• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bukunya Teaching and learning About Science and Society. Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. bukunya Teaching and learning About Science and Society. Pembelajaran"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. STM (Sains Teknologi Masyarakat) 1. Definisi STM

Istilah Sains Teknologi Masyarakat berasal dari bahasa Inggris

Science Technology Society yang dikemukakan oleh Jhon Ziman dalam

bukunya Teaching and learning About Science and Society. Pembelajaran

Science Technologi Society bararti menggunakan teknologi sebagai

penghubung antara sains dan masyarakat (Poedjiadi, 2010: 99)

Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh Mansour (2009: 2) bahwa STS is an interdisciplinary field of study that seeks to explore and

understand the many ways that modern science and technology shape modern culture, values, and institutions on the one hand, and on the other how modern values shape science and technology. Pembelajaran dengan

pendekatan STM harus diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam rangka memahami berbagai hubungan yang terjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalam pengembangan pembelajaran di era sekarang ini. UNESCO (Mariana dan Praginda, 2009: 2) memberikan batasan antara sains dan teknologi, bahwa sains tidak

(2)

identik dengan teknologi, antara satu dengan yang lainnya saling bergantung, tetapi mempunyai aktifitas yang sangat berbeda. Peran sains, ialah memberikan pencerahan kepada manusia. Peran teknologi ialah penerapan ilmu pengetahuan untuk membantu manusia. Sains dikatakan sebagai power of investigation dan teknologi merupakan kecakapan kreatif yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

Menurut Yager (1996: 9) STS means viewing science in a way

quite different from the post-sputnik period where the emphasis was on the identification of the central concept, the unifying themes, and/ or the major theories that characterize the various science disiplines if not science it self. STM berarti melihat ilmu dengan penekanannya adalah

pada identifikasi konsep, tema, dan teori-teori utama yang mencirikan berbagai disiplin ilmu.

Dari kajian teori diatas disimpulkan bahwa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan yang tidak memisahkan antara ilmu pengetahuan, teknologi yang digunakan dan penerapan keduanya dalam masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

2. Karakteristik STM

Pendekatan STM merupakan inovasi pembelajaran sains yang berorientasi pada pembelajaran sains sebagai bidang ilmu yang tidak

(3)

terpisahkan dari realitas kehidupan masyarakat sehari-hari dan melibatkan siswa secara aktif dalam mempelajari konsep-konsep sains secara terkait. Siswa akan diantarkan untuk melihat ilmu sebagai dunianya melalui pendekatan STM.

Menurut Yager (Hidayati dkk, 2008: 6-30) karakteristik STM yaitu:

a) Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.

b) Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.

c) Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

d) Penekanan pada keterampilan proses, dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.

e) Kesempatan bagi siswa untuk dapat berperan sebagai warga Negara dimana ia mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi.

f) Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak pada masyarakat di masa depan.

(4)

STM menurut Indrawati (2010: 18) menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

a) Menyiapkan individu-individu agar dapat menggunakan sains untuk memperbaiki kehidupan mereka sendiri dan untuk menghadapi dunia teknologi yang semakin meningkat dan kompleks.

b) Menyiapkan peserta didik untuk menghadapi isu-isu teknologi/ masyarakat secara bertanggungjawab.

c) Mengidentifikasi batang tubuh ilmu pengetahuan dasar di mana para peserta didik perlu menguasainya agar mampu secara cerdas menghadapi isu-isu STM.

d) Menyediakan gambaran yang tepat dan teliti kepada para peserta didik tentang syarat-syarat dan kesempatan-kesempatan untuk menentukan dan memilih karir dalam ruang lingkup STM.

Dengan mencermati karakteristik pendekatan STM seperti tersebut di atas tampak bahwa pendekatan STM dimaksudkan untuk menyiapkan atau menghasilkan warga negara yang mampu melaksanakan atau mengambil keputusan tentang masalah-masalah aktual. Pendekatan STM dapat juga digunakan sebagai sarana untuk pembentukan literasi yang tidak buta tentang sains dan teknologi, karena siswa selain memperoleh pengetahuan juga diharapkan dapat timbul kesadaran tentang pelestarian lingkungan dan dampak negatif teknologi serta tanggung jawab untuk mencari penyelesaiannya.

(5)

3. Ranah STM

Menurut Yager dan McCormack (1992: 5) ada enam ranah utama untuk pengajaran dan penilaian. Keenam ranah tersebut selanjutnya dinyatakan dalam gambar berikut:

Gambar 2.1 Enam Ranah dalam STM (Yager dan McCormack)

Konsep, fakta, generalisasi, diambil dari bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang ilmu. Proses diartikan dengan bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara cara memperoleh konsep dalam bidang ilmu tertentu. Kalangan filsafat ilmu menyebutnya dengan istilah epistimologi ilmu. Kreativitas mencakup lima prilaku individu, yakni: kelancaran, fleksibilitas, originalitas, elaborasi, sensivitas, kreatif. Aplikasi konsep dalam kehidupan sehari hari yang dalam hal ini siswa mampu memilih atau merencanakan tindakan terkait dengan usaha mempermudah kelangsungan hidup ataupun kepedulian terhadap pemeliharaan produk teknologi. Sikap yang dalam hal ini

(6)

ilmuan dan penemu produk teknologi, namun menyadari kemungkinan adanya dampak negative produk teknologi, peduli terhadap masyarakat yang kurang beruntung. Cenderung untuk ikut melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang memerlukan peran sertanya.

4. Prinsip Pendekatan STM

Beberapa prinsip yang harus dimunculkan dalam penggunaan pendekatan STM menurut Indrawati (2010: 24) adalah sebagai berikut: a) Peserta didik melakukan identifikasi terhadap persoalan dan dampak

yang ditimbulkan dari persoalan tersebut yang muncul di sekitar lingkungannya.

b) Menggunakan sumberdaya local untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam penyelesaian persoalan yang telah berhasil diidentifikasi.

c) Menfokuskan pembelajaran pada akibat yang ditimbulkan oleh sains dan teknologi bagi peserta didik .

d) Pandangan bahwa pemahaman terhadap konten sains lebih berharga daripada sekedar mampu mengerjakan soal.

e) Adanya penekanan kepada keterampilan proses yang dapat digunakan peserta didik untuk menyelesaikan persoalannya sendiri.

f) Adanya penekanan pada kesadaran berkarir, terutama karir yang berhubungan dengan sains dan teknologi.

(7)

pengalaman tentang aturan hidup bermasyarakat yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang telah diidentifikasi.

Pendekatan STM akan membuat peserta didik berlatih untuk menjawab berbagai persoalan yang muncul di masyarakat kemampuan untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul di masyarakat. Hal ini dikarenakan pendekatan STM selalu berupaya untuk menghubungkan antara materi IPA di dalam kelas dengan perkembangan teknologi dan dinamika masyarakat.

5. Langkah-langkah Pendekatan STM

Pendekatan STM berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir siswa maka proses dalam memperoleh pengetahuan lebih diutamakan. Siswa diharapkan dapat membangun atau mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Poedjiadi (2010:126) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM yang tidak boleh diabaikan adalah pemantapan konsep yang menuntut guru, untuk mencegah terjadinya miskonsepsi.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan STM dapat dilihat pada gambar berikut:

(8)

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 4

Tahap 5

Gambar 2.2 Tahap Pembelajaran STM (Poedjiadi, 2010: 126) Tahap pendahuluan dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali siswa, tahap ini disebut inisiasi atau mengawali, memulai, dan dapat disebut tahap invitasi yang berarti undangan agar siswa memusatkan perhatian pada pembelajaran. Tahap pembentukan konsep dapat dilakukan berbagai pendekatan dan metode, misalnya pendekatan sejarah, keterampilan proses, metode demonstrasi, bermain peran dan lain-lain.

Pada tahap pembentukan konsep diharapkan siswa telah memahami apakah analisis terhadap isu-isu atau penyelesaian terhadap masalah yang dikemukakan di awal pembelajaran telah menggunakan konsep-konsep yang diikuti oleh para ilmuwan. Siswa melakukan analisis isu atau penyelesaian masalah berbekal pemahaman konsep yang benar yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan (tahap 3). Selanjutnya guru

Pendahuluan:

Inisiasi/Invitasi/Apersepsi/

Eksplorasi terhadap siswa Isu atau Masalah

Pembentukan/ Pengembangan Konsep Pemantapan Konsep Penilaian Pemantapan konsep Pemantapan konsep Aplikasi konsep dalam

kehidupan: Penyelesaian masalah atau analisis isu

(9)

perlu melakukan pemantapan konsep (tahap 4) dan yang terakhir adalah penilaian.

6. Langkah-langkah Pembelajaran IPA materi Bumi dan Alam Semesta Menggunakan Pendekatan STM

Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Bumi dan Alam Semesta. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam penelitian ini tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap daratan

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

Sumber: Panduan KTSP

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM

adalah sebagai berikut:

1. Tahap inisiasi diawali dengan mengangkat masalah yang terjadi di sekitar yaitu tentang lingkungan alam yang mulai berubah. Guru memancing siswa untuk membahas perubahan yang terjadi di lingkungan seperti erosi, abrasi, banjir, dan longsor. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka tentang sebab-sebab perubahan lingkungan, proses terjadinya perubahan lingkungan, dan dampak dari perubahan lingkungan tersebut.

2. Tahap pembentukan konsep dilakukan dengan guru memberikan contoh dan penjelasan tentang perubahan yang terjadi di lingkungan.

(10)

3. Tahap aplikasi konsep dengan guru memberikan contoh beberapa masalah yang terjadi di masyarakat dan siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang telah disediakan di Lembar Kegiatan Kelompok (LKK). Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing kegiatan diskusi

4. Tahap pemantapan konsep sebenarnya dilakukan guru kapan saja terutama setelah terjadi proses diskusi apabila terjadi miskonsepsi. Tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya, kelompok lain mengomentari dan memberi masukan terhadap kelompok yang maju. Siswa diharapkan siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipahami dalam kehidupan sehari-hari pada tahap ini. Siswa akan lebih peduli terhadap produk teknologi yang berpotensi menimbulkan perubahan lingkungan dengan memahami konsep terjadinya perubahan lingkungan. Disinilah produk teknologi memerlukan pemeliharaan dari masyarakat. Jika masih terdapat miskonsepsi pada seorang siswa atau lebih maka guru menjelaskan lagi. Pada akhir tahap ini siswa dan guru membuat kesimpulan dari materi yang dibahas.

5. Tahap penilaian merupakan tahap akhir dari pembelajaran. Tahap ini guru memberikan soal evaluasi pada siswa. Dari hasil evaluasi yang dikerjakan siswa dapat diketahui pengaruh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM pada mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar.

(11)

B. Pembelajaran Langsung

Proses pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dalam pembagiannya menggunakan pendekatan STM, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung direct instruction dikenal dengan sebutan active learning. Pembelajaran langsung juga dinamakan

whole-class teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana

guru terlibat aktif dalam mengusung isi pengajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.

Menurut Arends (Trianto, 2009 : 41), model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Pembelajaran langsung dalam penelitian ini dilakukan pada kelompok kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah,demonstrasi, serta kerja kelompok.

Dalam langkah-langkah pembelajarannya guru harus menyebutkan tujuan dari pembelajaran yang akan dilakukan serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan yang akan diberikan oleh guru. Kesimpulannya bahwa pembelajaran langsung membutuhkan lingkungan belajar. Pembelajaran ini berpusat pada guru sebagai penyampai materi, sedangkan siswa menjadi pengamat, pendengar dan partisipan yang tekun.

(12)

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Pendapat Rusman (2010: 134) belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendapat Rahyubi (2012: 6) belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.

Belajar menurut Gagne dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman (Dahar, 2011: 2). Hanafiah dan Suhana (2010: 6) berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku, berkat interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan bersifat relatif permanen, dapat diamati perubahannya, didahului proses pemerolehan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungannya, serta berlangsung secara berkesinambungan dan terus-menerus. Belajar akan membuat seseorang memiliki kemampuan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

(13)

2. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Hamalik (2011: 32) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:

1) Faktor kegiatan yang dilakukan siswa 2) Belajar memerlukan latihan

3) Suasana yang menyenangkan

4) Siswa mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajar 5) Faktor asosiasi

6) Pengalaman masa lampau (bahan apresiasi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki siswa

7) Faktor kesiapan belajar 8) Faktor minat dan usaha 9) Faktor-faktor fisiologis 10) Faktor intelegensi

Slameto (2010:54) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal). Faktor internal dikelompokkan menjadi 3 antara lain:

1) Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

(14)

Untuk faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dikelompokkan menjadi 3 antara lain:

1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar yang dilakukan oleh guru, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah,

3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yaitu faktor dalam diri peserta didik itu sendiri seperti faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor eksteren meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Belajar yang berhasil menuntut adanya kesiapan faktor intern dan faktor ekstern yang saling mendukung. Kondisi internal pebelajar yang baik serta adanya dukungan yang maksimal dari faktor eksternal memungkinkan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dalam belajar, baik secara proses belajar maupun hasil belajar.

(15)

D. Tanggung Jawab

Menurut Mustari (2011: 21) bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam, sosial, budaya). Sukanto (Mustari, 2014: 20) menyatakan bahwa diantara tanggung jawab yang harus ada pada manusia adalah :

1. Tanggung jawab kepada Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Tak ada seorangpun manusia yang lepas bebas dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak – anak.

2. Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perlakuan kejam dari manapun datangnya.

3. Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dan bersifat kekurangan ekonomi. 4. Tanggung jawab terhadap anak, suami atau istri atau keluarga.

5. Tanggung jawab sosial kepada masyarakat sekitar.

6. Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuat terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk dipilih, mana yang berguna dan manakah yang merugikan kita.

7. Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

(16)

Menurut Darmiatun (2013: 142) sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Indikator Sekolah :

1. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2. Melakukan tugas tanpa disuruh.

3. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat. 4. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

Indikator Kelas :

1. Pelaksanaan tugas piket secara teratur. 2. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. 3. Mengajukan usul pemecahan masalah.

Berdasarkan pengertian yang telah dijabarkan di atas maka tanggung jawab adalah tentang perilaku seorang individu dalam menjalankan tugas serta kewajibannya baik terhadap Tuhan, keluarga, teman maupun lingkungan sosial.

E. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil dari suatu pencapaian yang telah dilakukan oleh seseorang baik secara individu maupun kelompok. Menurut Hamdani

(17)

(2010: 138) prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Menurut Arifin (2011: 12) prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas yang telah dikuasai peserta didik. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Selain itu prestasi belajar dapat dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

McClelland dkk (Moore, Grabsch and Rotter, 2010: 25) defined the need for Achievement (n Achievement) as “success in competition with some standard of excellence. That is, the goal of some individual inthe story is to be successful in terms of competition with some standard of excellence. The individual may fail to achieve this goal, but the concern over competitionwith a standard of excellence still enables one to identify the goal sought as anachievement goal. Individuals who exhibit the need for Achievement seek to accomplish realistic but challenging goals.

Mc Clelland dkk (Moore, Grabsch and Rotter) mejelaskan bahwa kebutuhan prestasi didefinisikan sebagai “sukses dalam persaingan dengan beberapa keunggulan. Artinya tujuan dari beberapa individu adalah untuk menjadikannya sukses dalam hal kompetisi dengan beberapa keunggulan. Selain itu perlu adanya prestasi adalah “keinginan untuk mencapai sesuatu

(18)

yang sulit, mencapai standar tinggi keberhasilan, dapat menguasai tugas-tugas kompleks, dan dapat melampaui orang lain”.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh seorang siswa baik individu maupun kelompok sebagai bukti telah melaksanakan suatu usaha-usaha belajar dalam suatu proses pembelajaran. Prestasi ini tidak akan didapatkan ataupun dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu usaha untuk mendapatkannya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Hamdani (2010:139) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:

a) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut.

1) Kecerdasan (Intelegensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi

(19)

merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

2) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis

Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

3) Sikap

Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.

4) Minat

Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang. Minat itu dapat dikatakan terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa beban.

(20)

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-bidang studi tertentu.

6) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

(21)

1) Keadaan keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

2) Keadaan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pembelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. lingkungan alam sekitar sangat berperngaruh terhadap perkembangan pribadi. Lingkungan dapat membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu

(22)

lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

Prestasi belajar setiap orang berbeda-beda. Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri seseorang dan luar diri seseorang. Kedua faktor tersebut harus saling mendukung untuk memperoleh prestasi yang maksimal.

F. Pembelajaran IPA 1. Pengertian IPA

Menurut Aly dan Rahma (2010: 18) IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Ilmu teoritis harus didasarkan atas pengamatan, percobaan-percobaan terhadap gejala alam yang berkaitan dengan kenyataan, kejadian, dan hubungan sebab akibat dari kenyataan dan kejadian di lingkungan.

Depdiknas (2006: 484) berpendapat bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA/Sains menurut Mariana dan Praginda (2009:

(23)

23) dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sitematik, dirumuskan secara umum, ditandai oleh penggunaan metode ilmiah dan munculnya sikap ilmiah.

Menurut Susanto (2013: 167) IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Djojosoediro (2010: 18) berpendapat IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Dari pendapat di atas dapat diketahui adanya keterkaitan, bahwa sebenarnya IPA merupakan produk dan proses yang tidak terpisahkan. Produk berupa kumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum IPA. Prosesnya adalah langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperoleh pengetahuan atau mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam yang berupa metode ilmiah.

2. Karakteristik IPA

Jacobson (Susanto, 2013: 170) menyebutkan karakteristik IPA yang meliputi:

a) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

b) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

(24)

c) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan menyingkap rahasia alam. d) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau

beberapa saja.

e) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.

Menurut Djojosoediro (2010: 20) IPA mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

b) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

c) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi.

d) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi.

e) IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.

G. Hasil Penelitian Yang Relevan

(25)

1. Jurnal yang berjudul “Effectiveness of Science Technology Society (STS)

Instruction on Student Understanding of the Nature of Science and Attitudes toward Science” yang diteliti oleh Behiye Akcay dan Hakan

Akcay. Penelitian tersebut mengungkapkan an investigation about the

impact of science-technology-society (STS) instruction on middle school student understanding of the nature of science (NOS) and attitudes toward science compared to students taught by the same teacher using traditional textbook oriented instruction. Eight lead teachers used STS instruction an attempt to improve student understanding of NOS concepts. The major findings of the study suggest that students experiencing STS instruction improve their understanding of the nature of science and attitudes toward science significantly more than do students who were instructed with traditional instruction. Analysis of the data indicates that students in STS classrooms attain more positive changes in their views about the NOS. Specifically, the STS students displayed powerful changes in their understanding of the ways in scientific theories and the scientist. Implications for improving teacher professional development programs are suggested.

Temuan utama dari studi ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan STM siswa mengalami peningkatan pemahaman mereka tentang sifat ilmu pengetahuan dan sikap terhadap ilmu pengetahuan secara signifikan lebih daripada siswa yang diperintahkan dengan instruksi tradisional . Analisis data menunjukkan bahwa siswa di kelas STS mencapai perubahan yang lebih positif dalam pandangan mereka tentang NOS .

2. Abas dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Model Cooperative

Learning dengan Model Science Technology Society pada Siswa Kelas X

MAN 1 Model Kota Bengkulu” hasil perhitungan diperoleh Zhitung > Ztabel (1,99 > 1,96). Maka dapat disimpulkan untuk hasil belajar biologi siswa kelas X6 yang menggunakan model pembelajaran STM, lebih tinggi daripada hasil belajar biologi siswa kelas X5 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI.

(26)

Masyarakat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Siswa kelas V SD Gugus Srikandi” oleh Wibawa, Suara, Sujana hasil penelitian menunjukkan pembelajaran STM berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai penerapan pendekatan STM menunjukkan penerapan pendekatan STM dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi aktivias siswa serta hasil belajar siswa. Hasil penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu Pengaruh Pendekatan STM (Sains Teknologi Masyarakat) Terhadap Tanggung Jawab dan Prestasi Belajar IPA Materi Bumi dan Alam Semesta Kelas IV MI GUPPI Talagening. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian-penelitian sebelumnya.

H. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran merupakan proses memanipulasi lingkungan untuk memudahkan orang belajar, untuk mengukur apakah pembelajaran telah berhasil atau tidak dapat dilihat dari hasil belajar yang telah dicapai siswa. Pembelajaran disusun tidak hanya menekankan pada apa yang akan dipelajari, tetapi juga bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari.

Pendekatan STM siswa dapat belajar melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi sederhana yang ada dalam masyarakat. Siswa juga dibimbing untuk mampu menyelesaikan

(27)

Pebelajaran di sekolah kurang dikaitkan dengan kehidupan siswa sehari-hari.

masalah menggunakan kosep-konsep sains yang diperoleh, mengenal menggunakan produk teknologi, serta mengambil keputusan berdasarkan nilai, sehingga pada akhirnya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM dapat mempermudah siswa untuk belajar dengan prestasi belajar yang optimal diikuti tanggung jawab yang memuaskan.

Pendekatan STM diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap tanggung jawab. Jadi, diduga penerapan model STM dapat mempengaruhi hasil belajar IPA siswa. Penjelasan di atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Perlu pendekatan pembelajaran yang dapat mengangkat fenomena-fenomena di lingkungan sekitar siswa

STM

Siswa bersikap peduli terhadap masalah yang ada di lingkungan sekitarnya dan merasa materi yang dipelajarinya penting untuk

dirinya

STM berpengaruh terhadap tanggung jawab dan prestasi belajar IPA

(28)

I. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir diatas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Ada pengaruh penerapan pendekatan STM terhadap tanggung jawab siswa kelas IV MI GUPPI Talagening.

2. Ada pengaruh penerapan pendekatan STM terhadap prestasi belajar siswa kelas IV MI GUPPI Talagening.

Gambar

Gambar 2.1 Enam Ranah dalam STM  (Yager dan McCormack)
Gambar 2.2 Tahap Pembelajaran STM (Poedjiadi, 2010: 126)  Tahap pendahuluan dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di  masyarakat  yang  dapat  digali  siswa,  tahap  ini  disebut  inisiasi  atau  mengawali,  memulai,  dan  dapat  disebut  tahap  invita
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar  Standar Kompetensi  Kompetensi Dasar  10
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur simpan dan kelayakan bisnis biskuit MP- ASI berbasis tepung komposit (tepung gandum dan gembili) dengan penambahan protein

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi HPMC K4M – amilum kulit pisang agung dan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap mutu fisik tablet dan

Dari tahapan proses fabrikasi transistor bipolar tersebut, maka dituliskan kembali tahapan proses tersebut ke dalam step proses fabrikasi pada Ligament flow editor, seperti

Untuk membuat link ke bagian tertentu document lain anda bisa gunakan anchor name di document yang menjadi tujuan

Wheezing yang terdengar menyeluruh di lapangan paru disebabkan oleh asma, bronkitis kronik, penyakit Paru Obstruksi Kronik dan penyakit jantung kongestif ( cardiac

Tujuannya adalah melihat secara komprehensif strategi kampanye komunikasi ASI Eksklusif yang dilakukan oleh AIMI Jateng dikota Semarang.. Penelitian ini menggunakan

Jawab : iya betul, di LP kita tidak mencantumkan tujuan, namun sudah bisa dilhat dari indikator yang susunannya ABCD. Indikator harus menggambarkan secara lengkap. i) Apa

kelengkapan pengisian pendokumentasian yang benar formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor di RSUD Ambarawa Periode Bulan Maret Tahun