• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional menjadi hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Giatnya aktivitas perdagangan suatu negara menjadi indikasi tingkat kemakmuran rakyatnya dan sebagai tolak ukur perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional muncul di Indonesia pada sebelum masehi, dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan negara di tengah banyaknya terjadi penjajahan di Indonesia.

Banyaknya penduduk negara lain berdatangan ke Indonesia untuk melakukan transaksi perdagangan, seperti negara Irak, Iran, Arab Saudi, India dan China. Salah satunya adalah pedagang asal Irak yang bernama Syeikh Sadzali. Syeikh Sadzali adalah seorang pedagang kaya raya yang memiliki sifat sederhana. Bersama dengan dua orang pengikutnya, Syeikh Sadzali melakukan perjalanan perdagangan hingga akhirnya sampai di kota Kudus, tepatnya Gunung Muria.

Seiring berkembangnya jaman, ditemukan sebuah makam yang diyakini sebagai makam dari Syeikh Sadzali dan sumber mata air tiga rasa yang berasal dari sumur yang dibuat Syeikh Sadzali dulu. Keberadaan Syeikh Sadzali menjadi sejarah terciptanya Desa Japan, yang dulunya hanya hutan belantara. Sebagian masyarakat sekitar tidak mengetahui keberadaan makam tersebut dan tidak tahu akan keberadaan Syeikh Sadzali yang menciptakan keberadaan Desa Japan. Untuk menghormati Syeikh Sadzali, masyarakat desa membangun dan memperbaiki makam Syeikh Sadzali dan pengikutnya untuk dijadikan tempat ziarah dan masjid untuk beribadah. Keberadan sumber mata air tiga rasa juga dijadikan sebagai tempat pariwisata di Desa Japan. Sampai

(2)

2

saat ini, makam Syeikh Sadzali tidak hanya dijadikan tempat ziarah, tetapi masyarakat sekitar juga melakukan tradisi atau ritual di sekitar makam, seperti upacara suronan dengan mengganti kain penutup makam Syeikh Sadzali dan melakukan arak-arakan sebagai bentuk penghormatan.

Berdasarkan sejarah di atas, penulis tertarik untuk mengangkat sejarah Desa Japan, Kudus yang kaya akan tradisi dan kebudayaan. Sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian dan kenyataan yang terjadi di masa lampau. Kejadian di masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan intrepretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak mengetahui tokoh Syeikh Sadzali yang merupakan tokoh penting di Desa Japan, Kudus. Dengan mengangkat sejarah kisah Syeikh Sadzali, masyarakat dapat mengetahui kejadian-kejadian penting yang terjadi pada masa lampau, seperti bagaimana ditemukannya makam dari Syeikh Sadzali dan sejarah dari air tiga rasa Desa Japan.

Penulis memilih tema sejarah kisah dan membuat karya menjadi suatu komponen yang menarik, mudah dipahami dan menghibur. Salah satu cara untuk mengenalkan sejarah kisah tokoh di Indonesia dapat dilakukan melalui media televisi. Dengan mengangkat sejarah dari tokoh Syeikh Sadzali, penulis akan membuat karya dalam format dokumenter-drama (dokudrama). Tidak hanya „memindahkan‟ sejarah ke dalam wujud film, tetapi fungsi sebenarnya adalah untuk mengenalkan lebih dalam mengenai tokoh Syeikh Sadzali yang di dalamnya terdapat fakta yang dapat menjadi suatu arsip pembelajaran masyarakat. Seperti sejarah perdagangan internasional yang membawa Syeikh Sadzali ke kota Kudus dan bagaimana terciptanya mata air tiga rasa.

Penulis membuat karya proyek akhir dengan format dokudrama agar tokoh Syeikh Sadzali dapat digali akan makna yang terkandung di dalamnya, terlebih belum adanya media penyiaran yang mengangkat tokoh tersebut menjadi nilai tambah dari karya penulis. Penulis memfokuskan kepada teknik-teknik pengambilan gambar yang penulis pakai dalam membuat karya tugas akhir dengan tetap mengikuti aturan pengambilan gambar.

(3)

3

Dengan fokus terhadap teknik kamera, penulis akan mencari angle camera yang menarik agar gambar lebih hidup dan adegan menjadi realistik di mata penonton. Sehingga penulis membuat karya sebagai tugas akhir yang berjudul TEKNIK KAMERA DALAM FILM DOKUDRAMA “JEJAK SYEIKH SADZALI DI TANAH REJENU”.

1.2PERUMUSAN MASALAH

Banyak masyarakat yang tidak mengetahui siapakah tokoh Syeikh Sadzali. Alasan terbesarnya adalah sejarah kisah Syeikh Sadzali selalu berbeda-beda dari setiap sumbernya sehingga belum adanya media yang mengangkat tokoh tersebut, kenyataannya tokoh Syeikh Sadzali sangat dihormati di Kota Kudus, khususnya Desa Japan. Keberadaan makam Syeikh Sadzali juga dijadikan sebagai objek wisata karena terdapat sumber mata air tiga rasa yang diyakini memiliki khasiat tersendiri. Penulis merasa perlu untuk menyajikan film dokumenter-drama (dokudrama) yang berkaitan dengan sejarah kisah tersebut untuk mengenalkan kepada masyarakat luas. Penulis menemukan berbagai permasalahan untuk dibahas secara mendalam, yaitu :

1. Bagaimana memperkenalkan dan mengulas lebih dalam mengenai tokoh Syeikh Sadzali ke dalam format dokudrama?

2. Bagaimana teknik camera person dalam memproduksi sebuah dokudrama dengan mengangkat sejarah tokoh, agar informasi dapat tersampaikan dengan baik?

1.3TUJUAN

Pemecahan dari semua masalah yang penulis temui, bertujuan :

1. Untuk menciptakan sebuah karya dokudrama dan memberikan informasi sejarah kisah Syeikh Sadzali kepada masyarakat dengan lebih menekankan kepada unsur teknik pengambilan gambar kamera.

(4)

4

2. Untuk membuat variasi teknik pengambilan gambar yang sesuai dengan komposisi kamera, frame kamera dan angle kamera. Hal ini dikarenakan, dalam sebuah film terbentuk melalui rangkaian shot yang dihasilkan oleh peralatan kamera. Pesan yang ada dalam sebuah film dapat disampaikan melalui teknik pengambilan gambar yang benar.

1.4BATASAN MASALAH

Untuk mempermudah dalam memahami Laporan Tugas Akhir, maka penulis akan menitikberatkan kepada peran camera person dalam produksi karya dokudrama. Suksesnya sebuah karya film tidak lepas dari peran camera person yang bertugas mengambil gambar dengan perintah dari seorang sutradara. Dengan tetap memperhatikan komposisi gambar dan angle yang mampu menginterpretasikan seorang sutradara agar gambar yang dihasilkan dapat bernilai artistik dan memberikan unsur dramatik.

1.5MANFAAT

1.5.1 Manfaat Akademis :

1. Menambah dokumen dan arsip dalam bentuk karya audio visual sebagai pembelajaran mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.

2. Sebagai referensi untuk pembelajaran mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro mengenai film dokudrama yang terkait dengan sejarah kisah.

3. Mengimplementasikan hasil karya suatu format dokudrama sebagai salah satu keilmuan di dunia penyiaran.

1.5.2 Manfaat Praktis :

1. Mengetahui tentang teknik kamera yang diterapkan ke dalam sebuah dokudrama.

(5)

5

2. Mengetahui bagaimana kendala atau kesulitan yang dihadapi oleh seorang camera person.

3. Menambah pengalaman penulis dalam mengoperasikan kamera serta mengembangkan teknik kamera.

4. Membuka pikiran penulis untuk menjiwai sebuah naskah film sejarah kisah yang dituangkan kedalam rangkaian shot.

5. Mampu mengembangkan sebuah ide menjadi sebuah karya dokudrama.

6. Memberi semangat penulis untuk terus berkarya di dunia penyiaran.

7. Menambah wawasan bagi penulis untuk pedoman kedepan.

1.5.3 Manfaat Sosial :

1. Menambah pengetahuan dan informasi penonton mengenai sejarah kisah dari tokoh Syeikh Sadzali.

2. Memperkenalkan tokoh Syeikh Sadlzali sebagai pencipta keberadaan Desa Japan, Kudus.

3. Memberikan sebuah karya dokudrama yang menarik dan diminati bagi masyarakat luas.

1.6METODE PENGUMPULAN DATA 1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Observasi

Penulis melakukan studi lapangan secara langsung dengan mengamati lokasi yang akan dijadikan lokasi pembuatan dokudrama dan dengan warga sekitar. Penulis juga melakukan observasi untuk mempelajari kondisi lokasi produksi dan mengumpulkan data-data seputar tokoh Syeikh Sadzali.

(6)

6 2) Wawancara

Mengumpulkan data dengan melakukan wawancara secara langsung kepada narasumber yang berkompeten dan mengetahui sejarah Syeikh Sadzali. Wawancara dilakukan dengan :

a. Didik Setyanto : Juru kunci makam Syeikh Sadzali dan Ketua Yayasan Rejenu.

b. Krisna Firman : Anggota dari Yayasan Rejenu. 3) Study Pustaka

Study pustaka yaitu suatu penelitian data dengan cara mempelajari dan membaca buku serta literatur-literatur yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Study pustaka yang penulis lakukan yaitu mencari bahan-bahan dari buku di perpustakaan terkait dengan kebudayaan, sejarah dan teknik camera person maupun buku dari bangku perkuliahan. Penulis juga mencari informasi melalui internet dan referensi dengan film dokudrama lain.

4) Dokumentasi

Dalam proses pencarian data (riset) penulis menggunakan alat perekam (Tescamp) dan camera DSLR sebagai sumber data yang nantinya dapat memudahkan penulis untuk mentranskrip hasil-hasil dari wawancara.

1.6.2 Target Audience

Pembuatan tugas akhir berformat dokudrama yang berjudul “Jejak Syeikh Sadzali di Tanah Rejenu”, memilih target audience remaja dan dewasa, karena dalam format ini banyak terdapat nilai-nilai sejarah dan makna yang terkandung didalamnya.

(7)

7 1.6.3 Pemilihan Lokasi

Dalam karya film ini, penulis memilih lokasi di Desa Japan, Kudus. Alasan penulis memilih lokasi ini dikarenakan lokasi tersebut merupakan tempat makam dari Syeikh Sadzali dan akan mempermudah penulis mendapatkan informasi untuk membuat karya film tersebut. Lokasi yang akan digunakan untuk pembuatan karya film adalah rejenu dan hutan.

(8)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1PROGRAM TELEVISI 2.1.1 Definisi Televisi

Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar yang berupa audio visual dan penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu Tele (jauh) dan Vision (melihat), jadi secara harfiah berarti “melihat jauh”, karena pemirsa berada jauh dari studio tv. Menurut Adi Badjuri, dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Televisi”, televisi adalah media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar tersebut. Pengertian televisi dapat disimpulkan, merupakan salah satu media massa elektronik yang dapat menyiarkan siarannya dalam bentuk gambar atau video serta suara yang berfungsi memberikan informasi dan hiburan kepada khalayak luas.

Televisi sebagai media massa elektronik dimaksudkan dengan televisi siaran (television broadcast) yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa yaitu: berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen. Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Seperti halnya dengan media massa lainnya, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan. Sebagai subsistem dari sistem negara dan pemerintah, di mana suatu televisi beroperasi, maka sifat penerangan,

(9)

9

pendidikan dan hiburan yang disiarkan kepada masyarakat tergantung pada sistem negara dan pemerintah yang bersangkutan (Prof. DRS. Onong Uchjana Effendy, 1993).

Seiring dengan perkembangannya, televisi bukan lagi merupakan kebutuhan tersier bagi masyarakat melainkan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Setidaknya sekitar dua jam per hari, setiap orang menyempatkan waktunya untuk menonton acara televisi. Kebutuhan khalayak akan informasi dan hiburan yang mudah dan murah, bisa diperoleh hanya dengan menonton televisi. Dengan berbagai alasan tersebut, televisi memang sangat cocok dijadikan tujuan utama bagi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan akan informasi.

2.1.2 Karakteristik Televisi

Dalam buku Elvinaro, yang berjudul “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”, terdapat tiga karakteristik televisi, yaitu :

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

2. Berpikir dalam gambar

Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization)

(10)

10

yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

3. Pengoprasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

2.1.3 Kekuatan dan Kelemahan Televisi

Kekuatan televisi salah satunya adalah memberikan gambaran bila dibandingkan dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya. Televisi tampaknya memberikan sifat yang istimewa yaitu gabungan dari media dengan gambar. Televisi bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan bahkan gabungan antara ketiga unsur tersebut. Kekuatan dan kelemahan televisi menurut Syahputra dalam bukunya yang berjudul “Jurnalistik Infotainment”, yaitu :

1. Kekuatan Televisi

a. Menguasai jarak dan waktu, karena teknologi televisi menggunakan elektromagnetik, kabel-kabel fiber yang dipancarkan transmisi melalui satelit.

b. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar, nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan cukup cepat.

c. Daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).

d. Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis.

(11)

11 2. Kelemahan Televisi

a. Media televisi terikat waktu tontonan.

b. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar.

c. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat “transitory” karena sifat ini membuat isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping.

2.1.4 Format Program Televisi

Dalam bukunya yang berjudul “Teknik Produksi Program Televisi”, Wibowo mengatakan bahwa format acara televisi dapat dibagi menjadi bebrapa bagian sebagai berikut :

1. Program Seni Budaya

Program seni budaya termasuk produksi karya artistik dalam produksi program televisi. Ada berbagai macam materi produksi seni budaya. Secara garis besar materi produksi seni budaya dibagi menjadi dua, yaitu seni pertunjukan dan seni pameran. Yang termasuk dalam seni pertunjukkan, antara lain seni musik, tari dan pertunjukan boneka dengan segala macam jenisnya.

2. Program Talk Show

Program wicara di televisi, atau biasa kita sebut The Talk Program, meliputi banyak format, antara lain, kuis, wawancara (interview) baik di dalam studio maupun di luar studio dan diskusi panel di televisi. Semua memang dapat disebut Program Wicara The Talk Program.

3. Program Berita

Dalam pengertian sederhana, program berita (news) berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki

(12)

12

nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan kejadian di dalam berita bersifat objektif. Liputan gambar dari kejadian biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu membuat kaget. Namun, objektivitas semacam ini masih tergantung subjektivitas peliput.

4. Program Dokumenter

Arti dokumenter, yaitu sesuatu artikel yang nyata, faktual dan esensial, bernilai atau memiliki makna. Suatu dokumen dapat berwujud konkret kertas dengan tulisan atau berkas-berkas tertulis (ijazah, diktat dan rontal catatan).

5. Program Feature

Merupakan suatu program yang membahas suatu pokok bahasan satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dengan berbagai format.

6. Program Magazine

Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah udara. Sebagaimana majalah cetak, program magazine memiliki jangka waktu terbit, mingguan atau bulanan tergantung dari kemauan produser. Program magazine mirip dengan program feature. Perbedaannya, untuk program feature, satu pokok permasalahan disoroti dari berbagai aspek dan disajikan lewat berbagai format. Sementara itu, program magazine, bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan membahas satu bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan dan musik yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format.

7. Program Spot

Spot adalah suatu program yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televisi atau pendengar radio untuk

(13)

13

tujuan-tujuan tertentu. Spot merupakan program yang sangat pendek. Durasi suatu program spot berkisar antara 10 detik sampai 1,5 menit.

8. Program Sinetron

Di masa lalu, ketika stasiun televisi hanya ada satu, yaitu TVRI, nama program sinetron belum dikenal masyarakat luas. Program semacam itu di jaman TVRI disebut dengan drama televisi, teleplay atau sandiwara televisi. Program drama televisi biasanya diproduksi sepenuhnya menggunakan setting indoor, di dalam studio televisi.

2.1.5 Program Dokumenter

Gerzon R. Ayawaila dalam bukunya “Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi”, menjelaskan bahwa dokumenter secara umum memiliki definisi, yakni film non fiksi yang dibedakan dengan cerita fiksi. Karena film dokumenter bercerita atau naratif, selain itu juga memiliki aspek dramatik, hanya saja bukan fiktif berdasarkan fakta.

Empat kriteria dokumenter sebagai film non fiksi, adalah :

a. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif. Bila dalam film fiksi latar belakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan dengan situasi dan kondisi asli apa adanya.

b. Yang diurutkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata, sedangkan isi cerita film fiksi berdasarkan karangan (imajinatif). Dokumenter memiliki interpretasi kreatif, sedangkan film fiksi memiliki interpretasi imajinatif.

c. Sebagai film non fiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu kemudian perekaman gambar sesuai apa adanya.

(14)

14

d. Struktur cerita dokumenter lebih kepada isi dan pemaparan, sedangkan film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film dokumenter berdurasi panjang dan diputar di bioskop atau pada festival tertentu, dengan menggunakan semua shot. Namun harus diakui, film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi seseorang atau kelompok tertentu. Film dokumenter dibuat dengan tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Banyaknya film dokumenter yang bisa disaksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori oleh televisi pertama, TVRI. Beragam film dokumenter tentang kebudayaan, flora dan fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era televisis swasta, pembuatan film dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta menanyangkan program film dokumenter, baik yang diproduksi sendiri maupun yang dibeli dari sejumlah rumah produksi.

Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter, salah satunya adalah dokudrama. Dokudrama adalah peristiwa yang pernah terjadi direkontruksi kembali dengan kemasan baru. Dalam dokudrama terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tidak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap menjadi pakem pegangan (Heru Effendy, 2009).

Penulis memilih membuat sebuah karya tugas akhir dengan menggunakan format dokumenter-drama (dokudrama) dalam

(15)

15

pembuatan film sejarah kisah Syeikh Sadzali. Format ini dipilih karena dapat menggambarkan kejadian di masa lalu seperti kenyataannya. Film dokudrama tidak hanya berisikan fakta yang sesuai dengan sejarah, tetapi juga ditambahkan konflik dengan dibangun unsur dramatik oleh pemain (talent).

2.1.6 Dokumenter-Drama (Dokudrama)

Dokudrama merupakan salah satu jenis film dokumentasi. Doku berarti dokumenter dan drama berarti cerita. Drama merupakan inti dari sebuah program video dan televisi berbentuk drama adalah adanya konflik dari orang-orang yang terlibat (pelaku) didalamnya. Program berbentuk drama biasanya dimulai dengan mengenalkan karakter dari orang-orang yang terlibat didalamnya yang kemudian diikuti dengan konflik yang dibangun secara dramatik dan melibatkan para pelaku tersebut. Konflik ini biasanya diselesaikan pada akhir cerita. Penyelesaian konflik pada akhir cerita dapat berupa happy ending atau sebaliknya.

Dokumenter adalah program yang bercerita tentang suatu peristiwa yang telah berlangsung sebelumnya. Dokumenter merupakan perwujudan karya cipta yang tersusun dari berbagai realitas dengan jelas memperlihatkan ruang penciptaan yang luas dan mengintepretasikan kenyataan, sehingga lebih mengarah pada keberagaman film yang dianggap sebagai bagian dari dunia fiksi. Film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal yang nyata dan sesuai dengan fakta sejarah. Contoh film dokumenter yang kita kenal adalah Pengkhianatan G-30S PKI yang digarap oleh sutradara Arifin C. Noer.

Brad Lee Duren mengatakan, bahwa film dokumenter yang dikemas secara drama, dokudrama tidak meninggalkan benang merah dari fakta yang difilmkan. Film dokudrama adalah setengah dokumenter, namun antara kenyataan dan hasil yang dibuat tidak jauh berbeda karena realita tetap menjadi pedoman. Peristiwa sejarah tetap

(16)

16

menjadi alur utama film, kedudukan drama hanya sebagai “kemasan” yang menarik. Nilai-nilai sejarah di dalamnya menjadi unsur pendidikan yang dapat disuarakan kepada khalayak film. Dokudrama dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan pendidikan dan melestarikan kebudayaan. Dokudrama dapat menjadi film yang sarat makna yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sejarah dan pendidikan. Pembuatan dokumenter / feature bersifat luwes dan tidak terlalu terikat dengan skenario karena para pembuat akan berusaha menangkap sisi spontanitas dan keapa-adaan (candid) dalam proses perekaman. Skenario atau storyboard digunakan sebagai pedoman agar tidak melenceng terlalu jauh dari ide cerita awal.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Serah Simpan dan Pengelolaan Rekam Film Cerita atau Film Dokumenter, menjelaskan bahwa film cerita atau film dokumenter pada dasarnya merupakan salah satu karya budaya bangsa sebagai perwujudan cipta, rasa dan karsa manusia serta mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan umumnya, khususnya pembangunan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan serta penyebaran informasi.

Film dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata dan berfokus pada subyek-subyek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, sosial atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan, informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang dunia yang ditinggali suatu bangsa. Sedangkan film dokudrama berusaha untuk mematuhi fakta historis yang telah diketahui, sementara juga memberikan lisensi artistik dalam tingkatan besar atau kecil disekelilingnya dan di mana ada kesenjangan dalam catatan sejarah. Dokudrama difilmkan setelah peristiwa tersebut terjadi dan memilih lokasi yang menjadi tempat peristiwa sejarah terjadi. Walaupun dikemas ke dalam drama, fakta yang ingin diungkapkan

(17)

17

dalam film tetap menjadi pegangan. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum terjadi.

Film dokudrama menyajikan realita melalui alur cerita dan terdapat penokohan didalamnya agar gambar dan alur cerita menjadi lebih menarik. Film dokudrama tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang-orang atau kelompok tertentu. Keunggulan film dokudrama, diantaranya :

1. Terdapat alur cerita yang telah dibuat terlebih dulu demi tujuan estetis.

2. Terdapat penokohan pada alur cerita.

3. Realita tetap menjadi pedoman yang objektif.

4. Penggarapannya dapat di dramtisir dengan dukungan dari bukti-bukti nyata (Vincent Bayu Tapa Brata, 2007).

2.2SEJARAH SYEIKH SADZALI

Sejarah adalah studi tentang masa lalu yang berkaitan dengan manusia. Sejarah menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting. Catatan itu meliputi tindakan dan pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga menjadi sebuah cerita yang berarti. Secara bahasa, istilah “sejarah” berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti “pohon”. Sedangkan dalam bahasa Inggris, history yang berarti masa lampau umat manusia. Menurut sejarawan Indonesia, Kuntowijoyo, dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Sejarah”, menjelaskan bahwa sejarah merupakan fakta secara diakronis, ideografis, unik dan empiris. Sejarah menggambarkan, memaparkan dan menceritakan sesuatu. Sejarah bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal-hal yang unik dan secara khas hanya berlaku pada sesuatu. Sejarah juga bersifat empiris, yaitu bersandar pada pengalaman manusia yang sungguh-sungguh terjadi.

Sejarah sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa karena sejarah merupakan gambaran masyarakat di masa lampau dan masyarakat di suatu

(18)

18

negara dapat mengetahuinya. Peristiwa di masa lampau tersebut dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di masa kini dan yang akan datang. Dengan sejarah, masyarakat tidak hanya mengingat data dan fakta, tetapi dapat mengetahui makna di balik sejarah tersebut.

Sejarah dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu : 1. Sejarah sebagai Peristiwa

Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa yaitu peristiwa yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat sebagaimana dan seperti apa seharusnya peristiwa itu terjadi. Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali serta tidak bisa diulang. Ciri utama dari sejarah sebagai peristiwa adalah abadi karena peristiwa tidak berubah-ubah, unik karena peristiwa hanya terjadi satu kali dan penting karena peristiwa yang terjadi mempunyai arti bagi seseorang dan menentukan kehidupan orang banyak.

2. Sejarah sebagai Kisah

Merupakan rekontruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang. Sejarah sebagai kisah dapat berbentuk penuturan lisan baik yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok tentang peristiwa yang telah terjadi dan berbentu tulisan yang dapat berupa kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah. Sejarah sebagai kisah berupa narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Dalam mewujudkan sejarah sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah.

(19)

19 3. Sejarah sebagai Ilmu

Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau manusia. Sejarah merupakan ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan. Sejarah sebagai ilmu memiliki obyek, tujuan dan metode. Sebagai ilmu sejarah bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga obyetivitasnya sekalipun tidak sepenuhnya menghilangkan subjektivitasnya.

4. Sejarah sebagai Seni

Merupakan suatu kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu kisah atau peristiwa di masa lalu. Ciri sejarah sebagai seni, yaitu terdapat instuisi yang merupakan kemampuan mengetahui dan memahami sesuatu secara langsung mengenai suatu topik yang sedang diteliti, emosi atau luapan perasaan yang berkembang diperlukan guna mewariskan nilai-nilai tertentu, gaya bahasa dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan dan imajinasi yang diperlukan seorang sejarawan untuk membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi.

Kota Kudus adalah salah satu kota di Indonesia yang kaya akan sejarah. Karena masyarakat kota Kudus masih kental dengan adat-istiadat yang dipegang kokoh oleh masyarakatnya. Banyaknya tempat wisata juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kota Kudus. Salah satunya adalah Syeikh Abu Hasan Az Sadzali atau dikenal dengan Syeikh Sadzali.

Seorang pedagang kaya asal Irak yang melakukan perdagangan internasional di berbagai negara hingga akhirnya menetap di Desa Japan, Kudus. Sekitar tahun 1267, saat sedang melakukan perdagangan, Syeikh Sadzali bersama dengan 2 orang pengikutnya datang ke Indonesia untuk melakukan transaksi perdagangan. Walaupun memiliki harta yang berlimpah sebagai seorang pedagang, Syeikh Sadzali memiliki hati yang baik dan

(20)

20

sederhana. Bersama dengan kedua pengikutnya, terkadang Syeikh Sadzali suka meracik ramuan-ramuan jamu untuk kesehatan badannya. Dalam melakukan perjalanan perdagangan Syeikh Sadzali merasa dirinya semakin jauh dengan Tuhannya mulai mendekatkan diri dengan Allah. Saat berada di Indonesia, tepatnya di Desa Japan, Kudus yang dahulu adalah hutan belantara, Syeikh Sadzali dan pengikutnya mulai menetap di hutan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan semedi atau menyendiri di hutan. Dengan menjauh dari keduniawian dan keramaian warga sekitar, Syeikh Sadzali mendirikan sebuah gubuk di hutan sebagai tempat tinggal dirinya dan pengikutnya. Syeikh Sadzali membuat sebuah sumur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makanan dan minuman. Warga sekitar yang masih minim pengetahuan tentang agama, melihat sumur tersebut sebagai sumur keramat yang akan mendatangkan berkah. Warga pun menggunakan sumur tersebut dengan maksud dan tujuan tertentu. Kedua pengikut Syeikh Sadzali yang melihat hal tersebut segera menutup sumur yang dibuat Syeikh Sadzali agar tidak digunakan warga untuk kemusyrikan.

Beberapa tahun kemudian, atau sekitar tahun 1920, 2 orang tamu asal Irak mencari kerabat mereka yang sudah lama hilang yaitu Syeikh Sadzali dan pengikutnya. Dalam melakukan pencarian, kedua tamu tersebut bertemu dengan salah satu warga desa, Kyai Ahmad Razi. Lalu Kyai Ahmad Razi mengajak kedua tamu tersebut menuju ke sebuah makam di hutan yang baru ditemui oleh warga sekitar. 2 tamu asal Irak pun meneliti makam tersebut dan merasa yakin bahwa makam tersebut adalah makam kerabatnya, yakni Syeikh Sadzali.

Setelah ditemukannya makam tersebut, warga sekitar membangun dan memperbaiki makam Syeikh Sadzali dan 2 orang pengikutnya dengan dibuatkan pondok bangunan dan sebuah masjid. Makam tersebut hingga saat ini dijadikan sebagai tempat ziarah oleh warga sekitar ataupun wisatawan lain. Untuk menghormati keberadaan Syeikh Sadzali, setiap tanggal 1 suro, warga Desa Japan mengadakan ritual suronan sebagai rasa terima kasih karena dengan adanya Syeikh Sadzali terciptalah Desa Japan. Warga biasanya

(21)

21

melakukan ritual arak-arakan yang dilakukan dari rumah warga yang berada di daerah bawah menuju makam Syeikh Sadzali yang berada di daerah atas. Tidak hanya itu, masyarakat desa juga melakukan tradisi pemotongan kerbau dan Buka Lumur, yaitu penggantian kain penutup makam.

Sumur yang dibuat oleh Syeikh Sadzali menciptakan sumber mata air tiga rasa yang dijadikan sebagai tempat berwudlu masyarakat ataupun untuk melakukan ritual cuci pusaka. Para wisatawan yang datang diperbolehkan untuk mencicipi sumber mata air tiga rasa secara langsung. Hingga saat ini, keberadaan makam Syeikh Sadzali, pengikutnya dan sumber mata air tiga rasa dijadikan sebagai tempat wisata di Kudus yang diberi nama, Rejenu (Didik Setyanto. Ketua Yayasan Rejenu).

2.3AIR TIGA RASA REJENU

Gambar 2.1 Gerbang Utama Rejenu

Air Tiga Rasa Rejenu adalah obyek wisata alam yang berada di Kabupaten Kudus. Air tiga rasa Rejenu terdapat di Desa Japan, Kecamatan Dawe, tepatnya di atas Air Terjun Monthel. Nama Rejenu diambil dari bahasa Jawa, yaitu “Rejo” yang artinya ramai, diharapkan daerah Rejenu bisa ramai dikunjungi oleh wisatawan. Rejenu dikelilingi oleh hutan dan terdapat sumber mata air tiga rasa. Konon, tiga mata air ini muncul karena kedatangan Syeikh Sadzali dan pengikutnya. Untuk memenuhi kehidupannya dan kedua

(22)

22

pengikutnya selama menetap di hutan, Syeikh Sadzali membuat sebuah sumur yang lama-kelamaan menjadi mata air tiga rasa. Masyarakat yang menemukan mata air tersebut biasanya menggunakan air untuk berwudhu, mencuci pusaka dan meminumnya. Tiga sumber mata air yang memiliki rasa yang berbeda-beda setiap sumbernya dan setiap orang yang merasakan juga akan merasakan rasa air yang berbeda-beda pula sesuai dengan suasana hati. Mata air tiga rasa ini dipercaya masyarakat setempat dapat dipakai untuk pengobatan dan kesehatan (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus, 2011).

Gambar 2.2 Sumber Mata Air 3 Rasa 1. Sumber Air Pertama

Mata air yang pertama diberi nama oleh warga desa, dengan sebutan “Maul Hayat”, yang dipercaya dapat memberikan kesehatan hidup seseorang. Mempunyai rasa tawar-tawar masam yang berkhasiat dapat mengobati berbagai penyakit.

(23)

23

Gambar 2.3 Mata Air 1 2. Sumber Air Kedua

Yang diberi nama “Maul Dunia”, dipercaya akan memberikan keselamatan di dunia bagi yang meminumnya. Mempunyai rasa seperti minuman ringan bersoda yang memiliki khasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.

(24)

24 3. Sumber Air Ketiga

Atau lebih dikenal dengan “Maul Ilmi”, diyakini akan menambah ilmu seseorang dan mempunyai rasa seperti minuman keras yang berkhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya. Ketiga sumber mata air tiga rasa ini akan lebih baik jika diminum secara bersamaan dan dengan maksud yang baik. Walaupun dipercaya memiliki manfaat setiap sumbernya, tetapi jika diminum bersama-sama akan terasa lebih baik. Tetapi dalam meminum air tiga rasa ini, kita tetap harus berserah diri kepada Tuhan YME (Didik Setyanto. Ketua Yayasan Rejenu).

Gambar 2.5 Mata Air 3 2.4CAMERA PERSON

Camera person atau juru kamera secara teknis melakukan perekaman visual dengan kamera mekanik ataupun elektronik dalam produksi film di bawah arahan pengarah sutradara dan bertanggung jawab kepadanya. Sutradara juga bekerja sama dengan operator kamera untuk memastikan bahwa pandangan sutradara ditangkap oleh film sebagaimana yang diinginkan. Camera person adalah kru dari yang terpilih dalam produksi film yang secara langsung bertanggung jawab dari apa yang terlihat di layar. Tanggung jawab pribadi adalah menjalankan kamera dan menghentikannya sesuai petunjuk/isyarat dari sutradara. Mengoperasikan kamera sesuai mood

(25)

25

cerita dan efisien selama produksi dan menjaga komposisi frame yang pantas. Dalam produksi menggunakan video, juru kamera menggunakan headset yang dihubungkan dengan sutradara. Juru kamera bertanggungjawab kepada pengarah fotografi atas panning dan tilting dari kamera dan menjaga shot frame serta komposisi yang sudah diisyaratkan oleh sutradara dan mempunyai kekuasaan untuk membatalkan shot karena kesalahan gerak kamera, fokus, komposisi, atau berbagai gangguan yang tidak diinginkan dalam frame oleh orang, benda dan lainnya.

Menurut Askurifai Baksin dalam bukunya yang berjudul “Videografi : Operasi Kamera & Teknik Pengambilan Gambar”, teknik-teknik yang terdapat pada pengambilan gambar sangat bervariasi, sehingga saat menonton suatu film tampak bermacam-macam sudut pandang pengambilan gambar yang merupakan hal penting dalam film. Penonton akan merasa jenuh apabila gambar yang disajikan terlihat monoton.

2.4.1 Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angel) a. Bird Eye View

Adalah suatu teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan posisi kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Hasil perekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas dengan benda-benda lain yang tampak di bawah begitu kecil dan berserakan tanpa punya makna. Sudut pengambilan ini misalnya dilakukan dari helikopter atau dari gedung bertingkat tinggi.

Tujuan dari sudut pengambilan gambar ini untuk memperlihatkan objek-objek yang lemah, sesuatu yang kurang bermakna dengan maksud menghinakan. Dengan gambaran bird eye view penonton akan merasa iba, tergerak hatinya untuk ikut merasakan penderitaan objek.

(26)

26 b. High Angel

Sudut pengambilan gambar ini lebih rendah dari yang pertama. High angle merupakan pengambilan gambar dari atas objek. Selama kamera di atas objek maka sudah dianggap high angle. Dengan high angle, maka objek tampak lebih kecil. Kesan yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini adalah kesan „lemah‟, „tak berdaya‟, „kesendirian‟, dan kesan lain yang mengandung konotasi „dilemahkan atau dikerdilkan‟.

c. Low Angle

Pengambilan gambar diambil dari bawah objek. Sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Sudut ini membangun kesan „berkuasa‟, baik dalam soal ekonomi, politik, sosial dan lainnya. Seseorang yang ditampilkan dengan sudut pengambilan gambar ini akan mempunyai kesan „dominan‟. d. Eye Angle

Pengambilan gambar teknik ini adalah posisi kamera dan objek lurus sejajar sehingga gambar yang diperoleh tidak ke atas atau ke bawah. Sudut pengambilan gambar semacam ini standar dilakukan oleh juru kamera. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan objek.

Sudut seperti ini tidak mengandung kesan tertentu, karena memang tidak mengharapkan kesan tertentu. Meskipun demikian, dalam sudut ini tetap harus diperhatikan aspek komposisi. Jangan sampai objek dalam frame tidak nyaman untuk ditonton.

e. Frog Eye

Merupakan teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek. Dengan teknik ini dihasilkan satu pemandangan objek yang besar, terkadang mengerikan dan bisa juga penuh

(27)

27

misteri. Sudut pengambilan gambar ini mempunyai kesan dramatis untuk memperlihatkan suatu pemandangan yang aneh, ganjil, „kebesaran‟, atau „sesuatu‟ yang menarik tapi diambil dengan variasi tidak biasa.

2.4.2 Ukuran Gambar (Frame size) a. Extreme close up (ECU)

Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek, misalnya mata, hidung atau telinga saja. Fungsinya untuk menunjukkan detail suatu objek.

b. Big close up (BCU)

Pengambilan shot gambar dari batas kepala hingga dagu objek. Fungsinya untuk menonjolkan detail atau ekspresi, misalnya gambar mata yang sedang berkedip-kedip.

c. Close up (CU)

Pengambilan gambar dari batas kepala sampai leher bagian bawah. Fungsinya untuk memberikan gambaran objek secara jelas. d. Medium close up (MCU)

Objek orang yang diambil akan tampak dari batas kepala hingga dada atas. MCU dimaksudkan untuk menonjolkan mimik atau raut muka pemain secara utuh agar tampak rambut dan aksesorisnya juga menegaskan „profil‟ seseorang.

e. Mid shot (MS)

Pengambilan gambar dari batas kepala sampai pinggang (perut bagian bawah). Fungsinya adalah memperlihatkan seseorang dengan „tampangnya‟.

f. Knee shot (KS)

Gambar yang diambil dengan ukuran dari lutut objek orang ke atas, dimaksudkan untuk menampilkan seseorang yang sedang berjalan lambat dengan tetap menampilkan ekspresi wajah pemain.

(28)

28 g. Full shot (FU)

Pengambilan gambar penuh objek dari batas kepala hingga kaki. Fungsinya untuk memperlihatkan objek dengan lingkungannya.

h. Long shot (LS)

Pengambilan gambar lebih luas dari Full Shot. Shot dengan ukuran pemandangan alam terbatas yang dimaksudkan untuk menggambarkan pergerakan objek baik orang, binatang atau benda bergerak lainnya dan menunjukkan objek dengan latar belakangnya.

i. Ekstrem long shot (ELS)

Shot jarak jauh untuk menunjukkan pemandangan alam secara luas atau untuk memperlihatkan objek yang bergerak cepat di alam atau tempat yang dilaluinya.

j. One shot (1S)

Pengambilan gambar satu objek untuk memperlihatkan seorang/ benda dalam frame.

k. Two shot (2S)

Pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan dua orang yang sedang berbincang.

l. Three shot (3S)

Pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya untuk menunjukkan tiga orang sedang berinteraksi.

m. Group shot (GS)

Pengambilan gambar dengan banyak objek difungsikan untuk memperlihatkan banyak objek saling berinteraksi.

n. Estabkishing shot (ES)

Pengambilan gambar yang dimaksudkan sebagai pengenalan lokasi dengan maksud penonton mengetahui jelas lokasi pemain atau situasi tempat dilakukannya shooting.

(29)

29 o. Cover shot

Pengambilan gambar yang dimaksudkan sebagai stock shot atau shot cadangan jika setelah proses pengambilan gambar, ada beberapa shot yang gagal atau tidak memenuhi harapan. Diperlukan shot cadangan agar alur cerita tetap terbentuk dengan baik.

2.4.3 Gerakan Objek (Moving Object)

Umumnya seorang juru kamera membidik objek yang tidak bergerak dinamis. Jika objeknya benda tidak bergerak tentu akan lebih mudah, tinggal mengatur komposisinya. Namun jika objeknya orang maka dia bergerak dinamis. Dalam situasi seperti ini, ada beberapa kemungkinan, yaitu :

a. Objek sejajar dengan kamera, baik ke depan atau ke belakang, ke kiri atau ke kanan. Dalam posisi seperti ini, maka kamera tetap harus mengikuti gerakan objek.

b. Objek menjauh atau mendekat ke kamera. Jika objeknya menjauhi kamera maka disebut walk - out atau walk – away. Jika objek mendekati kamera maka disebut walk – in.

Framing (Bingkai Gambar)

Dalam sebuah film sering tampak scene yang frame-nya kosong. Kemudian muncul aba-aba: “in frame”, disusul seorang aktor masuk ke frame (bingkai tampilan). Atau sebaliknya, terkadang aktor harus keluar dari frame dengan aba-aba: “out frame”. Framing yang dimaksud adalah masuknya objek dalam sebuah frame film yang awalnya kosong.

Istilah framing atau pembingkaian adalah penempatan unsur-unsur gambar kedalam frame, dengan tujuan menempatkan objek pada komposisi yang baik, serta mengarahkan perhatian penonton ke suatu pusat perhatian. Disamping itu untuk

(30)

30

terpenuhinya unsur keseimbangan frame kiri dan kanan, atas dan bawah dalam pengelompokannya.

1) Framing berdasarkan ruang : a. Headroom

Penempatan ruang kosong di atas kepala atau ruang kosong di atas obyek sehingga antara obyek dan batas frame atas menjadi serasi dan seimbang.

b. Nose room atau Looking room

Bila akan menggambarkan seseorang melihat ke lawan bicara atau keluar frame maka harus ditunjukkan ruang arah pandang dari orang tersebut. Ruang arah pandang ini merupakan ruang kosong antara wajah atau hidung orang/pemain dengan pinggir kiri atau kanan frame tergantung arah orang melihat. Ruang arah pandang orang/pemain disebut dengan Nose Room atau Looking Room.

c. Walking room atau Lead room

Apabila akan menggambarkan seorang pemain atau kelompok orang sedang berjalan menuju satu arah, maka haruslah ditunjukkan ruang arah berjalan. Ruang arah berjalan merupakan ruang kosong antara orang/pemain atau kelompok orang dengan pinggir kiri atau kanan frame tergantung arah orang berjalan. Ruang arah berjalan orang/pemain yang disebut dengan Walking Room atau Lead Room.

2) Object in Frame/ Menempatkan Orang dalam Frame :

Diantara unsur-unsur gambar yang ada dalam frame/bingkai, maka orang/pemain merupakan unsur gambar utama, mulia dan selalu menjadi pusat perhatian penonton (Point of Viewer Attention). Oleh karena itu

(31)

31

pengaturan dan penempatan orang dalam frame/bingkai harus mendapatkan perhatian khusus oleh sutradara dan juru kamera.

2.4.4 Gerakan Kamera (Moving Camera)

Pergerakan gambar di layar dihasilkan oleh pergerakan kamera dan pergerakan objek, serta pergerakan bersama antara kamera dan objek. Kamera sebagai alat untuk merekam gambar bisa kita gerakkan sedemikian rupa sehingga objek yang diam bisa terlihat bergerak atau move.

Pergerakan kamera dibagi menjadi berikut : 1. Zoom

Pergerakan elemen-elemen lensa sehingga mempengaruhi adanya perubahan sudut pandang dan ukuran gambar. Zoom dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Zoom in : teknik pengambilan gambar dengan pergerakan lensa gambar yang luas menuju gambar yang lebih sempit kesatu objek.

b. Zoom out : teknik pengambilan gambar dengan pergerakan lensa gambar yang sempit menuju gambar yang lebih luas kesatu objek.

2. Panorama (PAN)

Pergerakan kamera pada bidang horizontal atau kamera menoleh (dari kiri ke kanan, atau sebaliknya) sesuai kecepatan yang diinginkan, kamera tetap pada porosnya. Terdapan dua PAN, yaitu :

a. Pan kanan : kamera bergerak ke kanan dari objek utama.

(32)

32 3. Tilt

Pergerakan kamera dari bidang vertikal (dari atas ke bawah, atau sebaliknya). Terdapat dua tilt, yaitu :

a. Tilt up : kamera bergerak naik atau mendongak. b. Tilt down : kamera bergerak menurun.

4. Dolly (In / Out)

Dolly atau kereta dorong adalah gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama dengan gerakan zooming, namun pada Dolly yang bergerak adalah tripod yang telah diberi roda dengan dengan cara mendorong tripod maju ataupun menariknya mundur. 5. Follow

Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak searah.

6. Framing (In / Out)

Adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki (in) atau keluar (out) framing shot.

7. Fading (In / Out)

Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru masuk menggantikan gambar yang ada disebut dengan fade in, sedangkan jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan gambar baru disebut fade out.

8. Crane Shot

Merupakan gerakan kamera yng dipasang pada alat bantu mesin beroda dan bergerak sendiri bersamaan dengan camera person, baik mendekati maupun menjauhi objek.

9. Track

Adalah gerakan kamera pada landasan yang bergerak, mendekati atau menjauhi objek. Kamera dapat

(33)

33

dipegang oleh camera person dan ikut bergerak maju mundur, dan dapat juga diletakkan pada tripod di atas kereta dorong (dolly).

a. Track-In berarti kamera bergerak mendekati objek atau talent.

b. Track-Out berarti kamera bergerak menjauhi obyek atau talent.

Motivasi Pergerakan Kamera

Menurut Bambang Semedhi dalam bukunya yang berjudul “Sinematografi – Videografi”, menjelaskan bahwa setiap pergerakan kamera mempunyai maksud atau bisa meninggalkan kesan tertentu bagi penontonnya. Tujuan pergerakan kamera atau motovasi gerak (move motivations), adalah :

1) Zoom Out/ In

a. Menunjukkan sesuatu di luar gambar yang sudah ada. b. Menunjukkan posisi objek.

c. Menonjolkan sesuatu. 2) Pan Right/ Left

a. Menunjukkan panjang/ pendek. b. Menunjukkan hubungan dua objek. c. Mengikuti gerakan objek (follow shot). d. Menunjukkan suatu reaksi.

e. Untuk memperbaiki komposisi gambar. f. Untuk membuat transisi (flash-pan). 3) Tilt Up/ Down

a. Untuk menunjukkan tinggi atau rendah.

b. Untuk mengambil gambar yang tidak bisa ter-cover oleh kamera karena tinggi.

c. Untuk menunjukkan reaksi.

(34)

34

e. Untuk mengikuti pergerakan gambar. f. Untuk membuat transisi (flash to sky). 4) Dolly

a. Untuk menunjukkan kesan tinggi. b. Untuk memperlihatkan detail objek. c. Untuk menciptakan efek dramatik. 5) Track Right/ Left

a. Untuk menciptakan variasi gerak.

b. Untuk menciptakan variasi latar belakang. c. Untuk menciptakan efek dramatik.

d. Untuk memperbaiki komposisi gambar. 6) Jib/ Crane

a. Untuk menciptakan efek dramatik. b. Untuk menciptakan efek kolosal.

2.4.5 Tugas dan Kewajiban Camera Person (Juru Kamera) 1) Tahap persiapan produksi :

a. Menganalisa mood dari skenario dan konsep sutradara. Dengan melakukan pengarahan, melakukan persiapan dan pemeliharaan peralatan kamera serta sarana penunjangnya. b. Melakukan uji coba secara teknis atas peralatan dan bahan

baku yang akan dipergunakan dalam produksi.

b. Melakukan koordinasi dengan key grip sehingga secara teknis dan efisien mampu melaksanakan konsep visual dan gerakannya.

2) Tahap produksi :

a. Melakukan perekaman visual secara teknis sesuai arahan pengarah fotografi, baik dalam hal komposisi, sudut pengambilan, gerak kamera dengan segala perubahannya. b. Mengkoordinasikan awak/kru kamera dalam melaksanakan

(35)

35

c. Menjaga dan memelihara peralatan kamera dalam kondisi baik dan siap pakai.

2.4.6 Hak-hak dari Camera Person (Juru Kamera)

1) Memberikan usulan yang bersifat teknis agar tercapai hasil rekaman yang baik.

2) Meminta pengambilan ulang bila secara teknis hasil rekaman sebelumnya kurang baik.

3) Operator kamera berhak untuk mengingatkan setelah pengambilan gambar, seperti menegur pengatur boom atau microphone apabila masuk ke dalam shot, refleksi equipment atau kru pada kaca, fokus yang tidak tajam atau kesalahan fokus lainnya, flare pada lensa, gerak kamera yang kurang halus atau kurang baik dan hal-hal lain yang dapat mengurangi keindahan shot yang diinginkan. Pada produksi film yang memiliki bujet besar, operator kamera dapat melaporkan segala hal yang menjadi kekurangan setelah selesai melakukan pengambilan gambar.

2.5PERALATAN SHOOTING

Semua perlengkapan yang dibutuhkan tim dari camera person berikut perlengkapan penunjangnya seperti kabel dan scaffholding, semacam steger untuk meletakkan lampu atau kamera. Penataan frame menentukan komposisi alat yang dibutuhkan berdasarkan storyboard. Secara umum, peralatan shooting terdiri dari :

1) Kamera

Shooting format menentukan jenis kamera yang dipakai, setiap jenis kamera memerlukan perlengkapan pendukung seperti lensa dan filter kamera. Salah satu peralatan pendukung kamera adalah grip. Grip merupakan peralatan pendukung gerakan kamera (camera movement) agar hasil shooting sesuai dengan konsep yang akan dibuat.

(36)

36

Grip bisa berupa dolly, yaitu semacam kereta tempat kamera berikut operator kameranya digerakkan lewat gerakan mendorong dan menarik. Grip juga bisa berupa dolly crane, yakni lengan raksasa tempat kamera diletakkan yang bisa digerakkan ke atas dan bawah serta samping kanan dan kiri.

2) Lampu

Pemilihan jenis dan jumlah lampu dan perlengkapan pendukungnya seperti filter lampu sangat tergantung pada diskusi antara juru kamera dengan sutradara dan penata fotografi, juga pada kunjungan ke lokasi shooting.

3) Kabel

Kabel tidak bisa dipisahkan dengan lampu dan kamera. Di lokasi dhooting kan banyak kabel yang melintang sesuai dengan komposisi lampu atau kamera. Hal ini, bisa mengganggu kelancaran shooting karenanya selalu koordinasikan masalah ini dengan sutradara dan penata cahaya.

4) Perlengkapan Pendukung Lainnya

Catat semua kebutuhan perlengkapan pendukung lain untuk film yang akan dibuat, seperti tangga, karton hitam, gunting dan sebagainya. Jika masih ada yang belum lengkap, segera hubungi perusahaan penyewaan alat atau melengkapinya sendiri. Jangan sampai shooting terhambat karena hal-hal yang sepele. Sebelum membuat film, harus mempersiapkan apa saja kemungkinan kendala yang akan terjadi di lokasi. Sehingga tim dapat mempersiapkan apa saja untuk meminimalisir kesalahan (Heru Effendy, 2009).

(37)

37

BAB III

METODE PENCIPTAAN KARYA

3.1 DESKRIPSI KARYA

Penulis memilih format dokudrama dan isi dalam produksi ini yaitu tentang sejarah kisah dari tokoh Syeikh Sadzali.

1. Judul Film : Jejak Syeikh Sadzali Di Tanah Rejenu

2. Media : TV

3. Kategori Program : Dokumenter - Drama 4. Format Program : Dokumenter

5. Format Produksi : outdoor 6. Sifat Produksi : Tapping

7. Segmentasi : Remaja dan Dewasa / SES ABC

8. Durasi : ± 20 menit

3.2 OBYEK KARYA DAN ANALISA OBYEK

Ide merupakan pondasi pertama sebelum beranjak pada tahapan berikutnya. Dalam membuat sebuah film dengan format dokudrama, ide cerita berasal dari keadan sekitar yang dahulu pernah terjadi dan terdapat fakta mengenai hal-hal yang bersangkutan. Dalam karya Tugas Akhir ini, penulis mengangkat tema sejarah kisah dari tokoh Syeikh Sadzali yang dihormati oleh masyarakat Desa Japan. Keberadaan Syeikh Sadzali menjadi salah satu alasan terciptanya Desa Japan, Kudus. Sebagai bentuk penghormatan terhadap keberadaan makam Syeikh Sadzali, masyarakat desa membangun dan memperbaiki makam Syeikh Sadzali dan digunakan untuk berziarah, baik warga desa Japan ataupun wisatawan dari daerah lain. Setiap tanggal 1 suro, masyarakat melakukan tradisi sorunan dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan sebagai peringatan akan wafatnya tokoh Syeikh Sadzali.

(38)

38

Keberadaan Syeikh Sadzali juga menciptakan sumber mata air tiga rasa yang memiliki rasa dan manfaat yang berbeda-beda di setiap mata airnya. Ketiga mata air tersebut dijadikan sebagai tempat wisata di Desa Japan dan diberi nama Rejenu. Warga desa biasanya menggunakan mata air untuk melakukan tradisi suronan, seperti melakukan cuci pusaka dan berwudhu. Para wisatawan yang datang diperbolehkan untuk mencicipi mata air tiga rasa tersebut. Dibangun juga sebuah masjid dan kepengurusan untuk yayasan Rejenu.

Tokoh Syeikh Sadzali yang begitu dihormati oleh masyarakat Kudus, kurang diketahui oleh masyarakat luas. Kenyataannya, Syeikh Sadzali merupakan tokoh yang juga sama pentingnya seperti Sunan Muria yang menyebarkan agama Islam di Kudus. Hal ini menjadi alasan penulis untuk membuat sebuah film dengan mengangkat sejarah tokoh Syeikh Sadzali.

3.3 KOMPARASI PROGRAM

Setiap film yang dibuat pasti mempunyai daya tarik tersendiri untuk menarik minat penontonnya, baik dari segi ide cerita, pengambilan gambar dan akting para pemain film. Selain itu, film juga harus memiliki ciri khas agar mudah diingat oleh penontonnya. Ide cerita pembuatan film, harus memiliki keaslian dan bukan hasil jiplakan atau contekan. Penulis membuat sebuah karya film dengan format dokudrama dikarenakan minimnya perfilman di Indonesia yang mengangkat sejarah kisah menjadi film dokudrama. Hal ini dikarenakan bahwa masyarakat Indonesia lebih menggemari film-film fiksi dan film luar negeri. Kenyataannya, baik sejarah, kebudayaan dan tradisi Indonesia sangatlah kaya dan merupakan harta berharga bagi bangsa Indonesia.

Dalam karya proyek akhir, penulis mengangkat sejarah tokoh Syeikh Sadzali ke dalam film dokudrama yang dikemas dengan ide cerita yang menarik. Belum ada media, instansi ataupun perusahaan perfilman yang mengangkat tema ini menjadi keunggulan dari karya yang penulis miliki. Dokudrama ini memfokuskan kepada ide cerita dan komposisi gambar yang

(39)

39

baik. Karya film dokudrama terinspirasi dari beberapa film di Indonesia, diantaranya :

a) GIE 2005

Film berformat dokudrama yang disutradarai oleh Riri Riza, mengisahkan seorang tokoh bernama Seo Hok Gie, seorang aktivis muda dalam gerakan mahasiswa di tahun 60-an dan juga pecinta alam. Film ini diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karya Gie sendiri, namun ditambahkan beberapa tokoh fiktif agar cerita lebih dramatisir. Dalam filmnya, semboyan Soe Hok Gie yang mengesankan berbunyi, “Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan”, yang menjadikan film Gie menjadi film yang paling banyak dibicarakan masyarakat saat itu. Film ini mendapatkan banyak penghargaan, seperti pada Festival Film Indonesia 2005, film Gie mendapatkan tiga penghargaan salah satunya adalah Penata Sinematografi Terbaik.

b) SOEKARNO 2013

Film yang menceritakan tentang Presiden pertama negara Indonesia, Ir. Soekarno yang dapat memerdekakan Indonesia di tengah banyaknya penjajahan. Film garapan sutradara Hanung Bramantyo membuktikan prestasinya dengan masuk ke dalam salah satu nominasi penghargaan luar negeri Piala Oscar 2015. Film tersebut menceritakan sejarah dari tokoh Soekarno dan bagaimana perjuangannya untuk memerdekakan Indonesia. Dengan pidatonya yang mengguncang podium, berteriak “Kita Harus Merdeka Sekarang!!”, mengantarkan film Soekarno menjadi salah satu film yang terbaik di Indonesia.

3.4 PERENCANAAN KONSEP KREATIF DAN KONSEP TEKNIS 3.4.1 Konsep Kreatif

Dalam membuat karya Tugas Akhir, penulis akan membuat karya berformat dokudrama agar sejarah tokoh Syeikh Sadzali tetap memiliki nilai realistik. Penulis memfokuskan kepada teknik-teknik

(40)

40

pengambilan gambar camera person. Tujuannya adalah agar penonton merasakan seakan-akan berada di lokasi adegan dan adegan menjadi realistik di mata penonton. Penulis fokus kepada teknik-teknik pengambilan gambar seorang camera person karena akan memberikan pengambilan gambar yang menarik, banyak variasi dan tentu tidak menjenuhkan atau membosankan.

Penulis akan menggunakan teknik-teknik paning, tilting dan follow agar gambar bisa lebih menarik dan tidak monoton. Penulis akan menggunakan alat-alat perlengkapan shooting untuk memaksimalkan pengambilan gambar. Penulis juga menggunakan multicam (menggunakan lebih dari satu kamera) untuk mempermudah proses produksi berlangsung juga agar camera person bisa memilih variasi gambar yang baik dan lebih banyak variasi gambar. Untuk konflik-konflik di dalam film, penulis akan fokus untuk mencari angle dan komposisi gambar yang tepat agar gambar menjadi lebih hidup dan dramatik. Teknik-teknik yang penulis terapkan bertujuan agar pesan dalam film dapat tersampaikan dengan baik dan gambar yang dihasilkan bisa sempurna.

3.4.1.1 SINOPSIS

Pada tahun 1267, seorang pedagang asal Irak yang bernama Syeikh Sadzali melakukan perdagangan di Indonesia bersama dengan kedua pengikutnya. Mereka melakukan perjalanan perdagangan hingga sampai di Kudus, Gunung Muria. Syeikh Sadzali yang merasa umurnya sudah semakin lanjut akhirnya sadar dan ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan menjauhkan diri dari keduniawian. Ditengah perjalanan Syeikh Sadzali dan pengikutnya, sesekali singgah di sebuah gubuk untuk beristirahat.

Syeikh Sadzali dan pengikutnya sudah berjalan jauh dari pemukiman warga, kemudian menetap di sebuah hutan. Untuk

(41)

41

memenuhi kehidupan sehari-hari, Syeikh Sadzali membuat sebuah sumur. Namun, sumur tersebut dianggap mustajab oleh para warga dan pengikut Syeikh Sadzali merasa khawatir para warga akan menyalahgunakan sumur tersebut. sehingga kedua pengikut Syeikh Sadzali menutup sumur yang telah dibuat oleh Syeikh Sadzali. Selang beberapa waktu setelah sumur ditutup, muncul tiga mata air yang dipakai oleh Syeikh Sadzali dan kedua pengikutnya untuk berwudhu dan memenuhi kehidupannya selama berada di hutan tersebut.

Tahun 1920, datang dua orang tamu dari Irak yang datang ke Gunung Muria untuk mencari kerabatnya yang sudah lama hilang. Kedua tamu tersebut bertemu dengan salah satu warga bernama Kyai Ahmad Razi. Oleh Kyai Ahmad Razi, dua orag tamu dibawa ke suatu makam yang terletak di tengah hutan. Dua orang tamu melihat makam dan langsung yakin kalau makam itu adalah makam kerabat mereka yang bernama Syeikh Sadzali.

Semenjak ditemukannya makam Syeikh Sadzali, warga setempat sepakat untuk membangun dan memperbaiki makam tersebut guna menghormati Syeikh Sadzali sebagai sesepuh. Dan melakukan haul dalam rangka memperingati hari wafatnya Syeikh Sadzali yang jatuh pada tanggal 3 syawal. Karena jasa akan keberadaannya Syeikh Sadzali, menciptakan keberadaan Desa Japan dan melahirkan mata air tiga rasa yang kini dijadikan sebagai tempat wisata dan dikenal dengan nama, Rejenu.

(42)

42 3.4.1.2 TREATMENT

Adegan 1

Narasi perdagangan internasional.

Adegan 2 – Siang hari, Kaki Gunung Muria

Perjalanan Syeikh Sadzali dengan kedua pengikutnya.

Adegan 3 – Malam hari, gubuk, sawah

Syeikh Sadzali dan pengikutnya singgah di sebuah gubuk.

Adegan 4 – Pagi hari, sawah

Syeikh Sadzali dan pengikutnya melanjutkan perjalanannya.

Adegan 5 – Siang hari, hutan, warung

Syeikh Sadzali dan pengikutnya menetap di hutan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Adegan 6 – Siang hari, hutan, warung

Syeikh Sadzali dan pengikutnya meracik jamu.

Adegan 7 – Sore hari, hutan

Syeikh Sadzali membuat sebuah sumur.

Adegan 8 – Pagi hari, hutan

3 orang warga melihat sumur dan menganggap sumur tersebut berisi air yang mustajab.

Adegan 9 – Siang hari, pemukiman warga

2 orang warga menceritakan keberadaan sumur keramat tersebut kepada warga desa lain.

(43)

43 Adegan 10 – Siang hari, hutan

Warga desa mengunjungi sumur tersebut dan mengambil air di sumur untuk tujuan tertentu.

Adegan 11 – Siang hari, hutan

Pengikut Syeikh Sadzali melihat warga mengambil air di sumur lalu berinisiatif untuk menutup sumur tersebut.

Adegan 12 – Sore hari, hutan Syeikh Sadzali menyendiri di hutan.

Adegan 13 – Sore hari, hutan

Kedua pengikut Syeikh Sadzali menutup sumur yang dibuat oleh Syeikh Sadzali.

Adegan 14 – Pagi hari, hutan

Syeikh Sadzali dan pengikutnya menyendiri di hutan.

Adegan 15 – Siang hari, hutan

Sepulang dari menyendiri, Syeikh Sadzali mengajak pengikutnya kembali ke gubuk.

Adegan 16 – Sore hari, hutan

2 orang warga pergi ke hutan dan menemukan sebuah makam.

Adegan 17 – Sore hari, pemukiman warga

2 orang warga yang melihat makam, menceritakan ke Kyai Ahmad Razi.

(44)

44 Adegan 18 – Sore hari, hutan

Kyai Ahmad Razi dan 2 warga menuju hutan untuk melihat makam.

Adegan 19 – Pagi hari, pemukiman warga 2 orang tamu dari Irak melakukan perjalanan.

Adegan 20 – Siang hari, pemukiman warga

2 orang tamu bertemu dengan Kyai Ahmad Razi, bertanya maksud dan tujuan mereka datang ke Gunung Muria.

Adegan 21 – Sore hari, hutan

Kyai Ahmad Razi menunjukkan makam ke 2 orang tamu. 2 orang tamu meneliti makam tersebut dan yakin bahwa itu adalah makam kerabat yang dicarinya selama ini, yaitu Syeikh Sadzali.

Adegan 22 – Malam hari, rumah

Kyai Ahmad razi dan 2 orang tamu berbincang mengenai makam yang diyakini sebagai makan Syeh Sadzaly.

Adegan 23 – Ending

Dokumentasi-dokumentasi Rejenu dan keadannya saat ini.

(45)

45

3.4.1.3 SHOOTING SCRIPT NO. CAM SHOOT

LIST

PICTURE AUDIO

1. OPENING JUDUL ...SFX MUSIC

INSTRUMENTAL JAWA... 2. INSERT PERDAGANGAN INTERNASIONAL NARASI : LETAK GEOGRAFIS NEGARA INDONESIA YANG STRATEGIS MEMBUAT PEDAGANG - PEDAGANG LUAR NEGERI BANYAK SINGGAH DI INDONESIA GUNA MELAKUKAN AKTIFITAS PERDAGANGAN. SEKITAR KURANG LEBIH TAHUN 1267 SEORANG PEDAGANG KAYA RAYA DARI TIMUR TENGAH JUGA MELAKUKAN

AKTIFITAS

PERDAGANGAN DI INDONESIA. SYEIKH HASAN SADZALI

BERSAMA DUA ORANG PENGIKUTNYA SAMPAI

(46)

46

DI SEBUAH

PEGUNUNGAN YANG SAAT INI DIKENAL DENGAN NAMA GUNUNG MURIA. 3. 2 LS; MS; CU; PAN; TILT; SYEIKH SADZALI DAN 2 ORANG PENGIKUTNYA. NASKAH :

SALIM: (TER

ENGAH-ENGAH) CAPEK JUGA

YA. HASAN: PERJALANAN NAIK KERBAU MUNGKIN TIDAK CAPEK. SALIM: KERBAUMU ITU.

HASAN: SYEH, KITA AKAN KEMANA SEBENARNYA? SYEIKH SADZALI: SUDAH IKUTLAH SAJA. SALIM: KAMU

TERLALU BNYK TANYA SAN.

HASAN: APAKAH SEBAIKNYA KITA ISTIRAHAT SEBENTAR? SALIM: AKU JUGA BERPIKIR BEGITU SAN. SYEIKH SADZALI: BAIKLAH- BAIKLAH

(47)

47

NANTI KITA AKAN ISTIRAHAT. (MEREKA MELANJUTKAN PERJALANAN). 4. 1 LS; MS; CU; PAN; SYEIKH SADZALI DAN 2 ORANG PENGIKUTNYA. NASKAH : SYEIKH SADZALI: KITA ISTIRAHAT DISINI. SALIM: BAIKLAH SYEH. (SYEIKH SADZALI PERGI MENINGGALKAN ANAK BUAHNYA).

HASAN: SEBENARNYA PERJALANAN KITA INI AKAN BERAKHR DIMANA YA LIM? SALIM: SAYA JUGA BELUM TAU SAN. SUDAH LAH, KITA IKUTI SAJA SYEH KITA KMNAPUN DI

BERJALAN. KITA KAN PENGIKUTNYA YANG SETIA.

HASAN: YA JELAS, KITA KAN PENGIKUT YANG PALING SETIA. SALIM: YASUDAH, SAYA MAU ISTIRAHAT SEBENTAR. DIAM KAMU SAN.

Gambar

Gambar 2.1 Gerbang Utama Rejenu
Gambar 2.2 Sumber Mata Air 3 Rasa
Gambar 2.4 Mata Air 2
Gambar 2.5 Mata Air 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tayangan ini juga bisa memotivasi mahasiswa untuk dapat membuat program acara televisi yang baik dan menarik minat penonton, karna uniknya dari program ini

Seiring berjalanya waktu foto nude tidak hanya untuk seni fotografi aja tapi sekarang ini di gunakan untuk media promosi juga karena foto nude memiliki daya tarik tersendiri dan

Ketiga landmark memiliki daya tarik tersendiri pada setiap usia yang datang di kawasan landmark Kota Bandar Lampung terbukti setiap hari, ketiga landmark tersebut selalu ramai

Perancangan sekolah balet yang baik ini harus menarik serta sesuai dengan standar sekolah balet agar dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat belum mengikuti atau

Dengan adanya perkembangan kegiatan ekonomi kreatif serta adanya potensi dari cerita yang mengiringinya telah menarik peneliti untuk meneliti lebih dalam dengan melihat apakah

Untuk menghindari kejenuhan konsumen dan menarik minat beli konsumen Dengan pelaksanaan pengembangan produk pada CV.MELO44 diharapkan produk yang dutawarkan akan menjadi

Saya memilih film Front Of The Class karena selain dari segi ceritanya yang sangat menarik dan peneliti pribadi melihat melalui penggambaran nilai pendidikan

Sama seperti media nonton online yang lain, NS21 juga memiliki rating untuk setiap film yang diunggahnya.Yang menarik, dalam situs ini tidak menayangkan film-film produksi Indonesia