• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1

LAPORAN AKHIR

BAB IV

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

4.1

Analisis Sosial

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya kepada

masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada

taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek

sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan

serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat

terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian

kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan

perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat

atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

4.1.1 Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk

mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan

manusia (rumah tangga, masyarakat dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan

pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program diberbagai bidang

kehidupan dan pembangunan.

Kegiatan responsif gender Bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),

Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi

Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural

Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat

Bidang Cipta Karya.

Kegiatan responsif gender dalam Bidang Cipta Karya hendaknya dimulai dari tahapan

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: pertama,

(2)

IV - 2

LAPORAN AKHIR

mengenali masalah mendasar yang menyebabkan terjadinya kesenjangan infrastruktur bidang cipta

karya. Kedua, mengidentfikasi alternatif untuk memecahkan masalah, dan ketiga, menetapkan

beberapa alternatif yang dipilih dengan memperhatikan efisiensi dan efektifitas, memperhitungkan

sumber daya yang tersedia dan dapat dimanfaatkan, serta posisi yang dikembangkan. Kemudian

dalam pelaksanaan bidang cipta karya ada beberapa persyaratan pokok yang perlu diperhatikan :

pertama, kegiatan yang dilakukan harus terarah atau menguntungkan masyarakat miskin, terbelakang

dan tertinggal. Kedua, pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri, dimulai dari pengenalan apa

yang akan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Ketiga, mengembangkan kegiatan bersama

(kooperatif) dalam kelompok yang dibentuk atas dasar wilayah tempat tinggal, jenis usaha atau

kesamaan latar belakang. Keempat, menggerakkan partisipasi dari masyarakat untuk turut serta

membantu dalam rangka kesetiakawanan nasional. Disini termaksud keikutsertaan orang-orang

setempat yang telah maju.

Dalam pengarusutamaan gender di Kabupaten Mojokerto ternyata kaum hawa yang identik

dengan kelembutan sosialnya tidak mendominasi dalam hal pekerja sosial ini. Terbukti, jumlah kader

perempuan selalu lebih sedikit daripada kader laki-laki. Berdasarkan data Dinas Sosial pada

Kabupaten Mojokerto dalam angka tahun 2015 diketahui memiliki sebanyak 101 Kader, kemudian

turun menjadi 23 kader pada tahun 2014. Pada tahun 2015 jumlahnya meningkat menjadi 479 kader.

Dimana kader perempuan sebesar 121 orang dan kader laki-laki sebesar 121 orang pada tahun 2015.

Untuk rinciannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1

Jumlah Tenaga Kerja Sosial Masyarakat Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2015

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Jatirejo 17 4 21 2 Gondang 33 2 35 3 Pacet 18 2 20 4 Trawas 22 6 28 5 Ngoro 20 14 34 6 Pungging 8 - 8 7 Kutorejo 38 3 41 8 Mojosari 8 7 15 9 Bangsal 7 6 13 10 Mojoanyar 50 25 75 11 Dlanggu 24 6 30 12 Puri 23 13 36

(3)

IV - 3

LAPORAN AKHIR

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

13 Trowulan 7 8 15 14 Sooko 12 4 16 15 Gedeg 31 10 41 16 Kemlagi - - - 17 Jetis 17 4 21 18 Dawarblandong 23 7 30 Jumlah 2015 358 121 479 Jumlah 2014 17 6 23 Jumlah 2013 251 74 325

Sumber : Kabupaten Mojokerto dalam Angka, 2016

Berikut ini merupakan tabel program nasional pemberdayaan masyarakat tahun 2015 pada 12

Kecamatan di Kabupaten Mojokerto yaitu Kecamatan Trawas, Kecamatan Pacet, Kecamatan

Pungging, Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Gondang, Kecamatan Jatirejo,

Kecamatan Trowulan, Kecamatan Kemlagi, Kecamatan Jetis, Kecamatan Dawarblandong dan

Kecamatan Mojoanyar. Dimana pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya bagi pengarusutamaan

gender di Kabupaten Mojokerto sesuai program/kegiatan, lokasi, manfaat bagi kaum perempuan dan

rumah tangga miskin.

Tabel 4.2

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Bidang Cipta Karya di Kecamatan Penerima PNPM Kabupaten Mojokerto Tahun 2015

No. Kecamatan/Desa Lokasi Kegiatan Laki-laki Perempuan Pemanfaatan Anggota Kelompok Rumah Tangga Miskin 1 Kecamatan Trawas

a Desa Trawas Dsn. Jara’an Saluran Drainase 85 87 45

b Desa Duyung Dsn. Duyung Saluran Drainase 740 668 358

c Desa Belik Dsn. Belik Saluran Drainase 671 874 135

d Desa Sugeng Dsn. Sugeng Saluran Drainase 313 329 225

e Desa Jatijejer Dsn.

Urung-urung Saluran Drainase 40 50 25

f Desa Sukosari Dsn. Sukosari Air Bersih (Pipanisasi) 157 158 125 2 Kecamatan Pacet

a Desa Nogosari - Air Bersih 464 476 573

b Desa Pacet - Saluran Drainase 127 74 124

3 Kecamatan Pungging

a Desa Kalipuro - Saluran Drainase 1.490 1.558 1.561

b Desa Sekargadung - Saluran Drainase 734 726 654

4 Kecamatan Kutorejo

(4)

IV - 4

LAPORAN AKHIR

No. Kecamatan/Desa Lokasi Kegiatan Laki-laki Perempuan Pemanfaatan Anggota Kelompok Rumah Tangga Miskin

a Desa Jiyu - Saluran Drainase 270 274 165

b Desa Kepuharum - Saluran Drainase 711 660 520

c Desa Kutorejo - Saluran Drainase 704 709 251

5 Kecamatan Dlanggu

a Desa Tumapel - Saluran Drainase 59 64 74

b Desa

Kedunglengkong - Saluran Drainase 257 260 310

6 Kecamatan Gondang

a Desa Bening - Saluran Drainase 447 449 265

b Desa Karangkuten - Saluran Drainase 135 100 70

7 Kecamatan Jatirejo

a Desa Sumberagung - Saluran Drainase 89 73 162

b Desa Karangjeruk - Saluran Drainase 135 105 240

c Desa Mojogeneng - Saluran Drainase 40 50 101

d Desa Sumberjati - Saluran Drainase 60 72 141

e Desa Kumitir - Saluran Drainase 50 61 120

f Desa Bleberan - Saluran Drainase 36 24 60

g Desa Rejosari - Air Bersih 51 61 112

8 Kecamatan Trowulan

a Desa Watesumpak - Saluran Drainase 850 1.091 520

b Desa Jambuwok - Saluran Drainase 869 1.276 1.063

c Desa Sentonorejo - Saluran Drainase 250 270 202

d Desa Domas - Saluran Drainase 693 625 666

e Desa Bicak - Saluran Drainase 450 543 95

9 Kecamatan Kemlagi

a Desa Mojodadi - Saluran Drainase 378 450 828

b Desa Mojopilang - Saluran Drainase 1.301 1.383 2.684

c Desa Mojosarirejo - Saluran Drainase 487 531 1.018

d Desa Beratkulon - Saluran Drainase 520 560 1.080

10 Kecamatan Jetis

a Desa Sawo - Saluran Drainase 182 184 53

b Desa Sidorejo - Saluran Drainase 510 614 267

c Desa Penompo - Saluran Drainase 74 114 58

11 Kecamatan

Dawarblandong -

a Desa Jatirowo - Saluran Drainase 135 144 450

b Desa Cinandang - Saluran Drainase 176 152 133

c Desa Dawarblandong - Saluran Drainase 149 153 53

12 Kecamatan Mojoanyar

a Desa Sadartengah - Saluran Drainase 256 367 310

b Desa Ngarjo - Saluran Drainase 96 73 15

(5)

IV - 5

LAPORAN AKHIR

No. Kecamatan/Desa Lokasi Kegiatan Laki-laki Perempuan Pemanfaatan Anggota Kelompok Rumah Tangga Miskin

d Desa Sumberjati - Saluran Drainase 122 117 119

e Desa Gayaman - Saluran Drainase 170 200 130

Sumber : Kumpulan SPC Tahun 2015 Bapemas Kabupaten Mojokerto

Berikut ini merupakan tabel Data Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis

Masyarakat (PAMSIMAS II) – Tahun Anggaran 2014 pada 8 Desa di 4 Kecamatan Kabupaten

Mojokerto yaitu Kecamatan Trawas, Kecamatan Dawarblandong, Kecamatan Pacet, Kecamatan

Gondang. Dimana pelaksanaan kegiatan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Mojokerto sesuai

program/kegiatan sarana SPAM, lokasi dan penerima manfaat per jiwa.

Tabel 4.3

Data PAMSIMAS II – Tahun 2014 Kabupaten Mojokerto No. Desa/Kecamatan APBN/APBD Desa BPSPAMS oleh SK Penetapan

Kades (Ada/Tidak)

Jumlah Pengguna Sarana SPAM sd

saat ini (KK) Penerima Target Manfaat sesuai SK-DJCK (jiwa) Realisasi Jumlah Penerima Manfaat (jiwa) SR dg Meter Air SR tanpa Meter Air HU / KU 1 Ketapanrame/

Trawas APBN Ada 391 0 1 1542 1564 2 Pucuk/

Dawarblandong APBN Ada 44 0 1 2176 178 3 Kuripansari/ Pacet APBN Ada 339 0 1 1353 1356 4 Ngembat/

Gondang APBN Ada 144 1 866 866 5 Wiyu/ Pacet APBN Ada 376 1 1453 1504 6 Jatidukuh/

Gondang APBN Ada 0 15 1 3123 55 7 Selotapak/ Trawas APBD Ada 0 286 1 1188 1188 8 Begaganlimo/

Gondang APBD Ada 48 61 1 657 657

Sumber : Laporan PAMSIMAS Tahun 2014 dan 2015, Dinas PU Cipta Karya Tabel 4.4

Data PAMSIMAS II – Tahun 2015 Kabupaten Mojokerto No. Desa/Kecamatan APBN/ Desa

APBD Nama BPSPAMS SK Penetapan BPSPAMS oleh Kades (Ada/Tidak)

Jumlah Pengguna Sarana

SPAM sd saat ini (KK) Penerima Target Manfaat sesuai SK-DJCK (jiwa) Realisasi Jumlah Penerima Manfaat (jiwa) SR dg Meter Air SR tanpa Meter Air HU/KU

1 Madureso/

Dawarblandong APBN Tirta Lestari Ada 12 Meter 1 (dg Air)

857 47

2 Suru/

Dawarblandong APBN Tirta Wiguna Ada 41 Meter 1 (dg Air)

850 253

3 Mojowiryo/

Kemlagi APBN Tirta Wirya Ada 1 19 Meter 2 (dg Air)

854 104

(6)

IV - 6

LAPORAN AKHIR

No. Desa/Kecamatan APBN/ Desa APBD Nama BPSPAMS SK Penetapan BPSPAMS oleh Kades (Ada/Tidak)

Jumlah Pengguna Sarana

SPAM sd saat ini (KK) Penerima Target Manfaat sesuai SK-DJCK (jiwa) Realisasi Jumlah Penerima Manfaat (jiwa) SR dg

Meter Air SR tanpa Meter Air HU/KU

Meter Air) 5 Kunjorowesi/

Ngoro APBN Sumber Abadi Ada 9 1 1.037 42 6 Watesnegoro/

Ngoro APBN Tirto Rojo Bali Ada 30 850 151 7 Kembangsri/

Ngoro

APBN Sumber Tirta Makmur

Ada 140 834 700 8 Lebakjabung/

Jatirejo APBD Panguripan Tirta Ada 27 1.266 133

Sumber : Laporan PAMSIMAS Tahun 2014 dan 2015, Dinas PU Cipta Karya

Akses dan kontrol perempuan terhadap pengambilan keputusan dalam pembangunan

infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:

a. Akses, yaitu pengakuan, peluang, dan jaminan kebebasan bagi perempuan untuk menentukan

pilihan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

b. Partisipasi ide dan keterampilan, yaitu keterlibatan perempuan secara penuh dalam semua

tingkatan pengambilan keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

c. Kontrol, yaitu kewenangan atau hak setiap perempuan untuk menggunakan dan mengawasi

pelaksanaan setiap keputusan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

d. Kesejahteraan, yaitu hak yang sama bagi setiap perempuan untuk mendapatkan manfaat dari

setiap keputusan untuk menggunakan infrastruktur bidang cipta karya.

Manfaat partisipasi perempuan dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:

a. Ikut serta dalam memanfaatkan infrastruktur seperti TPA, Sanimas, penyediaan infrastruktur

permukiman, RTH, IPLT, SPAM, dan bentuk pembangunan fisik lainnya

b. Ikut serta dalam menikmati manfaat secara pribadi seperti merasa puas terhadap hasil

pembangunan yang telah tercapai, merasa aman di dalam hidup bemasyarakat, serta memperoleh

kehidupan masa depan yang lebih baik.

Permasalahan yang perlu diantisipasi di masa datang terkait pengurustamaan gender dalam

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yaitu:

a. Masih rendahnya pertisipasi perempuan dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

terutama pada musyawarah desa pertanggung jawaban, musyawarah desa, serah terima, dan

pemeliharaan kegiatan

(7)

IV - 7

LAPORAN AKHIR

c. Masih rendahnya terlibat di dalam pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan kebutuhan

masyarakat

d. Masih ada ketimpangan akses dan kontrol terhadap sumber daya antara laki-laki dan perempuan

e. Perlunya pendekatan pada masyarakat terutama kaum perempuan dalam meningkatkan

partisipasi, sehingga masyarakat merasa dibutuhkan dan berperan dalam proses pembangunan di

wilayahnya, sehingga secara spontan dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab mereka

berusaha merealisasikan apa yang mereka upayakan bersama

4.1.2 Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang

Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara

sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh

yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk

mendapatkan akses pelayanan tersebut.

(8)

IV - 8

LAPORAN AKHIR

Tabel 4.5

Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

No Sektor Program/Kegiatan yang Memanfaatkan Jumlah Penduduk Penanganan Sosial

1 BANGKIM Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kawasan

Permukiman Kumuh 2.200 jiwa/km

2 Pembentukan kader lingkungan untuk monitoring kegiatan

agar berkelanjutan Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan

Agropolitan/Minapolitan 1.157 jiwa/km

2 Pembentukan kelompok tani di kawasan Agropolitan untuk

ikut serta dalam kontrol penyediaan infrastruktur permukiman 2 PBL Pengembangan Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan 1.157 jiwa/km2 Pembentukan kelompok pecinta wisata heritage di kawasan

wisata untuk ikut terlibat dalam pengembangan PSD dan keberlanjutan program

3 PLP Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat Skala Kota

Pembangunan IPLT 50.000 jiwa/unit Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD di tiap Kecamatan dalam pembangunan IPLT terpusat agar

pemanfaatannya berkelanjutan Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Setempat dan Komunal

Pembangunan IPAL Komunal 1.000 jiwa/unit Melibatkan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD dalam pembangunan IPAL komunal agar pemanfaatannya

berkelanjutan

Pembangunan MCK++ 1.000 jiwa/unit Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan

jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah dengan offsite system agar pemanfaatannya berkelanjutan Pembangunan Biofilter 100 jiwa/unit Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan dan jajaran SKPD dalam pembangunan infrastruktur air limbah dengan sistem biofilter agar pemanfaatannya berkelanjutan Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Drainase Perkotaan

Pembangunan PS Drainase Perkotaan 1.157 jiwa/km2 Pembentukan dan pelibatan seluruh kader lingkungan serta

jajaran SKPD dalam pembangunan PS drainase perkotaan agar pemanfaatannya berkelanjutan

(9)

IV - 9

LAPORAN AKHIR

No Sektor Program/Kegiatan yang Memanfaatkan Jumlah Penduduk Penanganan Sosial

Pembangunan Lubang Resapan Biopori 50 jiwa/unit Melibatkan Kader lingkungan, Ibu-ibu PKK dan komunitas pecinta lingkungan dalam pembangunan lubang resapan biopori agar turut melestarikan serta terlibat aktif dalam penggunaannya

Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan PS Persampahan

Pembangunan TPA Sampah Regional 10.000 jiwa/unit Kerjasama Dinas Kebersihan dan Pertamanan antara Kabupaten Kediri-Kota Kediri dalam pembangunan TPA sampah regional agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan

Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan TPA Sampah

Kabupaten/Kota 50.000 jiwa/unit DKP bekerjasama dengan kader lingkungan dan SKPD Kecamatan Badas dalam rehabilitasi/peningkatan/pembangunan TPA agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan

Pembangunan TPS 3R 1.000 jiwa/unit DKP bekerjasama dengan kader lingkungan untuk

memonitoring kegiatan pembangunan TPST/3R agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.

Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas/SLBM)

Pembangunan Sanimas 100 jiwa/unit DKP bekerjasama dengan kader lingkungan, SKPD di setiap

kecamatan dan Ibu-ibu PKK di seluruh Kabupaten Kediri untuk memonitoring kegiatan pembangunan Sanimas agar

pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan. 4 Air Minum Pembangunan sarana air bersih di Ibu Kota Kecamatan (IKK)

Pengembangan SPAM IKK 5 jiwa/SR Melibatkan kader lingkungan dan SKPD di masing-masing IKK

untuk memonitoring kegiatan pembangunan SPAM IKK agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan

(10)

IV - 10

LAPORAN AKHIR

No Sektor Program/Kegiatan yang Memanfaatkan Jumlah Penduduk Penanganan Sosial

Optimalisasi sarana air minum di Ibu Kota Kecamatan (IKK)

Optimalisasi sarana air minum di IKK 100 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, masyarakat setempat dan SKPD di masing-masing IKK untuk memonitoring kegiatan optimalisasi sarana air minum agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan

Pembangunan SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil

Pembangunan SPAM Pedesaan 60 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan pembangunan SPAM Pedesaan agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan

Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih Perdesaan (HIPPAM)

Pembangunan HIPPAM 60 liter/jiwa/hari Melibatkan kader lingkungan, ibu-ibu PKK, masyarakat setempat dan SKPD untuk memonitoring kegiatan pembangunan HIPAM agar pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.

(11)

IV - 11

LAPORAN AKHIR

4.2

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi dalam penyusunan dokumen RPI2JM Bidang Cipta Karya merupakan

analisis yang membahas dampak pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap ekonomi

lokal masyarakat.

4.2.1 Kemiskinan

Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti dalam pembangunan infrastruktur Bidang Cipta

Karya adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,

serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Permasalahan kemiskinan di Kabupaten Mojokerto tahun 2012 mengalami peningkatan hingga

tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan . Permasalahan kemiskinan ini selalu

menjadi yang menonjol di antara permasalahan kesejahteraan sosial lainnya. Jumlah keluarga miskin

yang dicatat BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2012 untuk perempuan sebesar 8.683 jiwa dan

laki sebesar 16.819 jiwa. Di tahun 2013 meningkat untuk perempuan sebesar 13.381 jiwa dan

laki-laki sebesar 29.333 jiwa. Tahun 2014 meningkat untuk perempuan sebesar 16.111 jiwa dan laki-laki-laki-laki

sebesar 36.441 jiwa. Di tahun 2015 menurun untuk perempuan sebesar 13.954 jiwa sedangkan

laki-laki sebesar 35.159.

Jumlah penduduk miskin menjadi indikator keseriusan suatu daerah dalam pembangunan

daerah. Jumlah penduduk miskin yang terus meningkat menjadi preseden buruk bagi kemajuan suatu

daerah sekaligus “raport merah” para penyelenggara Pemerintahan Daerah. Berikut ini merupakan

jumlah penduduk miskin di Kabupaten Mojokerto tahun 2012-2015.

Tabel 4.6

Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kabupaten Mojokerto No Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

1 Jatirejo 1.557 894 2 Gondang 1.222 683 3 Pacet 1.205 561 4 Trawas 851 571 5 Ngoro 5.187 1.591 6 Pungging 1.142 496 7 Kutorejo 2.183 1.085 8 Mojosari 1.733 546 9 Bangsal 1.075 603 10 Mojoanyar 1.505 647 11 Dlanggu 1.930 629 12 Puri 2.742 721 13 Trowulan 917 790

(12)

IV - 12

LAPORAN AKHIR

No Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa)

14 Sooko 1.339 378 15 Gedeg 2.139 644 16 Kemlagi 2.493 784 17 Jetis 2.387 1.602 18 Dawarblandong 3.552 729 Jumlah 2015 35.159 13.954 Jumlah 2014 36.441 16.111 Jumlah 2013 29.333 13.381 Jumlah 2012 16.819 8.683

Sumber : Kabupaten Mojokerto Dalam Angka Tahun 2016

Korelasi kemiskinan dengan perusakan lingkungan ditandai dengan aktivitas dan kehidupan

manusia yang sudah melebihi kapasitas alam. Manusia yang miskin hidup melampaui daya dukung

(carrying capacity) sumber daya alam dengan tidak adanya ketidaksamaan pola pemikiran yang

menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya

dalam jumlah terbatas dan kualitas rendah. Komunitas miskin umumnya hidup dalam kondisi

lingkungan yang buruk dikarenakan tidak adanya air bersih untuk dikonsumsi, tidak tersedianya

infrastruktur sistem pembuangan sampah dan limbah cair, tidak adanya akses jalan yang dibutuhkan

untuk pelayanan darurat seperti ambulans dan mobil pemadam kebakaran, tidak adanya fasilitas

pendidikan dan kesehatan yang memadai. Beberapa hal tersebut juga terjadi di Kabupaten Mojokerto

apalagi tingkat kemiskinan yang terjadi semakin meningkat setiap tahunnya.

Faktor yang menyebabkan kemiskinan yaitu pendapatan yang tidak merata, miskinnya straregi

kebijakan pembangunan, kurangnya lapangan pekerjaan, keterbatasan kualitas SDM professional,

rendahnya mobilitas sosial, ketidaksempurnaan pasar, perbedaan akses dalam modal, perbedaan

tingkat pendidikan dan kesehatan dan perbedaan akses terhadap infrastruktur Bidang Cipta Karya.

Keterkaitan antara isu lingkungan dan kemiskinan pada dasarnya merupakan jaringan hubungan yang

sangat kompleks. Bank dunia mengidentifikasi 3 keterkaitan utama antara degradasi lingkungan dan

dampaknya bagi masyarakat miskin, yaitu:

1. Kesehatan lingkungan (environmental health)  masyarakat miskin sangat menderita jika air,

udara dan tanah dimana mereka hidup mengalami polusi

2. Sumber penghidupan (livelihoods)  masyarakat miskin cenderung untuk sangat tergantung

secara langsung pada sumber daya alam, sehingga jika tanah, vegetasi dan sumber air

terdegradasi maka masyarakat miskinakan merasakan dampak yang cukup signifikan

3. Kerentanan (vulnerabiliti)  masyarakat miskin seringkali bersinggungan dengan bahaya

lingkungan dan tidak mampu mengatasi kejadian tersebut

(13)

IV - 13

LAPORAN AKHIR

Bentuk dan upaya penanganan penanggulangan kemiskinan agar tidak menyebabkan

kerusakan lingkungan adalah dengan cara:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, seperti

contohnya dengan tidak membuang sampah di sungai yang dapat menyebabkan tercemarnya

aliran sungai

2. Pemerintah berperan penting dalam memberikan fasilitas air bersih (PAM) kepada masyarakat,

serta pembangunan sanimas, dan TPST 3R yang memadai di daerah pemukiman padat penduduk

3. Memberikan penyuluhan akan bahaya pencemaran lingkungan bagi kesehatan dan kerusakan

lingkungan

4. Penggunaan teknologi bersih yang berwawasan lingkungan dengan segala pembangunan cipta

karya yang baik dan layak

5. Melaksanakan rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna dalam menghasilkan

barang dan jasa yang unggul, tangguh dan berkualitas tinggi yang berdampak positif bagi

kelangsungan hidup pembangunan cipta karya itu sendiri

6. Adanya pengawasan dan pemantauan terhadap jalannya pembangunan sehingga sesuai dengan

rencana dan tujuannya

7. Upaya mengurangi volume sampah dengan cara memilah dan memanfaatkan sampah yang masih

memiliki nilai ekonomi melalui sebuah gerakan swadaya masyarakat yaitu bank sampah.

4.2.2 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi

Lokal Masyarakat

Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran

pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan

kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Pertumbuhan ekonomi

merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang telah dilakukan dan juga

berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi

yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang

negatif menunjukkan adanya penurunan.

Pada hakekatnya pembangunan proyek-proyek (infrastruktur) yang dilaksanakan pemerintah

dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila dapat membantu meningkatkan

produktivitas dan menurunkan biaya dalam kegiatan langsung produktif ekonomi serta dapat

(14)

IV - 14

LAPORAN AKHIR

memperluas atau meningkatkan pertumbuhan. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di

bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro dapat dilihat dari

pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas

dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Salah satu bentuk pembangunan infrastruktur bidang cipta karya adalah bidang Penyediaan Air

Minum (PAM) dimana kebutuhan air merupakan kebutuhan dasar dan pokok bagi manusia. Air yang

layak konsumsi banyak dibutuhkan bagi sektor rumah tangga maupun industri. Oleh karena itu jika

kebutuhan air bersih tidak tercukupi maka secara otomatis akan menurunkan produktivitas sektor

rumah tangga dan industri yang pada akhirnya akan menurunkan output dan berdampak pada

perekonomian melalui penurunan PDRB per kapita.

Selain itu, jika terdapat penambahan pemakaian produksi air bersih oleh rumah tangga maupun

industri akan membawa pengaruh tidak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja ataupun

munculnya usaha-usaha baru di bidang air bersih dan atau industri makanan dan minuman. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa bertambahnya kapasitas air bersih yang selanjutnya akan

memudahkan akses rumah tangga dan industri terhadap layanan air bersih tersebut akan memicu

penyerapan tenaga kerja dan tumbuhnya perekonomian, yang pada akhirnya akan mampu

meningkatkan kesejahteraaan masyarakat.

Sebaliknya dampak langsung dari penggunaan air bersih oleh masyarakat akan meningkatkan

kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas hidup masyarakat maka kualitas kesehatan

masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut tentunya akan

berdampak pada peningkatan produktivitas dan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan

berdampak secara positif terhadap peningkatan kesejahteraan.

Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dapat meningkatkan ekonomi lokal masyarakat

melalui kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain:

1. Kebijakan dan Program pada bidang pengembangan permukiman kepada masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Contoh programnya antara lain adalah

pengembangan permukiman, penyediaan sarana prasarana sehat perumahan dan pembangunan

infrastruktur perdesaan.

2. Kebijakan dan Program penataan bangunan dan lingkungan yang berdampak pada peningkatan

ekonomi masyarakat melalui pembangunan sarana-prasarana pembangunan bangunan dan

lingkungan secara teratur dilaksanakan dan berkelanjutan. Contoh programnya antara lain

(15)

IV - 15

LAPORAN AKHIR

pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH), peningkatan kesiagaan pencegahan bahaya kebakaran,

dan revitalisasi kawasan.

3. Dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat maka setiap Pemerintah Kabubaten/Kota

perlu memperhatikan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya melalui kebijakan penyehatan

lingkungan permukiman dengan infrastruktur yang memadai. Karena melalui penyediaan layanan

infrastruktur yang memadai maka akan menimbulkan dampak secara langsung maupun tidak

langsung terhadap kesejahteraan rakyat . Contoh programnya antara lain peningkatan infrastruktur

air limbah, peningkatan infrastruktur drainase, peningkatan infrastruktur persampahan, dan

peningkatan infrastruktur sanitasi.

4. Sistem penyediaan air minum (SPAM) juga termasuk kebijakan dan program yang berpengaruh

terhadap peningkatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan

agar masing-masing Pemerintah Daerah memperhatikan skala prioritas pembangunan sistem

penyediaan air minum (SPAM) yang akan mampu memberikan dampak multiplier effect yang besar

terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

5. Peningkatan infrastruktur persampahan merupakan salah satu program yang berdampak pada

aspek lingkungan dan aspek ekonomi masyarakat. Dalam melakukan pemilahan sampah guna

mengurangi volume sampah dan memanfaatkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomi melalui

gerakan swadaya masyarakat yaitu bank sampah, maka dilakukan sosialisasi dan publikasi epada

pengurus lingkungan dan warga diharapkan dapat membangun motivasi dan kesadaran warga

untuk menangani sampah secara mandiri di rumah masing-masing. Dimana paya sosialisasi dan

publikasi ini harus dilakukan secara terus-menerus sebagai langkah edukasi.

4.3

Analisis Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang

Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah

sebagai berikut:

1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara

lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

(16)

IV - 16

LAPORAN AKHIR

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan

prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 2/2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2015-2019

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan

hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju

kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk

menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak

dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,

UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau

disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan

UPL.

Peraturan Perundangan Terkait Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,

dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu

pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan

prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2010-2014

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu

lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan,

(17)

IV - 17

LAPORAN AKHIR

penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung

lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk

menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak

dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal,

UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau

disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan

UPL.

Tugas dan wewenang Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.

32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim

dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan

daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah,

dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

(18)

IV - 18

LAPORAN AKHIR

e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada Kabupaten/Kota di bidang

program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan

telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,

dan/atau program.

Dengan kata lain, KLHS merupakan sebuah bentuk tindakan strategis dalam menuntun,

mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan

dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program (KRP). Posisinya berada pada

tataran pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada mekanisme baku dalam siklus dan bentuk

pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi

masing-masing hirarki rencana tata ruang.

KLHS memuat kajian kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk

pembangunan, perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan/jasa

ekosistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi

terhadap perubahan iklim dan tingkat ketahanan dan potensi keanekaramaan hayati. Agar KLHS dapat

terintegrasi secara baik dalam penyusunan tata ruang, perlu diperhatikan kaidah asas-asas hasil

penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan ruang, yaitu keterkaitan

(interdependency), keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (justice).

KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

(19)

IV - 19

LAPORAN AKHIR

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJMadalah karena RPIJM Bidang Cipta

Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan

prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam

menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap

lingkungan hidup

(20)

IV - 20

LAPORAN AKHIR

Tabel 4.7

Matrik ’Uji Cepat’ KLHS Kecamatan Prioritas di Kabupaten Mojokerto

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

1. Kebijakan penataan ruang Kecamatan Bangsal sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Kabupaten Mojokerto.

Kecamatan

Bangsal Aspek Sosial  Masyarakat

mendapatkan sarana dan prasarana lengkap dan pelayanan fasilitas yang memadai dengan fokus pada pengarus utamaan gender. Aspek Ekonomi  Membuat perekonomian Kecamatan Bangsal meningkat  Mengurangi jumlah pengangguran dengan banyak terciptanya lapangan pekerjaan Aspek Sosial  Terjadi kemacetan lalu lintas  Jumlah kepadatan penduduk bisa melebihi kapasitas daya tampung lahan  Kemungkinan meningkatnya jumlah kriminalitas Aspek Ekonomi  Penyempitan lahan perkotaan menyebabkan harga cenderung meningkat Aspek lingkungan  Meningkatkan polusi udara  Meningkatnya jumlah sampah terutama di daerah perkotaan dan padat Meningkatnya limbah cair terutama dari aktivitas domestik

a. Penataan sistem lalu lintas dan parkir off street untuk mengurangi kemacetan perkotaan. b. Peningkatan fasilitas angkutan umum untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak bumi. c. Penambahan dan perbaikan fasilitas jalan untuk mempermudah aksesibilitas masyarakat untuk beraktifitas maupun distribusi. d. Pembangunan a. Implementasi kebijakan Kecamatan Bangsal sebagai kawasan perkotaan harus memperhatikan keseimbangan kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. b. Implementasi kebijakan penataan ruang Kecamatan Bangsal sebagai Kawasan perkotaan Mojokerto harus didasarkan pada keterpaduan antar wilayah (pusat- hinterland) sehingga tidak terjadi disparitas (kesenjangan) dari masing-masing aspek (sosial, ekonomi, lingkungan)

(21)

IV - 21

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

warga IPAL komunal

terutama di kawasan padat permukiman. e. Pengaturan sistem pembuangan dan pengangkutan sampah. c. Kebijakan penataan ruang Kecamatan Bangsal sebagai kawasan perkotaan harus diikuti oleh pengembangan fasilitas umum dan sosial untuk mendukung peningkatan kegiatan perkotaan 2. Pengembangan kawasan

rawan banjir sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem alami kawasan dan mencegah timbulnya kerusakan yang tidak diinginkan dengan

Perencanaan penambahan dimensi saluran drainase, Normalisasi saluran drainase, Rencana penambahan bangunan pelengkap Kecamatan Bangsal, Kecamatan Mojosari, Kecamatan Sooko Aspek Sosial  Terciptanya keharmonisan didalam masyarakat dalam hal kebersihan lingkungan Aspek Lingkungan  Mengalokasikan tempat pembuangan akhir dengan batas tertentu dari permukiman untuk menghindari pencemaran lingkungan, agar Lingkungan menjadi Aspek Sosial  Timbulnya konflik kepentingan misalnya dalam hal pembebasan tanah untuk lokasi pembangunan sarana prasarana baru seringkali terjadi perselisihan/konflik (warga dengan pemerintah/investor) . Aspek Ekonomi  Pembiayaan untuk pengadaan prasarana yang a. Pembersihan drainase akan meningkatkan kebersihan lingkungan dan mengurangi resiko pencemaran air tanah. b. Pengawasan drainase menyebabkan tidak bercampurnya air hujan dengan dengan limbah cair. c. Merencanakan sistem drainase dengan tepat dan

a. Pembersihan dan peningkatan saluran drainase dilakukan untuk mendukung kelestarian lingkungan (khususnya air) b. Pengoptimalan sistem saluran drainase yang dapat dijangkau masyarakat desa.

(22)

IV - 22

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

lebih bersih dan sehat

 Meminimalisir bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah seperti banjir dan polusi air.

cukup mahal. - Diperlukan anggaran khusus untuk operasi dan pemeliharaan. Aspek Lingkungan  Pengembangan sarana prasarana baru mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan misalnya penyediaan jalur pedestrian. melaksanakannya sehingga drainase berfungsi sesuai fungsinya.

3. Pembuatan sistem sanitasi dengan Pembangunan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) komunal

Kecamatan Bangsal, Kecamatan Gedeg, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Jetis, Kecamatan Mojosari, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sooko, Kecamatan Dawarblandong Aspek Sosial  Peningkatan kualitas hidup dengan terpenuhinya kebutuhan pengolahan air limbah Aspek Ekonomi  Peningkatan nilai

tambah dari usaha pemanfaatan limbah  Lingkungan yang

sehat dan konsumsi air bersih berdampak pada sehatnya lingkungan sehingga

Aspek Sosial  Timbulnya konflik

kepentingan misalnya dalam hal pembebasan tanah untuk lokasi pembangunan sarana prasarana baru seringkali terjadi perselisihan/konflik (warga dengan pemerintah/investor) . Aspek Ekonomi a. Adanya sistem pengolahan air limbah mengurangi resiko pencemaran air tanah. b. Melakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan sistem pengolahan air limbah masih berfungsi dengan baik. c. Pembangunan IPAL komunal a. Pengelolaan air limbah dilakukan untuk menjaga kelestarian sumber daya air b. Diikuti dengan kegiatan evaluasi dan monitoring.

(23)

IV - 23

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

masyarakat jarang sakit (hemat biaya kesehatan). Aspek Lingkungan

 Mengalokasikan tempat pembuangan akhir limbah industri untuk menghindari pencemaran lingkungan, agar Lingkungan menjadi lebih bersih dan seha  Meminimalisir

bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah dan limbah industri  Pembiayaan untuk pengadaan prasarana yang cukup mahal. - Diperlukan anggaran khusus untuk operasi dan pemeliharaan. Aspek Lingkungan  Pengembangan sarana prasarana baru mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan misalnya penyediaan jalur pedestrian.  Terjadinya pencemaran air bersih harus memperhatikan jarak antara sumber air bersih untuk menghindari terjadinya pencemaran air bersih dengan bakteri. d. Hasil pengolahan air limbah grey water dapat digunakan untuk menyiram tanaman. 4. peningkatan pengelola sampah di TPS untuk melakukan pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik, hingga pengolahan sampah organik menjadi kompos dan daur ulang sampah.

Kecamatan Bangsal, Kecamatan Gedeg, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Jetis, Kecamatan Mojosari, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sooko, Aspek Sosial  Terciptanya keharmonisan didalam masyarakat dalam hal kebersihan lingkungan terutama dalam penanggulangan persampahan Aspek Ekonomi Aspek Ekonomi  Pembiayaan untuk pengadaan prasarana yang cukup mahal. - Diperlukan anggaran khusus untuk operasi dan pemeliharaan. a. Sosialisasi dengan warga mengenai pemilahan sampah dan sistem pembuangan dan pegangkutan sampah. b. Sosialisasi dengan masyarakat untuk a. Menggalakkan kembali program-program pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle (3R) baik dari segi kualitas dan kuantitas.

(24)

IV - 24

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif Kecamatan Dawarblandong, Kecamatan Trowulan  Lingkungan yang bersih dan sehat berdampak pada sehatnya lingkungan sehingga masyarakat jarang sakit (hemat biaya kesehatan). Aspek Lingkungan

 Mengalokasikan tempat pembuangan akhir dengan batas tertentu dari permukiman untuk menghindari pencemaran lingkungan, agar Lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat  Peningkatan nilai

tambah dari usaha pemanfaatan limbah sampah seperti pupuk kompos, dan

sebagainya.  Meminimalisir

bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah seperti banjir dan polusi udara.

Aspek Lingkungan  Pengembangan

sarana prasarana baru mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan. -

Menimbulkan bau tidak nyaman

mengolah sampah organik menjadi pupuk yang dapat digunakan untuk bercocok tanam c. Pengembangan konsep pengelolaan sampah terpadu, yang mengkombinasikan berbagai teknik pemanfaatan dan pemusnahan sampah, seperti daur ulang plastik dan kertas, pengkomposan, serta insinerasi.

b. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan persampahan. c. Penetapan berbagai peraturan resmi yang berkaitan dengan penerapan konsep Zero Waste d. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya e. Sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah organik dan organik f. Pemberdayaan

masyarakat tentang daur ulang sampah

(25)

IV - 25

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

5. Perbaikan lingkungan perumahan kurang layak huni dan pencegahan bencana alam Kecamatan Gedeg, Kecamatan Sooko, Kecamatan Trowulan. Aspek Sosial  Menambah pilihan tempat tinggal masyarakat. Kawasan tempat tinggal masyarakat lebih tertata dengan adanya pemukiman serta dapat menekan angka kumuh. Aspek Ekonomi  Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan membuka usaha/lapangan pekerjaan disekitar permukiman Aspek Lingkungan  Bertambahnya limbah cair  Bertambahnya jumlah sampah domestic  Berkurangnya

daerah resapan air.  Meningkatnya jumlah kendaraan  Bertambahnya polusi udara a. Untuk menangani libah cair sebaiknya memfasilitasi perumahan dengan pembangunan IPAL komunal. b. Membuat sistem pembuangan sampah dan pengangkutan sampah dari perumahan ke TPS. c. Membangun biopori sebagai daerah resapan air tambahan. d. Mewajibkan

adanya lahan hijau di perumahan dan ditanami dengan pohon.

e. Mengatur sistem lalu lintas dan parkir kendaraan untuk mengurangi resiko kemacetan a. Implementasi rencana pembangunan perumahan dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan kepentingan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan b. Implementasi pembangunan rumah dilakukan sesuai dengan peraturan zonasi yang berlaku c. Pembangunan rumah susun dilakukan sesuai dengan arahan intensitas bangunan d. Pembangunan rumah didukung oleh penyediaan fasilitas umum dan sosial

e. Penyediaan lahan untuk RTH

(26)

IV - 26

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif dan TPS. g. Perlu diadakan peraturan mengenai pengendalian perubahan lahan disekitar kawasan perumahan untuk mengurangi dampak peningkatan pertumbuhan penduduk seperti munculnya sektor informal yang tidak terkendali, dsb. 6. Penyediaan dan

Peningkatan Kualitas RTH Kecamatan Gedeg, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sooko, Kecamatan Bangsal, Kecamatan Mojosari. Aspek Sosial  Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air;  Meningkatkan kualitas lingkungan karena berkaitan dengan pemindahan ibukota dengan pembangunan kantor pemerintah daerah sehingga membutuhkan penyediaan RTH yang cukup. Aspek Ekonomi  Perlu adanya pembiayaan yang besar untuk pengadaan sarana pengendalian air untuk pencegahan banjir. a. Peningkatan efektivitas reboisasi dan penghijauan secara terpadu di kawasan RTH b. Perlu adanya perlindungan terhadap kebersihan di semua kawasan RTH terutama kawasan RTH. a. Implementasi rencana penambahan RTH dilakukan untuk memenuhi kebutuhan RTH sebesar 30% b. Perlu optimalisasi RTH privat dengan mengadakan kegiatan penanaman pohon disetiap rumah warga

(27)

IV - 27

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

 Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat;  Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih. Aspek Ekonomi  Dapat menambah pendapatan daerah dengan menjadikan RTH sebagai tempat wisata Aspek Lingkungan  Mengurangi polusi udara  Menambah daerah resapan air terutama di daerah

penambahan RTH.

c. Optimalisasi RTH publik diseiap sempadan jalan dan median jalan, dan penambahan jalur hijau. d. Penggalakan RTH secara vertical khususnya di kawasan publik yang memiliki kepadatan tinggi atau pertumbuhan tinggi contohnya dikawasan perdagangan dan jasa dan dikawsan industri.

(28)

IV - 28

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

7. Penataan Sistem Jaringan

drainase Kecamatan Bangsal, Kecamatan Gedeg, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Jetis, Kecamatan Mojosari, Kecamatan Sooko Aspek Sosial  Terciptanya keharmonisan didalam masyarakat dalam hal kebersihan lingkungan Aspek Lingkungan

 Mengalokasikan tempat pembuangan akhir dengan batas tertentu dari permukiman untuk menghindari pencemaran lingkungan, agar Lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat  Meminimalisir

bahaya/polusi akibat dari penumpukan sampah seperti banjir dan polusi air.

Aspek Sosial  Timbulnya konflik

kepentingan misalnya dalam hal pembebasan tanah untuk lokasi pembangunan sarana prasarana baru seringkali terjadi perselisihan/konflik (warga dengan pemerintah/investor) . Aspek Ekonomi  Pembiayaan untuk pengadaan prasarana yang cukup mahal.  Diperlukan anggaran khusus untuk operasi dan pemeliharaan. Aspek Lingkungan  Pengembangan sarana prasarana baru mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan misalnya

Pembersihan drainse akan meningkatkan kebersihan lingkungan dan mengurangi resiko Pengawasan drainase menyebabkan tidak bercampurnya air hujan dengan dengan limbah sistem drainase dengan tepat dan melaksanakannya sehingga drainase berfungsi sesuai fungsinya. Pembersihan dan peningkatan saluran drainase dilakukan untuk mendukung kelestarian lingkungan Pengoptimalan sistem saluran drainase yang dapat dijangkau masyarakat desa

(29)

IV - 29

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

penyediaan jalur pedestrian. 8. Pengembangan Sistem

jaringan Air Minum Kecamatan Bangsal, Kecamatan Gedeg, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Jetis, Kecamatan Mojosari, Kecamatan Sooko, Kecamatan Dawarblandong. Aspek Sosial  Peningkatan kualitas hidup dengan terpenuhinya kebutuhan terhadap penyediaan air bersih Aspek lingkungan  Lingkungan yang sehat dan Aspek Ekonomi  Pembiayaan untuk pengadaan prasarana yang cukup mahal. - Diperlukan anggaran khusus untuk operasi dan pemeliharaan a. Peningkatan efektivitas reboisasi dan penghijauan secara terpadu di kawasan sempadan sungai dan rawan banjir. b. Pemantauan

secara berkala untuk mengurangi resiko kebocoran pipa air bersih c. Memfasilitasi pengolahan limbah dengan pada sehatnya lingkungan sehingga masyarakat jarang sakit (hemat biaya kesehatan). d. IPAL komunal untuk menghindari tercemarnya air tanah dengan limbah cair. a. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya hemat air (memakai air hanya saat dibutuhkan). b. Mengutamakan

efisiensi pelayanan dan pemerataan distribusi air bersih.

(30)

IV - 30

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

9. Fokus pengembangan Kecamatan Jetis adalah pengembangan Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) “promosi” Jetis dengan prioritas pembangunan pusat industri nasional dan regional di Desa Mojolebak

Kecamatan Jetis Aspek Ekonomi

 Adanya potensi pengembangan usaha baru bidang industri yang akan meningkatkan kualitas hidup  Peningkatan daya saing kawasan industri Kecamatan Jetis dengan kawasan lain.  Peningkatan pertumbuhan kawasan sekitar pukegiatan industri  Menarik tenaga kerja

bidang industri  Daya tarik investasi Aspek Sosial

 peningkatan sarana transportasi baik peningkatan jaringan jalan dan moda angkutan untuk mendukung

pengembangan kegiatan industri baik industri besar Aspek Ekonomi  Harga cenderung meningkat  Harga lahan semakin tinggi karena lahan di sekitar kawasan industri semakin terbatas Aspek Sosial  Meningkatnya kepadatan disekitar kawasan industri, dapat mengakibatkan munculnya permukiman baru  Meningkatnya fasilitas pendukung kegiatan industri mengakibatkan lahan semakin sempit.  Terjadnya disparitas atau kesenjangan dengan kawasan lain yang kurang berkembang

a. Kebijakan pengembangan kawasan industri besar dengan tetap memperhatikan keseimbangan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan b. Peningkatan kondisi perekonomian kawasan industri yang mampu menangkap potensi dari daerah penghasil (perdesaan) untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat c. Memfasilitasi pengolahan limbah cair maupun padat. d. Memanfaatkan lahan

hijau yang masih tersedia dan mengoptimalkan RTH. e. Menambah daeah resapan air. f. a. Kebijakan pengembangan kawasan industri harus memberikan perhatian yang seimbang pada kepentingan non-ekonomi, yakni kepentingan sosial dan kepentingan lingkungan hidup. b. Implementasi kebijakan pengembangan kawasan industri besar harus diikuti dengan

pengembangan sistem infrastruktur sehingga terbentuk pemenuhan layanan baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

c. Kebijakan pengembangan kawasan industri harus diikuti dengan rekomendasi dan

(31)

IV - 31

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif maupun menengah.  Peningkatan intensitas penggunaan lahan di sekitar kawasan industri

 Terjadinya multi efek terhadap bidang lain seperti transportasi, dsb (kecemburuan sosial)  Menimbulkan niat masayarakat untuk berurbanisasi disekitar kawasan industri sehingga kota menjadi semakin padat  Aspek Lingkungan: - Bertambahnya sampah di kawasan Jetis dan desa Mojolebak. - Bertambahnya limbah cair. - Berkurangnya daerah resapan air - Menimbulkan kemacetan - Menimbulkan polusi udara ketentuan yang dihasilkan dari studi peraturan zonasi kawasan perkotaan. d. Implementasi kebijakan pengembangan kawasan industri besar harus dilakukan dengan memperhatikan dan mengacu pada ketentuan peraturan zonasi. e. Implementasi kebijakan pengembangan kawasan industri besar harus diikuti dengan kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan. f. Memiliki peraturan tentang kegiatan industri besar yang dapat dilakukan adalah kegiatan industri yang tidak

(32)

IV - 32

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif merusak lingkungan g. Kegiatan industri memiliki sistem pengelolaan limbah sendiri h. Pemberdayaan masyarakat lokal dalam bidang industri misal sebagai pekerja di pabrik, dsb.

i. Adanya peraturan tentang pengendalian alih fungsi lahan khususnya lahan tidak terbangun disekitar kawasan industri. j. Memperbaiki sistem parkir. k. Mengantisipasi bila terjadi kemacetan dengan pengaturan sistem lalu lintas. l. Penanaman pohon di

lahan hijau dan

daerah RTH

terutama di sekitar industri.

(33)

IV - 33

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

m. Membangun biopori untuk menambah dareh resapan air. 10. Pengembangan jaringan air

bersih berupa

pengembangan Water Sanitary Low Income Communities (WSLIC) dan Himpunan Penduduk Pengguna Air Minum (HIPPAM) pada seluruh wilayah Kabupaten Mojokerto

Kecamatan Jetis Aspek Ekonomi

 Adanya peningkatan Aspek Sosial  Memudahkan aktivitas masyarakat  Meningkatkan kesehatan masyarakat Aspek Sosial Aspek Ekonomi Aspek Lingkungan  Dapat menyebabkan kurang terkontrolnya penggunaan air bersih oleh masyarakat a. Memfasilitasi pembangunan IPAL. b. Memfasilitasi tong sampah (organik maupun anorganik) c. Penyuluhan dengan warga mengenai pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga kebersihannya. d. Memfasilitasi sistem sanitasi warga. a. Memfasilitasi pembangunan IPAL. b. Memfasilitasi tong sampah (organik maupun anorganik) c. Penyuluhan dengan warga mengenai pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga kebersihannya d. Memfasilitasi sistem sanitasi warga.

11. Peningkatan pelayanan air

bersih terhadap

masayarakat serta peningkatan mutu dan standar pelayanan air bersih di Desa kupang dan Jolotundo

Kecamatan Jetis Aspek Sosial

 Memudahkan aktivitas masyarakat  Meningkatkan kesehatan masyarakat Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Ekonomi Aspek Lingkungan  Dapat menyebabkan kurang terkontrolnya penggunaan air bersih oleh masyarakat a. Memfasilitasi pembangunan IPAL. b. Memfasilitasi tong sampah (organik maupun anorganik) c. Penyuluhan dengan warga mengenai a. Memfasilitasi pembangunan IPAL. b. Memfasilitasi tong sampah (organik maupun anorganik) c. Penyuluhan

(34)

IV - 34

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga kebersihannya. d. Memfasilitasi sistem sanitasi warga. dengan warga mengenai pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga kebersihannya. d. Memfasilitasi sistem sanitasi warga. 12. Pemeliharaan dan

perbaikan pipa di Desa Kupang dan Jolotundo

Kecamatan Jetis Aspek Sosial  Mempermudah aktivitas masyarakat  Memperbaiki fasilitas masyarakat  Mengurangi resiko kebocoran Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Ekonomi  Membutuhkan dana yang tidak sedikit Aspek Lingkungan  Menimbulkan

kemacetan

a. Menggunakan

rambu jalan a. Memberikan rambu jalan di sekitar perbaikan pipa. b. Pengaturan lalu lintas di sekitar perbaikan pipa c. Sosialisasi terhadap masyarakat untuk melakukan penghematan air. 13 Normalisasi saluran dan

penambahan jaringan drainase dan peningkatan kapasitas daya tampung saluran drainase di Desa Kupang dan Jolotundo.

Kecamatan Jetis Aspek Sosial Aspek Ekonomi Aspek Lingkungan  Meningkatkan kualitas

lingkungan

 Sebagai pembelajaran bagi warga sekitar

Aspek Sosial Aspek Ekonomi Aspek Lingkungan  Keresahan masyarakat a. Pendekatan dengan

warga a. Sosialisasi dengan warga sekitar mengenai

pentingnya saluran drainase

(35)

IV - 35

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

 Mengurangi resiko banjir

14 Pengembangan hasil produksi dalam segi agropolitan, kawasan pertanian dan perkebunan swasta

Kecamatan Pacet  Menambah banyaknya RTH sehingga memperbaiki kualitas udara.  Timbulnya kesadaran warga untuk mengonsumsi hasil produksi dalam negri.  Menambah daerah

resapan air.  Meningkatnya

kuantutas air tanah.

 Membutuhkan lahan yang besar.

 Air isigasi yang mengandung pestisida dapat membahayakan biota sungai. a. Mengatur sistem irigasi dan pengairan b. Pengaturan sistem penyaluran air bersih c. Menambah daerah resapan air d. Memaksimalkan kawasan RTH. a. Pengaturan sistem pengaliran dan arah aliran irigasi. b. Melakukan sosialiasai pentingnya bertani dan berkebun secara organik. 15 Meningkatkan dan

optimalisasi PDAM dan HIPPAM untuk pengguna di semua desa.

Kecamatan Pacet  Meningkatkan kesehatan

masyarakat dengan bertambahnya pengguna air bersih.

 Dapat menyebabkan kurang terkontrolnya penggunaan air bersih oleh masyarakat. a. Memfasilitasi pembangunan IPAL. b. Memfasilitasi tong sampah (organik maupun anorganik) c. Penyuluhan dengan warga mengenai pentingnya air bersih bagi kehidupan dan cara menjaga kebersihannya. a. Omtimalisasi penggunaan dan operasi IPAL. b. Sosialiasasi dengan warga pentingnya memilah sampah.

(36)

IV - 36

LAPORAN AKHIR

No Isu Strategis Kecamatan Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi

Positif Negatif

d. Memfasilitasi sistem sanitasi warga. Sumber : Hasil Analisa, 2016

(37)

IV - 37

LAPORAN AKHIR

4.3.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPL

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPL

Referensi

Dokumen terkait

Desain penelitian menggunakan case control dengan bersifat observasional analitik. Variabel independen dalam penelitian ini adalah umur dan aktifitas fisik. Variabel

Jual beli (tanah) dalam hukum adat merupakan perbuatan hukum pemindahan hak yang harus memenuhi tiga (3) sifat yaitu: 6 (1) Harus bersifat tunai, artinya harga yang

Salah satu perubahan mendasar dalam UUD 1945 adalah dimunculkannya pasal yang berisi norma konstitusi yang tidak dapat diubah yang kerap disebut sebagai Unamendable Articles,

Dengan demikian, materi jasa lingkungan ini dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi peserta didik bahwa banyak potensi di sekitar manusia yang belum digarap untuk

Dengan mengacu pada empat pedoman ukhuwah Islamiyah di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa makna dari ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan dalam arti yang luas,

Khusus pemberlakuan bagi dosen dan tenaga kependidikan administrasi bukan dari pejabat struktural dan masuk dalam kategori rentan Covid-19 (pegawai berusia diatas

Tujuan dari penelitian Perancangan sistem informasi kesiswaan berbasis sms gateway di SMP Negeri 9 Berau Kalimantan Timur ini salah satunya ialah untuk meningkatkan layanan

Sensor cahaya digunakan untuk mendeteksi benda yang tidak bergerak serta tidak mempunyai suhu panas, bekerja saat pancaran sinar infra red tidak sampai pada potodioda sehingga