• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. melaksanakan kegiatan usahanya (Booklet Perbankan Indonesia 2014; 9)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. melaksanakan kegiatan usahanya (Booklet Perbankan Indonesia 2014; 9)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

15 A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Perbankan dan Bank

Pengertian Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Booklet Perbankan Indonesia 2014; 9)

Kasmir (2002) menyatakan menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2013) bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan memiliki kegiatan pokok dengan 3 fungsi pokok sebagai berikut:

1) Menerima penyimpanan dana masyarakat dalam berbagai bentuk.

2) Menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit kepada masyarakat untuk mengembangkan usaha.

3) Melaksanakan berbagai jasa dalam kegiatan perdagangan dan pembayaran dalam negeri maupun luar negeri, serta berbagai jasa lainnya di bidang keuangan, diantaranya inkaso transfer, traveler check, credit card, safe deposit box, jual beli surat berharga dan sebagainya.

(2)

2. Pengertian Perbankan Syariah, Bank Syariah, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Pengertian perbankan syariah, bank umum syariah dan unit usaha syariah dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah sebagai berikut:

1) Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

2) Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

3) Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

4) Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

(3)

3. Rentabilitas

Menurut Riyanto (2008) rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Sawir (2003) menyatakan hal serupa bahwa rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.

Lebih jauh Riyanto (2008) menyatakan bahwa cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan lainnya.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menentukan tata cara menilai rentabilitas berdasarkan pendekatan risk based bank rating. Risk based bank rating menuntut rentabilitas harus dipandang setidaknya dari dimensi kinerja, sumber dan stabilitasnya. Dari penilaian setiap dimensi harus dapat dideteksi/diukur potensi risiko yang terkandung.

4. Return on Asset (ROA).

Laba sebelum Pajak

Rata-Rata Total Asset (2.1)

1) Laba Sebelum Pajak adalah laba sebagaimana tercatat dalam laba rugi Bank tahun berjalan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku mengenai Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yang disetahunkan.

(4)

Contoh: Untuk posisi bulan Juni akumulasi laba perposisi Juni dihitung dengan cara dibagi 6 dan dikalikan dengan 12.

2) Rata-rata total aset adalah total rata-rata total aset dalam laporan keuangan sebagaimana tertera pada Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Contoh: Untuk posisi bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan 6.

5. Net Operation Margin (NOM).

Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil – Beban Operasional

Rata-Rata Total Asset (2.2)

1) Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil adalah pendapatan penyaluran dana setelah dikurangi beban bagi hasil dan beban operasional (disetahunkan). Pendapatan penyaluran dana meliputi seluruh pendapatan dari penyaluran dana, sedangkan beban bagi hasil meliputi seluruh beban bagi hasil dari penghimpunan dana.

2) Beban Operasional adalah beban operasional termasuk beban bagi hasil dan bonus (disetahunkan).

3) Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aset yang menghasilkan bagi hasil, imbalan, dan bonus baik di neraca maupun pada Transaksi Rekening Administrasi (TRA). Rata-rata aktiva produktif. Contoh: Untuk posisi bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset produktif posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan 6.

(5)

6. Net Imbalan (NI)

Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil – (Imbalan dan bonus)

Rata-Rata Total Asset (2.3)

1) Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil – (Imbalan dan Bonus) adalah pendapatan penyaluran dana setelah dikurangi beban imbal hasil, imbalan, dan bonus (disetahunkan). Pendapatan penyaluran dana meliputi seluruh pendapatan dari penyaluran dana, sedangkan beban imbal hasil meliputi seluruh beban bagi hasil, imbalan, dan bonus dari penghimpunan dana.

2) Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aset yang menghasilkan bagi hasil, imbalan, dan bonus baik di neraca maupun pada Transaksi Rekening Administrasi (TRA). Rata-rata aktiva produktif. Contoh: Untuk posisi bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset produktif posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan 6.

7. Kinerja Komponen Laba (Rentabilitas) Aktual terhadap Rencana Bisnis Bank. Kinerja pada komponen laba (rentabilitas) yang meliputi antara lain pendapatan operasional, beban operasional, pendapatan non operasional, beban non operasional, dan laba bersih dibandingkan dengan Rencana Bisnis Bank (RBB).

(6)

8. Kemampuan Komponen Laba (Rentabilitas) dalam Meningkatkan Permodalan.

Kemampuan Komponen Laba (Rentabilitas) dalam Meningkatkan Permodalan adalah kemampuan Bank dalam meningkatkan permodalan baik secara internal maupun eksternal.

9. Rasio Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil Dikurangi (imbalan dan Bonus) terhadap Rata-Rata Total Aset.

1) Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil, Imbalan dan Bonus adalah pendapatan penyaluran dana setelah dikurangi beban imbal hasil, imbalan, dan bonus (disetahunkan). Pendapatan penyaluran dana meliputi seluruh pendapatan dari penyaluran dana, sedangkan beban imbal hasil meliputi seluruh beban bagi hasil, imbalan, dan bonus dari penghimpunan dana.

2) Rata-Rata Total Aset adalah rata-rata total aset dalam Laporan Posisi Keuangan sebagaimana tertera pada Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Contoh: Untuk posisi bulan bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan 6.

10. Rasio Pendapatan Operasional Lainnya terhadap Rata-Rata Total Aset.

1) Pendapatan Operasional lainnya adalah pendapatan operasional lainnya disetahunkan.

(7)

2) Rata-Rata Total Aset adalah rata-rata total aset dalam Laporan Posisi Keuangan sebagaimana tertera pada Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Contoh: Untuk posisi bulan bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan 6.

11. Rasio Beban Overhead terhadap Rata-Rata Total Aset.

1) Beban overhead adalah seluruh biaya-biaya operasional yang bukan merupakan beban bagi hasil (disetahunkan) meliputi biaya:

a) Penyusutan/amortisasi aset; b) Biaya tenaga kerja;

c) Pendidikan dan pelatihan; d) Premi asuransi;

e) Kerugian karena Risiko Operasional; f) Penelitian dan pengembangan; g) Sewa;

h) Promosi;

i) Pajak-pajak (tidak termasuk pajak penghasilan); j) Pemeliharan dan perbaikan;

k) Barang dan jasa; dan l) Lainnya.

2) Rata-Rata Total Aset adalah rata-rata total aset dalam Laporan Posisi Keuangan sebagaimana tertera pada Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.Contoh:

(8)

Untuk posisi bulan bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan 6.

12. Rasio Beban Pencadangan terhadap Rata-rata Total Aset.

1) Beban Pencadangan adalah seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pencadangan berupa kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan & PPA Non Produktif (disetahunkan).

2) Rata-Rata Total Aset adalah rata-rata total aset dalam Laporan Posisi Keuangan sebagaimana tertera pada Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Contoh: Untuk posisi bulan bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan 6.

13. Rasio Beban Operasional terhadap Pendatan Operasional.

1) Beban Operasional adalah beban operasional termasuk beban bagi hasil dan bonus (disetahunkan).

2) Pendapatan Operasional adalah pendapatan penyaluran dana. 14. Rasio Core ROA

Primary Core Net Income – Operating Discretionary Items

Rata-rata Total Aset (2.4)

1) Primary Core Net Income adalah primary core Income dikurangi dengan primary core expense (disetahunkan).

2) Primary Core Income adalah pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil, imbalan dan bonus ditambah dengan fee based income (disetahunkan).

(9)

3) Primary Core Expense adalah beban overhead yakni beban operasional selain beban bagi hasil, imbalan dan bonus dan kerugian penurunan nilai (disetahunkan).

4) Operating Discretionary Items adalah kerugian penurunan nilai (disetahunkan).

5) Rata-rata Total Aset adalah rata-rata total aset dalam Laporan Posisi Keuangan sebagaimana tertera pada Laporan Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan Bulanan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Contoh: Untuk posisi bulan bulan Juni dihitung dengan cara penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni dibagi dengan 6.

15. Pemeringkatan Kesehatan Bank Berdasarkan Risiko (Risk Based Bank Rating) Pengertian dari Tingkat kesehatan Bank pada perbankan syariah menurut POJK (2014) adalah hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan berdasarkan risiko termasuk risiko terkait penerapan prinsip syariah dan kinerja Bank atau disebut Risk-Based Bank Rating.

Bank syariah wajib menjaga tingkat kesehatannya sebagaimana yang dimaksud POJK (2014) pasal 2 ayat (1) sampai dengan (4):

(1) Bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, prinsip syariah, dan manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan usaha.

(2) Dalam rangka melaksanakan tanggung jawab atas kelangsungan usaha Bank, Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk memelihara dan memantau Tingkat Kesehatan Bank serta mengambil

(10)

langkah-langkah yang diperlukan untuk memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat Kesehatan Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Bank Umum Syariah wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank baik secara individual maupun secara konsolidasi.

(4) Unit Usaha Syariah wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual.

POJK (2014) pasal 6 menetapkan bahwa variabel-variabel yang menjadi dasar penilaian tingkat kesehatan bank adalah:

a. profil risiko (risk profile); b. Good Corporate Governance; c. rentabilitas (earnings); dan d. permodalan (capital). 16. Risiko

Menurut Imam Wahyudi, dkk (2013) risiko bisa didefinisikan sebagai konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidakpastian yang berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak negatif lainnya yang merugikan bagi pengambil keputusan. Inilah definisi klasik dari risiko.

Dari definisi tersebut, risiko mengandung beberapa dimensi, yakni biaya peluang, potensi kerugian atau dampak negatif lainnya, ketidakpastian, dan diperolehnya hasil yang tidak sesuai harapan. Dengan berbagai dimensi inilah, risiko diukur, dimitigasi dan dimonitor selama proses bisnis berjalan.

(11)

Imam Wahyudi, dkk (2013) menjelaskan bahwa para ulama telah bersepakat bahwa terdapat dua kaidah penting yang harus diperhatikan dalam menjalankan bisnis dan setiap transaksi usaha, yaitu kaidah al-kharaj bidh dhaman (pendapatan adalah imbalan atas tanggungan yang diambil) dan alghunmu bil ghurmi (keuntungan adalah imbalan atas kesiapan menanggung kerugian).

Kedua kaidah tersebut bersumber dari hadis Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam: “dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya seorang lelaki membeli seorang budak laki-laki. Kemudian budak tersebut tinggal bersamanya selama beberapa waktu. Suatu hari sang pembeli mendapatkan adanya cacat pada budak tersebut, Kemudian pembeli mengadukan penjual kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam dan Nabi-pun memutuskan agar budak tersebut dikembalikan. Maka penjual berkata, “Ya Rasulullah! Sungguh ia telah mempekerjakan budakku?”. Maka Rasulullah bersabda “Keuntungan adalah imbalan atas kerugian”. (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Dayud, AnNasai dan dihasankan oleh Al-Bani).

Rosly (2005) mengatakan bahwa keuntungan yang halal adalah keuntungan yang terjadi karena ada nilai tukar/nilai tambah yang diberikan. Nilai-nilai itu bisa berupa adalanya risiko yang ditanggung, adanya kewajiban yang dikenakan, serta adanya usaha atau kerja yang diberikan.

Dengan demikian, risiko itu sendiri merupakan fitrah yang senantiasa melekat dalam kehidupan masusia. Oleh karenanya, Islam tidak mengenal adanya transaksi bisnis yang bebas risiko.

(12)

B. Rerangka Pemikiran

Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2014 kurang memuaskan. Bila dalam perekonomian uang dianalogikan sebagai darah, maka perbankan dapat dianalogikan sebagai jantung. Bank berfungsi sebagai mediasi sektor surplus (deposan) kepada sektor defisit (kreditur) sekaligus pengelola jasa lalu lintas uang baik dalam negeri maupun luar negeri.

Perbankan syariah adalah bagian dari dunia perbankan di Indonesia. Operasionalisasi bank syariah yang unik baik dari sisi konsep maupun regulasi menjadi sesuatu yang menarik dikaji. Pertumbuhan perbankan syariah semenjak krisis moneter tahun 1997-1999 sampai dengan beberapa tahun terakhir sangat pesat. Namum dalam kondisi laju pertumbuhan ekonomi yang melambat pada tahun 2014 pertumbuhan perbankan syariah nampaknya kurang terkendala.

Bank Muamalat Indonesia sebagai pioner perbankan syariah di Indonesia dapat menjadi tolok ukur perbankan syariah di Indonesia mengingat senioritas dan portofolio asetnya terbesar kedua setelah Bank Syariah Mandiri.

Sementara Bank Muamalat Indonesia Cabang Tangerang adalah salah satu kantor cabang tertua yang telah berdiri sejak tahun pertama Bank Muamalat Indonesia resmi beroperasi yakni tahun 1992.

Tangerang sebagai salah satu kota penyangga ibukota memiliki pengaruh yang signifikan dalam sosio ekonomi ibu kota dan negara. Perannya sebagai salah satu kota industri terkemuka di Indonesia tidak dapat diabaikan.

Mencermati kondisi ekonomi yang kurang menggembirakan pada tahun 2014, besar kemungkinan perekonomian kota Tangerang mengalami hal yang

(13)

sama. Dampaknya bagi Bank Muamalat Indonesia Cabang Tangerang mestinya cukup signifikan.

Kondisi tersebut mempengaruhi daya beli masyarakat. Lebih spesifik lagi akan mempengaruhi kemampuan bayar debitur kepada bank, dalam konteks ini Bank Muamalat Indonesia Cabang Tangerang. Sektor riil kurang dapat menyerap pembiayaan dari bank disebabkan tingginya margin pembiayaan dari perspektif debitur ataupun kurang layaknya kemampuan nasabah dari perspektif Bank.

Akibatnya portofolio pembiayaan pada Bank berkurang. Ditambah lagi ancaman kualitas pembiayaan yang memburuk. Keduanya menjadi beban bagi Bank yang akan menggerus pendapatan (rentabilitas) Bank.

Penelitian ini akan menguji komposisi rasio dari kinerja Bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas), sumber-sumber yang mendukung rentabilitas dan stabilitas komponen-komponen yang mendukung rentabilitas dari Bank Muamalat Indonesia Cabang Tangerang untuk mengetahui tingkat kesehatan rentabilitasnya selama periode tahun 2014.

1. Kinerja Bank dalam menghasilkan laba (rentabilitas)

Kinerja rentabilitas akan dinilai dengan rasio Return On Asset (ROA), Net Operation Margin (NOM), Net Imbalan (NI), Kinerja rentabilitas Aktual terhadap Rencana Bisnis Bank dan Kemampuan komponen Laba dalam meningkatkan permodalan.

ROA menggambarkan tingkat produktifitas aset yang dimiliki. Angka persentase yang muncul mewakili produktifitas setiap Rp 100,- nilai aset.

(14)

Semakin tinggi persentase berarti semakin efektif dan efisien manajemen dalam mengoptimalkan sumber daya atau aset yang dimiliki.

Persentase NOM menggambarkan kontribusi per Rp 100,- dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan (aktiva produktif) terhadap perolehan pendapatan bersih dari penyaluran dana/pembiayaan/aktiva produktif setelah dipotong biaya dana kepada pihak ketiga (deposan) dengan skema bagi hasil. Biaya dana dengan skema bagi hasil diperuntukan kepada deposan pemilik rekening tabungan dan/atau deposito. Semakin besar persentase menunjukan kualitas pembiayaan yang baik dan komposisi sumber dana pihak ketiga yang dominan murah.

NI sejatinya sama dengan NOM. Namun NI menggambarkan kinerja yang lebih rigid daripada NOM, karena pendapatan bersih dari penyaluran dana/pembiayaan/aktiva produktif pada NOM masih akan dikurangi imbalan dan bonus. Imbalan dan bonus diberikan kepada deposan pemilik rekening giro.

Kemampuan komponen Laba dalam meningkatkan permodalan adalah besarnya laba yang diperoleh untuk menambah permodalan bank.

Risiko yang terkait dengan kinerja rentabilitas adalah risiko yang terkait dengan penyaluran dana/pembiayaan dan insentif kepada pemilik dana pihak ketiga (bagi hasil, imbalan dan bonus), seperti; risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, dan risiko imbal hasil.

2. Sumber-sumber yang mendukung Rentabilitas

Sumber-sumber rentabilitas akan diukur dengan rasio-rasio: Pendapatan setelah dikurangi bagi hasil, imbalan dan bonus kepada deposan terhadap

(15)

rata-rata total aset, Pendapatan operasional lainnya terhadap rata-rata-rata-rata total aset, beban overhead terhadap rata-rata total aset, beban pencadangan terhadap rata-rata total aset dan beban operasional terhadap pendapatan operasional.

Rasio pendapatan setalah dikurangi bagi hasil, imbalan dan bonus kepada deposan terhadap rata-rata total aset, dimaksudkan untuk mengukur tingkat efektifitas aset dalam memperoleh pendapatan bersih dari penyaluran dana/pembiayaan/aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini semakin efektif bank mengelola kualitas pembiayaan (aktiva produktif).

Pendapatan operasional lainnya terhadap rata-rata total aset, dimaksudkan untuk mengukur tingkat efektifitas aset dalam memperoleh pendapatan operasional lain selain penyaluran dana/pembiayaan/aktiva produktif.

Beban pencadangan terhadap rata-rata total aset dimaksudkan untuk mengukur kualitas aset yang dimiliki. Semakin baik kualitas aset yang dimiliki maka semakin kecil rasio ini.

Beban overhead terhadap rata-rata total aset, dimaksudkan untuk mengukur tingkat efisiensi dari pemanfaatan aset. Semakin rendah rasio ini semakin efisien bank dalam memanfaatkan aset.

Beban operasional terhadap pendapatan operasional dimaksudkan untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran beban dalam menghasilkan (efektifitas) pendapatan. Semakin rendah rasio ini menunjukan bank semakin efisien dalam mengeluarkan biaya untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal.

Risiko yang berpotensi muncul pada sumber-sumber pendapatan adalah risiko operasional dimana bank tidak optimal memanfaatkan sumber daya/aset

(16)

yang dimilikinya. Semakin tinggi nilai persentase rasio yang terkait efisiensi, maka akan semakin tinggi risiko yang muncul. Artinya, pendapatan bank akan tergerus oleh aktifitas terkait operasional atau pemanfaatan aset yang tidak efisien.

3. Stabilitas komponen-komponen yang mendukung Rentabilitas

Stabilitas rentabilitas diukur dari rasio core ROA. Dimana rasio ini menggambarkan kontribusi dari pendapatan fee based income, yakni pendapatan dari jasa bank selain penyaluran dana/pembiayaan.

Pendapatan (return) pada rasio ini dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban bagi hasil, imbalan dan bonus ditambah pendapatan dari jasa (fee based income).

Jika rasio Core ROA jauh di atas rasio ROA, maka stabilitas rentabilitas sangat baik karena didukung oleh pendapatan jasa bank selain dari penyaluran dana/pembiayaan yang signifikan.

Jika sebaliknya yang terjadi, maka bank hanya mengandalkan pendapatannya dari penyaluran dana/pembiayaan yang rentan terpapar risiko kredit. Risiko kredit sendiri adalah risiko dimana debitur gagal memenuhi kewajiban pembiayaan kepada bank sesuai yang telah disepakati.

Penelitian tingkat kesehatan rentabilitas berdasarkan risk based bank rating ini akan meneliti angka-angka yang membangun rasio-rasio di atas sehingga dapat menyimpulkan tingkat kesehatan rentabilitas Bank Muamalat Indonesia Cabang Tangerang.

Referensi

Dokumen terkait

The highest result of estrogen concentration after the combined administration showed the cummulative effect on estrogen concentration from green clover leaves extract

The use of Enterprise Security Management (ESM) or Security Information and Event Management (SIEM) to correlate security events across the entire spectrum of network, application,

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Penghindaran Pajak ( Tax Avoidance) adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam

Pemberitaan yang dihasilkan jurnalis dan telah dimuat dalam sebuah media pada dasarnya juga dilindungi oleh hak kekayaan intelektual sebagai hasil karya cipta dan

Pendanaan yang diperlukan untuk mendanai Program Pengembangan Pesawat Tempur IF-X sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a dan huruf b dan penyiapan sumber daya

Ha : Variabel-variabel bebas (Kualitas produk, kualitas layanan dan Harga) mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel terikat (Kepuasan pelanggan). Dasar

Hasil uji Chi-Square Tingkat literasi keuangan syariah berdasarkan pendapatan (penghasilan rata-rata per bulan) terhadap 83 orang responden yang merupakan pedagang di

Pada indikator anak dapat merestorasi hasil cetakan pasir kinetik menggunakan dua jari dan anak dapat merestorasi hasil cetakan pasir kinetik menggunakan satu jari terdapat