• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER TERHADAP BAKTERI Staphylococus aureus DAN UJI STABILITAS FISIK SKRIPSI. Oleh RIFQI FAUZIA AFIFAH A054

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER TERHADAP BAKTERI Staphylococus aureus DAN UJI STABILITAS FISIK SKRIPSI. Oleh RIFQI FAUZIA AFIFAH A054"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 REFORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER TERHADAP

BAKTERI Staphylococus aureus DAN UJI STABILITAS FISIK

SKRIPSI

Oleh

RIFQI FAUZIA AFIFAH 050113A054

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

(2)
(3)

3 REFORMULASI SEDIAAN GEL HAND SANITIZER TERHADAP

BAKTERI Staphylococus aureus DAN UJI STABILITAS FISIK Rifqi Fauzia Afifah, Niken Dyahariesti, Dian Oktianti

Email : fauziafifah45@gmail.com INTISARI

Latar belakang : Kebersihan tangan merupakan salah satu hal penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Oleh karena itu, dibuat sediaan hand sanitizer dalam bentuk gel agar praktis dalam menjaga kebersihan tangan.

Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui reformulasi sediaan gel hand sanitizer terhadap bakteri Staphylococus aureus dan evaluasi stabilitas fisik.

Metode: Rancangan penelitian menggunakan post test control group design dengan 8 kelompok perlakuan. Kelompok 1 alkohol 70% (kontrol positif), kelompok II (alkohol dan gliserin), III (alkohol dan propilen glikol), IV (alkohol, gliserin dan propilen glikol), V (alkohol, triklosan dan gliserin), VI (alkohol, triklosan dan propilen glikol), VII (alkohol, triklosan, gliserin dan propilen glikol) dan kelompok VIII gel tanpa bahan aktif (kontrol negatif). Gel hand sanitizer di uji stabilitas fisiknya, meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH dan daya sebar pada suhu ruang selama 4 minggu. Data daya sebar dianalisis menggunakan SPSS dengan uji ANAVA satu arah taraf dengan kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji LSD.

Hasil : Formula I didapatkan daya hambat sebesar (2,44±0,15), formula II (2,65±0,17), formula III (2,93±0,18), formula IV (3,28±0,17), formula V (3,17±0,09), formula VI (3,51 ± 0,09) cm. Sedangkan kontrol positif (2,08±0,09) dan kontrol negatif (1,17±0,09).

Kesimpulan :Kelompok perlakuan formula VI menunjukkan daya hambat yang paling besar dibanding perlakuan lainnya dan formula stabil selama penyimpanan. Kata kunci : hand sanitizer, antibakteri, gel, stabilitas fisik.

(4)

4 REFORMULATION OF GEL HAND SANITIZER PREPARATIONS TO

BACTERIA Staphylococus aureus AND PHYSICAL STABILITY TEST Rifqi Fauzia Afifah, Niken Dyahariesti, Dian Oktianti

Email : fauziafifah45@gmail.com ABSTRACT

Background:Hand hygiene is one of the important things in maintaining healthy body. Therefore, preparation of hand sanitizer in gel form is made to be practical in maintaining hand hygiene.

Objective: This study to determine the reformulation of gel hand sanitizer preparation against Staphylococus aureus bacteria and evaluation of physical stability.

Method: The study design used post test control group design with 8 treatment groups: Group 1 alcohol 70% (as positive control), Group II (alcohol and glycerol), III (alcohol and propylene glycol), IV (alcohol, glycerin and propylene glycol), V (alcohol, triclosan and glycerol), VI (alcohol, triclosan And propylene glycol), VII (alcohol, triclosan, glycerin and propylene glycol) and group VIII gel without active ingredient (as negative control). Gel hand sanitizers were tested for their physical stability, including organoleptic test, homogeneity, pH and spreading at room temperature for 4 weeks. The scattered data were analyzed by using SPSS with one-way ANOVA test with 95% confidence and followed by LSD test.

Result: Formula I was obtained inhibition (2,44 ± 0,15), formula II (2,65 ± 0,17), formula III (2,93 ± 0,18), formula IV (3,28 ± 0.17), the formula V (3.17 ± 0.09), the formula VI (3.51 ± 0.09) cm. While positive control (2.08 ± 0.09) and negative control (1.17 ± 0.09).

Conclusions: The treatment group of the formula VI showsl the greatest inhibitory power compared to other treatments and the formula is stable during storage.

Keywords : hand sanitizer, antibacterial, gel, physical stability. References : 46 (2001-2015)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Aktivitas kita sehari-hari tangan seringkali terkontaminasi dengan mikroba, sehingga tangan menjadi perantara masuknya mikroba kedalam tubuh. Tangan merupakan media yang sangat mudah untuk penyebaran penyakit dan infeksi pada manusia karena tangan sering melakukan kontak dengan lingkungan, serta rentan untuk jalan infeksi bakteri. Menjaga kesehatan tubuh dengan cara memelihara kebersihan tangan merupakan hal yang sangat penting (Kurniawan dkk, 2012)1.

Pemakaian antiseptik di kalangan masyarakat menengah ke atas sudah menjadi gaya hidup. Beberapa sediaan hand sanitizer dapat dijumpai di pasaran dan biasanya banyak yang mengandung alkohol. Cara pemakaiannya

(5)

5 dengan diteteskan pada telapak tangan, kemudian diratakan pada permukaan tangan tanpa dibilas dengan air (Benjamin, 2010)2. Beberapa studi menyatakan penggunaan hand sanitizer terbukti efektif dalam menurunkan infeksi penyakit gastrointestinal serta respiratory karena bakteri. Hand sanitizer umumnya diformulasikan dalam bentuk gel yang memberikan sensasi lembut dan nyaman digunakan di kulit (Lubrizol, 2009)3.

Sediaan gel aplikasinya ditujukan untuk kulit atau pada permukaan kulit untuk aksi lokal. Sediaan gel memiliki sifat fisik (karakteristik utama yang mempengaruhi gel meliputi viskositas, daya sebar, pH maupun homogenitas) dan stabilitas (kemampuan gel bertahan pada sifat fisiknya untuk beberapa periode waktu) yang lebih baik aplikasinya jika dibandingkan dengan sediaan krim dan salep (Kaur dan Guleri, 2013)4.

Berbagai sediaan hand sanitizer dapat ditemui di pasaran. Bahan aktif dari sediaan hand sanitizer yang ada di pasaran adalah senyawa golongan alkohol (etanol, propanol, dan isopropanol) dengan konsentrasi beragam dari 50 hingga 70%. Alkohol bekerja sebagai denaturan protein dan pelarut lipid yang merusak membran sel mikroorganisme. Alkohol efektif digunakan sebagai antiseptik karena memiliki kemampuan bakterisidal terhadap berbagai jenis bakteri, namun tidak terhadap virus dan jamur. Akan tetapi, penggunaan alkohol pada kulit dirasa kurang aman karena alkohol adalah pelarut organik yang dapat melarutkan lapisan lemak dan sebum pada kulit, dimana sebum tersebut bertugas melindungi kulit dari mikroorganisme. Selain itu alkohol juga memiliki sifat mudah terbakar, serta mengakibatkan kekeringan dan iritasi pada pemakaian berulang terhadap kulit (Retnosari dan Isadiartuti, 2006)5.

Berdasarkan permasalahan untuk memudahkan penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol maka dipertimbangkan pembuatan antiseptik bahan aktif alkohol atau etanol dalam bentuk gel, oleh karena itu dilakukan reformulasi antiseptik gel hand sanitizer. Alkohol sebagai antiseptik, memang efektif menghilangkan bakteri. Namun sifat alkohol adalah bekerja dalam jangka pendek, sehingga untuk memberikan efek antiseptik yang dapat bertahan lebih lama dibuat reformulasi dengan menambahkan triklosan sebagai bahan aktif. Triklosan merupakan jenis desinfektan lain yang menghasilkan respon positif lebih kuat dibandingkan alkohol yaitu kurang korosif. Kadar triklosan sebagai antiseptik 0,05% sampai 2%.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah alkohol 70% dan triklosan dapat direformulasikan dalam sediaan gel hand sanitizer yang stabil secara fisik?

b. Bagaimana efek antiseptik sediaan gel hand sanitizer terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus?

c. Apakah reformulasi sediaan gel hand sanitizer dengan pelembab gliserin dan propilen glikol dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus?

(6)

6 3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Tujuan Umum

Membuat reformulasi sediaan gel hand sanitizer menggunakan bahan aktif alkohol 70%, triklosan terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus dan menguji kestabilan fisiknya.

b. Tujuan Khusus

1) Membandingkan reformulasi yang lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus.

2) Pengujian terhadap kestabilan fisik, pH, organoleptis, daya sebar dan homogenitas.

METODE PENELITIAN Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah penangas air, timbangan analitik, gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, kaca arloji, objek glass, cawan porselin, mortir dan stamper, sudip, spatula, wadah gel, pot plastik, tabung reaksi, pipet tetes, pinset, kotak aseptis, oven, lampu bunsen, mikropipet, inkubator, autoklaf, inkas, jangka sorong, cawan petri, jarum ose, erlenmeyer, kapas steril, pH meter, botol semprot.

2. Bahan

a. Bahan pembuat gel

Alkohol 70%, triklosan, carbopol 940, trietanolamin (TEA), propilen glikol, gliserin, korigen odoris, metil paraben dan aquades.

b. Bahan uji antibakteri

Nutrient agar, NaCl 0,9%, etanol 70%, gel antiseptik, bakteri uji yang digunakan Staphylococcus aureus.

Formulasi Gel

Menurut Cosmetic and Toiletry Formulatio (1992), formula standar gel dengan bahan aktif etanol 70% yaitu:

R/ Alkohol 70% Carbopol 0,3% PEG 0,3% TEA 0,25% Propilen Glikol 0,5% Aquadest ad 38,65%

Rancangan reformulasi sediaan gel R/ Alkohol 70% Triklosan X Carbopol 0,5% TEA 0,5% Gliserin 1% Propilen Glikol 0,5% Metil paraben 0,2%

(7)

7 Korigen odoris 8gtt

Aquadest ad 100% Cara Penelitian

1. Pembuatan sediaan gel

Disiapkan mortir dan stamper dan ditimbang carbopol. Setelah carbopol ditimbang, carbopol dikembangkan dengan aquades panas dan didiamkan 30 menit, setelah mengembang diaduk cepat didalam mortir sampai terbentuk massa gel dan ditambahkan TEA. Ditimbang metil paraben dan dilarutkan dalam alkohol 70% dimasukkan ke dalam mortir, diaduk sampai homogen. Ditimbang triklosan dan dilarutkan dalam alkohol 70%, diaduk sampai larut. Triklosan yang sudah larut dimasukkan kedalam mortir, dicampur sampai homogen. Gliserin, dan propilen glikol dicampur sampai rata, dan korigen odoris dicampur tetes demi tetes sambil diaduk perlahan sampai terbentuk gel yang jernih, kemudian dipindahkan kedalam beaker glass yang sudah dikalibrasi. Ditambah aquades sampai 100 ml, diaduk sampai homogen dan dimasukkan kedalam wadah gel.

2. Cara Kerja Uji Aktivitas Antibakteri

Media NA sebanyak 10 ml dituang ke dalam cawan petri Masing-masing cawan petri digoyang hingga dan ditunggu hingga padat Dibuat sumuran dengan diameter tertentu Ditambahkan media NA sebanyak 10 ml dalam cawan petri  Dimasukkan 100 L suspensi bakteri S.aureus kedalam mediaDigoyang hingga homogen, dituang kedalam cawan petri dan ditunggu hingga padatDimasukkan sediaan gel hand sanitizer pada sumuranDiinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam Diamati zona hambat bakteriKHM.

ANALISA DATA

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni post test control group design. Data evaluasi stabilitas fisik sediaan gel meliputi pengukuran pH, daya sebar, homogenitas dan organoleptis dianalisis secara deskriptif, sedangkan data pengukuran diameter zona hambat dianalisis menggunakan SPSS. Analisa data yang dipakai adalah uji ANAVA satu jalan dan dilanjutkan dengan uji LSD dengan taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian sediaan gel hand sanitizer

Tabel 1. Hasil Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Hand Sanitizer Selama 4 Minggu Perlakuan Uji pH Organoleptis (Bentuk, Bau, Warna) Homoge nitas Daya sebar (cm) Daya hambat Kontrol (+) 6 Cair, Alkohol,

Jernih

+ - 2,08  0,09 Kontrol (-) 6 Gel, Jeruk, + 5,17 0,25 1,17  0,09

(8)

6 Transparan

Formula I 6 Gel, Jeruk, Transparan

+ 5,51 0,21 2,44  0,15 Formula II 6 Gel, Jeruk,

Transparan

+ 5,98 0,24 2,65  0,17 Formula III 6 Gel, Jeruk,

Transparan

+ 5,58 0,30 2,93 0,18 Formula IV 6 Gel, Jeruk,

Agak Putih

+ 5,33 0,26 3,28 0,17 Formula V 6 Gel, Jeruk,

Agak Putih

+ 5,41 0,29 3,17 0,09 Formula VI 6 Gel, Jeruk,

Agak Putih

+ 5,19 0,14 3,51  0,34

Tabel 2 Uji Anava Satu Arah Perbedaan Zona Hambat Sediaan Gel Hand Sanitizer

Variabel dependen F hitung p-value

Zona Hambat 55,33 0,000

Tabel 3 Uji Post Hoc Sediaan Gel Hand Sanitizer

Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan

Kontrol Positif vs Kontrol Negatif 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Formula I 0,025 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Formula II 0,001 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Formula III 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Formula IV 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Formula V 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Formula VI 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Formula I 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Formula II 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Formula III 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Formula IV 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Formula V 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Formula VI 0,000 Berbeda signifikan Formula I vs Formula II 0,166 Berbeda tidak signifikan Formula I vs Formula III 0,003 Berbeda signifikan Formula I vs Formula IV 0,000 Berbeda signifikan Formula I vs Formula V 0,000 Berbeda signifikan Formula I vs Formula VI 0,000 Berbeda signifikan Formula II vs Formula III 0,065 Berbeda tidak signifikan Formula II vs Formula IV 0,000 Berbeda signifikan Formula II vs Formula V 0,002 Berbeda signifikan Formula II vs Formula VI 0,000 Berbeda signifikan Formula III vs Formula IV 0,029 Berbeda signifikan Formula III vs Formula V 0,122 Berbeda tidak signifikan

(9)

7 Formula III vs Formula VI 0,001 Berbeda signifikan

Formula IV vs Formula V 0,458 Berbeda tidak signifikan Formula IV vs Formula VI 0,132 Berbeda tidak signifikan Formula V vs Formula VI 0,032 Berbeda signifikan Hasil pembuatan sediaan gel hand sanitizer

a. Karbopol sebelum mengembang b. Karbopol setelah mengembang

c. Sediaan Gel

d. Kontrol Negatif e. Formula I

(10)

8 f. Formula II g. Formula III

h. Formula IV i. Formula V

k. Formula VI

(11)

9 PEMBAHASAN

Stabilitas Fisik Sediaan Gel Hand Sanitizer

Bentuk sediaan yang digunakan pada penelitian ini adalah hidrogel. Hidrogel sendiri merupakan gel dengan komposisi utama air. Keuntungan dari sediaan hidrogel adalah memiliki sifat daya sebar yang baik pada kulit, tidak menghambat fungsi fisiologis kulit dan mudah dicuci sehingga sangat cocok untuk tujuan penggunaan secara topikal (Gad, 2008)6.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan gel hand sanitizer meliputi zat aktif (alkohol 70% dan triklosan), gelling agent (carbopol 940), alkalizying agent (TEA), humektan (propilen glikol dan gliserin), pengawet (metil paraben), pewangi (corigen odoris), dan pelarut (aquades).

Zat aktif yang digunakan memiliki aktivitas antimikroba yang efektif menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri. Gelling agent merupakan basis dari sediaan gel yang digunakan untuk membentuk massa gel. Humektan merupakan bahan yang digunakan untuk menahan kelembaban dari produk dan mampu meningkatkan jumlah air pada lapisan kulit terluar saat digunakan. Pengawet berfungsi untuk mengawetkan sediaan agar tahan lama dan tidak ditumbuhi mikroorganisme pada saat penyimpanan. Dan pelarut berfungsi untuk melarutkan bahan-bahan agar dapat bercampur membentuk suatu kesatuan sediaan hidrogel.

Alkohol 70% merupakan cairan yang mengandung 70% etil alkohol dan 30% air. Etil alkohol (etanol) membunuh bakteri melalui 2 cara, yakni denaturasi protein dan melarutkan membran lipid. Protein yang dikenal sebagai enzim memungkinkan sel untuk melaksanakan reaksi kimia yang membuat sel bakteri hidup. Protein diibaratkan sebagai mesin dari sel bakteri yang akan bekerja dengan baik jika larut dalam air. Alkohol dengan konsentrasi tinggi hanya mampu mendenaturasi protein di luar sel bakteri. Tidak mampu menembus membran sel bakteri dan mendenaturasi protein di dalam sel bakteri yang sebenarnya merupakan target utamanya (Effendi, 2008)7. Selain alkohol 70% salah satu bahan aktif yang digunakan yaitu triklosan.

Selain zat aktif, eksipien memiliki peranan yang penting dalam formulasi suatu sediaan topikal. Eksipien harus dapat meningkatkan kelarutan zat aktif, meningkatkan stabilitas zat aktif, mencegah kontaminasi dan pertumbuhan mikroba (Heather dan Adam, 2012)8.

Pada pembuatan sediaan gel, hal yang perlu diperhatikan adalah stabilitas. Uji stabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat telah memenuhi syarat yang baik, masih berada dalam batas yang dapat diterima selama waktu penyimpanan dengan sifat dan karakteristik sama seperti pada saat dibuat. Parameter-parameter yang digunakan dalam uji stabilitas fisik sediaan gel yaitu : 1. Organoleptis

Uji organoleptis untuk mengetahui secara visual kualitas dan stabilitas gel selama masa penyimpanan meliputi bentuk, warna dan bau. Pada evaluasi organoleptis sediaan gel tidak mengalami perubahan bentuk, warna dan bau. Dari data (tabel 1) menunjukkan bahwa sediaan gel hand sanitizer tersebut stabil secara fisik.

(12)

10 2. Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui homogenitas bahan aktif dan bahan tambahan lainnya dalam sediaan agar nyaman saat digunakan secara topikal. Dari data (tabel 1) menunjukkan bahwa semua sediaan gel memiliki homogenitas yang baik. Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara formula sediaan gel hand sanitizer dioleskan pada plat kaca, sediaan tidak terlihat adanya butiran kasar, perbedaan warna maupun gumpalan-gumpalan. 3. Pengukuran derajat keasaman (pH)

Uji pH bertujuan untuk mengetahui keamanan sediaan saat digunakan agar tidak mengiritasi kulit. Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH Universal yang dimasukkan kedalam formula gel, tunggu beberapa saat. Setelah itu, dilihat perubahan warnanya dan dicocokkan dengan standar pH Universal. Sediaan topikal sebaiknya memiliki rentang nilai pH yang baik yaitu 4,5-6,5.

Berdasarkan (tabel 1) nilai pH selama penyimpanan stabil pada pH 6. Pengujian pH didapatkan hasil bahwa pH sediaan memenuhi kriteria pH kulit, sehingga sediaan tidak mengiritasi kulit dan nyaman saat digunakan. Nilai pH jika terlalu asam, akan menyebabkan kulit iritasi dan jika terlalu basa, bisa menyebabkan kulit bersisik atau kering.

4. Daya sebar

Tujuan dari uji daya sebar adalah untuk mengetahui kemampuan gel dapat menyebar saat diaplikasikan pada kulit. Daya sebar penting dalam formulasi sediaan topikal yang bertanggung jawab terhadap kemudahan saat diaplikasikan di kulit dan pengeluaran dari wadah. Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas sediaan. Semakin besar viskositas suatu sediaan, maka semakin kecil kemampuannya untuk menyebar. Sediaan gel memiliki daya sebar 5-7 cm menunjukkan konsistensi semisolid yang nyaman dalam penggunaan. Apabila daya sebar terlalu kecil, relatif sulit untuk menyebar saat diaplikasikan pada kulit. Sedangkan, daya sebar yang terlalu besar cenderung cepat untuk menyebar saat diaplikasikan sehingga akan menimbulkan rasa yang kurang nyaman bagi penggunanya.

Berdasarkan (tabel 1) dapat dilihat bahwa respon daya sebar yang dihasilkan tiap formula berbeda-beda. Formula II memilki respon daya sebar tertinggi, sedangkan respon daya sebar terendah dihasilkan pada kontrol negatif. Kontrol negatif memiliki daya sebar terendah karena hanya mengandung satu pelarut yaitu aquades, sehingga viskositasnya lebih tinggi dibanding masing-masing formula yang mengandung dua pelarut yaitu aquades dan alkohol 70%. Eksipien dalam setiap formula juga mempengaruhi daya sebar.

Selain eksipien, penyimpanan juga dapat menaikkan daya sebar hal ini disebabkan karena faktor suhu saat penyimpanan mempengaruhi kelembaban. Semakin lama penyimpanan mengakibatkan terjadinya peristiwa sineresis. Peristiwa sineresis merupakan peristiwa terlepasnya pelarut yang digunakan dalam sediaan gel keluar. Lepasnya pelarut dapat mengakibatkan turunnya viskositas maupun naiknya daya sebar. Pada penyimpanan suhu ruang juga dipengaruhi oleh eksipien dalam formula. Semakin baik respon maka daya

(13)

11 sebar semakin besar. Hal ini karena gel hand sanitizer bersifat lokal. Pengukuran pada kontrol positif tidak dilakukan, karena daya sebar hanya dilakukan pada bentuk sediaan semisolid (gel). Sedangkan bentuk sediaan dari kontrol positif yaitu cair.

Uji Daya Hambat Sediaan Gel Hand Sanitizer Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus

Uji daya antibakteri digunakan untuk mengetahui formula manakah yang efektif dalam sediaan gel hand sanitizer. Uji daya hambat gel hand sanitizer dilakukan dengan metode sumuran. Metode sumuran termasuk metode pengujian dengan cara membuat lubang pada nutrient agar yang sudah diinokulasi bakteri, jumlah dan letak lubang disesuaikan kemudian lubang diisi sediaan yang akan diuji. Setelah itu dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang.

Hasil percobaan memiliki aktivitas antibakteri yang ditujukan oleh adanya zona radikal yaitu suatu daerah disekitar sumuran dimana bakteri dihambat. Terbentuknya zona hambat di sekitar sumuran membuktikan bahwa sediaan dapat bersifat antibakteri. Pada uji ditambahkan kontrol negatif yaitu basis tanpa penambahan bahan aktif, dan juga kontrol positif yaitu alkohol 70% murni dalam bentuk cair untuk membandingkan daya hambat yang dihasilkan oleh sediaan dan respon saat di aplikasikan pada kulit.

Hasil daya hambat menunjukkan bahwa kelompok perlakuan formula VI menunjukkan daya hambat yang paling besar dibandingkan perlakuan-perlakuan lainnya, yaitu sebesar 3,51 ± 0,09 cm. Sedangkan daya hambat paling kecil pada kelompok kontrol negatif, yaitu sebesar 1,17 ± 0,09 cm. Pada formula I, II dan III tidak banyak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada formula IV, V dan VI juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Sehingga perbedaan bahan aktif dan humektan pada setiap formula hanya terjadi sedikit perbedaan daya hambat pada bakteri Staphylococcus aureus.

Media yang digunakan yaitu nutrient agar (NA) karena pada media tersebut mengandung sumber nutrisi yang baik bagi pertumbuhan bakteri sehingga bakteri bisa tumbuh dengan baik. Pengaruh penambahan eksipien pada setiap formula akan berpengaruh terhadap respon daya hambat antibakteri. Untuk mengetahuinya dilakukan analisis data menggunakan SPSS dengan taraf kepercayaan 95%.

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat distribusi data yang dihasilkan dari penelitian. Hasil uji normalitas menggunakan uji Saphiro Wilk (untuk sampel kurang dari atau sama dengan 50). Data dapat dikatakan terdistribusi normal apabila memiliki nilai p-value >0,05. Untuk variabel zona hambat diperoleh p-value untuk kelompok kontrol positif, kontrol negatif, formula I, II, III, IV, V, dan VI, masing-masing berturut-turut sebesar 0,806, 0,339, 0,637, 0,767, 0,375, 0,174, 1,000, dan 0,563. Hasil semua nilai p-value tersebut semuanya >0,05, ini menunjukkan bahwa data-data dari kedelapan kelompok perlakuan tersebut dapat dinyatakan terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas.

(14)

12 Uji kesamaan varian bertujuan untuk melihat varian pada suatu populasi dan uji kesamaan varian sebagai salah satu syarat agar uji ANAVA dapat dilakukan. Pada penelitian ini, uji kesamaan varian yang digunakan adalah uji Levene’s Test, apabila nilai p-value >0,05 maka dapat dikatakan bahwa data memiliki kesamaan varian. Hasil uji homogenitas varian menggunakan Levene’s Test untuk variabel zona hambat diperoleh p-value 0,110 > 0,05, ini menunjukkan bahwa data-data dari zona hambat dari setiap kelompok perlakuan dapat dinyatakan memiliki varian yang homogen. Karena data-data yang diperoleh memiliki distribusi normal dan memiliki varian homogen, maka syarat-syarat dalam uji ANAVA telah terpenuhi sehingga dapat dilakukan uji.

Setelah uji Shapiro Wilk dan uji Levene’s Test, selanjutnya dilakukan uji one-way ANAVA yang bertujuan untuk melihat keseluruhan data berbeda signifikan atau tidak. Data dapat dikatakan berbeda secara signifikan apabila memiliki nilai < 0,05 dengan taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan (tabel 2) dapat diketahui bahwa dari hasil uji ANAVA untuk variabel zona hambat diperoleh F hitung = 55, 33 dengan p-value 0,000. Oleh karena F hitung 55,33 > F tabel 2,66 atau p-value 0,000 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada perbedaan secara bermakna efek dari kedelapan perlakuan terhadap daya hambat bakteri. Sedangkan untuk mengetahui perlakuan-perlakuan mana yang memiliki efek yang berbeda terhadap daya hambat bakteri, dilakukan uji Post Hoc Test menggunakan uji LSD.

Uji lanjut untuk mengetahui perlakuan mana, yang memiliki efek berbeda terhadap daya hambat bakteri dilakukan dengan menggunakan uji Post Hoc Test pada (tabel 3). Kelompok perlakuan kontrol positif, formula I, II, III, IV, V, dan VI berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif, karena semuanya memiliki p-value 0,000 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa formula I, II, III, IV, V, dan VI memiliki efek daya hambat secara signifikan terhadap pertumbuhan bakteri.Karena pada kontrol positif tidak terdapat eksipien yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Sedangkan dari hasil rata-rata daya hambat Formula VI memiliki daya hambat yang paling besar dibandingkan kelompok perlakuan lainnya dengan rata-rata 3,51 ± 0,09 cm. Namun, kelompok perlakuan Formula VI tidak berbeda signifikan dengan kelompok Formula IV dengan p-value 0,132 > 0,05.

Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa formula hand sanitizer memiliki efek menghambat pertumbuhan dari bakteri Staphylococcus aureus dan yang paling kuat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yaitu formula VI. Hal ini dikarenakan dari kandungan hand sanitizer formula VI yang terdiri dari dua bahan aktif agen mikrobial yaitu alkohol 70% dan triklosan. Kandungan alkohol yang terdapat pada hand sanitizer ini memiliki kadar 70% dan menurut suatu guideline dari (CDC, 2009)9 menyatakan bahwa dengan kadar 60-95% dapat dipakai sebagai bahan aktif antimikrobial suatu produk hand sanitizer.

Namun menurut (Wani dkk, 2013)10 alkohol hanya bersifat short acting tidak bersifat persisten, bahkan pada guideline WHO (2009)11 menyatakan bahwa tangan sehabis didesinfektan oleh alkohol akan rentan terhadap flora transient yang menyebar secara kontak langsung. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya

(15)

13 alkohol dikombinasikan dengan antimikroba lain yang bersifat persisten seperti triklosan. Triklosan adalah biosida yang berasal dari bisfenol bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak yang dibentuk oleh mikroorganisme, triklosan efektif terhadap kuman gram positif dan tidak terlalu sensitif terhadap gram negatif. Kadar yang dianjurkan untuk triklosan menurut FDA (Food and Drug Administration, 2005)12 adalah 0,1-2%.

KESIMPULAN

1. Reformulasi sediaan gel hand sanitizer yang paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aures yaitu formula VI, karena formula VI memiliki zona hambat paling tinggi (3,51 ± 0,34) dibanding kelompok perlakuan yang lain. Semakin tinggi zona hambat, maka semakin besar juga daya antibakteri.

2. Pengujian kestabilan fisik kelompok perlakuan selama 4 minggu menunjukkan hasil uji organoleptis dan homogenitas yang stabil tidak mengalami perubahan selama penyimpanan. Pada uji pH dan daya sebar selama penyimpanan hasilnya juga masih sesuai dengan kriteria aman digunakan pada kulit.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai reformulasi sediaan gel hand sanitizer dengan memodifikasi formula VI sebagai acuan karena formula VI pada penelitian ini menunjukkan hasil sebagai daya antibakteri paling baik diantara kelompok perlakuan lainnya, hanya saja perlu diubah bahan aktif atau konsentrasi triklosan yang terkandung pada formula tersebut. Selain itu, percobaan serupa dilakukan untuk melibatkan mikroorganisme lainnya seperti virus dan jamur. Perlu dilakukan uji daya antibakteri sebelum dan sesudah penyimpanan, serta menguji daya antibakteri selain bakteri Staphylococcus aureus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawan, D.W., Wijayanto, B.A., dan Sobri, L. 2012. Formulation and Effectiveness of Antiseptic Hand Gel Preparations Essential Oils Galanga (Alpinia galanga), Asian Journal of Pharmaceutical and Biological Research, 2 (4).

2. Benjamin. 2010. Epidemiological Correlates of Under-Nutrition in Under-5 Years Children in an Urban Slum of Ludhiana. Health and Population-Perspectives and Issues 16 (3&4):133-141.

3. Lubrizol Corporation. 2009. Formulating Hydroalchoholic Gels With Carbopol Polymers: Technical Data Sheet, Lubrizol Advanced material Inc. Ohio. 1-6.

4. Kaur, L.P., and Guleri T.K. 2013. Topical Gel: A Recent Approach for Novel Drug delivery, Asian Journal of Biomedical and Pharmaceutical Seinces 3 (17) 2013, 1-5.

5. Retnosari dan Isadiartuti, D. 2006. Studi Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.).Majalah Farmasi Indonesia, 17(4), 163-169.

(16)

14 6. Gad, S.C. 2008. Pharmaceutical Manufacturing Handbook : Production and

Processes, 313-316. John Wiley & Sons, Inc. Canada.

7. Effendi. 2008. Teori VSEPR, Kepadatan dan Gaya Antar Molekul, Bayu Publising. Malang.

8. Heather, A.E., dan Adam C.W. 2012 Transdermal and Topical Drug Delivery: Principles and Practice, A John Wiley and Sonc, Inc, pp. 265. New Jersey.

9. CDC. 2009.Hand Sanitizer Ingredients. Available from: http://www.hand-

sanitizer-dispenser-review.com/hand-sanitizer-ingrediants.httm)diaksesMaret2017)

10. Wani, dkk. 2013. Formulation and Evaluation of Herbal Sanitizer, International Juornal of Pharm. India.

11. World Health Organization (WHO). 2009. Guide to Hygiene and Sanitation in Aviation.

12. Food and Drug Administration (FDA). 2005. Employee Health and Personal Hygiene Handbook.

Gambar

Tabel 1. Hasil Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Hand Sanitizer Selama 4  Minggu  Perlakuan  Uji  pH  Organoleptis  (Bentuk, Bau,  Warna)  Homogenitas   Daya sebar (cm)  Daya  hambat  Kontrol (+)  6  Cair, Alkohol,
Tabel 2 Uji Anava Satu Arah Perbedaan Zona Hambat Sediaan Gel    Hand Sanitizer

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tahap penelitian melalui siklus yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

Nilai tingkat daur ulang dari produk lampu hemat energi ini merepresentasikan pengurangan jumlah sam- pah lampu yang dibuang ke lingkungan, dalam artian adanya proses

2) Sekurang-kurangnya tingkat pelayanan simpang C. Pengendalian simpang dengan penyediaan ruang henti khusus sepeda motor. 1) Pengendalian persimpangan dengan penyediaan

To summarise, the reduced pressure on the one hand increases the residence time of biogas fuel that increases the laminar burning velocity, but on the other hand the inhibitors in

pembatasan waktu penangkapan dan penahanan, pemberian ganti rugi dan 

Oleh karena itu, dibutuhkan tekanan air yang tinggi agar proses penurunan temperatur air panas yang dikeluarkan dari spray pond semakin banyak dan penyebarannya

Bakteri ini juga bersifat opportunistik yang dapat menyebabkan infeksi vaginitis ditandai dengan pertumbuhan flora normal yang berlebih sehingga produksi hidrogen

Sumber pendapatan utama rumah tangga petani contoh di Kabupaten Donggala adalah dari usahatani (On-Farm), yang memberi kontribusi sebesar 65,51 persen dari seluruh