BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Menentukan metode adalah langkah yang sangat penting, karena metode digunakan sebagai langkah untuk membuktikan penelitian yang telah dirancang. Diperlukan metode yang tepat agar sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai..
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang
digunakan adalah eksperimen dengan Single Subject Research (SSR). Metode ini dilakukan dengan cara memberikan perlakuan (treatment) terhadap subjek penelitian kemudian mengukur akibat dari pemberian perlakuan tersebut.
Desain penelitian yang digunakan adalah A-B-A yang terdiri dari tiga fase yaitu A1 (baseline-1), B (Intervensi), dan A2 (baseline-2). Desain ini dipilih karena menurut Sunanto (2005, hlm.61) “Desain A-B-A ini telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas.” Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel bebas (gerak irama) terhadap variabel terikat (kemampuan orientasi arah).
Mula-mula target behavior diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Berbeda dengan disain A-B, pada disain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline ke dua (A2)
diberikan. Penambahan kondisi baseline yang ke dua (A2) ini
dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase intervensi, sehingga
memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. (Sunanto, 2005, hlm.61)
Fase baseline-1 (A1) adalah kemampuan dasar. Dalam fase ini peneliti akan mengukur kemampuan awal subjek dalam orientasi arah. Subjek diperlakukan secara alami tanpa diberikan perlakuan. Pengamatan ini dilakukan selama 4 sesi atau hingga menunjukkan data yang stabil, kemudian hasilnya digambarkan pada grafik A1.
Azmi Azizah, 2016
diamati selama 7 sesi atau hingga menunjukkan data yang stabil kemudian hasilnya digambarkan pada grafik B.
Fase baseline-2 (A2) merupakan pengulangan kondisi baseline. Pada fase ini diukur sampai sejauh mana pengaruh yang terjadi pada subjek setelah diberikan perlakuan, sehingga dapat menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara gerak irama dan kemampuan orientasi arah. Subjek diamati kembali selama 4 sesi atau hingga diperoleh data yang stabil, kemudian hasilnya digambarkan pada grafik A2.
Struktur dasar desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik dibawah ini.
Grafik 3.1
Desain A-B-A Kemampuan Orientasi Arah
B. VARIABEL PENELITIAN
1. Definisi Konsep Variabel
a. Variabel Bebas (X) atau Intervensi
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 61) “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gerak irama.
Gerak irama merupakan suatu ilmu yang memasukan unsur pola gerak dan irama dalam pembelajaran. “Ilmu gerak irama dapat dipakai sebagai wahana guru kelas dalam upaya menjembatani kesulitan-kesulitan peserta didik, dan penguasaan materi pembelajaran yang akan diajarkan melalui kegiatan-kegiatan kreativitas yang esensial berkaitan dengan pola gerak dan olah tubuh secara alami yang dirancang sebagai bentuk permainan bersifat
terapeutik atau penyembuhan.” (Delphie, 2009, hlm.186). Sehingga
disimpulkan bahwa gerak irama adalah suatu ilmu yang mengantarkan guru untuk mendapatkan profesionalisme mengajar melalui kegiatan-kegiatan kreativitas dalam pembelajaran dengan memasukan unsur pola gerak dan irama yang dirancang dalam bentuk permainan terapeutik.
b. Variabel terikat (Y) atau Target Behavior
“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya varibel bebas.” (Sugiyono, 2014, hlm.61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan orientasi arah.
“Orientasi arah merupakan unsur penting yang ada pada diri manusia
dalam menemukan dan menentukan arah. Berdasarkan esensialnya
Azmi Azizah, 2016
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Bebas (X) atau Intervensi
Variabel bebas harus dapat dioperasionalkan. Gerak irama sangat luas mencakup berbagai aktivitas pembelajaran yang bermacam-macam tergantung dari guru yang merancang. Dalam hal ini gerak irama diterapkan dalam pembelajaran orientasi arah melalui serangkaian aktivitas permainan terapeutik yang terdiri dari permainan orientasi arah (kanan, kiri, depan, belakang) dan lagu-lagu yang menerapkan konsep arah.
Beberapa nama permainannya yaitu permainan kanan kiri diam, permainan awas ada buaya, permainan ayo berpindah dan permainan tunjukan arah. Sedangkan judul lagu-lagunya adalah tangan ku ke depan, SKJ umay, kalau kau suka hati, dan kanan-kiri-depan-belakang. Berikut ini adalah pola gerak irama yang diterapkan dalam pembelajaran orientasi arah.
Gambar 3.1
Pola Gerak Irama Orientasi Arah
1) Start
belakang tubuhnya. Ini berfungsi untuk memudahkan anak dalam membedakan arah depan dan belakang tubuhnya. Selain itu siswa memakai gelang pita berbeda warna yang berfungsi untuk membedakan arah kanan dan kiri. Pita merah untuk kanan dan pita kuning untuk kiri.
Gambar 3.2
Petunjuk arah dan properti yang digunakan anak
a) Lagu kanan-kiri depan-belakang
Aturan main:
1. Siswa bernyanyi sambil memperagakan gerakan sesuai lirik lagu. 2. Siswa berdiri di kotak tengah pada karpet puzzle
3. Saat menyebutkan kiri siswa berpindah ke kotak kuning, kanan untuk kotak warna merah dan seterusnya. Berikut adalah lirik lagunya:
Kiri kiri kiri, kanan Kiri kiri kiri, kanan
Ini namanya kiri, ini namanya kanan Kiri kanan geol geol geol
Catatan: Guru dapat mengganti lirik dengan depan-belakang atau dibalik.
Gambar 3.3
Azmi Azizah, 2016 2. Depan-Belakang
Dari posisi start siswa masuk ke posisi 2 (depan- belakang). Kemudian siswa bernyanyi lagu tanganku ke depan sambil memperagakan gerakannya. Berikut adalah liriknya:
a) Lagu tanganku ke depan
Tanganku ke depan, tanganku ke belakang Tanganku ke depan dan digoyang-goyang
Sambil bertepuk tangan, berputarlah bersama-sama…
Catatan: Guru dapat mengganti lirik tangan menjadi kaki, kepala dan pinggul
b) Permainan awas ada buaya!
Aturan main:
1. Siapkan dua buah tali yang membagi kelas menjadi dua bagian dan simpan tali tersebut di lantai. Kemudian beberapa bola di bagian depan dan belakang tali tersebut. Bola diimajinasikan sebagai telur buaya.
2. Siswa berada ditengah dua tali tersebut atau diimajinasikan berada di sungai.
3. Guru mengintruksikan siswa agar berimajinasi ditengah tali tersebut sedang berenang di sungai. Siswa melakukan gerakan berenang. Saat siswa berenang tiba-tiba datang seekor buaya. Guru berteriak “awas ada buaya!” Kemudian siswa bersiap untuk menyelamatkan diri ke daratan. 4. Guru mengintruksikan untuk lompat ke depan, atau lompat ke belakang. Saat itu siswa harus segera berpindah ke daratan yang disebutkan guru. 5. Siswa melakukan gerakan berenang kembali. Kemudian guru memberikan
instruksi “ Ambil telur buaya yang ada di depan!” atau “Ambil telur buaya yang ada di belakang!.” Kemudian semua siswa secepat mungkin segera mengambil bola yang diinstruksikan guru.
Gambar 3.4
Permainan awas ada buaya 3. Kanan-kiri
Guru menjelaskan tentang anggota badan bagian kanan dan kiri. Guru dan siswa menyanyikan lagu kalau kau suka hati. Berikut adalah liriknya.
a) Lagu kalau kau suka hati
Kalau kau suka hati angkat tangan kanan (kanan) Kalau kau suka hati angkat tangan kanan (kanan) Kalau kau suka hati yang memangnya begitu Kalau kau suka hati angkat tangan kanan (kanan)
Catatan: Guru dapat mengganti lirik tangan kanan dengan tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri dan sebagainya.
b) Permainan kanan-kiri-diam
Aturan main:
1. Terdapat 7 kotak karpet puzzle yang disusun secara horizontal. Jika siswa yang bermain lebih dari 1 orang, maka harus membuat 7 kotak karpet lagi. Pada kotak ke empat atau kotak paling tengah dibedakan warnanya. Tempatkan siswa di kotak tersebut.
2. Lemparkan dadu kemudian lihat berapa mata dadu yang keluar. Mata dadu terdiri dari angka 1, 2 dan 0 atau diam. Siswa akan melangkah ke kanan atau ke kiri sesuai mata dadu yang keluar. Misalnya 2 langkah ke kiri, maka siswa harus bergeser 2 kotak ke kiri.
3. Permainan dilakukan secara bergantian dengan siswa yang lain. Setiap siswa menunggu giliran melempar dadu setelah temannya.
4. Pemenang adalah siswa yang paling cepat keluar dari kotak, baik itu dari arah kiri ataupun kanan, karena peluang melempar mata dadu yang menentukan siswa unuk menjadi pemenang.
Azmi Azizah, 2016
dapat menentukan hukuman tersebut misalnya dikelikitik oleh semua temannya.
Gambar 3.5
Permainan kanan-kiri-diam
Selanjutnya siswa bernyanyi lagu SKJ Umay sambil bergerak diiringi oleh musik audio. Berikut adalah lirik lagunya.
c) Lagu SKJ Umay
Halo halo halo halo teman-teman semua Ayo nyanyi dan menari dengan riang gembira 1 2 3 4 mari kita melompat
5 6 7 8 bergembira bersama Lompat kiri lompat ke kanan Putar badan kekiri lalu ke kanan
Lompat lagi kekiri lompat ke kanan, injak bumi
4. Gabungan (Kiri-Kanan, Depan-Belakang)
a) Permainan ayo berpindah
Gambar 3.6 Permainan ayo berpindah
Aturan main:
1. Tempatkan masing- masing siswa di warna yang berbeda.
2. Siswa hanya mengikuti instruksi guru. Misalkan guru menginstruksikan kepada semua siswa untuk pindah ke depan tiga kali, maka siswa harus berpindah sesuai dengan instruksi guru.
3. Berikan perintah untuk arah depan-belakang terlebih dulu secara berulang kemudian arah kanan-kiri. Dan terakhir menggabungkannya.
4. Guru memberikan instruksi kepada satu persatu siswa untuk mengetahui pemahaman setiap siswa tentang arah.
b) Permainan tunjukan arah
Gambar 3.6 Gambar 3.7
Permainan tunjukan arah
Aturan main:
1. Siswa memilih satu warna jalan yaitu antara merah, kuning, atau biru. 2. Siswa mengikuti petunjuk arah dengan melompat pada setiap lingkaran
yang warnanya sama hingga sampai di tanda panah terakhir.
3. Saat berpindah dari satu lingkaran ke lingkaran lain, siswa harus sambil menyebutkan tanda arah pada setiap lingkaran yang diinjaknya tersebut. 4. Selanjutnya siswa dapat mengulangi permainan pada warna jalan yang
lainnya.
5. Evaluasi
Pada posisi 5 (evaluasi) siswa dites untuk membedakan arah kanan-kiri, depan-belakang berdasarkan materi yang telah diajarkan. Guru menggunakan format penilaian yang telah disediakan. (terlampir)
Azmi Azizah, 2016
Variabel terikat atau target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan orientasi arah anak tunagrahita sedang. Orientasi arah yang dimaksud adalah membedakan kanan, kiri, depan, dan belakang. Orientasi arah ini dibagi menjadi dua aspek yaitu menunjukkan bagian dan posisi anggota tubuh dan gerakan mengarah.
Dalam hal ini yang termasuk orientasi arah dalam menunjukkan bagian dan posisi anggota tubuh adalah menunjukkan tangan kanan-kiri, menunjukkan kaki kanan-kiri, menunjukan posisi tubuh ke depan dan ke belakang. Sedangkan yang termasuk gerakan mengarah dibagi menjadi empat yaitu gerakan mengarah ke kiri, ke kanan, ke depan, dan ke belakang. Gerakan mengarah tersebut dilakukan melalui aktivitas lompat, langkah, hadap, ambil bola dan lempar bola.
C. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak tunagrahita sedang kelas IV SD di SLB Bina Asih Cianjur. Berikut adalah identitas subjeknya :
Jenis Hambatan : Tunagrahita sedang dan Spastik
Karakteristik
Subjek termasuk pada kategori tunagrahita sedang. Selain itu, subjek memiliki hambatan penyerta spastik. Tangan dan kaki bagian kanan mengalami kelumpuhan, namun untuk kaki kanannya masih dapat sedikit digerakkan.
Permasalahan orientasi arah yang dialami anak terlihat ketika anak
sedangkan untuk arah atas dan bawah ia dapat membedakannya, seperti menyebutkan benda apa saja yang dipakai pada bagian atas dan bawah tubuhnya. Dikarenakan keterbatasan memori, saat anak diajarkan tentang konsep arah , ia mudah lupa. Ketika guru ingatkan tentang posisi tangan kanan dan kiri, beberapa menit kemudian anak sudah lupa dan masih sering tertukar. Hal ini serupa terjadi ketika anak diberikan pertanyaan tentang benda apa saja yang ada di sebelah kirinya, anakpun bingung untuk menjawab. Akibat dari masalah orientasi arah ini, mempengaruhi terhadap kemampuannya dalam membedakan huruf-huruf yang memiliki bentuk hampir sama seperti b,d,p,g.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah SLB Bina Asih Cianjur. Sekolah ini beralamatkan di Jl. Suryakencana No.11 Desa Sawah Gede, Kec. Cianjur, Kab. Cianjur.
D. INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Instrumen Penelitian
Pada dasarnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka dari itu diperlukan suatu alat ukur. Dalam hal ini alat ukur yang dimaksud berupa instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2014, hlm.148) instrumen penelitian adalah “Suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati.”
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes perbuatan. Pengukuran dilakukan pada kondisi baseline1, intervensi dan baseline 2. Setiap sesi dilakukan tes untuk menguji anak dalam menunjukkan arah kiri-kanan dan depan-belakang, sehingga dapat diketahui kemampuan anak dalam orientasi arah pada setiap sesi meningkat atau menurun. Langkah-langkah yang dirancang dalam pembuatan tes ini adalah:
a. Membuat kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi merupakan rancangan awal sebelum penyusunan
Azmi Azizah, 2016
Instrumen dibuat mengacu pada kisi-kisi yang telah dibuat.
Instrumen ini terdiri dari beberapa butir yang berisi tentang instruksi untuk mengetes anak dalam membedakan arah kanan, kiri, depan, dan belakang. Instrumen ini terdiri dari dua aspek yaitu kemampuan dalam membedakan posisi dan bagian anggota tubuh dan gerakan mengarah. (Instrumen terlampir)
c. Menentukan kriteria penilaian
Kriteria penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan
anak dalam membedakan arah kanan-kiri, depan-belakang yaitu sebagai berikut
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian
Skor Keterangan
1 Jika anak melakukan sesuai instruksi arah dengan benar 0 Jika anak melakukan tidak sesuai dengan instruksi arah
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan guna mengumpulkan informasi atau
data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu tes. Jenis tes yang digunakan adalah tes perbuatan, untuk mengukur kemampuan orientasi arah dalam membedakan kanan, kiri, depan dan belakang. Anak diperintahkan untuk menunjukan arah yang benar, sesuai dengan intruksi. Skoring dilakukan pada setiap tes, anak akan diberikan nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Data dicatat dalam format
pencatatan yang telah disediakan, setelah data terkumpul kemudian
dijumlahkan.
E. UJI VALIDITAS
x 100 %
instrumen, atau matrik pengembangan instrumen”, maka dari itu expert judgement akan menguji kesesuaian setiap butir instrumen tersebut dengan indikator yang telah ditetapkan. Kemudian data yang sudah diperoleh dari expert judgment dinilai validitasnya dengan menggunakan rumus:
Persentase = jumlah yang cocok jumlah penilai
Tabel 3.2
Daftar Tim Expert Judgement Instrumen Penelitian
No Nama Ahli Jabatan Instansi Hasil
1. Dr. Zaenal Alimin, M.Ed. Dosen UPI Valid
2. Dra. Oom S Homdijah, M.Pd. Dosen UPI Valid
3. Dra. R. Liesye Hasinah. Guru SLB Bina Asih Cianjur Valid
F. PROSEDUR PENELITIAN
Pada penelitian ini yang menjadi sasaran perilaku (target behavior) yaitu kemampuan anak dalam orientasi arah. Tujuannya agar anak dapat memahami arah kanan-kiri, depan-belakang dengan benar. Juga dapat meningkatkan kesadaran tubuhnya dalam membedakan arah.
Sebelum penelitian ada beberapa prosedur yang harus dipersiapkan yaitu mulai dari :
1. Persiapan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini adalah: a. Studi Pendahuluan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan ke sekolah yang dituju untuk mendapatkan informasi sebagai bahan penelitian. Dilihat sejauh mana masalah anak dalam orientasi arah. Penulis melakukan asesmen melalui observasi dan tes. Kemudian dari permasalahan itu penulis mendapatkan ide atau cara untuk penanganan masalah orientasi arah pada anak tunagrahita.
Azmi Azizah, 2016
Peneliti menyusun proposal sebagai bahan pengajuan penelitian. Proposal penelitian ini mencakup pendahuluan, kajian teori dan metode penelitian. Setelah disetujui, kemudian melakukan revisi proposal yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
b. Pengurusan perizinan
Ditujukan kepada lembaga-lembaga terkait di kampus dan di luar UPI untuk mengurus tentang perizinan melaksanakan penelitian pada lokasi penelitian yang telah ditentukan.
d. Menyusun instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk mendapatkan data mengenai kemampuan subjek dalam orientasi arah selama penelitian. Hal-hal yang dipersiapkan adalah membuat alat pengukur/tes kemampuan orientasi arah, bentuk tesnya adalah tes perbuatan. Instrumen digunakan untuk mengukur kemampuan subjek dalam membedakan arah kanan-kiri dan depan-belakang. Instrumen harus melalui uji validitas expert judgment agar valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
e. Membuat rancangan pelaksanaan penelitian
Dalam rancangan pelaksanaan penelitian, peneliti akan menentukan macam-macam permainan yang akan diberikan kepada subjek, juga disusun
prosedur pelaksanaannya beserta aturan mainnya. Tentunya rancangan
pembelajaran ini disusun berdasarkan teori tentang gerak irama. Beberapa permainannya yaitu kanan-kiri diam, awas ada buaya, ayo berpindah dan tunjukan arah. Lagu-lagunya yaitu tanganku ke depan, kalau kau suka hati, SKJ Umay dan kanan-kiri-depan-belakang. Kemudian di akhir setelah intervensi pada setiap sesi dilaksanakan evaluasi menggunakan instrumen yang telah disediakan untuk mengukur peningkatan kemampuan orientasi arah pada subjek.
f. Menyusun jadwal penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Hari/Tanggal Kegiatan
1. Kamis, 14 Januari 2016 Studi Pendahuluan
2. Rabu, 27 Januari 2016 Seminar Proposal
3. 28 Januari-15 Februari 2016 Revisi Proposal
4. Senin, 22 Februari 2016 Pembuatan SK Pembimbing dan izin penelitian
5. Februari- April 2016 Bimbingan Skripsi Bab I sampai Bab III
6. Kamis, 24 Maret 2016 Pengurusan perizinan ke KesBangPol
7. Rabu, 30 Maret 2016 Pengurusan perizinan ke Dinas Pendidikan
8. Senin, 22 April 2016 Expert Judgement
9. Kamis, 29 April 2016 Memberikan surat izin penelitian ke SLB
10. 9 Mei – 28 Mei 2016 Pelaksanaan penelitian
11. Senin, 9 Mei 2016 Baseline-1
12. Selasa, 10 Mei 2016 13. Rabu, 11 Mei 2016 14. Kamis, 12 Mei 2016
15. Jumat, 13 Mei 2016 Intervensi
16. Sabtu, 14 Mei 2016 17. Kamis, 19 Mei 2016 18. Jumat, 20 Mei 2016 19. Sabtu, 21 Mei 2016
20. Senin, 23 Mei 2016 21. Selasa, 24 Mei 2016
23. Rabu, 25 Mei 2016 Baseline-2
Azmi Azizah, 2016
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Baseline-1 (A)
Pada fase baseline-1 pengukuran dilakukan sebanyak empat sesi atau hingga diperoleh data yang stabil, dimana setiap sesi dilakukan pada hari yang berbeda. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1)Mengkondisikan siswa dalam situasi yang menunjang untuk dilakukan tes, sehingga siswa dapat berkonsentrasi dan nyaman.
2)Melakukan tes tentang orientasi arah melalui instrumen yang telah disediakan. Subjek dibiarkan secara natural tanpa perlakuan untuk
diukur sejauh mana kemampuan orientasi arahnya. Peneliti
memberikan instruksi seperti angkat tangan kiri! lompat ke kanan! kemudian subjek mempraktikannya.
3)Peneliti mencatat hasil tes subjek pada format pencatatan data.
b. Intervensi (B)
Pada tahap intervensi, dilakukan pembelajaran gerak irama materi orientasi arah. Dilakukan sebanyak tujuh sesi atau hingga diperoleh data yang stabil. Langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
1)Peneliti mengkondisikan siswa agar siap dalam pembelajaran
2)Peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran materi orientasi arah dengan penerapan gerak irama sesuai dengan pola gerak yang telah dibuat. Yaitu terdiri dari 5 posisi yaitu start, depan-belakang, kanan-kiri , gabungan dan evaluasi.
3)Siswa mengikuti pembelajaran sesuai arahan peneliti
4)Peneliti melakukan evaluasi diakhir pembelajaran untuk mengukur peningkatan kemampuan siswa di setiap sesi.
c. Baseline-2 (A1)
sesi atau hingga diperoleh data yang stabil. Kemudian hasilnya dicatat pada format pencatatan data.
G. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan presentase (%). Menurut Sunanto (2006, hlm.16) “Persentase menunjukan jumlah terjadinya suatu perilaku atau peristiwa dibandingkan dengan keseluruhan kemungkinan terjadinya peristiwa tersebut dikalikan dengan 100.” Setelah data terkumpul dalam format pencatatan selanjutnya data diolah dalam bentuk persentase. Peneliti akan menghitung persentase hasil skor dari ketiga fase yaitu baseline-1, intervensi, dan baseline-2. Maka untuk menghitung persentase kemampuan orientasi arah adalah sebagai berikut:
Persentase kemampuan (%) = ∑ S Pe e a
∑ S Ma a x 100%
Tahap pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menghitung persentase kemampuan orientasi arah yang dilakukan sebagai pengukuran fase baseline-1 pada setiap sesi.
b. Menghitung persentase kemampuan orientasi arah yang dilakukan sebagai pengukuran fase intervensi pada setiap sesi.
c. Menghitung persentase kemampuan orientasi arah yang dilakukan sebagai pengukuran fase baseline-2 pada setiap sesi.
d. Membandingkan persentase kemampuan orientasi arah pada ketiga fase tersebut pada setiap sesi.
2. Analisis Data
Azmi Azizah, 2016
secara jelas tentang hasil penelitian melalui grafik. Bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Berikut ini adalah prinsip yang harus diperhatikan dalam membuat grafik diantaranya sebagai berikut:
1) Absis dan Ordinat
Perbandingan yang dianggap paling baik antara ordinat dan absis
adalah 2:3 karena perbandingan ini dianggap paling sedikit
mengandung kesalahan persepsi. Grafik dengan ordinat terlalu panjang menyebabkan arah grafik yang menaik atas menurun kelihatan
terlalu tajam, sedangkan kalau absis yang terlalu panjang
menyebabkan sebaliknya kenaikan atau penurunan grafik tidak terlalu tampak.
2) Variabel Terikat
Variabel terikat atau target behavior selalu diletakkan pada ordinat (sumbu y) Dengan demikian pada ordinat akan tertulis nama variabel terikat atau target behavior, misalnya jumlah jawaban benar, waktu mengerjakan soal, kecepatan membaca dan lain-lain.
3) Judul dan Kondisi
Judul grafik harus dibuat dengan pertimbangan agar hubungan antara variabel terikat dan bebas tampak jelas oleh pembaca. Di samping itu mana yang variabel terikat atau bebas harus dapat segera diketahui.
4) Penampilan Data
Tampilan (skor) pada grafik harus menggunakan bentuk tertentu misalnyalingkaran,segi tiga, atau kotak yang dapat dibedakan secara jelas untuk masing- masing target behavior.
5) Jejak Data
Jejak data harus menggunakan garis penuh (bukan putus-putus) untuk menunjukkan bahwa setiap data berhubungan secara kontinyu. Bila garis putus-putus digunakan berarti pada saat itu menunjukkan tidak terjadi kontinyuitas.
6) Label Kondisi
Label kondisi menunjukkan fase baseline dan fase intervensi. Label yang digunakan biasanya A untuk baseline dan B untuk intervensi. Meskipun demikian ada variasi yang lain atau langsung ditulis nama intervensinya atau kondisinya.
7) Garis Perubahan Kondisi
Untuk menunjukkan perubahan kondisi eksperimen dibatasi dengan garis vertikal berbetuk garis penuh atau putus-putus. Garis ini harus dibuat vertikal ke atas dan harus berada antara dua sesi. Data yang berada di depan dan di belakang garis pembatas kondisi ini tidak dihubungkan.
(Sunanto, 2005, hlm.40-41)
Berikut adalah penjelasan grafik A-B-A kemampuan orientasi arah:
Grafik dibuat dengan perbandingan 2:3 antara garis ordinat dan absis. Garis absis (horizontal) menjelaskan tentang sesi dalam ukuran waktunya adalah hari. Karena penelitian ini berlangsung selama 15 sesi sehingga dibuat 15 titik pada garis absis. Sedangkan garis ordinat (vertikal) menerangkan persentase skor yaitu 0% -100%.
2) Variabel Terikat
Variabel terikat atau target behavior dalam penelitian ini adalah kemampuan orientasi arah. Label ini ditulis di samping garis ordinat. 3) Judul dan Kondisi
Judul grafik dalam penelitian ini adalah grafik kemampuan orientasi arah. 4) Penampilan data
Tampilan data pada grafik menggunakan bentuk lingkaran agar lebih jelas. 5) Jejak Data
Jejak data dibuat dengan garis penuh untuk menunjukan bahwa data berhubungan secara kontinyu.
6) Label Kondisi
Karena penelitian ini menggunakan rancangan desain A-B-A yang terdiri dari tiga kondisi. Maka label kondisi yang digunakan adalah baseline-1 (A), intervensi (B), dan baseline-2 (A1).
7) Garis Perubahan Kondisi
Azmi Azizah, 2016
Setelah data disajikan dalam bentuk grafik, selanjutnya data dianalisis melalui dua cara yaitu menganalisis data dalam kondisi dan menganalisis data antar kondisi. Menurut Sunanto (2006, hlm.107) analisis data dalam kondisi meliputi enam komponen, yaitu:
Sedangkan analisis data antar kondisi meliputi lima komponen, yaitu: 1. Jumah variabel yang diubah
2. Perubahan kecenderungan dan efeknya 3. Perubahan stabilitas
4. Perubahan level, dan 5. Data overlap
Langkah-langkah yang dapat diambil dalam menganalisis data sebagai berikut:
1) Menskor hasil pengukuran kemampuan orientasi arah pada fase baseline-1 pada setiap sesi.
2) Menskor hasil pengukuran kemampuan orientasi arah pada fase intervensi pada setiap sesi.
3) Menskor hasil pengukuran kemampuan orientasi arah pada fase baseline-2 pada setiap sesi.
4) Membuat table perhitungan skor-skor pada fase baseline-1, fase intervensi, dan fase baseline-2 pada setiap sesi.
5) Menjumlah semua skor yang ada pada fase baseline-1, fase intervensi, dan fase baseline-2 pada setiap sesi.
6) Membandingkan hasil skor-skor pada fase baseline-1, fase intervensi, dan fase baseline-2 pada setiap sesi.