemampuan ini akan memiliki kemampuan misalnya, menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.

Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah yang berhubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kemampuan spasial ini. Kemampuan spasial ini dicirikan antara lain dengan:

1) Memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu; 2) Mudah membaca peta atau diagram;

3) Menggambar sosok orang atau benda mirip dengan aslinya;

4) Sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya; 5) Mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah; dan

6) Lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian.40

Kemampuan spasial dapat diketahui dengan menggunakan sebuah tes atau soal. Tipe soal yang diberikan akan menyajikan suatu kombinasi dari dua bentuk pendekatan terdahulu dengan pengukuran kemampuan ini. Kemampuan membayangkan suatu objek yang dikonstruksi dari suatu gambar dalam suatu pola yang telah sering digunakan dalam tes visualisasi struktural. Demikian pula, kemampuan untuk membayangkan bagaimana suatu objek akan tampak jika diputar-putar dalam beberapa cara tertentu yang telah dipergunakan secara efektif dalam pengukuran persepsi ruang.

Tes ini mengungkap sesuatu yang berhubungan dengan benda-benda yang konkret melalui visualisasi. Hasil tes dapat mengungkapkan bagaimana baiknya seseorang dapat membayangkan atau membentuk gambar-gambar mental dari objek-objek padat hanya dengan melihat

39

Moch. Masykur Ag, Mathematical Intelligence, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 107

40

(35)

19 rencana-rencana di atas kertas yang rata (flat paper plans), dan bagaimana baiknya seseorang berpikir dalam tiga dimensi.41 Tes ini akan mengungkap kemampuan seseorang untuk melihat, membayangkan bentuk-bentuk dan permukaan-permukaan suatu objek yang telah selesai sebelum dibangun, hanya dengan melihat gambar-gambar yang akan digunakan sebagai penuntun. Kemampuan ini akan mempermudah menangani berbagai pekerjaan dalam matematika seperti geometri.

6. Pengaruh Kemampuan Spasial terhadap Prestasi Belajar Dimensi Tiga ”Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.”42Sedangkan kemampuan spasial adalah ”kemampuan seseorang untuk menangkap ruang dengan segala implikasinya.”43

Dimensi tiga adalah salah satu materi matematika kelas X yang berisi tentang kedudukan titik, garis, dan bidang pada bangun ruang, menggambar dan menghitung jarak titik ke garis dan titik ke bidang, menggambar dan menghitung jarak garis ke bidang, menggambar dan menghitung jarak antara dua bidang, menggambar dan menghitung sudut antara garis dan bidang, dan menggambar dan menghitung sudut antara dua bidang.44

Untuk memecahkan soal-soal dalam dimensi tiga, seseorang harus memiliki kemampuan spasial. Karena dalam materi dimensi tiga banyak materi-materi soal yang tidak dapat diwujudkan dalam bentuk atau bangun yang sesungguhnya, sehingga hanya divisualisasikan atau digambarkan dalam bentuk dimensi dua. Visualisasi dimensi tiga ke dalam bentuk dimensi dua inilah yang membutuhkan imajinasi dan abstraksi peserta didik, sehingga sering membingungkan bagi mereka.

41

Dewa Ketut Sukardi, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 134

42

Purwadarminta, Kamus Umum, hlm. 849

43

Hariwijaya, Tes Intelegensi, hlm. 14

44

(36)

20 Kesulitan ini semakin bertambah ketika peserta didik dihadapkan pada soal-soal aplikasi pada dimensi tiga yang disajikan tanpa disertai dengan adanya gambar. Untuk menyelesaikan soal tersebut, peserta didik terlebih dahulu harus bisa membayangkan bagaimana bentuk bangun yang ditanyakan dalam soal tersebut dan bagaimana hubungan titik dengan titik, garis dengan garis, bidang dengan bidang, atau garis dengan bidang dalam gambar tersebut. Setelah peserta didik dapat memvisualisasikan bagaimana bentuk gambar yang sebenarnya dan mengetahui bagaimana letak hubungan antara titik, garis, dan bidang dalam gambar tersebut, barulah peserta didik dapat menerapkannya ke dalam rumus. Untuk dapat mengetahui bagaimana letak hubungan antara titik, garis, dan bidang dalam gambar tersebut peserta didik harus mempunyai kemampuan spasial yang cukup.

Jadi kemampuan spasial mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar dimensi tiga. Apabila kemampuan spasial peserta didik rendah maka prestasi belajar dimensi tiga peserta didik akan rendah pula, begitupun sebaliknya jika kemampuan spasial peserta didik tinggi, maka prestasi belajar peserta didik akan tinggi pula.

F. Rumusan Hipotesis

“Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”45 Berdasarkan maksud, tujuan, dan kajian teori penelitian pengaruh kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika materi pokok dimensi tiga, maka dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut:

Ha : Ada pengaruh antara kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika materi pokok dimensi tiga pada kelas X semester II SMA Negeri 11 Semarang tahun pelajaran 2010/2011.

45

(37)
(38)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari adakah pengaruh kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok dimensi tiga.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Kelurahan Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Kabupaten Kota Semarang. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 Juni sampai dengan 14 Juni 2011.

C.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang jelas dan lengkap.46Jadi yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X semester II SMA Negeri 11 Semarang tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 360 peserta didik dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Per parallel

KELAS X

195 165 360 360 siswa

X – 1 18 18 36

X – 2 17 19 36

X – 3 20 16 36

X – 4 20 16 36

X – 5 19 17 36

X – 6 20 16 36

46

(39)

23

X – 7 20 16 36

X – 8 20 16 36

X – 9 20 16 36

X - 10 21 15 36

2. Sampel

Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling.47 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Apabila jumlah populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% dari jumlah populasi.48 Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 55 peserta didik atau 15% dari jumlah populasi.

D.Variabel dan Indikator Penelitian

“Variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi.”49 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah kemampuan spasial dan prestasi belajar matematika peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang. Ada dua macam variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

47

Husaini Usman, Pengantar Statistika , hlm. 182

48

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Ed. VI, hlm. 134

49

(40)

24 1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, prediktor, dan antecedent, yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi.50 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kemampuan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang.

Adapun indikator dari tes kemampuan spasial sebagai berikut:

a. Peserta didik mengetahui bagaimana bentuk bangun apabila dilakukan rotasi;

b. Peserta didik mampu membayangkan bagaimana bentuk bangun ketika dipotong; dan

c. Peserta didik mampu menggunakan konsep bangun dalam geometri.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel respon, output, kriteria, konsekuen, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.51 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok Dimensi Tiga kelas X SMA Negeri 11 Semarang tahun pelajaran 2010/2011. Prestasi belajar ini diperoleh dari hasil tes di akhir pembelajaran materi Dimensi Tiga.

E.Pengumpulan Data Penelitian 1. Metode Dokumentasi

“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.”52Metode ini digunakan untuk mendapatkan nama-nama siswa yang menjadi objek penelitian, data

50

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, ( Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. 10, hlm 3

51

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, hlm. 3

52

(41)

25 mengenai sekolah, dan prestasi belajar peserta didik pada materi dimensi tiga.

2. Metode Tes

“Metode tes adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang atau anak yang ingin diselidiki atau responden.”53 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kemampuan spasial. Jenis tes yang digunakan tes objektif yang berisi tentang kemampuan spasial. Tes dibuat oleh peneliti yang sebelumnya dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda item soal yang diambil dari buku Arief Budiman yang berjudul Panduan Psikotes54 dan buku Nano Sunartyo yang berjudul Kupas Tuntas Psikotes.55

F. Analisis Data Penelitian 1. Analisis awal

a. Uji Normalitas

Sebelum data dianalisis, harus dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah Chi

Kuadrat.

Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut : 1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. 2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. 3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas.

53

Bimo Walgino, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 60

54

Arief Budiman, Panduan Psikotes (Bandung: Pustaka Grafika, 2006), hlm. 168-175

55

(42)

26

7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dengan rumus sebagai berikut :

8) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5%.

9) Menarik kesimpulan, yaitu jika χ2hitung χ2tabel maka data

berdistribusi normal.57

2. Analisis akhir

Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, maka dilaksanakan tes akhir. Dari hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian, yaitu hipotesis diterima atau ditolak. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang penulis ajukan, yaitu dengan cara perhitungan lebih lanjut dengan analisis statistik. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi sederhana.

56

Riduwan, Pengantar Statistika Sosial (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 161

57

(43)

27 Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan koefisien korelasi dan determinasi

Analisis korelasi merupakan analisis yang membahas derajat hubungan antara variabel-variabel dalam data kuantitatif dan sukar untuk dipisahkan dengan analisis regresi. Koefisien korelasi (rxy) merupakan

analisis korelasi untuk menghitung hubungan secara kuantitatif antara (X) dengan (Y). Koefisien korelasi (rxy) dihitung dengan rumus sebagai

X = skor untuk kemampuan spasial Y = skor untuk hasil belajar

Kriteria koefisien korelasi adalah sebagai berikut: 1) 0.00rxy 0.20sangat rendah

2) 0.20rxy 0.40rendah

3) 0.40rxy 0.60sedang

4) 0.60rxy 0.80 tinggi

5) 0.80rxy 1.00sangat tinggi

Koefisien determinasi adalah koefisien yang menyatakan berapa persen (%) besarnya pengaruh suatu variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi mengukur besarnya pengaruh antara variabel (X) dan (Y) yang dinyatakan dalam persen (%). Rumus secara umum adalah: Koefisien determinasi = r2 x 100%

58

(44)

28 Untuk korelasi antara variabel (X) dan (Y), rumusnya menjadi: Koefisien determinasi = ry12 x 100%.

Adapun kriteria koefisien determinasi adalah sebagai berikut:

1) 0.00R2 0.20sangat rendah

2) 0.20R2 0.40rendah

3) 0.40R2 0.60sedang

4) 0.60R2 0.80 tinggi

5) 0.80R2 1.00sangat tinggi

b. Uji keberartian koefisien regresi

Jika nilai Ftabel Fhitung dan angka signifikansi < α (0.05), maka Ho

ditolak sehingga model koefisien regresi signifikan.

c. Menentukan persamaan regresi linier sederhana, ditentukan dengan rumus:59

N = jumlah respoden Y = skor hasil belajar

Supardi, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Diadit Media, 2009), hlm. 119

60

(45)

29 b = arah garis regresi antara kemampuan spasial dengan hasil belajar. Analisis Regresi dilakukan dengan menggunakan SPSS 16, dimana outputnya terdiri dari:

1) Uji koefisien korelasi dan determinasi; 2) Uji keberartian koefisien regresi; dan 3) Uji persamaan regresi

(46)

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Keadaan Umum SMA Negeri 11

1. Sejarah Singkat SMA Negeri 11 Semarang

SMA Negeri 11 Semarang berdiri sejak tanggal 22 November 1985 atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan Kebudayaan RI dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 301036305065 dengan Nomor Induk Sekolah (NIS) 3300110. SMA Negeri 11 telah mengalami banyak perubahan sejak berdiri pertama kali sampai sekarang, baik perubahan dalam fisik maupun struktural. Hal ini berkat jasa dari para pemimpin terdahulu dalam memimpin SMA Negeri 11, dan para pemimpin yang telah berhasil membawa SMA Negeri 11 sampai dengan keadaan saat ini. Diantara para pemimpin yang telah berhasil membawa SMA Negeri 11 sampai saat ini adalah :

1)Drs. Widayat Sukamto (Sebagai perintis) 2)Dra. Hj. Endang Soelastri (Kepala Sekolah ke- I) 3)Drs. Gunawan Soedyanto (Kepala Sekolah ke-II) 4)Drs. H. Hadiyono (Kepala Sekolah ke-III) 5)Drs. T. Budi Prayitno (Kepala Sekolah ke-IV) 6)Drs. Soedjono, M.Si (Kepala Sekolah ke-V) 7)Dra. HJ. Sri Nurwati, M.Pd (Kepala Sekolah ke-VI)61

Sistem kegiatan belajar mengajar yang digunakan adalah sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan merintis menuju Sekolah Kategori Mandiri (SKM) yang sudah berjalan mulai tahun pelajaran 2008/2009.

61

(47)

31

2. Visi dan Misi Sekolah

Adapun Visi dari SMA Negeri 11 adalah tewujudnya sekolah sebagai institusi berwawasan lingkungan yang dapat membantu peserta didik dalam mengaktualisasi diri, berprestasi, berbudaya dan berbudi pekerti luhur.

Sedangkan Misi dari SMA Negeri 11 yaitu dengan mengoptimalisasi kegiatan belajar mengajar, pembinaan kesiswaan, pengembangan citra sekolah, pelayanan masyarakat, optimalisasi prasarana yang mendukung terwujudnya sekolah berwawasan “wiyata mandala”, dan mengembangkan sekolah menjadi “community school”.62

3. Guru dan Karyawan

Jumlah guru di SMA Negeri 11 Semarang adalah 75 orang dengan disiplin

ilmu masing-masing. Adapun rasio antara jumlah guru dengan peserta didik adalah

13. Jumlah guru untuk tiap-tiap kompetensi lulusan adalah 3 orang guru yang

bergelar magister (S2) dan 72 orang guru dengan gelar sarjana (S1).

Untuk mendukung operasional dan manajemen pendidikan di SMA Negeri

11 Semarang didukung dengan adanya beberapa tenaga administrasi dan karyawan

yang berjumlah 17 orang. Adapun rasio antara jumlah karyawan dengan peserta

didik adalah 56.63

4. Peserta Didik

Jumlah peserta didik di SMA Negeri 11 Semarang tahun pelajaran

2010/2011 adalah 947 peserta didik. Jumlah tersebut terdiri dari 360 peserta didik

kelas X yang dibagi dalam 10 lokal kelas, dan masing-masing kelas terdiri dari 36

peserta didik. 286 peserta didik kelas XI yang dibagi dalam 10 lokal kelas, dan 301

peserta didik kelas XII yang dibagi dalam 10 lokal kelas. Jumlah tersebut dianggap

cukup ideal untuk masing-masing kelas, karena tidak terlalu banyak sehingga

proses belajar mengajar bisa berjalan secara efektif dan efisien.64

62

Dokumen SMA Negeri 11 Semarang tanggal 10 Juni 2011

63

Dokumen SMA Negeri 11 Semarang tanggal 10 Juni 2011

64

(48)

32

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Data rekapitulasi nilai tes kemampuan spasial

Untuk menentukan nilai kuantitatif kemampuan spasial adalah dengan melaksanakan tes kemampuan spasial. Berdasarkan tes yang telah dilakukan pada tanggal 14 Juni 2011, diperoleh hasil kemampuan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Spasial

No Responden Kemampuan Spasial

1 Responden – 1 70

2 Responden – 2 73

3 Responden – 3 70

4 Responden – 4 78

5 Responden – 5 78

6 Responden – 6 78

7 Responden – 7 78

8 Responden – 8 73

9 Responden – 9 70

10 Responden – 10 75

11 Responden – 11 78

12 Responden – 12 90

13 Responden – 13 83

14 Responden – 14 80

15 Responden – 15 75

16 Responden – 16 73

(49)

33

18 Responden – 18 75

19 Responden – 19 78

20 Responden – 20 78

21 Responden – 21 73

22 Responden – 22 80

23 Responden – 23 70

24 Responden – 24 70

25 Responden – 25 80

26 Responden – 26 73

27 Responden – 27 88

28 Responden – 28 73

29 Responden – 29 75

30 Responden – 30 85

31 Responden – 31 80

32 Responden – 32 73

33 Responden – 33 75

34 Responden – 34 75

35 Responden – 35 80

36 Responden – 36 83

37 Responden – 37 78

38 Responden – 38 88

39 Responden – 39 68

40 Responden – 40 88

41 Responden – 41 68

(50)

34

43 Responden – 43 68

44 Responden – 44 65

45 Responden – 45 68

46 Responden – 46 88

47 Responden – 47 70

48 Responden – 48 70

49 Responden – 49 75

50 Responden – 50 88

51 Responden – 51 75

52 Responden – 52 68

53 Responden – 53 68

54 Responden – 54 78

55 Responden – 55 65

Dari hasil tes kemampuan spasial di atas, dapat diketahui nilai tertinggi kemampuan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang adalah 90. Sedangkan nilai kemampuan spasial terendah adalah 65.65

2. Data rekapitulasi prestasi belajar dimensi tiga

Untuk menentukan prestasi belajar dimensi tiga adalah dengan melaksanakan tes. Prestasi belajar dimensi tiga diambil dari hasil tes Mid Semester II peserta didik kelas X yang dilakukan oleh sekolahan. Berdasarkan tes yang telah dilakukan diperoleh prestasi belajar dimensi tiga peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

65

(51)

35 Tabel 3

Rekapitulasi Prestasi Belajar Dimensi Tiga

No Responden Dimensi Tiga

1 Responden – 1 75

2 Responden – 2 76

3 Responden – 3 75

4 Responden – 4 75

5 Responden – 5 79

6 Responden – 6 78

7 Responden – 7 78

8 Responden – 8 76

9 Responden – 9 75

10 Responden – 10 78

11 Responden – 11 76

12 Responden – 12 94

13 Responden – 13 80

14 Responden – 14 77

15 Responden – 15 82

16 Responden – 16 83

17 Responden – 17 85

18 Responden – 18 79

19 Responden – 19 77

20 Responden – 20 75

21 Responden – 21 78

(52)

36

23 Responden – 23 75

24 Responden – 24 76

25 Responden – 25 75

26 Responden – 26 77

27 Responden – 27 83

28 Responden – 28 75

29 Responden – 29 75

30 Responden – 30 83

31 Responden – 31 75

32 Responden – 32 76

33 Responden – 33 78

34 Responden – 34 75

35 Responden – 35 81

36 Responden – 36 81

37 Responden – 37 84

38 Responden – 38 86

39 Responden – 39 70

40 Responden – 40 84

41 Responden – 41 71

42 Responden – 42 80

43 Responden – 43 75

44 Responden – 44 70

45 Responden – 45 73

46 Responden – 46 86

(53)

37 dimensi tiga adalah 94 sedangkan nilai terendah prestasi belajar dimensi tiga adalah 70.66

C. PengujianHipotesis

1. Analisis Awal

a. Uji Normalitas

Setelah mengetahui nilai terendah dan nilai tertinggi yang diperoleh dari tes kemampuan spasial dan prestasi belajar dimensi tiga, maka akan dicari interval dari nilai tersebut. Rumus yang digunakan K : Banyaknya kelas P : Panjang kelas

66

(54)

38 N : Banyaknya Data atau sampel

1. Tes kemampuan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 11

Dari hasil perhitungan di atas kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Kemampuan Spasial

(55)

39 Gambar 1

Histogram Kemampuan Spasial

Dari gambar histogram di atas, diketahui bahwa nilai terendah hasil kemampuan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang berada pada interval 65 - 68 yaitu sebanyak 8 peserta didik, dan nilai tertinggi kemampuan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang berada pada interval 89 - 92 yaitu sebanyak 1 peserta didik.

Langkah selanjutnya setelah data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi (tabel 4) adalah menentukan kualitas kemampuan spasial peserta didik yaitu sebagai berikut:

a) Mencari rata- rata variabel X

fi Xi fi X

76,1 55

4185.5

X 

0 2 4 6 8 10 12 14 16

65 - 68 69 - 72 73 - 76 77 - 80 80 - 84 85 - 88 89 - 92

Frekuensi

(56)

40 b)Mencari standar deviasi variabel Xi

Setelah nilai rata-rata dan standar deviasi diperoleh, digunakan untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar lima dengan rumus:67

Dari perhitungan data di atas diperoleh data interval dan data kualifikasi sebagai berikut:

Tabel 5

Kualitas kemampuan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang (variabel X)

Interval Kategori Frekuensi

≥ 86 Sangat Baik 6

(57)

41 termasuk dalam kategori kurang, 24 peserta didik termasuk dalam kategori cukup, 10 peserta didik termasuk dalam kategori baik, dan 6 peserta didik termasuk dalam kategori sangat baik. Jadi kemampuan spasial peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang termasuk dalam kategori cukup dengan rata-rata 76,1 yang terletak pada interval 73 - 79.

c) Membandingkan nilai χ2 hitung dengan χ2 tabel

Ketentuan : Jika nilai χ2hitungχ2 tabel

, maka data berdistribusi

normal

Tingkat signifikansi (α) = 5 %

Tabel 6

Chi Kuadrat Kemampuan Spasial SMA Negeri 11 Semarang

(58)

42

Dari hasil perhitungan di atas kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 7

(59)

43 Gambar 2

Histogram Prestasi Belajar Dimensi Tiga

Dari gambar histogram di atas, diketahui bahwa nilai terendah prestasi belajar dimensi tiga peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang berada pada interval 70 - 73 yaitu sebanyak 8 peserta didik, dan nilai tertinggi prestasi belajar dimensi tiga peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang berada pada interval 94 - 97 yaitu sebanyak 1 peserta didik.

Langkah selanjutnya setelah data dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi (tabel 7) adalah menentukan kualitas prestasi belajar peserta didik yaitu sebagai berikut:

a) Mencari rata-rata variabelY

fi Yi fi Y

77,56 55

4280.5

Y 

b)Mencari standar deviasi variabel Y

0 5 10 15 20 25 30

70 - 73 74 - 77 78 - 81 82 - 85 86 - 89 90 - 93 94 - 97

Frekuensi

(60)

44

Setelah nilai rata-rata dan standar deviasi diperoleh, digunakan untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar lima dengan rumus:68

Dari perhitungan data di atas diperoleh data interval dan data kualifikasi sebagai berikut:

Tabel 8

Kualitas Prestasi Belajar Dimensi Tiga peserta didik kelas X SMA Negeri 11 Semarang (variabel Y)

Interval Kategori Frekuensi

≥ 85 Sangat Baik 5

(61)

45 baik. Jadi prestasi belajar dimensi tiga kelas X SMA Negeri 11 Semarang termasuk dalam kategori cukup dengan rata-rata 77,56 yang terletak pada interval 75 – 79.

c) Membandingkan nilai χ2 hitung dengan

tabel

χ2

Ketentuan : Jika nilai χ2 hitungχ2 tabel, maka data berdistribusi

normal

Tingkat signifikansi (α) = 5 %

Tabel 9

Gambar

Tabel 1 Kelas Laki-laki Perempuan
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model 1 yang menggunakan semua parameter ketika dibandingkan dengan model 2 yang menghilangkan parameter jenis kelamin menunjukkan bahwa gakin memiliki pengaruh

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap kualitas komunikasi ayah dalam keluarga dengan konsep diri pada remaja. Semakin positif

[r]

Saran dari penelitian adalah guru, orang tua, praktisi kesehatan memperhatikan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dengan memanfaatkan berbagai media

Dengan membandingkan nilai sumbangan relatif dan efektif nampak bahwa variabel pengalaman mengajar memiliki pengaruh yang lebih tinggi terhadap kinerja guru

This method also has several stages in the search for common document, which looks at the frequency of occurrence of the word in the document preprocessing stage,

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini akhhirnya dapat diselesaikan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tipe kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah konseptual pada materi SPLTV yang ditinjau berdasarkan analisis kesalahan