• Tidak ada hasil yang ditemukan

ECO PARK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN BANJIR IBU KOTA JAKARTA DAN SARANA PARIWISATA (STUDI KASUS: SITU PEDONGKELAN DEPOK, JAWA BARAT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ECO PARK SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN BANJIR IBU KOTA JAKARTA DAN SARANA PARIWISATA (STUDI KASUS: SITU PEDONGKELAN DEPOK, JAWA BARAT)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

“ECO PARK”

SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN BANJIR

IBU KOTA JAKARTA DAN SARANA PARIWISATA

(STUDI KASUS: SITU PEDONGKELAN DEPOK, JAWA BARAT)

Agung Wahyudi*1

1

Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma Depok *

Email: agung_wyd@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Kondisi situ-situ di Kota Depok pada saat ini banyak yang rusak sehingga kurang mendukung pengembangan situ sebagai objek wisata. Kondisi situ yang memprihatinkan tersebut membuat potensi situ sebagai objek wisata tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga minat wisatawan untuk berkunjung sangat sedikit. Untuk mengembalikan fungsi sebuah sumber daya air sebagaimana mestinya, diperlukan upaya konservasi agar terpelihara keberadaan, keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber air yang senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan mendatang agar terjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi situ. Kegiatan konservasi melaui pembuatan eco park ini dilakukan melalui perlindungan dan pelestarian sumber air serta kawasan di sekitar situ, pengawetan air, pengelolaan kualitas air serta pengendalian pencemaran air dan yang paling utama adalah sebagai upaya pencegahan banjir Ibukota. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan situ-situ di Depok merupakan pengendali banjir Ibukota Jakarta.

Dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif deskriptif maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ide-ide serta gagasan pembuatan eco park di Situ Pedongkelan, khususnya dari aspek “bentuk-bentuk arsitektural dan landscape” yang ditenggarai merupakan bagian dari upaya pencegahan banjir dan sebagai sarana untuk wahana wisata air, sedangkan pembahasan penelitian ini dilakukan dengan menyentuh perencanaan sebuah ruang terbuka hijau yang didalamnya terdapat aspek-aspek sosial, sustainable, dan kepedulian akan lingkungan dengan situ dan taman yang menjadi daya tarik utamanya.

Kata Kunci: Eco park, pengendali banjir, wisata

PENDAHULUAN

Kota Depok yang berada dalam wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dan secara regional mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan Ibu Kota Jakarta, saat ini berkembang menjadi kota yang mengandalkan dari sektor jasa, pariwisata, perdagangan dan permukiman. Didalam Rencana Tata Ruang Kota Depok, kebijakan Pemerintah pada sektor pariwisata berjalan sejalan dengan fungsi Kota Depok sebagai kota wisata yaitu salah satunya dengan menempatkan kegiatan wisata alam sebagai basis pengembangan daya tarik dan potensi lokal, berupa atraksi wisata alam pada kawasan-kawasan yang dilindungi misalnya taman kota, hutan kota, kebun raya dan kawasan situ.

Atraksi wisata alam pada kawasan situ yang berbasis pada potensi perairan dapat dijadikan salah satu pengembangan atraksi yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Situ digolongkan sebagai sumber air permukaan, yang merupakan istilah dalam bahasa Sunda yang berarti danau alam atau buatan, namun ukuran situ relatif kecil dibandingkan danau. Situ adalah suatu wadah tampungan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologis yang merupakan salah satu bentuk kawasan lindung (Perpres No 54 tahun 2008).

Kawasan situ dengan potensi dan manfaat yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi kegiatan wisata air yang mampu menarik kunjungan wisatawan, maka sudah semestinya apabila sumber

(2)

daya air tersebut dapat didayagunakan dengan memperhatikan kelestariannya. Salah satu upaya menjaga kelestarian sumber daya air adalah dengan mengembangkan kegiatan wisata alam di sekitar situ yang diharapkan akan mempu menopang pembangunan keberlanjutan pembangunan dengan mempertimbangkan faktor ekologis kawasan situ dan hidrologi pada setiap kegiatan pembangunan (Asdak, 2007).

Keberadaan situ-situ di Kota Depok pada saat ini banyak yang rusak sehingga kurang mendukung pengembangan situ sebagai objek wisata. Kondisi situ yang memprihatinkan tersebut membuat potensi situ sebagai objek wisata tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga minat wisatawan untuk berkunjung sangat sedikit. Untuk mengembalikan fungsi sebuah sumber daya air sebagaimana mestinya, diperlukan upaya konservasi agar terpelihara keberadaan, keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber air yang senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan mendatang agar terjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi situ. Kegiatan konservasi ini dilakukan melalui perlindungan dan pelestarian sumber air serta kawasan di sekitar situ, pengawetan air, pengelolaan kualitas air serta pengendalian pencemaran air.

Upaya mengembangkan situ di Kota Depok menjadi objek wisata air harus dilakukan dengan pengelolaan dan program yang sistematis agar kawasan situ berkembang menjadi objek wisata andalan di Kota Depok. Salah satunya dengan melakukan identifikasi terhadap kondisi situ saat ini dan menilai potensi situ sebagai objek wisata. Sehingga diharapkan dapat memberikan arahan untuk pengembangan situ yang mendukung aktivitas industri pariwisata serta menjadi ciri khas pariwisata di Kota Depok.

Salah satu situ yang sedang dalam perencanaan akan dikembangkan yaitu Situ Pedongkelan yang terletak di kelurahan Tugu, kecamatan Cimanggis, Depok. Situ Pedongkelan adalah Situ alam yang masih belum terekspos keberadaannya, bahkan warga Depok sendiri banyak yang sama sekali tidak tahu. Pasalnya, tidak terdapat sign atau tanda terdapatnya tempat wisata Situ Pedongkelan di sepanjang jalan Akses UI sampai ke jalan Raya Bogor. Keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, tetapi yang paling memungkinkan yang menyebabkan Situ Pedongkelan kurang diminati warganya sendiri atau lebih luas lagi oleh warga Jakarta yaitu tidak terdapat sesuatu yang dapat membuatnya tertarik untuk mengunjunginya. Padahal kalo dilihat dari aksesnya, daerah Situ Pedongkelan ini dirasa cukup strategis, yaitu berada di perbatasan daerah Jakarta-Depok.

Faktor-faktor tersebut lah yang menarik untuk digali dalam pengembangan Situ Pedongkelan ini, dimana perancangan eco park menjadi andalan utk dikembangkan, karena mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai daerah peresapan air yang berfungsi sebagai pengendali banjir, sekaligus berfungsi sebagai wahana pariwisata dan rekreasi yang murah bagi masyarakat sekitar situ.

KAJIAN TEORITIS

Situ merupakan istilah dalam bahasa Sunda yang dapat diartikan sebagai danau alam atau danau buatan. Didalam Peraturan Presiden No 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekjur, situ didefinisikan sebagai suatu wadah tampungan air di atas permukaan tanah, yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah atau air permukaan sebagai suatu siklus hidrologis, yang merupakan salah satu bentuk kawasan lindung. Ukuran situ yang relatif kecil dibandingkan danau dan digolongkan ke dalam ekosistem perairan tawar terbuka yang dinamis dan menjadi bagian siklus hidrologis yang potensial.Kualitas dan kuantitas airnya berhubungan dengan tata air dan drainase wilayah situ tersebut berada serta dipengaruhi oleh tipe pemanfaatan badan air situ dan pemanfaatan lahan di dalam wilayah tangkapannya (PSDA, 2003). Situ terbagi menjadi dua yaitu situ alami yang terbentuk secara alami dengan sumber air berasal dari dalam tanah maupun air permukaan, dan situ buatan dengan sumber airnya bersumber dari air permukaan dan biasanya mempunyai fungsi sebagai pengendali banjir. Situ memiliki beberapa fungsi yang penting diantaranya adalah (KLH, 2007) :

(3)

a. Menjadi bagian sistem ekologi dan sistem tata air bagi wilayah sekitarnya b. Kawasan Situ menjadi kawasan resapan air.

c. Menjadi daerah tampungan air, agar menjadi wadah sementara air sebelum mengalir ke sungai d. Pada kondisi tertentu dapat menjadi pembangkit listrik, pengimbuh (recharge) air pada

cekungan air tanah serta penahan intrusi air asin.

e. Bermanfaat sebagai usaha perikanan darat, pariwisata maupun sumber irigasi pertanian.

Situ yang memenuhi kondisi ekologi hidrologis yang baik adalah situ dengan daerah tangkapan/sumber airnya yang baik, sehingga menjamin ketinggian air pada saat musim hujan dan saat musim kemarau memiliki perbedaan fluktuasi muka air yang tidak terlalu tinggi, selain itu tidak terjadi penyusutan luasan kawasan situ dengan disertai daerah sempadan yang ditumbuhi pepohonan serta terjaga dari pencemaran limbah dan kondisi bangunan air yang terjaga dan terawat (KLH, 2007).

Didalam suatu perencanaan pengembangan dan pengelolaan situ harus diidentifikasi dan dipertimbangkan beberapa faktor-faktor sebagai berikut (PSDA,.2003) yaitu :

a. Fungsi Situ yang berupa : sebagai sumber air baku (minum, mandi dan cuci), irigasi pertanian, pengendali banjir dan fungsi ekonomi lainnya (rekreasi, perikanan, dan lain-lain).

b. Kapasitas/daya tampung situ dengan kualifikasi : besar dengan luas lebih dari 10 Ha; sedang dengan luas 2-10 Ha; dan kecil dengan luas kurang dari 2 Ha

c. Instansi yang menangani, antara lain : pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan investor swasta.

d. Kondisi fisik situ, diidentifikasi dengan indikator kuantitatif dan kualitatif fisik situ, luasan situ berkurang, daya tampung air kecil, tidak terawat dan air situ tercemar, berupa kondisi : Rusak, Terganggu dan Baik

e. Kendala sosial di sekitar kawasan situ diantaranya dengan: tidak mendukung (indikator: alih fungsi, bangunan liar pada lokasi situ), kurang mendukung dan mendukung (indikator: batas kepemilikan lahan jelas, luas tidak berubah)

f. Lokasi situ berada : sangat strategis, cukup strategis dan kurang strategis (dengan indikator: letak di daerah resapan air/prospek wisata, aksesbilitas)

g. Sumber air andalan dari situ yang datang dari : Mata air, Sungai dan Hujan

Didalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, fungsi kawasan situ dibagi menjadi kawasan sekitar situ yang berfungsi sebagai kawasan perlindungan setempat dan kawasan resapan air yang berfungsi sebagai kawasan memberikan perlindungan kawasan bawahnya. Untuk kawasan sekitar situ ditetapkan dengan kriteria suatu wilayah daratan dengan jarak 50 (lima puluh) sampai dengan 100 (seratus) meter dari pasang tertinggi atau daratan di sepanjang tepian situ yang lebarnya poposional terhadap bentuk dan kondisi fisik situ.

Secara umum terdapat ancaman terhadap keberadaan dan kelestarian situ-situ yang dikelompokkan menjadi tiga bagian (Waryono, 2013) yaitu :

1. Konversi atau alih fungsi status dari badan situ, akibat semakin laju pertambahan penduduk yang cenderung memacu kebutuhan ruang dan lahan untuk kepentingan pemukiman.

2. Pendangkalan akibat endapan lumpur hasil sedimentasi ditambah limbah padat sampah organik yang bersumber dari rumah tangga.

3. Pencemaran oleh limbah baik yang bersumber dari home industry maupun limbah rumah tangga yang terbawa oleh limpasan air yang terakumulasi.

Dari pengertian mengenai situ diatas, terlihat bahwa situ merupakan suatu sumber daya air permukaan yang menjadi bagian dari sistem tata air di wilayahnya dan berukuran kecil dibandingkan danau serta memiliki potensi sebagai sumber air baku, pengendali banjir, irigasi,

(4)

perikanan maupun pariwisata. Untuk dapat memanfaatkan fungsi dari kawasan situ diperlukan informasi dan latar belakang yang cukup mengenai fungsi, potensi dan kendala untuk pemanfaatan kawasan situ. Sehingga diperlukan penilaian yang baik mengenai kriteria kualitas situ agar dapat dimanfaatkan dengan baik sesuai potensinya berdasarkan indikator morfologi situ, kualitas air, bangunan air dan vegetasi air.

METODE PENELITIAN

Guna mendapatkan informasi yang mendukung dan relevan untuk penyusunan perencanaan dan perancangan landscape Aktivitas Situ Pedongkelan, maka metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif deskriptif yaitu, dengan menjabarkan suatu obyek dengan menggambarkan dan menginterprestasikan sesuai obyek yang ada, tanpa melakukan manipulasi variabel, tetapi mengutamakan fakta di lapangan, yang kemudian dianalisis sesuai landasan teori terkait dengan fokus amatan. Terkait dengan kasus dalam penelitian ini maka hal yang dilakukan adalah mencari data di lapangan tentang ide-ide serta gagasan pembuatan eco park

di Situ Pedongkelan, khususnya dari aspek “bentuk-bentuk arsitektural dan bentuk-bentuk landscape.

PEMBAHASAN

Sebagai kota yang penyangga Ibu kota Jakarta dalam penampungan air aliran sungai Ciliwung, Depok dituntut harus dapat memaksimalkan wilayahnya untuk peresapan air. Mengerti dengan hal tersebut pemerintah kota Depok membuat beberapa situ. Total situ yang berada di kota Depok pada awalnya berjumlah 30 buah, baik situ alami maupun buatan. Namun seiring perkembangan kota, jumlahnya kini berkurang jadi hanya tinggal 26 buah. Untuk nama-nama dan letak titik keberadaan situ tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 1. Situ-Situ Kota Depok Sumber : Analisis Pribadi, 2015

Analisis Garis Sempadan Situ

Bagian yang perlu dianalisis selanjutnya merupakan permasalahan yang perlu dianalisis dengan cermat yaitu analisis garis sempadan situ (GSS). Berada ditengah pemukiman warga tak lantas membuat Situ Pedongkelan ini terbebas dari masalah, justru masalah terbesar situ ini dari pemukiman warga yang melanggar GSS. Saat melakukan survey ke lokasi ditemukan beberapa jenis bangunan yang melanggar GSS mulai dari rumah tinggal, industri sederhana sampai toko bangunan. Ketetapan pemerintah kota Depok mengenai peraturan GSS adalah 50 meter dari tepi situ. Tapi nyatanya banyak rumah warga yang hanya berjarak sekitar 3-5 meter saja. Pada gambar 2 dibawah dapat dilihat area yang berwarna coklat merupakan area batas GSS yang semestinya bebas dari bangunan.

(5)

Gambar 2 . Analisis Garis Sempadan Situ Sumber : Analisis Pribadi, 2015

Setelah dianalisis melalui metode pengukuran, ada total sekitar minimal 112 rumah atau 336 orang yang melanggar GSS dengan asumsi 3 orang per rumah. Gambar 3 dibawah ini merupakan 4 contoh pelanggar GSS. 3 diantaranya merupakan rumah tinggal sedangkan yang 1 adalah toko bangunan.

Gambar 3. Analisis Rumah Pelanggar GSS Sumber : Analisis Pribadi, 2015

Setelah melakukan analisis mengenai garis sempadan situ, maka didapat tambahan luasan area Situ Pedongkelan sekitar 1,4 hektare ditambah luasan eksisting area Situ Pedongkelan 2,35 hektare, total area Situ Pedongkelan menjadi 3,75 hektare yang akan dijadikan eco park.

Konsep Tapak eco park

Konsep perencanaan tapak untuk Lanskap Aktivitas Situ Pedongkelan ini sangat berorientasi terhadap keberadaan Situ sebagai sumber kehidupan warga di sekitarnya. Situ ini terbilang cukup unik, pertama karena letaknya berada di perbatasan antara Kota Depok dengan Ibukota Jakarta. Kemudian yang kedua yaitu dari fungsinya, situ ini memiliki fungsi ganda yaitu selain sebagai daerah resapan air pengendali banjir, Situ Pedongkelan ini juga menjadi lahan produktif bagi

(6)

warganya untuk mencari nafkah sehari-hari. Luas Situ Pedongkelan yaitu 6,25 Ha dengan kedalaman antara 2-5 meter. Sementara itu luasan area site eksisting yang sebelumnya hanya sekitar 2,35 Ha, bertambah hingga mencapai 3,75 Ha setelah diberlakukannya penegakkan pelanggaran garis sempadan situ (GSS).

Area Situ Pedongkelan seluas 4,65 Ha terbagi menjadi 3 zona lanskap yaitu lanskap utara, timur dan barat. Ketiga zona tersebut masing-masing memiliki luasan yang berbeda. Lanskap sisi utara memiliki luas 0,9 Ha, lanskap sisi barat memiliki luas 1,15 Ha dan lanskap sisi timur memiliki luas 2,6 Ha.

Gambar 4. Konsep Zonasi Area Situ Pedongkelan Sumber : Analisis Pribadi, 2015

Hasil Rancangan Tapak

Eco park dirancang merunut pada konsep perancangan tapak sebelumnya yaitu dimana dalam pembagiannya tapak Situ Pedongkelan ini terbagi menjadi 3 area lanskap yaitu lanskap sisi utara, lanskap sisi timur dan lanskap sisi barat. Yang mana kesemuanya berorientasi terhadap keberadaan Situ Pedongkelan itu sendiri.

Gambar 5. Rancangan Site Plan Sumber : Hasil Rancangan, 2015

(7)

Lanskap Sisi Utara

Dalam perancangan lanskap sisi utara meliputi berbagai tahapan konsep, mulai dari zonasi area, konsep signage atau penanda, konsep plants atau tanaman, konsep lighting atau pencahayaan, konsep outdoor furniture, konsep utilitas dan konsep penampungan sampah. Kesemua konsep tersebut dipadukan guna menjadikan sisi utara Situ Pedongkelan ini menjadi lebih tertata baik secara fungsi maupun visual.

Gambar 6. Rest Area Sisi Utara Sumber : Hasil Rancangan, 2015

Hasil dari Rancangan eco park sisi utara selengkapnya adalah sebagai berikut

Perspektif EXPO Ruang pertemuan terbuka bisa disewakan

Kuliner untuk ekonomi kreatif playground & dek

Gambar 7. Eco Park Sisi Utara Sumber : Hasil Rancangan, 2015

Lanskap Sisi Timur

Pada gambar 4 diatas dapat dilihat area zonasi fungsi lanskap sisi timur yaitu fungsi masyarakat dengan luasan area 0,55ha, fungsi wisata atau pemerintah dengan luasan area 0,92ha dan fungsi swasta dengan luasan area 0,67ha. Dari ketiga konsep zonasi fungsi diatas didapat sebuah turunan yaitu konsep zonasi area pada gambar dibawah ini yang kemudian akan membentuk sebuah desain tapak pada lanskap sisi timur ini.

(8)

Gambar 8. Rancangan Lanskap Sisi Timur Sumber : Hasil Rancangan, 2015

Gambar 9. Perspektif Area Amphiteatre Sumber : Hasil Rancangan, 2015

Lanskap Sisi Barat

Perancangan zonasi area lanskap sisi timur, mengadaptasi dari kegiatan eksisting sehari-hari warga Situ Pedongkelan di area tersebut yaitu berkebun. Ditambah dengan kepentingan pihak Pemkot Depok yang dalam visi misinya yang ingin menjadikan area ini sebagai wisata air. Dan juga memasukkan pihak swasta sebagai pihak yang berfungsi bertanggung jawab untuk membantu menjaga dan memelihara lingkungan sekitar Situ Pedongkelan.

(9)

Potongan Area Lapangan Pasir Potongan Area Tambak Ikan

Potongan Area Istirahat dan Pasar Ikan Tampak Depan Wisata Perahu

Gambar 10. Hasil Rancangan eco park sisi barat Sumber : Hasil Rancangan, 2015

KESIMPULAN

Letak Situ Pedongkelan berada di perbatasan antara Kota Depok dan Jakarta. Sehingga Situ pedongkelan ini merupakan daerah resapan air dari aliran sungai Ciliwung yang mengalir dari hulu di Kota Bogor hingga hilir di Utara Jakarta, sehingga fungsi utamanya adalah sebagai pengendali banjir Ibukota Jakarta. Secara fungsi, umumnya sebuah situ adalah sebagai daerah resapan air, tetapi di Situ Pedongkelan ini memiliki fungsi ganda yaitu juga sebagai sumber kehidupan masyarakat sekitar situ. Sehingga dengan adanya eco park yang di bangun disekitar situ, bisa menjadi potensi wisata bagi daerah Depok secara umumnya dan warga sekitar situ pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bell, Simon. 2008. Design For Outdoor Recreation Second Edition. Canada: Taylor & Francis Group.

Eckbo, Garrett. 1964. Urban Landscape Design. New York: McGraw Hill Company.

Ishii, Kazuo. 1999. Membrane Design And Structures In The World. Tokyo: Shinkenchiku-sha Company.

Kevin Low. 2012. Small Project. Kuala Lumpur, Malaysia.

M.H. Contal. March 2013. Small projects - Kevin Low. Kuala Lumpur, Malaysia. Mangunwijaya, Y.B. 2013. Wastu Citra. Gramedia, Jakarta.

Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek, Jilid 2. Erlangga, Jakarta. Stout, William. Creative Adding, My School, My City. USA.

Wiranto. 1999, Arsitektur Vernakular Indonesia : Perannya Dalam Pengembangan Jati Diri, Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 27, No. 2, Desember 1999: 15 – 20.

Gambar

Gambar 1. Situ-Situ Kota Depok  Sumber : Analisis Pribadi, 2015
Gambar 2 . Analisis Garis Sempadan Situ  Sumber : Analisis Pribadi, 2015
Gambar 5. Rancangan Site Plan  Sumber : Hasil Rancangan, 2015
Gambar 6. Rest Area Sisi Utara  Sumber : Hasil Rancangan, 2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan eosinofil di sirkulasi darah dikaitkandengan keadaan-keadaan alergi dan infeksi parasit internal (contoh, cacing darah atauSchistosoma

1) Tipe A, Water-Reducing Admixtures. Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengaduk untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Dengan

Karena nilai signifikansi pada variable kelas semua menunjukan nilai 0,026, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran vokal dengan metode pembelajaran drill

Yakup, MS dengan judul “Pengelolaan Hara dan Pemupukan Pada Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L.) Di Lahan Kering” telah diterima dan untuk dapat dipresentasikan pada Seminar

2004." Teknik Pembuatan Rotor Vacuum Pump Dengan Metode Pengecoran Logam Menggunakan Bahan Ni- Resist Sebagai Upaya Peningkatan Umur Kerja".. buletin ilmiah pengecoran logam

ekslusi sosial atau penyiksaan yang dilakukan oleh orang lain dengan power yang lebih tinggi biasanya diasosiasikan dengan kemungkinan menderita mental illness yang lebih

Dengan public-key system, tidak akan menjadi masalah siapa yang melihat kunci milik kita, karena kunci yang dilihat orang lain adalah yang digunakan hanya untuk enkripsi dan

Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Metro TV dan TV One tentang muatan fungsi media massa penyiaran, khususnya fungsi