• Tidak ada hasil yang ditemukan

PITRA YUNI HARTI NPM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PITRA YUNI HARTI NPM:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT DALAM MENGATASI PERILAKU

SEKS REMAJA DI KEBUN TEH JORONG SUNGAI LAMBAI NAGARI

LUBUK GADANG SELATAN KECAMATAN SANGIR KABUPATEN

SOLOK SELATAN

ARTIKEL

PITRA YUNI HARTI

NPM: 11070072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

3

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT DALAM MENGATASI PERILAKU SEKS REMAJA DI KEBUN TEH JORONG SUNGAI LAMBAI NAGARI LUBUK GADANG SELATAN

KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN

Nama : Pitra Yuni Harti

NPM : 11070072

Program Studi : Pendidikan Sosiologi

Jurusan : Pendidikan Ilmu Sosial dan Ilmu Pendidikan Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Artikel ini disetujui oleh dosen pembimbing skripsi untuk diserahkan ke program studi pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Padang, 10 Oktober 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Aziwarti, M.Hum Surya Prahara, M.Hum

(4)

4

Social Control Community In Addressing Adolescent Sexual Behavior In The Tea Garden Jorong Rippling River Bottom Sieve Villages South Districts Sangir Solok District South.

Pitra Yuni Harti1, Aziwarti, M.Hum2,Surya Prahara, M.Hum3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang, Email:

yuni.pitra@yahoo.co.id ABSTRACT

Social control on adolescent sexual behavior in the tea garden, done by young or local community based regulation 21, it is also through the help of the municipal police. If the terms of the geographical conditions, the community embraced Jorong river is a society that cares for the environment in preventing adolescent sexual behavior in the tea garden. But although it has been done but the social control sexual behavior was still going on, so that the goal of this study was to describe the form of social control of the community in addressing adolescent sexual behavior in the tea garden Jorong rippling river Nagari Lubuk South Tower Sangir District of South Solok. The theory used in this research is the theory of social control pioneered by Reckless. This study used a qualitative approach with descriptive type. Selection techniques informant by purposive sampling is determined deliberately by researchers with specific criteria that the informant as many as 14 people. Data used primary data. Methods of data collection in this study yakninya non-participant observation and in-depth interviews. Yakninya analysis unit group. Analysis of the data used yakninya interactive data analysis model (Milles and Huberman).From the results of research can be concluded that this form of social control of the community in addressing adolescent sexual behavior in the tea garden Jorong rippling river Nagari Lubuk South Tower Sangir District of South Solok is: 1. Rule 2. Rule indigenous communities 3. Rules of religion while the mechanism in conducting social control community in addressing adolescent sexual behavior in the tea garden is 1.preventif, such as: a. Reprimand b. 2. Repressive socialization, such as: a. B raid. Sanctions against adolescent sexual behavior in the tea garden community in the form of sanctions, penalties and sanctions money thing. c. community and municipal police involvement in social control.

Keyword: Social Control, Adolescent Sexual

1Mahasiswa program studi pendidikan sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat angkatan 2011

2Pembimbing I dari dosen STKIP PGRI Sumatera Barat 3Pembimbing II dari dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(5)

1

PENDAHULUAN

Perilaku seks remaja seperti berpelukan, berciuman, bercumbu bahkan sampai pada hubungan seks pranikah, perilaku tersebut telah melanggar aturan dan norma yang telah disepakati oleh masyarakat setempat. Dikatakan demikian karena perbuatan tersebut tidak sesuai dengan adat, nilai, norma yang ada di masyarakat, yang dalam sosiologi dapat dikategorikan sebagai masalah sosial. Perilaku seks remaja yang dilakukan para remaja tersebut harus diatasi agar tidak terulang kembali pada remaja lainnya. Dalam hal ini masyarakat merupakan agen kontrol sosial terutama dalam memantau para remaja yang melanggar aturan yang terdapat dilingkungannya. Kontrol sosial ini bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat (Soekanto, 2012:226).

Dalam kehidupan bermasyarakat dimana pada masyarakat Sungai Lambai mereka menjalankan peran yang dimilikinya yaitu dalam menjaga masyarakat beserta lingkungannya berdasarkan perda 21 pasal 11 yang berisi tentang:

1) Peran serta masyarakat dalam pencegahan maksiat merupakan hak dan tanggung jawab masyarakat untuk ikut mewujudkan kehidupan yang bebas maksiat.

2) Wujud peran serta masyarakat dapat berupa kewajiban untuk melaporkan kepada pejabat yang berwenang terdekat dari tempat kejadian, apabila mengetahui diduga adanya perbuatan maksiat. 3) Jika pelaku perbuatan maksiat tertangkap

tangan oleh masyarakat, maka warga masyarakat wajib menyerahkan kepada pejabat berwenang terdekat dari tempat kejadian.

4) Pejabat berwenang wajib memberikan jaminan keamanan dan perlindungan kepada pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2

5) Warga masyarakat dapat menyatakan keberatan dan pernyataan tidak puas atas kelalaian atau keterlambatan pejabat berwenang dalam memberikan jaminan dan perlindungan kepada pelapor.

6) Tata cara peran serta masyarakat dalam pencegahan maksiat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dari pasal tersebut sudah jelas di katakan bahwa masyarakat wajib menjaga lingkungannya beserta semua warga masyarakatnya dari perbuatan maksiat atau dalam kasus ini yaitu perilaku seks remaja. Berdasarkan data yang di peroleh dari Satpol PP para pelaku di perkirakan adalah para remaja yang masih usia produktif yaitu berumur 12 sampai 22 tahun. Berikut jumlah data yang di peroleh dari Satpol PP Jorong Sungai Lambai sejak lima tahun terakhir :

Tabel I.

Rekapitulasi kegiatan penertiban Satpol PP Jorong Sungai Lambai Nagari Lubuk

Gadang Selatan Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan

No. Tahun Remaja yang

tertangkap 1. 2010 34 pasang 2. 2011 10 pasang 3. 2012 3 pasang 4. 2013 - 5. 2014 1 pasang

Sumber: Kantor Satpol PP

Berdasarkan tabel 1 diatas setiap tahunnya para remaja yang melakukan perilaku seks mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2014 terus mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa kontrol sosial yang ada pada masyarakat Jorong Sungai Lambai Nagari Lubuk Gadang Selatan Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan sudah dijalankan, dikatakan demikian karena remaja yang tertangkap berperilaku seks seperti berpelukan, berciuman, bercumbu dan berhubungan suami istri, itu semua sudah terdata di kantor Satpol PP. meskipun penyimpangan yang terjadi di lokasi ini mengalami penurunan setiap tahunnya tetapi penyimpangan tersebut masih saja terjadi. seperti yang ada pada tabel diatas yang mana pada tahun 2014 terdapat satu pasang remaja yang tertangkap berperilaku seks.

Statement tersebut didukung oleh wawancara dengan Bapak Hendri salah satu

(6)

2

warga masyarakat yang tinggal di dekat kebun teh tersebut pada tanggal 29 Maret 2015, kontrol sosial yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengatasi perilaku seks remaja yaitu remaja yang mulai dari hanya berpelukan, berciuman, bercumbu bahkan berhubungan suami istri. Meskipun telah dilakukan kontrol sosial ini, namun untuk mengatasi perilaku seks seperti berpelukan dan berciuman sulit masyarakat kesulitan untuk mengatasinya. Oleh sebab itu, hal ini menjadi menarik untuk diteliti. Untuk itu penulis memberi judul “Kontrol Sosial Masyarakat Dalam Mengatasi Perilaku Seks Remaja Dikebun Teh Jorong Sungai Lambai Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan”. METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, informan adalah orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya, orang lain, suatu kejadian, satu hal kepada peneliti. Jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian (Afrizal, 2014:139). Informan penelitian ini diambil secara

purposive sampling. Jumlah informan dalam penelitian adalah berjumlah 14 orang yang terdiri dari tokoh masyarakat, warga masyarakat yang pernah melakukan kontrol sosial dan remaja yang pernah tertangkap berperilaku seks di kebun teh.

Metode pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Observasi non partisipan dan wawancara Mendalam. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman (1992: 16) yang terdiri 4 langkah yaitu: Pengumpulan Data, Reduksi Data, Penyajian Data (display data), Mengambil Kesimpulan (verifikasi).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan observasi dan penelitian yang peneliti lakukan di Jorong Sungai Lambai Nagari Lubuk Gadang Selatan Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Peneliti melihat bentuk-bentuk kontrol sosial masyarakat dalam mengatasi perilaku seks remaja di kebun teh. Berikut penjelasannya:

1. Bentuk kontrol sosial masyarakat dalam mengatasi perilaku seks remaja di kebun teh.

Berdasarkan penelitian terungkap bahwa bentuk kontrol sosial masyarakat dalam mengatasi perilaku seks remaja di kebun teh jorong sungai lambai adalah berupa peraturan masyarakat, aturan adat dan aturan agama. peraturan masyarakat adalah Peraturan yang disampaikan dan disosialisasikan secara langgsung oleh masyarakat tanpa adanya bukti nyata hitam diatas putih. Akan tetapi meski tidak memiliki bukti otentik peraturan tidak tertulis lebih menjadi acuan yang selalu diingat oleh masyarakat, sehingga jika terjadi pelanggaran masyarakat akan saling mengingatkan untuk tetap menjaga keteraturan tersebut tetapi peraturan tertulisnya yang digunakan yaitu berdasarkan peraturan perda 21 pasal 11 yang berisi tentang peran masyarakat dalam mencegah perbuatan maksiat.

Adat adalah aturan, norma, dan hukum, kebiasaan yang lazim dalam kehidupan suatu masyarakat. Adat ini dijadikan acuan untuk mengatur tata kehidupan suatu masyarakat dan mengikat, serta tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi kegenerasi lain sebagai warisan, sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. Adapun adat itu terbagi dalam beberapa bagian yaitu, 1) Adat yang sebenarnya adat adalah aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia yang berasal dari penciptanya. Hukum yang tidak dapat ditawar-tawar, memang demikian adanya aturan tersebut dari tuhan pencipta manusia. Adat yang sebenarnya adat ini tertuang dalam suatu ajaran agama. Dalam ajaran agama islam hukum tersebut diatur dalam alqur’an dan hadist. Dalam alqur’an dan hadist tersebut diatur mengenai hal-hal yang dilarang dan diperbolehkan, dengan ganjaran bahwa suatu perbuatan tersebut haram atau dihalalkan dalam agama islam. 2) Adat yang teradat adalah aturan hukum atau kebiasaan yang tercipta dengan sendirinya. Demikian halnya dengan sanksi dari adat yang teradat yang digunakan masyarakat Sungai Lambai dalam memberikan sanksi terhadap orang yang

(7)

3

berperilaku seks di kebun teh. Seperti pituah orang minang adat yang tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan, dipindah tidak layu, dibasuh habis air. Artinya semua ketetapan yang ada di alam ini memiliki sifat-sifat yang tak akan berubah, seperti orang yang berbuat maksiat pasti akan kena sanksi begitu terus diterapkan dari dahulu sampai seterusnya. 3) Adat yang diadatkan adalah norma, hukum-hukum yang menjadi kebiasaan kemudian disepakati dalam suatu mufakat untuk dijadikan acuan dalam mengatur kehidupan masyarakat disuatu daerah. 4) Adat istiadat adalah kebiasaan dalam suatu masyarakat yang kemudian menjadi norma yang terus menerus dan berkembang. Adat istiadat ini tidak memiliki sanksi dan hukum, namun hanya berupa celaan dan lain sebagainya.

Saat sekarang masih di terapkan hal yang demikian, karena di Jorong Sungai Lambai ini tidak ada peraturan yang dibuat secara tertulis, tentang peraturan dalam hal berkunjung ke kebun teh sehingga kontrol sosial dengan menggunakan aturan adat yang dilakukan masyarakat disini lemah sebab orang yang kedapatan berperilaku seks itu rata-rata adalah pengunjung atau orang dari luar daerah itu. Artinya masyarakat kesulitan untuk mengontrol perilaku remaja sebelum terjadi penyimpangan.

Agama merupakan tuntutan hidup yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan. Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari aturan-aturan hidup yang berlaku. Aturan-aturan tersebut disebut sebagai norma. Dengan demikian norma adalah kaidah atau aturan yang disepakati dan memberi pedoman bagi perilaku para anggotanya dalam mewujudkan sesuatu yang dianggap baik dan diinginkan, yang berisi tentang perintah, anjuran dan larangan. Norma dalam masyarakat di bagi menjadi empat norma yang dijadikan pedoman dalam berbuat yaitu : 1) Norma agama adalah peraturan hidup yang harus diterima manusia sebagai perintah dan larangan. 2) Norma kesusilaan adalah peraturan hidup yang bersumber dari hati nurani manusia. Pelanggran norma kesusilaan merupakan pelanggaran perasaan yang

berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat universal dapat diterima oleh semua orang. 3) Norma kesopanan adalah norma yang timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri. Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kapatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun, tata krama atau adat istiadat. Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan bersifat khusus pada suatu tempat. Dan hanya berlaku bagi segolongan masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat, mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian. 4) Norma hukum ialah peraturan yang timbul dan dibuat oleh lembaga kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara tersebut. norma hukum ini bisa berupa peraturan dari Perda, agama dan sebagainya. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang memaksa , sanksinya berupa ancaman hukuman.

Berdasarkan norma atau aturan diatas maka masyarakat dapat menjalankan tugasnya dalam mengontrol warga masyarakat dari perilaku seks. Dalam aturan agama yakninya agama islam dimana terdapat aturan perintah dan larangan dalam beringkah laku. Seperti dilarang untuk mencuri, mabuk-mabukan, berkata kotor serta berzina. Dalam hal ini yaitu berperilaku seks. berdasarkan aturan agama tersebut maka tokoh masyarakat dan warga masyarakat di Sungai Lambai ini memakai aturan agama dalam mengontrol perilaku seseorang. Sebab, jika orang yang beriman tidak akan melakukan hal demikian karena dalam agama jelas dilarang. Norma agama ini hanya sebagai landasan untuk mengatur perilaku seseorang bukan dalam pemberian sanksi sebab norma agama ini hukumannya berhubungan dengan allah di akhirat kelak.

(8)

4

2. Mekanisme kontrol sosial masyarakat

dalam mengatasi perilaku seks remaja di kebun teh.

Mekanisme kontrol sosial masyarakat dalam mengatasi perilaku seks remaja di kebu teh ada dua yaitu preventif dan represif. Preventif merupakan cara yang dilakukan masyarakat sebelum terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti orang-orang yang melanggar aturan dan norma masyarakat. Adapun mekanisme yang dilakukan masyarakat untuk mencegah terjadinya perilaku seks dikebun teh yaitu sebagai berikut:

Teguran adalah suatu peringatan, kritik atau ajaran terhadap orang yang melakukan kesalahan. Dengan demikian, maka teguran dimaksudkan untuk memberitahu dan memperingati seseorang, sehingga dapat membuat seseorang menyadari atas perbuatan yang ia lakukan. dalam hal ini masyarakkat memperingati para remaja yang berperilaku seks di kebun teh bahwa tindakannya telah melampaui batas nilai dan norma yang berlaku di lingkungan masyarakat.

Sosialisasi ini dapat diperoleh dimana saja dan kapan saja, sosialisasi tidak hanya di dapat dari keluarga, namun dari masyarakat juga. Sosialisasi ini bertujuan agar semua orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan beserta aturan, nilai dan norma yang ada di dalam lingkungan tersebut.

Represif adalah Kontrol sosial yang dilakukan masyarakat dengan tujuan untuk mengembalikan kekacauan yang terjadi dilingkungan masyarakat. Kondisi ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula. Sehingga untuk memulihkan keadaan tersebut harus ada mekanisme yang dilakukan dalam mengembalikan keserasian yang terganggu yaitu sebagai berikut :

Penggrebekan merupakan penangkapan terhadap pelaku perilaku seks dengan mendatangi ke lokasi kejadian secara mendadak. Penggrebekan ini dilakukan oleh pemuda atau warga masyarakat sekitar, dimana masyarakat itu melihat atau mendapatkan informasi dari orang lain bahwa

di kebun teh ada orang yang berperilaku seks. sehingga pemuda atau masyarakat disana langsung turun ke lokasi untuk melakukan penggrebekan. Penggrebekan ini dilakukan kapan saja, baik pada siang maupun pada malam hari. penggrebekan ini selain dilakukan oleh masyarakat yang melihat kejadiannya langsung atau juga dapat terjadi pada waktu ronda aktif. Ronda adalah berjalan berkeliling untuk menjaga keamanan di kampung/desa setempat baik dengan jalan kaki ataupun menggunakan kendaraan bermotor. Kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi di bidang keamanan dan ketertiban, merupakan potensi pengamanan swakarya yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan guna menumbuh kembangkan sikap mental, kepekaan dan daya tanggap setiap warga masyarakat dalam mewujudkan keamanan dan ketertiban disetiap lingkungan mereka.

Sanksi terhadap remaja yang berperilaku seks di kebun teh yaitu berupa sanksi masyarakat, sanksi benda dan sanksi uang. Masyarakat memberikan sanksi berdasarkan kesalahan yang mereka lakukan dimana ada empat tahapp dalam pemberian sanksi yaitu sebagai berikut:

Tabel 7.

Sanksi Bagi Orang Yang Berperilaku Seks Di Kebun Teh Sungai Lambai No Bentuk

perilaku seks

Sanksi yang

diberikan masyarakat 1 Berpelukan Teguran dan

nasehat

2 Berciuaman Teguran dan sanksi benda 3 Bercumbu Sanksi benda dan

sanksi uang 4 Berhubungan

suami istri

Sanksi uang dan kemudian

dinikahkan

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan perilaku seks di kebun teh Sungai Lambai akan diberikan sanksi berdasarkan kesalahan yang mereka lakukan, dimana sanksi yang

(9)

5

diberikan masyarakat berupa teguran, sanksi benda, sanksi uang dan kemudian dinikahkan.

Sanksi benda adalah serangkaian katentuan hukum yang mengatur hubungan hukum secara langsung antara seseorang dengan benda yang melahirkan berbagai hak. Artinya pemberian sanksi benda ini adalah sebagai bukti atas perilaku yang pernah ia perbuat, dalam pemberian sanksi ini tergantung kepada orang yang memberikan hukuman bendanya. Benda tersebut dapat berupa surat perjanjian, atau dengan meninggalkan berbagai hak milik mereka yang berperilaku seks untuk sebagai jaminan.

Sanksi uang atau sering disebut juga dengn denda. Denda adalah bentuk hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk uang karena melanggar aturan, undang-undang, dan sebagainya. Maka sanksi ini biasanya diberikan jika sudah ada suatu kesepakatan di dalam suatu lapisan masyarakat. Tujuan dari adanya sanksi ini adalah untuk menekan adanya penyimpangan di dalam suatu masyarakat dalam hal ini perilaku seks remaja. Bagi para remaja yang tertangkap, mereka harus membayar denda atau sebagai ganti rugi kepada masyarakat dilokasi kejadian atas perbuatan mereka. Denda tersebut kurang lebih 20 karung semen.

3. Keterlibatan Masyarakat dan Satpol PP Dalam Proses Kontrol Sosial Di Kebun Teh.

Keterlibatan masyarakat dan Satpol PP dalam proses kontrol sosial di kebun teh karena tidak ada aturan yang mengatur untuk mengekang perilaku yang akan dilakukan para remja sehingga terjadi lah hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat. Setelah masyarakat mengetahui bahwa ada remaja yang berperilaku seks dikebun teh, yaitu terjadi pada tahun 2010 dimana terdapat 34 pasang remaja yang tertangkap, hal yang demikian membuat masyarakat perlu mengambil suatu tindakan dengan melakukan kontrol sosial terhadap remaja yang berperilaku seks tersebut. Kontrol sosial ini dilakukan dengan melibatkan semua masyarakat sekitar dan juga

Satpol PP dalam melakukan kontrol sosial terhadap perilaku seks remaja di kebun teh. sama dengan yang diungkapkan oleh Reckles dimana kontrol sosial ada yang berasal dari luar dan adapula yang berasal dari dalam. Jika permasalahan yang terjadi di atas terkait perilaku seks yang dilakukan remaja di kebun teh di Jorong Sungai Lambai, merupakan salah satu bentuk pengendalian sosial yang bersumber dari luar. Objek yang sebagai orang yang melakukan pengendalian sosial ini adalah masyarakat, Satpol PP, dan para pemuda yang terdapat didaerah tersebut. Hal ini terbukti dengan kepekaan masyakat terhadap lingkungannya. Sehingga jika mulai dicurigai akan terjadi hal-hal yang berbaur penyimpangan masyarakat dan seluruh anggotanya akan ikut terlibat langsung dalam penyelesaiannya. Mulai dari memantau sebelum penyimpangan terjadi sampai pada memberikan sanksi setelah terjadinya penyimpangan tersebut. Semua tindakan ini dilakukan agar penyimpangan yang terjadi dapat berkurang. Untuk itu akan terus dilakukan pemantauan dan tegaknya peraturan dari masyarakat setempat demi menjaga keamanan lingkungan mereka.

Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk kontrol sosial masyarakat dalam mengatasi perilaku seks remaja di kebun teh Jorong Sungai Lambai yakninya pertama,

peraturan masyarakat Sungai Lambai dalam melakukan kontrol sosial berdasarkan Perda 21 terhadap remaja yang berbuat maksiat atau berperilaku seks kedua, aturan adat yaitu dalam menyelesaikan masalah yang terdapat di daerah mereka. dimana dari empat adat yang ada yaitu adat yang sebenarnya, adat yang diadatkan, adat yang teradat, adat istiadat.

ketiga aturan agama yaitu landasan masyarakat dalam mengontrol perilaku seseorang. Sebab dalam agama telah dijelaskan bahwa perbuatan zina, berbuat maksiat adalah sangat dilarang dalam agama.

Mekanisme kontrol sosial masyarakat dalam mengatasi perilaku seks remaja di kebun teh yaitu: pertama, preventif merupakan

(10)

6

cara yang dilakukan masyarakat sebelum terjadinya perilaku seks remaja di kebun teh. Dimana cara yang dilakukan tersebut berupa teguran dan sosialisasi. Kedua, represif adalah Kontrol sosial yang dilakukan masyarakat dengan tujuan untuk mengembalikan kekacauan yang terjadi dilingkungan masyarakat. Kondisi ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran dengan maksud hendak memulihkan keadaan agar bisa berjalan seperti semula. Adapun kontrol tersebut yaitu berupa penggrebekan, pemberian sanksi terhadap remaja yang berperilaku seks di kebun teh seperti: sanksi masyarakat, sanksi benda dan sanksi uang. selanjtnya keterlibatan masyarakat dan Satpol PP dalam melakukan kontrol sosial ini karena tidak ada aturan tertulis yang mengatur untuk mengekang perilaku remaja, hal ini lah yang membuat masyarakat peka terhadap situasi dan kondisi lingkungan mereka.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Hendaknya Wali Nagari, Jorong dan unsur-unsur yang terkait membuat suatu peraturan Nagari yang tertulis tentang perilaku remaja dalam berkunjung maupun hukuman atau sanksi terhadap pelanggran peraturan tersebut.

2. Kontrol sosial masyarakat terhadap perilaku seks remaja hendaknya dilakukan sebelum terjadi pelanggaran.

3. Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa berikutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kontrol sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers

Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif

(terj.). Jakarta: penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN III DIREKTORAT JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KATOLIK KEMENTERIAN AGAMA TENTANG PEMBERIAN BANTUAN SUBSIDI UPAH BAGI

Teknik optimalisasi seperti penghapusan indeks basis data target sebelum proses load, ekstraksi secara paralel, penulisan ulang aljabar relasional, dan pengambilan data yang

Adapun studi ini memiliki ruang lingkup yang sangat luasdan perlu diberikan batasan masalah diantarnya: daerah studi merupakan ruas jalan Legian- Kuta sepanjang 1,2 Km

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus pada pembelajaran menulis deskripsi siswa kelas IV SD N I Gedong, Ngadirojo,

Karena Allah hanya menciptakan langit dan bumi serta isinya dalam enam hari, sedangkan hadits-hadits dari Nabi saling menguatkan bahwa yang

1) Sebagai daya tarik bagi penabung dan individu, isntitusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. 2) Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat

Berisi gerakan pelemasan lari keliling lapangan dan evaluasi kegiatan (10menit). Pemanasan dipimpin oleh salah satu seorang siswa, pengajar memperagakan bentuk pembelajaran,

Sensitivitas kemampuan sistem untuk dapat menjaring data informasi yang akurat mengenai kasus HIV dan AIDS pada pengumpulan data dan kemampuan dalam menganalis tren dan