• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: negara, rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: negara, rakyat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Negara dengan Rakyat

(Analisis tentang Proses Negaranisasi Orde Baru) Nukhan Wicaksana Pribadi

Abstrak: Analisis-analisis tentang hegemoni yang dijalankan oleh pemerintahan orde baru cenderung berdampak negatif bagi rakyat , hal itu mungkin dapat dilihat dari kacamata penguasa bahwa seseorang yang duduk di atas kekuasaannya dan merada “kerasan” dengan hal itu akan cenderung untuk mempertahankannya dengan segala cara. Cara-cara orde baru menjalankan pemerintahan yang cenderung menyengsarakan rakyat dan mendominasi rakyat harus segera dihilangkan oleh pemerintahan yang baru ini, walaupun tidak bisa lepas secara murni tetapi proses perlu dijalankankan agar kehidupan bernegara kita semakin anggun dan hubungan rakyat dan negara semakin baik dan mendukung yang pada akhirnya kita dapat keluar dari multi krisis yang sedang melanda negara kita ini.

Kata Kunci: negara, rakyat

A. Pendahuluan

Berbicara masalah negara dan rakyat adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan. Kedua hal tersebut satu sama lain saling berhubungan dan membutuhkan. Salah satu ciri dari negara adalah adanya rakyat sehingga komponen utama dari apa yang dinamakan rakyat selain ciri-ciri yang lain seperti adanya wilayah dan kedaulatan. Negara merupakan suatu organisasi yang terpenting dari suatu masyarakat dan tertinggi yang membawahi organisasi-organisasi lain di bawahnya. Dalam hubungan rakyat dengan negara ini banyak sekali timbul pola misalnya adanya intervensi, eksploitasi, hegemoni, kerjasama atau mungkin yang lain sehingga untuk itu perlu adanya hukum yang kuat sehingga kedua belah pihak tidak saling dirugikan. Terapi dalam prakteknya banyak sekali terjadi kecurangan terutama dari pihak negara dalam hal ini dijalankankn oleh sebuah pemerintah atau oknum penguasa yang mementingkan kepentingannya sendiri tetapi dari pihak rakyat harus jujur kita akui juga terjadi banyak kecurangan yang pada dasarnya timbul karena ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah.

(2)

Kata-kata rakyat dewasa ini terutama setelah runtuhnya rezim Soeharto setelah 32 tahun memerintah semakin gencar disuarakan. Saking gencarnya banyak hal yang dilakukan oleh oknum untuk kepentingan pribadi dan kemungkinan perbuatan curang mengarah pada “kejahatan” yang dibungkus dengan embel-embel demi kepentingan rakyat, untuk membela rakyat, dan sebagainya atau dengan kata lain segala perbuatannya dilegitimasikan dengan mengatasnamakan rakyat untuk mempermudah mencapai tujuan. Tetapi tidak jarang ada perjuangan yang memang murni berjuang untuk kepentingan rakyat dan keadilan rakyat misalnya peran perjuangan mahasiswa terutama pada saat meruntuhkan rezim orde baru walaupun sekarang kekuatan mereka “terpecah” menjadi beberapa kelompok tetapi tidak semuanya dan masih banyak yang berjuang untuk kepentingan rakyat. Memang kata-kata rakyat akhir-akhir ini sedang naik daun sehingga menarik untuk dibicarakan apalagi kalau sudah dibenturkan dengan kepentingan negara yang menguasainya pasti akan timbul hal-hal yang bisa kita analisis. Pembelaan terhadap rakyat memang sudah lama dilakukan tetapi pada akhirnya akan menemukan hambatan dan benturan yang serius dengan kepentingan pemerintah terutama jika hal itu bertentangan dengan pemerintah sehingga sesegera mungkin dilakukan pencegahan terhadap perbuatan yang membahayakan kekuasaan penguasa. Oleh sebab itu setelah era reformasi dengan dibukanya kran kebebasan maka semakin marak protes terhadap kebijakan pemerintah yang mengecewakan dan membuat rakyat tidak puas dan pada masa orde baru tidak bisa protes dan mengeluh, sehingga fenomena yang terjadi adalah demonstrasi jadi pandangan dan trend di kehidupan kita sehari-hari mungkin fenomena ini bisa disimbolkan dengan “tiada hari tanpa demo”.

Gambaran kasar fenomena sosial dan politik di Indonesia seperti di atas terjadi karena adanya keinginan dari penguasa untuk melanggengkan kekuasaan dengan berbagai cara. Cara yang ditempuh memang bermacam-macam baik secara organisatoris ataupun kebijakan, pendeknya banyak kaki tangan atau kepanjangan tangan pemerintahan yang ada di sekitar kita yang mendikte dan mengharuskan kita menurutinya, hal ini kemudian lebih tepat dikatakan sebagai hegemoni yang

(3)

dilakukan penguasa terhadap yang dikuasai. Dalam setiap negara ada yang menguasai dalam hal ini pemerintah dan ada yang dikuasai yakni rakyat. Sehingga hubungan mereka dalam hal ini lebih bersifat penguasaan.

Sebelum memasuki pembahasan maka dalam pendahuluan ini akan diungkapkan secara singkat tentang apa yang dimaksud negara dan rakyat Pertama kata negara menurut Frans Magnis Suseno mempunyai dua arti, pertama negara adalah masyarakat atau wilayah yang merupakaj satu kesatuan politis. Dalam arti ini India, Korea Selatan atau Brasilia merupakan negara. Kedua, negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan dengan demikian menguasai wilayah itu. Begitu misalnya pulau-pulau Nusantara merupakan satu negara Indonesia (negara dalam arti pertama) karena mereka berada dibawah satu negara (dalam artu kedua). Tetapi dalam hal ini (politik) yang akan dibahas adalah negara dalam arti kedua, sebagai lembaga pusat pemersatu suatu masyarakat. Fungsi dasar dan hakiki negara sebagi pemersatu masyarakat adalah penetapan aturan-aturan kelakuan yang mengikat.(Frans Magnis Suseno, 1994:170)

B. Landasan Teori Hegemoni

Hegemoni dalam bahasa Yunani kuno disebut ’eugemonia’, sebagaimana dikemukakan Encylopedia Britanica dalam prakteknya di Yunani, diterapkan untuk menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh negara-negara kota secara individual, misalnya yang dilakukan oleh negara kota Athena dan Sparta, terhadap negara-negara lain yang sejajar. (Hendarto,1993:73) Dalam pengertian di jaman ini, hegemoni menunjukkan sebuah kepemimpinan dari suatu negara tertentu yang bukan hanya sebuah negara kota terhadap negara-negara lain yang berhubungan secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam negara “pemimpin” misalnya adanya perang dingin yang biasanya disebut sebagai perang untuk menjadi kekuatan hegemonik dunia.(Nezar Patria,dkk. 1999:116)

Berbicara masalah hegemoni, tokoh yang gencar melontarkan teori tentang hegemoni adalah Antonio Gramsci seorang marxist Italia. Hegemoni merupakan ide

(4)

sentral, orisinil dalam teori sosial dan filsafat Antonio Gramsci. Sebelum Gramsci konsep hegemoni belum lagi menjadi sesuatu yang sentral dlam teori sosial marxist. Konsep ini tidak pernah muncul secara ekplisit dalam gagasan Marx. Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni adalah, bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi. Hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni adalah suatu organisasi konsensus. Hal ini berbeda dengan definisi hegemoni yang berasal dari bahasa Yunani yaitu penguasaan satu bangsa terhadap bangsa lain. Bagi Lenin, hegemoni merupakan strategi untuk revolusi, suatu strategi yang harus dijalankan oleh kelas pekerja dan anggota-anggotanya untuk memperoleh dukungan dari mayoritas. Gramsci menambahkan pengertian itu dengan memperluas pengertiannya sehingga hegemoni juga mencakup peran kelas kapitalis beserta anggotanya, baik dalam merebut kekuasaan negara maupun dalam mempertahankan kekuasaan yang sudah diperoleh. (Simon, 2000: 19-21)

Konsep Hegemoni Gramsci sebenarnya dapat dielaborasi melalui penjelasannya tentang basis dari supremasi kelas, dimana supremasi mewujudkan diri dalam dua cara, sebagai “dominasi” dan sebagai kepemimpinan intelektual dan moral. Hubungan kedua konsep ini menyiratkan tiga hal. Pertama, dominasi dijalankan atas seluruh musuh, dan kepemimpinan dilakukan kepada segenap sekutu-sekutu. Kedua, kepemimpinan adalah suatu prakondisi untuk menaklukkan aparatus Negara, atau dalam pengertian sempit kekuasaan pemerintah. Dan Ketiga, sekali kekuasaan Negara dapat dicapai, dua aspek supremasi klas ini, baik pengarahan ataupun dominasi, terus berlanjut.( Nezar Patria,dkk. 1999:117 - 118)

Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapat melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap klas sosial lainnya. Ada berbagai cara yang dipakai, misalnya melalui institusi yang ada di masyarakat yang menentukan secara langsung atau tidak langsung struktur-struktur kognitif dari masyarakat. Karena itu hegemoni pada hakekatnya adalah upaya untuk menggiring

(5)

orang agar menilai dan memandang problematika sosial dalam kerangka yang ditentukan. (Nezar Patria,dkk. 1999:120 - 121) Dalam konteks ini Gramsci merumuskan konsepnya yang merujuk pada pengertian tentang situasi sosial politik, dalam terminologinya ‘momen’, dimana filsafat dan praktek sosial masyarakat menyatu dalam keadaan seimbang: dominasi merupakan konsep dari realitas yang menyebar melalui masyarakat dalam sebuah lembaga dan manifestasi perseorangan, pengaruh dari ‘roh’ ini membentuk moralitas, adat, religi, prinsip-prinsip politik dan semua relasi sosial, terutama dari intelektual dan hal-hal yang menunjukkan pada moral. Hegemoni selalu berhubungan dengan penyusunan kekuatan negara sebagai klas diktator. (Williams, 1960:587).

Menurut Heru Hendarto ada tiga tingkatan hegemoni yang dikemukakan Gramsci, yaitu hegemoni total (integral), hegemoni yang merosot (decadent) dan hegemoni yang minimum, ketiga tingkatan hegemoni menurut Gramsci itu diungkapkan lebih lanjut sebagai berikut (Hendarto, 1993:82-84):

1. Hegemoni Integral.

Hegemoni ini ditandai dengan afiliasi massa yang mendekati totalitas. Masyarakat menunjukkan tingkat kesatuan moral dan intelektual yang kokoh. Ini tampak dalam hubungan organis antara pemerintah dan yang diperintah. Hubungan tersebut tidak diliputi dengan kontrakdiksi dan antagonisme baik secara sosial maupun etis.

2. Hegemoni yang merosot (decadent hegemoni)

Dalam masyarakat kapitalis modern, dominasi ekonomis borjuis menghadapi tantangan berat. Dia menunjukkan adanya potensi disintegrasi di sana. Dengan sifat potensial ini dimaksudkan bahwa disintegrasi itu tampak dalam konflik tersembunyi dibawah permukaan kenyataan sosial. Artinya sekalipun sistem yang ada telah mencapai kebutuhan atau sasarannya, namun “mentalitas” massa tidak sungguh-sungguh selaras dengan pemikiran yang dominan dari subyek hegemoni. Karena itu, integrasi budaya maupun politik mudah runtuh. Situasi demikianlah yang disebut decadent hegemony.

(6)

3. Hegemoni minimum (minimal hegemony)

Bentuk ketiga ini merupakan bentuk hegemoni yang paling rendah dibanding dua bentuk di atas. Situasi seperti inilah yang terjadi di Italia dari periode unifikasi sampai pertengahan abad ini. Hegemoni bersandar pada kesatuan ideologis antara elit ekonomis, politis dan intelektual yang berlangsung bersamaan dengan keenganan terhadap setiap campur tangan massa dalam hidup bernegara. Dengan demikian, kelompok-kelompok hegemonis tidak mau menyesuaikan kepentingan dan aspirasi-aspirasi mereka dengan klas lain dalam masyarkat. Mereka malah mempertahankan peraturan melalui transformasi penyatuan pemimpin budaya politik, sosial, maupun ekonomi yang secara potensial bertentangan dengan “ negara baru” yang dicita-citakan oleh kelompok hegemonis itu.

C. Pembahasan

Negara merupakan suatu kata yang menakutkan jika dilihat dari posisinya yang memungkinkan untuk mengeksploitasi rakyat. Sedangkan rakyat seperti sesuatu yang tidak berdaya dan cenderung jadi sasaran eksploitasi oleh aparatur negara. Tetapi hal itu mungkin terlalu kejam kita lontarkan karena tentu ada hal yang positif terhadap apa yang dinamakan negara, kemungkinan memang ‘oknum’ dari pihak pemerintahan sebagai bagian negara yang sedikit berbuat curang sehingga yang jadi sasaran adalah rakyat akibatnya nama baik negara sedikit ternoda. Sebenarnya rakyat dan negara itu tidak bisa dipisahkan, rakyat butuh negara dan negara juga butuh rakyat. Dalam istilah biologi mungkin dapat diistilahkan sebagai hubungan simbiose mutualisme walau tidak persis sama dan memang ada perbedaannya tetapi ada indikasi ke arah itu. Negara tanpa rakyat tidak dapat dikatakan sebagai negara dengan kata lain karena ada rakyat maka ada negara, oleh kekuatan rakyat negara diadakan, dan untuk rakyat pula negara diadakan. Keberadaan rakyat dan makna dari keberadaanya juga tidak dapat dipisahkan dari eksistensi negara. Tanpa negara rakyat akan kehilangan eksistensinya. Oleh sebab itu rakyat dibutuhkan negara selain untuk

(7)

memenuhi salah satu syarat sebagai negara juga sebagai perekat kesatuan diantar mereka.

Dalam perkembangannya jika kemudian negara melawan dan mendominasi bahkan mengeksploitasi rakyat maka pengertian negara akan mengalami reduksi menjadi rezim penguasa. Kekuasaan politik yang aslinya merupakan kekuasaan rakyat telah beralih menjadi kekuasan rezim penguasa, dan rakyat menjadi pihak yang tidak punya kuasa (yang dikuasai) dan cenderung dieksploitasi. Penguasa dapat mematakan kekuatan oposisi rakyat dengan mengatasnamakan negara. Sebaliknya rakyat tidak dapat mengatasnamakan negara ketika melawan terhadap kesewenang-wenangan penguasa. Penguasa juga memegang monopoli dalam mendefinisikan kata rakyat dan mengoperasionalkannya ke dalam aksi negara untuk atau terhadap rakyat.

Situasi hubungan yang hegemonis, eksploitatif dan alienatif antara negara dan rakyat inilah yang mencirikan panggung politik Indonesia selama Orde Baru yang berlangsung sekitar 32 tahun dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto. “Demokrasi Pancasila” dijadikan pembungkus dari gaya kepemimpinan yang otoriter dan menindas. Konsep “Normalisasi Kehidupan Kampus” (NKK) dipakai untuk menjauhkan mahasiswa dan intelektual politik, sehingga para penguasa bebas berperilaku nyaris tanpa kritik. Konsep monoloyalitas pegawai negeri telah menjadikan aparatur negara sebagai instrumen utama untuk memobilissi dukungan rakyat terhadap rezim pemerintah dan seluruh sepak terjangnya. Rakyat nyaris kehilangan otonomi atas dirinya dalam berbagai hal, seperti jumlah anak (KB), pilihan poltik yang sesuai aspirasi, dll. Organisasi-organisasi sosial dihomogenkan melalui politik wadah tunggal. Militer dengan doktrin Dwifungsi mendominasi percaturan politik nasional, mengatasi peranan organisasi sosial politik sipil, dan menjadi perisai bagi penguasa Orde Baru dalam mempertahankan kekuasaannya. (Darwin, 1999:XV). Adanya dominasi negara terhadap rakyat dan usaha pelestarian kekuasaan merupakan salah satu ide dalam teori Hegemoni seperti yang diungkapkan oleh Antonio Gramsci. Penjelasan selanjutnya yang mengarah pada proses negaranisasi orde baru tersirat adanya unsur hegemoni negara terhadap rakyatnya.

(8)

Pemerintahan Orde Baru sekarang dapat dikatakan sudah tumbang tetapi dalam realitanya masih dapat dilihat secara samar-samar keberadaannya. Memang sangat sulit menghilangkan dan membersihkan pemerintahan yang baru ini dari unsur pemerintahan Orde Baru karena setelah sekian lama mereka berkuasa tentu sudah masuk pada lini terkecil kehidupan masyarakat dan menguasai pemikiran serta kondisi sosial-politik di Indonesia. Kondisi yang demikian ini dalam melihat era reformasi dengan dikaitkan dengan hubungan antara negara dengan rakyatnya dapat dikatakan masih ada unsur-unsur Orde Baru yang belum bisa dibersihkan secara tuntas tetapi tentunya lebih baik dan ada kemajuan dalam hal perbaikan kehidupan rakyat terutama dalam hal berpendapat, protes, demonstrasi, kebebasan, rakyat jadi tujuan utama kehidupan bernegara, dan sebagainya yang di masa Orde Baru tidak rakyat dapatkan. Jargon yang dilontarkan Orde baru terutama tentang ide pembangunanisme menjadi ide sentral dalam pemerintahan Orde Baru ditambah dengan stabilitas sosial-politik. Sehingga pembangunan pada masa Orde Baru sangat gencar dilakukan untuk menciptakan kemakmuran dan kesamarataan serta kesejahteraan rakyat. Sampai saking “berhasilnya” pemimpim Orde Baru dapat sebutan dan gelar kehormatan Bapak Pembangunan. Harus diakui memang pada masa Orde Baru pembangunan dari satu sisi berhasil dan kita menjadi negara yang cukup makmur tetapi pembangunan dari sisi lain seperti dari sisi demokratisasi dan berpolitik sangat kurang bahkan dipolitisir oleh penguasa sehingga rakyat oke-oke saja tanpa bisa protes dan mengungkapkan pendapat.

Sejak awal pemerintahan orde baru, prioritas pembangunan yang sebelumnya (dimasa orde lama) lebih dititik beratkan kepada pembangunan politik, telah diubah menjadi lebih menitik beratkan pada pembangunan ekonomi. Salah satu pertimbangan penting dari pengambilan keputusan itu adalah kebutuhan peningkatan kesejahteraan masyarakat di dalam jangka pendek, khususnya kebutuhan akan pemenuhan makan, pakaian dan perumahan. Sejak masa orde baru pembangunan lebih dititik beratkan kepada pembangunan ekonomi dan mengurangi agendapembangunan politik yang pernah dilakukan orde lama. Sejak saat itu terlihat

(9)

sangat mencolok dan nyata bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat drastis.(Arief Ramlan Karseno, 1997: 2-3) Melihat keberhasilan orde baru pada awal pemerintahannya yang lebih baik daripada orde lama terutama dari segi kepentingan kesejahteraan rakyat patut diakui, tetapi ternyata hal itu dalam perkembangannya malah membuat rakyat terlena dan akhirnya tereksploitasi secara tidak sadar oleh kebijaksanaan negara yang mengikatnya. Ironisnya keberhasilan orde baru dalam pembangunan dibarengai dengan hal bertentangan yaitu adanay hambatan dalam partisipasi politik rakyat, penindasan rakyat, hak politik rakyat dirampas, dibelenggu dalam suatu struktur yang otoriter dntidak ada ruang kebebasan bagi rakyat. Depolitisasi dalam kehidupan masyarakat dilakukan secara sistimatis , baik dalam konteks struktural formal dan adanya pembungkaman terhadap oposisi rakyat.. Menurut Eep Saefulloh Fatah oposisi adalah setiap ucapan atau perbuatan yang meluruskan kekeliruan tetapi sambil mengarisbawahi dan menyokong segala sesuatu yang sudah ada di jalan yang benar. Ketika kekuasaan menjalani kekeliruan, oposisi berfungsi mengabarkan kepada khalayak kekeliruan itu sambil membangun penentangan dan perlawanan.( Eep Saefulloh Fatah,1999:XI) Hal tersebut pada masa orde baru dibabat dan dicegah habis-habisan sehingga rakyat terbelenggu tidak bisa protes. Setiap aktivitas politik rakyat dianggap sebagai perbuatan subversif terhadap negara dan menganggu stabilitas nasional yang merupakan jargon orde baru selain pembangunan

Negara kita sebagai salah satu negara yang selama ini berkutat dalam jargon pembangunan yang ternyata tidak bisa terlepas dari penyimpangan-penyimpangan pembangunan. Adanya konsep trilogi pembangunan yang salah satunya adalah adanya pemerataan hasil pembangunan selama ini masih belum tercapai bahkan jauh dari kenyataan yang ada malah yang terjadi adanya gap yang semakin tajam antara si kaya dan si miskin. Ketidakadilan dalam pembangian kue pembangunan itu menjadikan rakyat semakin tertindas dan sengsara kecuali mereka yang sudah “mapan” dan bisa menikmati hasil pembangunan tetapi prosentasenya kecil dibanding dengan yang menderita. Pada masa orde baru rakyat dipaksa untuk menjadi penonton

(10)

dari tingkat laku negara dengan adegan kekerasan tanpa mampu berbuat sesuatu dan pasrah menerima nasib. Dalam situasi semacam ini negara berada pada puncak kekuasaannya yang paling kuat sementara rakyat semakin melemah dan kehilangan eksistensinya.

Dari sekian penjelasan proses negaranisasi yang dilakukan oleh orde baru terhadap kehidupan masyarakat Indonesia terlihat bahwa hegemoni yang dilancarkan orde baru tersebut sudah mengakar dan masuk pada lini kehidupan rakyat sehingga rakyat tidak bisa menolak dan berada dalam kungkungannya. Teori hegemoni yang dilontarkan Gramsci memang menyoroti Italia pada masanya sebagai negara yang kapitalis dan berhaluan marxist, tetapi bukan berarti teorinya tidak dapat digunakan untuk menganalisis keadaan negeri kita yang katanya bukan kapitalis dan marxist. Dari proses negaranisasi di atas dengan jargon pembangunisme yang mengarah pada ekonomi sudah menunjukkan kita atau pemerintahan orde baru mempraktekan ide-ide kapitalis walaupun tidak secara terang-terangan. Teori Hegemoni Gramsci memang masih baru di Indonesia, karena pada masa orde baru hal ini dilarang beredar tetapi setelah rezim orde baru runtuh maka muncul kembali pemikiran Gramsci tentang hegemoni yang masih relevan dalam melihat pemerintahanorde baru dalam memerintah negara selama 32 tahun. Dominasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap kehidupan rakyat. Adanya lembaga-lembaga yang mengatasnamakan negara tetapi sebenarnya membuat rakyat jadi terbelenggu dan tidak bisa bergerak bebas misalnya LKMD dan LMD didesa-desa kedua organisasi tersebut merupakan kepanjangan tangan dari pihak pemerintah untuk mudahnya mengontrol rakyat didesa, adanya pemimpin daerah yang didrop dari pusat ini juga untuk memudahkan negara mengawasi daerah (rakyat) karena pemimpinnya adalah orangnya pemerintah, tidak adanya multi partai tapi single mayority sehingga semakin langgeng kekuasaan penguasa karena sudah dapat dipastikan siapa yang akan berkuasa atau jadi pemimpin, dan sebagainya. Politik semacam itu dilakukan dalam ranga mempertahankan hegemoni dan melanggengkan kekuasaan sehingga stabilitas nasional terjaga karena tidak ada yang protes.

(11)

Hal lain yang bisa dianallisis yang sangat hubungannya antara negara dengan rakyat adalah kebijakan-kebijakan pemerintah. Contoh di atas sudah bisa mengambarkan sedikit tentang kebijakan pemerintah, tetapi yang sedang ramai dibicarakan dan digugat keberadaanya adalah kebijakan tentang pajak. Pajak merupakan penyangga utama negara dalam mendapatkan pemasukan dari rakyat. Setiap orang adalah wajib pajak sehingga mereka wajib membayar pajak. Kewajiban selalu beriringan dengan hak, oleh sebab itu sekarang (dari dulu sudah dilakukan) ada penggugatan terhdap hak wajib pajak (rakyat). Setiap tahun, setiap transaksi, dan sebaginya dikenakan pajak tetapi rakyat tidak mendapat hak yang proporsional dan merasakan efeknya. Pajak dibayar terus tetapi banyak fasilitas umum yang kurang memadai bahkan kurang dan tidak ada. Alasan pemerintah, pajak tidak hanya digunakan untuk fasilitas umum saja tetapi untuk bayar utang luar negeri, biaya pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Tetapi bukan berarti kepentingan rakyat akan fasilitas umum ditiadakan. Akhir-akhir ini ada PPMBM (pajak barang mewah) tetapi banyak menimbulkan protes dan tidak adanya kejelasan tentang klasifikasi barang mewah dan bukan sehingga kerancuan ini yang dipertanyakan. Sekarang dengan otonomi daerah banyak pajak yang akan dipungut oleh pemerintah daerah terhadap rakyatnya misalnya di Malang akan dikenakan pajak kos-kostan dengan alasan untuk memenuhi PAD Malang tetapi belum jelas bagaimana pelaksanaanya dan pertimbangannya. Hal semacam ini jika tidak berkenan dan dirasa merugikan rakyat langsung di protes dan didialogkan, lain dengan masa orde baru yang kalau sudah diputuskan tidak bisa menolak. Mudah-mudahan kekeliruan orde baru dalam mengantarkan negara kita ke arah kebaikan tidak terulang lagi sehingga hubungan rakyat dan negara semakin harmonis dan menguntungkan.

D. Penutup

Walaupun analisis-analisis tentang hegemoni yang dijalankan oleh pemerintahan orde baru cenderung berdampak negatif bagi rakyat , hal itu mungkin dapat dilihat dari kacamata penguasa bahwa seseorang yang duduk di atas

(12)

kekuasaannya dan merada “kerasan” dengan hal itu akan cenderung untuk mempertahankannya dengan segala cara. Cara-cara orde baru menjalankan pemerintahan yang cenderung menyengsarakan rakyat dan mendominasi rakyat harus segera dihilangkan oleh pemerintahan yang baru ini, walaupun tidak bisa lepas secara murni tetapi proses perlu dijalankankan agar kehidupan bernegara kita semakin anggun dan hubungan rakyat dan negara semakin baik dan mendukung yang pada akhirnya kita dapat keluar dari multi krisis yang sedang melanda negara kita ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Ramelan Karseno.dkk. 1997. Ekonomi Politik Indonesia. Jakarta: Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri.

Eep Saefulloh Fatah. 1999. Membangun Oposisi: Agenda-agenda Perubahan Politik Masa Depan.. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Frans Magnis Suseno. 1994. Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia.

Heru Hendarto, 1993. Mengenal Konsep Hegemoni Gramsci, dalam Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan, Tim Redaksi Driyarkara. Jakarta: Gramedia.

Nezar Patria dan Andi Arief. 1999. Antonio Gramsci: Negara dan Hegemoni. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Simon, Roger. 2000. Gagasan-gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta: Insist Press- Pustaka Pelajar Offset

Wirjono Prodjodikoro. 1981. Asas-asas Ilmu Negara dan Politik Bandung: Eresco Jakarta

(13)

William, Gwyn A. 1960. “The Concept of’egemonia’ in the Thought of Antonio Gramsci”. Journal of the History of Ideas, Vol.21, No.4 (Oct.-Des.1960). Zainuddin Maliki. 1999. Penaklukan Negara atas Rakyat. Yogyakarta: Gajah Mada

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap kepemimpinan semua unsur pimpinan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang Panjang menunjukkan bahwa unsur pimpinan yang ada belum

Di Indonesia melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tahun 2009 telah membuat Standar Akuntansi bagi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Dilihat dari

Tahun depan pemerintah menargetkan penerimaan pajak dalam APBN 2019 sebesar Rp1.577,6 triliun atau tumbuh 16,78% dari outlook penerimaan pajak tahun ini yang sebesar

Pada penelitian ini jenis penyakit yang dapat dideteksi sebanyak 8 penyakit dan 46 gejala yang mengiringinya.menggunakan metode Dempster-shafer dengan masukan gejala

Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Tujuan dari sekolah adalah mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsa. Namun sekarang ini banyak sekolah yang

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari pertanyaan- pertanyaan tertutup meliputi indikator-indikator variabel komunikasi

Judul skripsi UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih dengan melihat kenyataan

Kinerja Karyawan Arsip-arsip Karyawan Standar-standar yang terkait dengan Kinerja Ukuran-ukuran Kinerja Umpan Balik Karyawan Penilaian Kinerja Keputusan- keputusan