TIPOLOGI PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN
IKHTISAR PERUMAHAN DI INDONESIA
PRAKARSA PEMBANGUNAN PERUMAHAN PEMRAKARSA PEMBANGUNAN
FORMAL TERORGANISASI Pemerintah dan Perusahaan (Perumnas, Developer Real Estate, organisasi
pembangunan perumahan lainnya) dan dengan mengikuti aturan yang ditetapkan suatu otoritas.
INDIVIDUAL Individu/keluarga dengan mengikuti aturan dan jaringan prasarana yang ditetapkan oleh suatu otoritas setempat
INFORMAL LEGAL Individu / keluarga / kelompok
membangun di atas tanah haknya tanpa mengikuti aturan membangun dan pada umumnya tidak dilengkapi dengan jaringan prasarana.
TIDAK LEGAL Individu/ keluarga / kelompok membangun di atas tanah yang bukan haknya tanpa mengikuti aturan meembangun
PERUMAHAN FORMAL(1)
•
Rumah Tinggal
– Jenis Perumahan
• RS, RSS, RSH, Kapling Siap Bangun, Menengah, Mewah, Rusun, Apartemen
– Jenis Bangunan Rumah
• Rumah Tunggal, Rumah Kopel, Rumah Deret, Apartemen Rendah, Apartemen Tinggi, Rumah Kota, Rumah Susun (Flat)
•
Prasarana dan Sarana
– Air Bersih, Drainase, Saluran Air Kotor, TPS – Pendidikan, Kesehatan, Rekreasi, dll
– Jaringan Listrik, Telepon, dll
•
Sirkulasi
– Jaringan Jalan, Parkir, dll
•
Pembiayaan
TIPE HUNIAN
TIPE RUMAH V. LUAS PERSIL v. BIAYA
Harga Satuan Terendah LUAS PERSIL (m2) 54 - 200 200 - 600 600 – 2000 =< Tipe C RS RMn RMw Tipe C s/d A RMn RMn RMw >= Tipe A RMw RMw RMw
KETENTUAN HUNIAN BERIMBANG
Dapat menampung secara serasi
berbagai kelompok masyarakat
1. RS : RMn : RMw = 6 : 3 : 1 2. RS : RMn = 2 : 1
3. RS tidak wajib membangun RMn / RMw
4. RS Besar : (RS tipe kecil + RSS + Lisiba) = 1 : 5 atau lebih
5. RS Kecil : (RSS + Lisiba) = 1 : 3 atau lebih 6. Pembangunan RS didahulukan
HOUSING TYPES
RUMAH SEDERHANA SEHAT (RSH)
• Tidak bersusun
• Luas lantai max. 70 m2
• Luas persil 54 – 200 m2
• Harga/m2 = harga rumah dinas tipe C
RS Besar : Luas lantai 36 –70 m2
RUMAH SANGAT SEDERHANA (RSS)
• Tidak bersusun
• Luas lantai 21 – 36 M2
• Luas persil 54 – 200 m2
KASIBA dan LISIBA
• Kawasan Siap Bangun
– Minimum 3000 unit – Minimum 3 Lisiba
• Lingkungan Siap Bangun
– Minimum 1000 unit
• Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri
• Lahan matang terencana
• Luas 54 – 72 m2
• Jalan setapak, damija 2,8 m
• Prasarana listrik, air bersih, MCK, tempat
main, warung
KRITERIA KASIBA/LISIBA
1. Penyelenggaraan meliputi :
a. Pembentukan panitia penetapan lokasi b. Pembentukan Badan Pengelola
c. Perolehan tanah
d. Perencanaan dan pengawasan pembangunan e. Penertiban dan pengawasan pembangunan 2. Kasiba untuk membangun 3000-10.000 unit
3. Lisiba untuk membangun 1000-3000 unit
4. Penyelenggara Lisiba yaitu badan usaha Pembangunan Perkim yang dilakukan melalui kompetisi.
5. Persyaratan Kasiba dilengkapi jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan
ILUSTRASI KAWASAN
PERMUKIMAN BARU SERTA KASIBA & LISIBA BS
KASIBA ADALAH
(1) SEBIDANG TANAH YANG DIPERSIAPKAN UNTUK PEMB. P/P SKALA BESAR
(2) TERBAGI DALAM SATU LISIBA ATAU LEBIH (3) DILAKUKAN SECARA BERTAHAP
(4) DILENGKAPI DENGAN JARINGAN PRIMER & SEKUNDER
(5) SESUAI RUTR
LISIBA ADALAH SEBIDANG TANAH (1) BAGIAN DARI KASIBA (2) ATAU YG BERDIRI SENDIRI (3) TELAH DI-PERSIAPKAN &
DILENGKAPI DENGAN PSD (4) SESUAI DENGAN
PERSYARATAN,
PEMBAKUAN YG BERLAKU LISIBA BS ADALAH
(1) BUKAN BAGIAN DARI KASIBA,
(2) DIKELILINGI OLEH LINGK. PERUMAHAN YG SDH TERBANGUN ATAU DIKELILINGI OLEH KAWASAN DNG FUNGSI LAIN KAWASAN PERMUKIMAN BARU
KPSB KAWASAN PERMUKIMAN KOMUNIKASI / AKSES TEMPAT KERJA REKREASI FAS-SOS / FAS-UM STRUKTUR DASAR P E R K O T A A N CALON KASIBA KASIBA LISIBA BS PERUMAHAN YANG
TELAH TERBANGUN CALON LISIBA
SASARAN
Pengembangan Kawasan Permukiman Baru serta Kasiba/Lisiba
PELAKSANAAN
1. Desiminasi Tujuan, Pemahaman dan Kemauan Pelaksanaan kawasan Permukiman Baru serta
Kasiba/Lisiba
2. Pendampingan I Penetapan Lokasi
3. Pendampingan II Penetapan Badan Pengelola/ Penyelenggara
4. Pendampingan III Pembangunan Prasarana dan Sarana 5. Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
LOKASI
Pemda yang siap dengan lokasi Kawasan Permukiman Baru serta KASIBA/LISIBA, sesuai
dengan RTRWK
SKEMA PEMBENTUKAN KASIBA/ LISIBA
BENTUK KEGIATAN
1. Pendampingan Dalam Pelaksanaan Pengembangan Permukiman serta KASIBA/LISIBA.
2. Bantuan Prasarana dan Sarana 3. Pendampingan Program Pemda
• Jenis:
– Hunian
– Bukan Hunian – Campuran
• Lingkungan Rusun (1 : 2000)
• Satuan Lingkungan Rusun (1 : 500) • Rusun (1 : 200)
• Satuan Rusun (SRS); (1 : 100); min. 18 m2, lebar min. 3 m • Prasarana (Jalan dan Utilitasnya)
• Tempat Parkir • Utilitas Umum
• Fasilitas Lingkungan
KETENTUAN RUSUN
•
Persyaratan:
– Max. 5 lt – KDB 25%
– KLB max. 1,25
– Kepadatan penduduk max. 1736 jiwa/Ha
•
Pemanfaatan Lahan:
– Lahan dan Bangunan max. 50% – Prasarana Lingkungan min. 20 % – Fasilitas Lingkungan min. 30% – dari luas lahan bersama
•
Bagian Rusun:
– SRS
– Benda Bersama:
• Ruang Umum (koridor > 80 cm, selasar 150 cm, ruang tangga)
• Struktur dan Komponen Rusun • Prasarana Lingkungan
1. Tidak Bersusun
Luas persil 54 – 600 m2
Harga/m2 = biaya rumah dinas tipe C tertinggi
s/d tipe A
2. Tidak Bersusun
Luas Persil 200 – 600 m2
Harga/m2 =< harga tertinggi rumah dinas tipe C
1. Tidak Bersusun
Luas persil 54 – 2000 m2
Harga/m2 = rumah dinas tipe A
2. Tidak Bersusun
Luas Persil 600 – 2000 m2
Harga/m2 =< harga tertinggi rumah dinas tipe A
SIRKULASI
JALAN DAN TEMPAT PARKIR RS
•
Jalan Setapak:
– Badan jalan min. 2,00 m – Perkerasan min. 1,50 m – Bahu jalan min 0,25 m
•
Jalan Kendaraan:
– Badan jalan min. 3,50 m (10 – 20 km/jam) – Perkerasan min. 3,00 m
– Bahu jalan min 0,25 m
•
Tempat Parkir:
– Max. 300 m dari pintu terdekat
– Ruang penghantar
Housing types
RUMAH TUNGGAL (Detached House) • 1 atau 2 keluarga
• 2 atau 1 lantai
RUMAH GANDENG (Semi-Attached/Semi Detached) • 1 atau 2 keluarga
• dinding bersama ekonomi • kapling lebih kecil
• jalan masuk terpisah • biasanya 2 lantai
RUMAH TUNGGAL KARAKTERISTIK
Bangunan tunggal yang berdiri sendiri dan terpisah dari bangunan
sampingnya
Bangunan tipe ini memiliki jarak
tertentu dari bangunan di sampingnya dan jalan umum di depan bangunan Merupakan bangunan hunian dengan tingkat kepadatan rendah, karena umumnya dihuni hanya oleh satu keluarga (single-family housing)
Memiliki halaman pada 3 – 4 sisinya Tipe bangunan rumah yang paling ideal
Bangunan rumah tipe ini tergolong mahal karena luas lahan yang
Unit tempat tinggal dengan struktur tunggal yang berdiri terpisah dari unit lain dengan persil tersendiri dan memiliki ruang/halaman di 3 atau 4
sisinya. Merupakan tipe rumah yang dianggap paling ideal
namun pada umumnya tergolong mahal dan mengkonsumsi lahan
perkotaan secara besar dengan luas persil di atas 600 m2
Sumber : http://www.ijm.ie
Rumah Tunggal
(detached house)
`RUMAH GANDENG KARAKTERISTIK
Bangunan dengan struktur tunggal tetapi memiliki beberapa bagian unit untuk ditinggali oleh penghuni yang berbeda-beda
Bangunan satu atap dengan dua atau lebih unit hunian yang hanya dibatasi oleh
dinding pemisah
Dinding pemisah umumnya berada pada bangunan tambahan, misalnya: garasi dan teras
Merupakan bangunan hunian dengan tingkat kepadatan sedang/rendah
Luas persil : tergolong menengah dengan luas berkisar antara 200 m2 hingga 600 m2
Umumnya memiliki halaman di bagian depan dan belakang bangunan
Jenis ini mencakup bangunan rumah tipe
Unit tempat tinggal dengan struktur tunggal yang berdiri
terpisah dari unit lain dengan persil tersendiri dan memiliki
ruang/halaman di 3 atau 4 sisinya. Merupakan tipe rumah yang
dianggap paling ideal namun pada umumnya tergolong mahal dan mengkonsumsi lahan perkotaan secara besar dengan luas persil di atas 600 m2
Clickromford.co.uk
Contoh Rumah Tunggal dan Rumah Kopel di
Bandung
1. Struktur bangunan tunggal 2. Luas persil bervariasi
3. Umumnya memiliki halaman/ruang terbuka di beberapa bangunan rumah
4. Memiliki pagar untuk setiap bangunan rumah 5. Memiliki entrance yang jelas
1. Terdiri dari dua unit hunian di bawah satu atap (dalam satu bangunan)
2. Unit hunian dipisahkan oleh dinding 3. Luas persil berkisar 54 – 600 m2
4. Memiliki pagar untuk setiap bangunan rumah
Rumah Tunggal
Lokasi : Jl. Jawa
Rumah Koppel
• 1 atau 2 keluarga
• dinding bersama pada 2 sisi • sempit tapi memanjang
• umumnya 2 lantai (Tenement House)
• akhir abad 19 dan awal awal 20 • KDB tinggi
• kurang cahaya, udara, kamar mandi • maksismum 5-6 lantai
RUMAH DERET
RUMAH DERET KARAKTERISTIK
Bangunan dengan struktur tunggal tetapi memiliki beberapa bagian unit untuk ditinggali oleh penghuni yang berbeda-beda
Bangunan satu atap dengan dua atau lebih unit hunian yang hanya dibatasi oleh dinding pemisah
Merupakan bangunan hunian dengan tingkat kepadatan tinggi Umumnya memiliki halaman di bagian depan dan belakang bangunan
TIPE RUMAH DERET
Bangunan rumah dengan beberapa unit hunian di bawah satu atap disatukan sisi dengan sisi dalam
sebuah barisan / berderet, bentuk dan ukuran
maksimal 6 (enam) unit. Dapat pula berbentuk
ruko (rumah toko).
Bangunan rumah disatukan sisi dengan sisi dalam sebuah barisan. Biasanya memiliki 3 lantai dengan garasi sebagai fungsi utama pada lantai
dasar. Area utama untuk hunian berada pada lantai pertama dan umumnya
memiliki 3 ruang untuk kamar tidur. Umumnya, tipe ini
memiliki keseragaman bentuk bangunan.
Contoh Rumah Deret dan Town House di Bandung
1. Terdiri dalam beberapa unit hunian (maks 6) dalamsatu barisan
2. Berada di bawah satu atap, dipisahkan oleh dinding 3. Luas persil berkisar 54 – 600 m2
4. Umumnya memiliki halaman di sisi depan dan belakang bangunan
5. Memiliki pagar untuk setiap bangunan rumah
Rumah Deret
Lokasi : Jl. Gunung Batu
1. Unit hunian yang disatukan sisi dengan sisi dalam sebuah barisan
2. Biasanya memiliki 3 lantai dengan garasi sebagai fungsi utama pada lantai dasar
3. Area utama untuk hunian berada pada lantai pertama dan umumnya memiliki 3 ruang untuk kamar tidur
4. Umumnya, tipe ini memiliki keseragaman bentuk
bangunan Townhouse
APARTEMEN
APARTEMEN (Rendah) • tempat tinggal massal • cukup udara dan cahaya • 5-8 lantai • KDB 50-70% • elevator APARTEMEN (Tinggi) • 6 - 40 lantai • anti kebakaran • KDB < KDB Apartemen Rendah
• ruangan, cahaya, udara baik • elevator
RUMAH SUSUN DAN APARTEMEN KARAKTERISTIK
Unit hunian satu tingkat ditumpuk di atas unit yang lain setinggi 2,3,4 atau lebih (bertingkat tinggi)
Jumlah lantai : bervariasi, namun sebagian besar terdiri dari 2 – 8 lantai
Rumah Susun : umumnya memiliki jumlah lantai maksimum 5 lantai
Apartemen: umumnya memiliki jumlah lantai ≥ 5 lantai
Rumah ditempati oleh beberapa keluarga Luas persil : bervariasi tanpa ukuran yang jelas
KDB max : 40 %
Rumah Susun : KDB max = 25 %
Merupakan bangunan hunian dengan tingkat kepadatan tinggi
Apartemen Rumah Susun
Unit satu-tingkat
ditumpuk di atas unit yang lain setinggi 2, 3, 4 atau lebih tingkat dan umumnya dilengkapi dengan tangga. Dapat berupa ‘cluster’ dari beberapa kelompok unit.
Apartemen
Bangunan besar yang umumnya bertingkat tinggi dan terdiri dari unit-unit hunian yang dilayani oleh lift atau secara mekanikal. Dengan jumlah lantai minimum sebanyak 3 lantai.
Contoh Apartemen Rendah (rusun) dan Apartemen Tinggi di Kota Bandung
1. Unit satu tingkat ditumpuk di atas unit yang lain setinggi maks 5 lantai
2. Dilengkapi dengan tangga
3. Terdiri dari beberapa blok bangunan
4. Diperuntukkan untuk masyarakat golongan menengah-bawah
Rumah Susun
Lokasi : Jl. Sukajadi
1. Terdiri dari unit-unit hunian yang dilayani oleh lift atau secara mekanikal
2. Jumlah lantai minimum sebanyak 3 lantai 3. Dilengkapi fasilitas penunjang
4. Diperuntukkan untuk masyarakat golongan
menengah-atas Apartemen
PENANGANAN PEMUKIMAN INFORMAL
KUMUH
A. STRATEGI PREVENTIF (Tindakan Pencegahan)
Pencegahan terhadap timbulnya hunian squatter pada suatu tempat pada dasarnya bersifat larangan dan pengawasan sedangkan bentuk tindakannya dapat berupa tindakan fisik dan non fisik. Yang dimaksud pencegahan melalui tindakan fisik adalah tindakan melalui aksi langsung di lapangan seperti pemasangan papan larangan, pemagaran pada suatu lahan kosong atau pembangunan suatu jenis bangunan tertentu. Sedangkan pencegahan melalui tindakan non fisik adalah suatu tindakan pencegahan melalui pembuatan kebijakan-kebijakan seperti Peraturan Daerah atau Keputusan Walikota.
B. STRATEGI KURATIF (Tindakan Penanganan)
• Pengertian penanganan pada masalah squatter dapat berarti suatu usaha atau tindakan yang bertujuan untuk mengendalikan, mengatur/menata atau meniadakan hubungannya dengan komunitas squatter.
• Yang dimaksud mengendalikan adalah suatu tindakan atau usaha yang dilakukan agar
komunitas squatter tidak menjadi berkembang atau merebak atau hampir sama dengan tindakan pencegahan tetapi terhadap berkembangnya komunitas squatter yang sudah ada. Sedangkan mengatur/menata adalah suatu tindakan yang dilakukan agar komunitas squater yang ada menjadi lebih baik dilihat dari segi fisik ekonomi maupun sosial dan meniadakan adalah suatu tindakan dalam konteks squatter yang identik dengan melakukan pemindahan/relokasi.
• Kemudian dengan mempertimbangkan kondisi dan karakteristik squatternya, secara garis besar pola penanganan yang akan diterapkan terdiri dari dua macam cara yaitu "on site"dan "Off site".
Perbaikan Ekonomi Pemukiman Squater di kawasan Rusunawa Medan Labuhan Preventif / Pencegahan Kuratif / Penanganan Tindakan Fisik Tindakan Non Fisik On Site / setempat Pengaturan Penataan Segera difungsikan
Pemasangan Papan Larangan dan Pemagaran
Perda / Keputusan Walikota
Pengendalian
Off Site / Relokasi
Perbaikan Perumahan & Kualitas Lingkungan Perubahan fungsi lahan Ppenataan kawasan / Rusunawa Legalisasi (sertifikasi) Sukarela Tidak ingin sbg penduduk tetap Ingin sbg penduduk tetap Segera kosong Rumah sewa Rumah sewa Penampungan Di / terpaksa Tidak Segera
kosong sementaraTinggal
Pulang Kampung Papan Larangan dan Peraturan RUMAH SEHAT DAN LEGAL
43
PENANGANAN
44
Lingkungan tak terawat / kotor
Kepadatan sangat tinggi > 750 kk/ha Tatanan tidak teratur
Letak di pusat kota maupun di pinggir kota dan di desa
Umur kawasan kadangkala telah mencapai lebih dari 50 tahun dan kondisinya makin menurun.
Dibangun spontan sebagai hunian
Tidak ada kejelasan legalitas hak milik (liar / squatter)
Bahan bangunan rumah diperoleh dari bahan – bahan seadanya (daun, ilalang, kardus)
Kawasan / bagian kawasan atau areal di kota dengan kondisi sebagai berikut:
Sarana prasarana tidak
tersedia
Kondisi rumah dan
lingkungan sangat buruk
(tidak tersedia sanitasi
dan air bersih)
Tidak ada pihak
(pemerintah / swasta)
yang menangani
Kawasan kumuh di
atas tanah ilegal yaitu
kawasan kumuh yang
berada pada
peruntukkan bukan
perumahan
Penghunian dilakukan
secara tidak sah pada
bidang tanah baik milik
negara, milik
perorangan atau badan
hukum
Kawasan dengan
kepemilikan atau
manajemen
pengelolaan berada
pada kewenangan
beberapa
instansi.atau
merupakan
pengelolaan
bersama, seperti:
47 Bantaran sungaiBawah jembatan / jalan tol Tepi jalur kereta api
Kawasan kumuh di
atas tanah legal, yaitu
lahan yang memang
diperuntukkan bagi
perumahan, namun
kondisinya
sangat
buruk
baik
disebabkan karena
kepadatan tinggi
maupun kurangnya
sarana prasarana
48Cara fikir dalam menyikapi kebutuhan rumah akibat
- Faktor Ekonomi dan Bencana
Rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah adalah :
Dekat dengan tempat kerja / berpeluang dalam
mendapatkan pekerjaan, min pekerjaan sektor
informal.
Kualitas fisik hunian dan
lingkungan tidak penting
sejauh masih mungkin
menyelenggarakan kehidupan
mereka.
50
Hak-hak penguasaan atas tanah dan bangunan khususnya hak milik
tidak penting. Yang penting bagi mereka adalah mereka tidak diusir atau digusur, sesuai dengan cara pikir mereka bahwa rumah adalah sebuah fasilitas.
Resetlement /
pemindahan
Konsolidasi
tanah (bila ada
rencana
refungsionalisasi
kawasan)
relokasi .
51
Penanganan kawasan kumuh di atas tanah legal :
• Land Sharing
• Land Consolidation
Program Penataan Kawasan Kumuh Tepi Kali Anyar (Mojosongo-Surakarta)
52
Rumah sehat Rumah susun
Penanganan pasca bencana
Pemberdayaan masyarakat
Rumah nelayan
Penataan Permukiman Code Pembangunan Talud Kali Code
ASPEK PSIKOLOGI SOSIAL
HUNIAN HORISONTAL
• GERAK LEBIH LELUASA • POLA KOMUNITAS BEBAS
JANGKAUAN LUAS
• BISA BERCOCOK TANAM / BERTERNAK
• EXTENDED FAMILY SYSTEM
HUNIAN VERTIKAL
• GERAK TERBATAS
• KOMUNIKASI HANYA SATU LANTAI • TIDAK BISA BERCOCOK TANAM /
BERTERNAK
BEBERAPA HAL PSIKOLOGIS YG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MERENCANA RUSUN
SEDERHANA (SARLITO WIRAWAN,1978) • MASALAH KEPRIBADIAN / PERSONALITY
OUT DOOR PERSONALITY (BUDAYA “NANGGA”), TAMAN UMUM, WARUNG/PASAR TERPISAH
• MASALAH SENSE OF BELONGINGNESS
MENYEDIAKAN SEBANYAK MUNGKIN FASILITAS PRIBADI DI TIAP UNIT (KM, WC, DAPUR)
• MASALAH SPACE
RUANG-RUANG SERBAGUNA
• MASALAH MERUBAH KEBIASAAN SEHARI-HARI
MENJAGA KEBERSIHAN TEMPAT JEMUR
RUSUNAWA KEBON PISANG
RUSUNAWA KEBON PISANG
RUSUNAWA KEBON PISANG
RUSUNAWA TANGGUL INDAH
RUSUNAWA TANGGUL INDAH