• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya mencegah aborsi melalui pelajaran agama dengan audio visual bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Upaya mencegah aborsi melalui pelajaran agama dengan audio visual bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA

DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI

DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Anna Titis Widosari NIM : 081124001

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberiku anugerah cinta yang luar biasa yaitu kehidupan..

Santa Anna, pelindungku yang menjadi inspirasiku untuk selalu berusaha dan tidak berhenti berjuang dalam hidupku ini...

Keluargaku, bapak (Andreas Tukiyo), ibu (Anastasia Sri Sumiyati), dan kakak (Albertus Brian Susanto dan Rosalia Rani Widiastuti), yang selalu mengajariku untuk

mencintai, memaknai, dan menghargai kehidupan…

Keponakan kecilku, Michaela Devina Maharani dan Aloysius Drias Destrama (anak sahabatku) sumber inspirasiku menulis skripsi ini..

Melati-melati Stero dan semua perempuan diluar sana, kita semua adalah boneka porselen, keperawanan adalah titipan TUHAN yang kelak harus

dipertanggungjawabkan, begitu juga dengan hidup, sayangilah kehidupan karena kita hanyalah penjaga kehidupan, bukan pemilik kehidupan…

Aku dan seluruh hidupku

(5)

v

MOTTO

Tuhan takkan terlambat, juga tak akan lebih cepat. Semuanya DIA jadikan indah tepat pada waktu-Nya. Tuhan dengar doamu, Tuhan tak pernah tinggalkanmu.

Pertolongan-Nya pasti ‘kan tiba tepat pada waktu-Pertolongan-Nya

(bdk. Pkh 3:11)

I will maintain the utmost respect for human life from it’s begining

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih dengan melihat kenyataan yang terjadi di dunia dewasa ini khususnya kemajuan dalam bidang teknologi. Kemajuan yang sangat pesat inilah yang mampu membuat masyarakat, khususnya remaja untuk bisa mengakses situs-situs yang menyajikan hal-hal yang selama ini dianggap tabu. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang terjadi di sekitar kita yang diakibatkan oleh film atau gambar porno yang bisa di dapat dari internet atau VCD. Dengan kemudahan itu, orang semakin mudah untuk bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki dan pada akhirnya sebagian besar berakhir dengan tindakan aborsi.

Audio visual merupakan sarana yang diharapkan mampu menjadi salah satu alat untuk mencegah aborsi di kalangan remaja karena sarana audio visual berisi video-video yang tentunya akan lebih membuat para remaja tersentuh. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk semakin menghargai hidup sehingga mampu mencegah para siswi melakukan aborsi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian mengenai pelajaran agama dengan audio visual sebagai upaya untuk mencegah aborsi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara

probability sampling dan membandingkan antara 2 (dua) kelas sebagai kelas audio visual dan non audio visual serta didukung dengan studi pustaka.

(9)

ix ABSTRACT

The thesis entitles THE EFFORD TO PREVENT ABORTION THROUGH RELIGION EDUCATION USING AUDIO VISUAL FOR FEMALE STUDENTS IN STELLA DUCE 2 HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

was chosen due to the fact happening in the world today, especially the development of technology. This rapid development could make people, especially teenagers, to access websites considered taboo. There were disordered sexual habits that happened around us because of porn films and pictures gotten from the internet or VCD. With this easy access, it was easier for people to play on their sexuality that caused many unwanted pregnancy, and at the end, most cases ended with abortion.

Audio visual was one of the facilities that hoped to be one of the ways to prevent abortion among teenagers because audio visual was about videos that would certainly make them easily touched. Based on that fact, this thesis was aimed to help female students in Stella Duce 2 High School Yogyakarta to appreciate lives so it could prevent them from doing abortion.

In the writing process, the researcher conducted a research on religion school subject using audio visual as an effort to prevent abortion in Stella Duce 2 High School Yogyakarta. The method that was used in this research was qualitative research. The sample was taken with probability sampling technique and comparing 2 (two) classes as an audio visual class and a non audio visual class, and supported by literature study.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Terima kasih Bapa, terima kasih Yesus, terima kasih Roh Kudus, terima kasih Bunda Maria, dan terima kasih Santa Anna! Syukur tiada henti-hentinya keluar di hadapan tahta-Mu atas terselesaikannya skripsi ini. Memang, hidup adalah suatu keindahan yang harus dikagumi dan suatu janji yang harus dipenuhi! Inilah yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan sebuah pemikiran selama penulis belajar kateketik selama 4 tahun. Sungguh suatu anugerah cinta luar biasa yang telah penulis dapatkan dari Tuhan Yesus karena dengan segala jerih payah, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Mencegah Aborsi Melalui

Pelajaran Agama Dengan Audio Visual Bagi Para Sisiwi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”.

Skripsi ini ditulis berawal dari keprihatinan penulis akan pergaulan di jaman ini yang terlampau bebas di mana norma-norma pergaulan tidak lagi mampu memberikan acuan dalam menentukan bagaimana seharusnya bergaul. Banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas yang mengarah padafree seks yang berujung dengan kasus aborsi. Hal ini memperlihatkan pada kita semua akan kurangnya penghargaan terhadap hidup manusia, khususnya kehidupan yang berawal dari dalam rahim seorang perempuan.

(11)

xi

akan penyertaan Tuhan secara khusus dalam panggilan dan penghayatan penulis sebagai calon pewarta yang sejati. Segala tantangan dan hambatan yang penulis rasakan dapat teratasi dengan bantuan, dukungan, kerjasama, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada :

1. Dr. C.B.Kusmaryanto, SCJ, selaku dosen pembimbing utama yang dengan setia dan sabar selalu meluangkan waktu, pikiran, tenaga, doa, dan motivasi kepada penulis. Terima kasih untuk proses bimbingan selama ini, khususnya untuk kritik dan masukannya sehingga penulis merasa semakin mampu mencintai skripsi ini dari awal hingga akhir penulisan.

2. Drs. HJ. Suhardiyanto, SJ, dan Bpk Y.H Bintang Nusantara, SFK M.Hum selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak perhatian dan pendampingan baik selama penulisan skripsi ini maupun selama proses studi di kampus yang penulis cintai ini.

3. Dr. CB. Putranta, SJ, selaku dosen penguji skripsi yang selalu memberi dukungan dan usulan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Sr. Fidelis Budiriastuti, CB selaku kepala SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

(12)

xii

6. Melati-melati Stero angkatan 2012, khususnya kelas XE dan XA yang telah membantu penulis untuk bersama-sama belajar dalam proses penyelesaian skripsi ini. Melalui pengalaman ini, penulis sungguh menerima banyak masukan, saran, serta peneguhan mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

7. Segenap staf dosen, sekretariat, perpustakaan, dan karyawan IPPAK-USD dan Kolsani yang telah begitu banyak melimpahi penulis dengan ilmu, perhatian, dukungan, bimbingan, doa, serta senyuman yang selalu menguatkan penulis menjalani proses studi di kampus IPPAK.

8. Keluarga yang sangat penulis cintai: bapak, ibu, kakak, dan keponakan kecilku, yang semakin hari semakin membuatku mencintai dan mengagumi hidup.

9. Sahabat-sahabatku di IPPAK angkatan 2008 yang selalu memberikan warna, dorongan, dan semangat untuk tidak kenal lelah dalam berjuang terutama dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sampai jumpa di lain kesempatan!

10. Dua sahabat sepanjang masaku : Maria Eka Savitri dan Priscilia Lukma Dihartati yang selalu menjadi tempat berteduh dan selalu memberikan kekuatan serta harapan disaat hati ini mulai merasa lelah, hampir menyerah, dan merasa tak mampu.

(13)
(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

A. Latar Belakang Penulisan ... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan. ... 11

E. Metode Penulisan ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II. ABORSI DAN PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL... 14

A. Aborsi ... 14

1. Pengertian Aborsi ... 14

2. Sejarah Aborsi... 16

3. Macam-macam Aborsi... 18

a. AborsiProvocatus... 19

b. AborsiTherapeutic/ Medicalis... 19

(15)

xv

d. AborsiEugenetik... 20

e. Aborsi Langsung-Tak Langsung ... 20

f. Selective Abortion ... 20

4. Pro dan Kontra Aborsi... 21

a. Pro-life ... 21

b. Pro-Choice... 22

5. Akibat Aborsi ... 22

6. Situasi di Indonesia... 25

a. Kode Etik Kedokteran Indonesia ... 26

b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ... 26

c. UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 ... 27

7. Ajaran Gereja Mengenai Aborsi... 29

a. Gaudium et Spes ... 29

b. Declaratio De Abortu Procurato... 30

c. Kitab Hukum Kanonik... 30

d. KatekismusGereja Katolik ... 32

e. Evangelium Vitae ... 32

B. Pelajaran Agama di Sekolah... 33

1. Hakikat Dasar dan Tujuan PAK di Sekolah ... 33

2. Model PAK ... 34

a. Model Transmisi atau Transfer... 34

b. Model Yang Berpusatkan Pada Hidup Peserta ... 34

c. Model Praksis ... 35

d. Model Pendidikan Yang Bersifat Estetis ... 35

C. Audio Visual... 35

1. Pengertian Audio Visual ... 35

(16)

xvi

BAB III. PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI

DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 40

A. Gambaran Umum Situasi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta... 40

1. Sejarah Singkat SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 40

2. Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 41

B. Metodologi Penelitian... 42

1. Jenis Penelitian ... 42

2. Tempat dan Waktu Penelitian... 43

3. Populasi dan Sampel... 43

4. Teknik Pengumpulan Data... 44

5. Instrumen Penelitian ... 44

6. Teknik Analisis Data ... 45

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 45

C. Hasil Penelitian ... 51

1. Kelas Non Audio Visual ... 51

2. Kelas Audio Visual ... 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 54

A. Pemahaman Siswi Di Kelas Non Audio Visual ... 54

B. Pemahaman Siswi Di Kelas Audio Visual ... 55

C. Rangkuman Hasil Penelitian... 55

BAB V. USULAN PROGRAM PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENCEGAH ABORSI BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 60

A. Latar Belakang Pemilihan Program ... 60

(17)

xvii

C. Uraian Tema dan Tujuan ... 66

D. Penjabaran Program... 68

E. Contoh Persiapan Program ... 75

F. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 85

BAB VI. PENUTUP ... 86

1. Kesimpulan ... 86

2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN... 177

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Kuisioner... (2)

Lampiran 3 : Seksualitas Sebagai Anugerah Allah ... (4)

Lampiran 4 : Aborsi? Gak banget dech! ... (9)

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Katolik dengan pengantar dan catatan lengkap. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Katolik). Ende:Arnoldus.2003.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus ke II tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

EN : Evangelii Nuntiandi, Ajakan Apostolik Paus Paulus VI tentang pewartaan Injil dalam dunia Moderen, 8 Desember 1975.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember, 1965.

(19)

xix

EV : Evangelium Vitae, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang nilai hidup manusiawi yang tak dapat diganggu gugat, 25 Maret 1995.

C. Singkatan Peralatan Media Komunikasi 1. LCD : Liquid Christal Display

2. HP : Hand Phone

3. VCD : Video Compact Disc 4. DVD : Digital Video Disc 5. TV : Televisi

6. AV : Audio Visual

D. Singkatan dalam Dunia Pendidikan

1. RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Wkt : Waktu

3. Idk : Indikator

4. SPG : Sekolah Pendidikan Guru 5. PAK : Pendidikan Agama Katolik

E. Singkatan dalam Dunia Kesehatan 1. KB : Keluarga Berencana

(20)

xx 3. AMA : American Medical Assosiation 4. PAS : Post Abortion Syndrome

5. Kodeki : Kode Etik Kedokteran Indonesia 6. HIV : Human Immunodeficiency Virus

F. Singkatan Lain

1. BKkBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2. Bdk : Bandingkan

3. Art : Artikel

4. KUHP : Kitab Undang Hukum Pidana

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi di dunia ini mengalami

kemajuan yang sangat cepat. Penerapan teknologi di setiap aspek kehidupan sudah

dianggap sebagai suatu kebutuhan. Manusia hidup dalam jaman komunikasi yang

sangat baru dan mempunyai dampak yang permanen dalam cara orang mendengarkan.

Menurut Black Jay dan Frederick Whitney sebagaimana dikutip Iswarahadi,

komunikasi merupakan proses di mana masing-masing individu terlibat dalam tukar

menukar makna. Dalam proses itu seorang individu (komunikator) menyampaikan

stimulus (rangsangan) untuk mengubah perilaku individu lain. Komunikasi terjadi apabila informasi beralih dari satu tempat ke tempat lain. Komunikasi tidak hanya

terdiri dari penyampaian pesan secara verbal, langsung, dan dengan maksud tertentu,

melainkan juga semua proses di mana orang saling mempengaruhi satu sama lain.

Kegiatan komunikasi antar manusia harus dimengerti sebagai proses yang

membutuhkan setidak-tidaknya dua unsur, yaitu peristiwa di luar individu (stimulus) dan individu yang bereaksi. Ada pengirim dan penerima pesan. Reaksi dari penerima

disebut feedback (Iswarahadi, 2010:19-20).

Perkembangan teknologi saat ini sudah dapat dirasakan manfaatnya dalam

segala aspek kehidupan, khususnya dalam dunia pendidikan. Jika dulu media

(22)

laptop, loudspeaker, dan sebagainya sudah bisa digunakan. Tentu hal tersebut sangat membantu siswa untuk lebih memahami suatu materi dalam proses pembelajaran

daripada siswa yang hanya mendengarkan dan membaca buku panduan.

Namun tidak bisa dipungkiri perkembangan teknologi sedemikian rupa juga

mempunyai dampak negatif. Misalnya saja dengan adanya internet dan hand phone

(HP) yang bisa menjelajah dunia maya yang banyak memuat situs-situs porno.

Kemudahan ini menjadikan semua orang bisa mengakses dan melihat semua hal yang

selama ini dianggap tabu. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang

terjadi diakibatkan oleh film atau gambar porno yang bisa di dapat dari internet atau

VCD. Dengan kemudahan itu, orang semakin mudah untuk bermain-main dengan

seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak

dikehendaki dan sebagian besar berakhir dengan tindakan aborsi.

Kemajuan teknologi dalam setiap aspek kehidupan ini tentunya juga dapat

dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang biasanya

hanya diisi dengan bercerita atau ceramah saja kini sudah dapat memakai audio visual.

Misalnya saja untuk mengangkat suatu tema tertentu dapat digunakan sarana film atau

video yang mengarah ke tema. Tentunya dengan menggunakan sarana tersebut

diharapkan bahwa proses penmbelajaran lebih mudah dipahami dan menarik daripada

hanya mendengarkan atau ceramah saja. Gereja Katolik pun juga menyadari bahwa

perkembangan alat-alat teknologi ini mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam

(23)

iman bagi sesama manusia. Gereja justru merasa bersalah jika tidak menggunakan

alat-alat yang luar biasa ampuh ini (bdk Evangelii Nuntiandi art. 45).

Untuk memanfaatkan perkembangan jaman yang semakin pesat inilah dapat

digunakan audio visual. Audio visual bukan hanya gagasan yang diungkapkan dalam

gambar dan musik. Audio visual merupakan perpanjangan elektronik getaran pribadi

seseorang, merupakan perpanjangan elektronik seluruh pengalaman seseorang

(Adisusanto, 1980:8). Media audio visual merupakan perpaduan antara media audio

dan media visual. Media audio adalah media yang hanya bisa dinikmati oleh indera

pendengar, sedangkan media visual adalah media yang hanya bisa dinikmati oleh

indera penglihat. Yang termasuk dalam audio visual adalah televisi, video, film, dan

lain sebagainya. Beberapa media yang dapat digolongkan ke dalam media audio visual

antara lain VCD, DVD, televisi, video, kaset, film, dan sebagainya yang dapat

mengajak para penonton untuk berimajinasi dan berefleksi.

Di tengah situasi jaman yang semakin mengalami kemajuan yang pesat inilah,

sering terdengar dan terlihat pemberitaan di media massa, baik di koran, majalah,

radio, dan televisi tentang ditemukannya bayi di tempat sampah, di jalan, di WC

umum, sungai, depan rumah atau klinik yang dengan sengaja ditinggalkan. Selain itu

juga, ada pula pemberitaan mengenai kematian wanita akibat aborsi yang

dilakukannya. Meskipun di Indonesia aborsi merupakan tindakan yang melanggar

hukum (ilegal), tidak berarti Indonesia mutlak memberikan aturan untuk tidak boleh

sama sekali melakukan aborsi. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009

(24)

diperbolehkan, kecuali mengancam nyawa ibu atau janin, dan kehamilan akibat

perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis asal sudah mendapatkan

konseling. Selanjutnya dalam pasal 76, dijabarkan kriteria-kriteria dimana aborsi

diperbolehkan. Kriteria tersebut antara lain sebelum kehamilan berumur 6 minggu

kecuali dalam hal kedaruratan medis, hanya boleh ditangani oleh tenaga kesehatan

yang bersertifikat dan diberi kewenangan, kemudian kriteria yang lain harus ada ijin

dari wanita yang bersangkutan dan suami (kecuali korban perkosaan).

Berdasarkan data dari BKkBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional), ada sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia,

berarti ada sekitar 2 juta nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa

banyak yang tahu (http://www.aborsi.org/statistik.htm). Jumlah aborsi ini tentu saja

cukup mencengangkan sebab angka ini hampir mendekati angka aborsi di Amerika

Serikat, salah satu negara yang melegalkan aborsi (3 juta aborsi tiap tahunnya dengan

jumlah penduduk sekitar 300 juta). Yang lebih memprihatinkan lagi bahwa 30% -

50% dari perempuan yang melakukan aborsi di Indonesia meninggal karenanya (dr

Angela N. Abidin, MARS dalam Tolak Aborsi, Kusmaryanto, 2005:163).

Di Indonesia sendiri terdapat obat-obatan (ramuan) tradisional yang berkhasiat

untuk menggugurkan kandungan. Saat ini, obat-obatan tersebut diberi merk semenarik

mungkin dan didaftarkan di Departemen Kesehatan serta diiklankan dengan terbuka.

Misalnya saja jamu pelancar datang bulan dan jamu terlambat datang bulan. Tentu

saja ada jamu yang benar-benar memperlancar datang bulan tetapi juga ada jamu yang

(25)

pengalamannya mengurut wanita hamil untuk menggugurkan kandungan.

(Kusmaryanto, 2004:36). Biaya aborsi di beberapa klinik yang masih diilegalkan

sekitar 5 juta, sedangkan biaya layanan aborsi yang aman dengan fasilitas pendukung

yang memadai hanya membutuhkan biaya sekitar 600 ribu. Praktek aborsi di

klinik-klinik tersebut belum terjamin keamanannya karena memang tidak tersedia layanan

aborsi.(http://nasional.kompas.com/read/2008/08/29/04170024/biayaaborsisebenarnya

.hanya.Rp.600ribu ). Tentu hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Kesehatan

no. 36 tahun 2009 pasal 73 dimana dalam pasal ini pemerintah menjamin ketersediaan

sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman dan bermutu

bagi masyarakat. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa dunia saat ini kurang

memberikan penghargaan terhadap hidup manusia. Memang frekuensi terjadinya

kasus aborsi sangat sulit dihitung secara akurat karena kejadian tersebut sangat sering

terjadi tanpa dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi sehingga perlu penanganan di

Rumah Sakit.

Aborsi (abortion) berasal dari bahasa latin abortio dimengerti sebagai suatu tindakan pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur di mana

janin itu belum bisa hidup di luar kandungan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan

orang melakukan aborsi, seperti misalnya faktor ekonomi. Faktor ekonomi ini

menyangkut perkiraan tentang besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memelihara

anak. Kemudian faktor yang lainnya adalah kegagalan KB yang meskipun pada

awalnya para pelaku aborsi sebenarnya telah berupaya membatasi jumlah anak

(26)

kelahiran yang terlalu rapat, jumlah anak yang cukup banyak, merasa terlalu tua untuk

melahirkan, dan lain sebagainya. Faktanya yang melakukan aborsi menurut Prof. Dr.

Sudraji Sumapraja, seorang ahli kebidanan dan kandungan, sebagian besar pelakunya

(99,7%) adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah. Sementara itu menurut Biran

Affandi, ketua umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI)

mengatakan bahwa 89% yang melakukan aborsi adalah ibu-ibu yang sudah menikah,

sedangkan jumlah mereka yang belum menikah hanya 11%. Dari 11% yang belum

menikah itu terdiri atas 45% yang akan menikah dan 55% belum berencana menikah.

(Kusmaryanto, 2005:45-46).

Seharusnya aborsi tidak layak dilakukan dalam rangka mencegah bertambahnya

anak sebab untuk maksud itu ada begitu banyak cara yang sama sekali tidak bersifat

menggugurkan. Aborsi tidak layak dilakukan untuk mencegah rasa malu atau

kemiskinan, sebab rasa malu dan kemiskinan dapat dipecahkan dengan cara-cara lain

yang lebih terpuji, tanpa pengguguran sama sekali. Meskipun demikian, ada jenis

aborsi yang diperbolehkan dalam kasus tertentu misalnya konflik frontal antara nyawa

ibu dan bayinya. Prinsip dalam aborsi ini adalah menyelamatkan yang paling mungkin

diselamatkan. Jika ibunya yang paling mungkin diselamatkan, maka ibunya yang

harus diselamatkan, tetapi jika bayinya yang mungkin diselamatkan, maka bayinya

yang harus diselamatkan.

Memang keputusan untuk melakukan aborsi atau tidak, bukanlah suatu pilihan

yang mudah. Misalnya dalam kasus pemerkosaan atau hamil di luar nikah yang

(27)

terkadang membuat orang kehilangan akal sehatnya dan merasa bahwa aborsi

merupakan satu-satunya cara yang harus dan bisa dilakukan.

Kaum muda memiliki rasa keingintahuan yang besar yang terkadang membuat

mereka mencoba melakukan sesuatu karena penasaran tanpa memikirkan akibat atau

dampak yang ditimbulkannya. Tidak jarang pula kita menemui kaum muda terjerumus

dalam pergaulan bebas, yang mana membuat mereka mengenal narkotika, tawuran,

seks bebas, dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kaum muda adalah generasi penerus dan masa depan bangsa dan Gereja. Jika mereka tidak

mendapatkan pendampingan dan arahan memadai, masa depan akan hancur bahkan

moral bangsa menjadi nol. Dalam Pedoman Pastoral Keluarga KWI 2011 dikatakan

bahwa orang tua memiliki tanggung jawab dan berkewajiban untuk memberi

pendidikan iman dan moral kepada anak-anak mereka (bdk art 30). Tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang tua memberikan pengetahuan moral kepada

anak-anak mereka terutama dalam masalah seksualitas. Seksualitas dianggap sebagai hal

yang tabu terutama jika dibicarakan secara terang-terangan.

Adapun penulis memilih para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

karena para siswi termasuk dalam kaum muda yang membutuhkan arahan dan

dampingan yang mampu membuat mereka menemukan jati diri sehingga tidak

terjerumus kepada hal-hal di atas. Pengetahuan mengenai masalah moral, seks, dan

etika pergaulan perlu mereka dapatkan dan ketahui mengingat usia mereka yang sudah

pantas dan perlu tahu tentang akibat-akibat dari pergaulan bebas maupun aborsi.

(28)

pendidikan seksualitas dalam keluarga. Ada orang tua yang memberikan pendidikan

seksualitas kepada anaknya, tetapi juga ada yang menganggapnya sebagai hal yang

tabu. Arahan atau pendampingan semacam inilah dirasakan sangat penting untuk

mencegah adanya tindakan aborsi bagi para siswi. Jika ada siswi yang melakukan

tindak aborsi, maka dia akan menerima sanksi yang cukup berat dari sekolah yakni

dikembalikan kepada orang tuanya, atau meminta siswi untuk mengundurkan diri dari

sekolah.

Melalui pembelajaran pelajaran Agama dengan menggunakan audio visual, para

siswi diberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai aborsi itu sendiri misalnya

dengan menggunakan film yang menceritakan tentang aborsi. Dengan pemanfaatan

media audio visual inilah, diharapkan ajaran-ajaran iman lebih mudah ditangkap dan

dipahami. Tidak hanya terbatas melalui film saja, buku-buku, majalah, dan

bacaan-bacaan tentang aborsi dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan sarana untuk

memperluas wawasan guna meningkatkan pemahaman mereka terhadap aborsi dan

arti dari sebuah kehidupan.

Bahasa audio visual bukan pertama-tama memberikan kesempatan pada kita

untuk menyampaikan kata-kata yang teliti, tetapi untuk menyampaikan pengalaman

secara menyeluruh. Bahasa audio visual tidak begitu banyak memberikan doktrin atau

ide-ide, melainkan ingin merangsang perasaan seorang pribadi. Pendek kata, melalui

bahasa audio visual kita tidak mau mengungkapkan suatu ide tetapi mau

menyampaikan pengalaman pribadi kepada orang lain. Tetapi harus kita akui bersama

(29)

kreatifitas, affektivitas, dan kesadaran yang kritis. Jelas bahwa dalam hal ini unsur

subjektifitas sangat besar dan memegang peranan yang pokok.

Pierre Babin OMI, professor komunikasi audio-visual dari Crec AVEX,

Catholic University of Lyon, Prancis dalam bukunya The New Era in Religious Communication sebagaimana dikutip oleh Iswarahadi, menegaskan bahwa televisi lebih mengutamakan bahasa simbolis daripada bahasa konseptual. Bahasa simbolis

adalah bahasa yang menggoda, menggetarkan emosi sebelum akhirnya ia berfungsi

menerangkan. Bahasa simbolis menggerakkan bukan hanya roh, tetapi juga hati dan

tubuh kita. Bahasa simbolis adalah bahasa yang penuh resonansi, ritme, cerita,

imaginasi, sugesti dan koneksi (Iswarahadi, 2010:23). Dengan pemanfaatan media

audio visual inilah diharapkan ajaran-ajaran iman dapat lebih mudah ditangkap dan

dipahami oleh para siswi.

Oleh karena itu, penulis mengangkat judul skripsi “UPAYA MENCEGAH

ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI

PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Keprihatinan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah terjadinya

praktek aborsi yang dilakukan anak SMA sebagai akibat dari kehamilan yang tidak

diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang menjadi perhatian penulis

adalah :

(30)

2. Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai aborsi?

3. Seberapa besar efektivitas audio visual dalam memberi pemahaman dan

pencegahan siswi melakukan aborsi?

4. Program apakah yang dapat membantu para siswi di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta untuk mencegah aborsi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai pada penulisan ini adalah :

1. Memberikan pengertian dan pengetahuan yang benar mengenai aborsi dengan

segala dampak yang ditimbulkannya.

2. Memaparkan ajaran Gereja Katolik mengenai aborsi agar semakin menghormati

martabat hidup manusia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas audio visual dalam memberi

pemahaman dan pencegahan siswi untuk melakukan tindakan aborsi.

4. Mencari program pendampingan yang dapat membantu para siswi di SMA Stella

Duce 2 Yogyakarta untuk mencegah tindakan aborsi.

5. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1) di

(31)

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang hendak dicapai pada penulisan ini adalah :

1. Akademis

Tulisan ini akan memberikan pengetahuan mengenai aborsi dan seberapa besar

efektivitas penggunaan audio visual dalam memberikan pengetahuan dan

pencegahan tindakan aborsi.

2. Praktis

Tulisan ini diharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi

bagaimana mencegah agar tidak terjadi tindakan aborsi serta mampu memberikan

usulan pembelajaran yang menarik yaitu dengan menggunakan sarana audio

visual untuk mencegah aborsi.

3. Bagi Diri Sendiri

Tulisan ini diharapkan mampu mengembangkan wawasan dan keterampilan

penulis dalam penggunaan sarana audio visual sebagai usaha untuk memberikan

pemahaman dan pencegahan tindakan aborsi.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis, di

mana metode ini merupakan suatu metode yang menggambarkan, memaparkan,

menjelaskan, dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga dapat memperoleh

pemecahan masalah yang tepat. Untuk memperoleh data yang lengkap, penulis

(32)

Selain itu juga penulis menggunakan sumber-sumber kepustakaan yang dapat

mendukung judul skripsi yang ditulis dalam studi pustaka.

F. Sistematika Penulisan

Judul yang dipilih adalah “Upaya Mencegah Aborsi Melalui Pelajaran Agama

Dengan Audio Visual Bagi Para Siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”. Secara

keseluruhan penulisan ini terbagi dalam enam bab. Adapun perincian sebagai berikut :

Bab I : Diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II :Terdiri dari tiga bagian, bagian pertama menguraikan kajian pustaka mengenai

pengertian aborsi, macam-macam aborsi, pandangan mengenai aborsi, akibat

yang ditimbulkan, dan ajaran Magisterium mengenai aborsi. Bagian kedua

berisi tentang Pelajaran Agama di sekolah yang meliputi hakikat dasar

Pelajaran Agama di sekolah, metode dan model Pelajaran Agama di sekolah,

dan peranan pelajaran Agama di sekolah. Bagian ketiga berisi tentang

pengertian audio visual dan contoh-contoh audio visual..

Bab III : Memaparkan hasil penelitian yang penulis peroleh lewat perbandingan kelas

audio visual dan non audio visual yang telah dilakukan kepada siswi di SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta.

Bab IV : Pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian. Penulis juga

(33)

menggunakan audio visual dengan melakukan pre-test dan post-test pada 2 (dua) kelas yang berbeda.

Bab V :Berisi tentang usulan program pendampingan dalam rangka mencegah

tindakan aborsi bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang

meliputi pemikiran dasar, situasi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta,

penjabaran program pendampingan bagi para siswi di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta, dan contoh penjabaran satuan persiapan.

Bab VI : Berisi tentang penutup yang mengemukakan kesimpulan dan saran sebagai

(34)

BAB II

ABORSI DAN PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL

A. Aborsi

1. Pengertian Aborsi

Aborsi berasal dari bahasa latin abortio yang berarti pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar

kandungan. Secara medis janin bisa hidup di luar kandungan pada umur 24 minggu.

Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan

mengakibatkan kematian, sedangkan pengeluaran janin sesudah umur 24 minggu dan

mati tidak disebut aborsi lagi melainkan pembunuhan bayi (infanticide). Dalam terminologi moral dan hukum, aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi

sampai dengan kelahirannya yang mengakibatkan kematian (Kusmaryanto, 2005: 15).

Umur janin bisa hidup diluar kandungan ini ada yang memberi batas 20 minggu tetapi

ada pula yang memberi batas 24 minggu atau sampai awal trimester ketiga. Dengan kata lain, “pengeluaran” itu dimaksudkan dengan keluarnya janin dilakukan secara

sengaja oleh campur tangan manusia, baik melalui alat mekanik, obat, atau cara

lainnya. Oleh karena janin itu dikeluarkan secara sengaja dengan campur tangan

(35)

Secara moral, aborsi berarti pengeluaran janin secara sengaja yangmengakibatkan

kematian si janin yang terjadi sejak pembuahan sampai pada kelahirannya.

Ada 2 (dua) macam kejadian yang dapat menghentikan kehamilan yakni aborsi

spontan (abortus spontaneus) di mana aborsi ini terjadi secara alami tanpa intervensi tindakan medis, dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus) di mana aborsi ini terjadi melalui tindakan medis baik dengan obat-obatan atau tindakan bedah. Dalam

bahasa Indonesia, abortus provocatus sering disebut dengan pengguguran kandungan dan abortus spontaneus sering disebut sebagai keguguran. Terkadang abortus spontaneus disebabkan oleh penyakit, sehingga setelah diobati memungkinkan lagi kehamilan baru. Tetapi sering kali abortus spontaneus tidak mempunyai sebab yang jelas. Dengan begitu secara moral abortus spontaneus tidak masalah. Sebaliknya,

abortus provocatus adalah pembunuhan terhadap makhluk insani yang dilakukan oleh manusia sehingga hal tersebut sangat berlawanan dengan moral dan hukum.

Aborsi dapat dilakukan dengan cara meminum obat-obatan tertentu dengan

tujuan mengakhiri kehamilan, bisa juga dengan mengunjungi para pelaku aborsi

seperti dokter atau dukun untuk mengeluarkan janin yang ada di dalam rahimnya baik

melalui proses penyedotan atau dengan melebarkan leher rahim dan menguret isinya.

Dipandang dari segi medis-teknis, aborsi paling mudah dilakukan dalam trimester

pertama kehamilan. Pada usia janin 7-12 minggu metode yang digunakan adalah kuret

(36)

total. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh klinikus yang terampil. Metode lain lagi

yang sering dipakai sesudah minggu ke-20 adalah instillation abortion di mana cairan yang mematikan si fetus disuntikkan ke dalam rongga amnion, lalu isi rahim dikeluarkan secara alami. Aborsi yang dilakukan diatas trimester kedua biasanya dilakukan di rumah sakit agar setiap terjadi komplikasi dapat segera ditangani.

Metode aborsi yang masih agak baru adalah pil aborsi atau RU-486

(mifepristone) yang ditemukan di Perancis dan mulai dipakai di sana sejak tahun 1988. RU-486 ini dianggap efektif guna mengaborsi kehamilan sampai 7 minggu sejak

menstuasi terakhir. Perempuan harus mengunjungi dokter sebanyak 3 kali. Pada

kunjungan pertama, seorang perempuan mendapatkan obat yang memblokir hormon

progesteron sehingga embrio mati. Dua hari kemudian dia harus ke dokter lagi agar

memperoleh obat yang mengakibatkan kontraksi dalam rahim, sehingga embrio akan

keluar secara alami. Sesudah tiga minggu kunjungan terakhirnya dia harus ke dokter

lagi untuk memastikan bahwa aborsi berlangsung dengan lengkap. Metode pil aborsi

lebih menjamin privacy bagi si perempuan, karena dia tidak perlu ke klinik untuk menjalani prosedur bedah. Secara psikologis metode ini lebih dekat dengan keguguran

yang spontan.

2. Sejarah Aborsi

K. Bertens (2002:4) dalam bukunya Aborsi Sebagai Masalah Etika, mengatakan bahwa aborsi bukanlah masalah baru bagi kita saat ini karena sepanjang sejarah umat

(37)

berbagai tempat. Aborsi hampir selalu dipraktekkan di luar profesi medis atau para

“dukun”, sebab kondisi kehamilan yang normal saat itu tidak dilihat sebagai wilayah

profesi medis. Para dokter hanya menangani orang sakit, sedangkan ibu hamil tidak

dianggap sebagai orang sakit. Baru pada abad ke-19 kehamilan mulai diterima sebagai

kondisi medis yang perlu ditangani oleh dokter.

Sikap anti aborsi ini berasal dari Sumpah Hippokrates yang kemudian menjadi

unsur fundamental dalam etika kedokteran sampai saat ini. Para sejarawan mencatat

lagi bahwa dalam hal ini Sumpah Hippokrates jelas berseberangan dengan tata nilai

yang menandai masyarakat Yunani pada saat itu. Dalam kalangan Yunani kuno, aborsi

dan pembunuhan anak kecil diterima tanpa keberatan dan ramai dipraktekkan. Bagi

Hippokrates, kehidupan manusia merupakan suatu nilai yang suci.

Profesi medis sendiri dengan tegas menolak aborsi. Suara para dokter

berkumandang dengan lebih jelas sejak mereka berhimpun dalam organisasi profesi

yang resmi, misalnya AMA (American Medical Assosiation) yang didirikan pada tahun 1847 mengeluarkan pernyataan anti aborsi yang cukup keras, di mana sikap ini

menandai juga ikatan-ikatan dokter yang terbentuk di negara-negara lain dan

membawa dampak yang cukup kuat atas kebijakan negara masing-masing. Peraturan

hukum anti aborsi di banyak negara baru disusun pada abad ke-19.

Setelah berabad-abad lamanya Sumpah Hippokrates menjadi pegangan etis

untuk profesi kedokteran dalam bentuk aslinya, baru sesudah Perang Dunia II Sumpah

Hippokrates dirumuskan kembali. Deklarasi Jenewa yang dikeluarkan oleh Asosiasi

(38)

dalam bentuk modern. Deklarasi ini menjadi sumber bagi semua anggota WMA untuk

merumuskan Sumpah Dokter mereka masing-masing, termasuk juga Indonesia

(K.Bertens, 2002:7).

Deklarasi Jenewa tetap mempertahankan tradisi anti aborsi dengan menegaskan

: I will maintain the utmost respect for human life from the time of conception yang pada akhirnya kalimat terakhir diganti dengan from it’s beginning. Hal ini dikarenakan WMA menanggap bahwa kapanpun kehidupan manusia dianggap mulai, profesi

kedokteran harus menghormatinya sejak saat itu (K.Bertens, 2002:7).

Deklarasi Jenewa diterima oleh Majelis Umum dari Asosiasi Kedokteran Dunia

(World Medical Association) pada tahun 1948 di Jenewa dan diperbaiki pada tahun 1968 di Sydney. Deklarasi ini berisi tentang dedikasi para dokter pada tujuan

kemanusiaan sebagai reaksi dari tindakan jahat medis yang dilakukan para dokter saat

masa Nazi Jerman. Deklarasi ini dapat dianggap sebagai versi modern dari Sumpah

Hippokrates. Pada waktu diterima sebagai anggota profesi medis, salah satu sumpah

yang diucapkan adalah aku akan mempertahankan rasa hormat setinggi-tingginya untuk kehidupan manusia, mulai dari permulaannya, bahkan bila terancam, dan aku tak akan menggunakan pengetahuan medisku bertentangan dengan hukum-hukum kemanusiaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Jenewa).

3. Macam-macam Aborsi

(39)

a. Aborsi provocatus

Yang dimaksudkan dengan aborsi provocatus adalah pengeluaran janin yang dilakukan dengan sengaja oleh campur tangan manusia baik melalui alat mekanik,

obat, atau cara lainnya. Oleh karena janin itu dikeluarkan secara sengaja dengan

campur tangan manusia, maka aborsi jenis ini dinamakan dengan “procured abortion

atau “aborsi provocatus” atau aborsi yang disengaja.

b. Aborsi therapeutic/ medicinalis

Aborsi therapeutic adalah penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu si janin, atau menghindarkan si ibu dari kerusakan fatal

pada kesehatan atau tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan (irriversible) lagi. Pada kenyataannya aborsi jenis ini merupakan keadaan sulit dan dilematis karena terpaksa

memilih salah satu dari antara hak hidup yang tinggi nilainya. Oleh karena itu,

sebelum dilaksanakan aborsi ini perlu dicermati benar-benar apakah memang nyawa

ibu hanya bisa diselamatkan dengan cara aborsi.

c. Aborsi kriminalis

Aborsi kriminalis adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di

luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutic, dan dilarang oleh hukum. Tentu saja apa yang disebut dengan aborsi kriminalis di suatu negara tidak

selalu sama dengan yang berlaku di negara lain. Di beberapa negara, aborsi yang

dilakukan sebelum berumur 3 bulan tidak dilarang, sedangkan di Indonesia semua

(40)

d. Aborsi eugenetik

Eugenetik berasal dari kata “eu” yang berarti baik dan “gen” yang artinya

keturunan. Aborsi eugenetik adalah penghentian kehamilan untuk menghindari kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit genetis. Eugenisme

adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan yang baik saja. Jika

kriteria eugenetik ini diterapkan pada manusia maka akan menjadi masalah yang besar

sebab dengan tindakan tersebut orang-orang cacat, baik secara fisik maupun mental

tidak berhak untuk hidup di dunia dan harus dibunuh.

e. Aborsi langsung-tak langsung

Aborsi langsung adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara

langsung ingin membunuh janin yang ada di dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi

tak langsung adalah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi,

meskipun aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan menjadi tujuan dalam

tindakan itu.misalnya seorang ibu yang hamil mengidap penyakit kanker rahim ganas.

Maka dokter yang bersangkutan tentunya akan mengambil tindakan untuk

mengangkat rahim itu karena jika tidak diangkat akan menjalar ke bagian tubuh

lainnya dan mengakibatkan kematian. Maka janin yang ada di dalam rahin ibu tersebut

ikut terangkat dan mati. Ini adalah konsekuensi yang tak dapat dihindarkan atas

tindakan pengangkatan rahim itu.

f. Selective abortion

(41)

wanita yang mengadakan ”pre natal diagnosis” yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan. Tujuannya adalah mendeteksi sejak awal adanya penyakit

dan kelainan genetis pada seorang janin supaya bisa diadakannya tindakan

pencegahan, pengobatan, dan koreksi gen bila diperlukan. Hanya saja sampai sekarang

kemampuan untuk tindakan ini masih sangat terbatas sehingga tidak semua penyakit

dan kelainan genetis tersebut bisa diatasi dengan memuaskan. Kalaupun ada

pengobatannya pasti mahal sekali. Oleh karena itu jika ada kelainan pada si janin,

beberapa wanita akan memilih menggugurkan kandungannya.

4. Pro dan Kontra Aborsi

Christoper Danes, (2000:70-71) dalam bukunya Moral Sosial Aktual dalam Perspektif Iman Kristen menguraikan dua macam pandangan aborsi yaitu:

a. Pro-life

Beberapa kelompok yang berada dalam posisi pro-life menyatakan dukungan sepenuhnya untuk menentang aborsi langsung dan menegaskan bahwa tindakan aborsi

merupakan sesuatu yang salah dan tidak dapat dibenarkan. Posisi pro-life menegaskan empat alasan pendukung argumentasi mereka yakni:

1) Kehidupan dimulai pada saat terjadinya konsepsi

2) Pemutusan kehidupan manusia yang tak berdosa secara langsung selalu salah

3) Sejak saat terjadinya konsepsi ada kehidupan manusia yang tidak berdosa

4) Karena itu, tindakan-tindakan aborsi secara langsung selalu bertentangan dengan

(42)

Berdasarkan argumentasi di atas, penghargaan atas martabat hidup manusia

ditunjukkan dengan klaim bahwa sejak pembuahan sebetulnya dalam rahim seorang

perempuan telah ada seorang pribadi manusia. Dengan demikian aborsi secara

langsung sama artinya dengan tindakan pembunuhan atas manusia.

b. Pro-choice

Posisi pro-choice pada prinsipnya menerima aborsi sebagai sesuatu yang dapat dilakukan dan dapat dibenarkan. Ada beberapa argumentasi yang pada umumnya

selalu bertentangan dengan alasan kaum pro-life, yaitu:

1) Perempuan memiliki hak untuk mengontrol tubuhnya sendiri dan berhak

menentukan apa yang harus mereka lakukan atas tubuh mereka. Janin merupakan

bagian tubuh wanita yang mengandungnya.

2) Walaupun janin adalah manusia tetapi dia bisa bisa dianggap sebagai pencuri yang

menerobos ke dalam tubuh wanita, sehingga ia bisa dilenyapkan sebagai bentuk

tindakan perlawanan wanita atas pencurian yang dilakukan oleh si janin.

5. Akibat Aborsi

Aborsi yang dilakukan secara sengaja tanpa ada indikasi medis atau alasan

kesehatan yang jelas, terlebih tidak di tangani oleh medis maka akan memiliki resiko

yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang perempuan. Tidak benar

dikatakan bahwa jika seorang perempuan melakukan aborsi, dia tidak merasakan

(43)

setiap perempuan, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak

menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Para pelaku aborsi mengemukakan bahwa dampak yang mereka rasakan selama

dan sesudah melakukan aborsi berupa rasa sakit yang teramat sangat dan berdampak

psikologis. Secara jelas perasaan sakit yang dialami oleh para pelaku pada waktu

pelaksanaan aborsi terungkap dari pernyataan salah seorang pelaku yang melakukan

aborsi dengan cara diurut sebagai berikut :

“Pada saat dukun mulai mengurut perlahan-lahan, keringat dingin saya bercucuran. Makin lama rasa sakitnya seperti tidak tertahankan apalagi pada saat dukun mengepalkan kedua tangannya, menekan dari arah berlawanan ke atas dan ke bawah dengan tujuan memecahkan bakal janin, pada waktu darah mulai keluar pertanda bakal janin sudah pecah, saat itulah puncak kesakitan yang pernah saya alami selama hidup”(Faisal, 1998:29).

Pelaku aborsi lainnya yang melakukan aborsi dengan memasukkan tungkai ke

dalam rahim menggambarkan perasaan sakitnya sebagai berikut :

“Pada awalnya perut saya diurut, ditekan dari atas ke bawah perlahan-lahan, semakin lama semakin sakit rasanya. Bersamaan dengan itu tungkai daun jarak dimasukkan ke rahim kemudian diputar-putar untuk mengait janin keluar, rasa sakit seperti sudah tak tertahankan lagi, akibatnya handuk yang disisipkan ke mulut saya gigit keras sekali tanpa sadar, puncak rasa sakit terjadi pada waktu bakal janin ditarik keluar ditambah pijatan menekan perut, rasanya sulit dibayangkan mengapa saya berani menghadapi resiko seperti ini” (Faisal, 1998:29).

Demikianlah beberapa ungkapan perasaan para pelaku aborsi ketika menahan

sakit, bahkan beberapa orang diantaranya mengaku sampai mengeluarkan air seni.

Perasaan sakit tidak hanya dialami saat aborsi terjadi, namun periodenya bisa

dirasakan seminggu sampai satu bulan sesudahnya, tergantung pada usia dan ukuran

(44)

yang kurang baik, rasa sakit dan berbagai keluhan seperti pusing-pusing dan nyeri

bagian kandungan akan dirasakan lebih lama lagi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap perempuan yang akan melakukan

aborsi yaitu resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan resiko gangguan

psikologis (http://www.aborsi.org/resiko.htm) :

a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik.

Pada saat dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi

oleh seorang perempuan, yaitu :

1) Kematian mendadak karena pendarahan hebat dan pembiusan yang gagal.

2) Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan.

3) Kerusakan leher rahim (cervical lacerations)yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

4) Rahim yang sobek (uterine perforation)

5) Kanker payudara karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada perempuan dan

kanker indung telur (Ovarian Cancer)

6) Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

7) Kanker Hati (Liver Cancer)

8) Kelainan pada placenta atau ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.

9) Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 10) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

(45)

b. Resiko gangguan psikologis

Melakukan aborsi selain membawa dampak atau resiko secara kesehatan dan

fisik, juga membawa dampak atau resiko secara psikologis atau dampak yang sangat

hebat terhadap keadaan mental seorang perempuan.

“setelah melakukan aborsi, berhari-hari saya mengurung diri. Saya menyesal dan malu mengingat perbuatan saya. Walaupun kejadian itu sudah cukup lama (6 bulan), saya masih sering terbayang jika melihat atau mendengar sesuatu yang ada hubungannya dengan bayi” (Faisal, 1998:30).

Dampak lain yang dirasakan pelaku aborsi adalah timbulnya rasa menyesal,

merasa berdosa, dan merasa malu karena melakukan aborsi. Gejala ini dalam dunia

psikologi dikenal dengan nama Post-Abortion Syndrome (Sindrom Pasca Aborsi) atau PAS. Gejalanya adalah kehilangan harga diri, berteriak-teriak histeris, mimpi buruk

berkali-kali mengenai bayi, ingin melakukan bunuh diri, mulai mencoba

menggunakan obat-obatan terlarang, tidak dapat menikmati hubungan seksual lagi.

Selain hal di atas, para perempuan yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan

bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya

(http://www.aborsi.org/resiko.htm).

6. Situasi di Indonesia

Sama seperti di bagian dunia lainnya bahwa masalah aborsi bukanlah masalah

yang baru. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2004 tentang aborsi atau

pengguguran kandungan, tingkat aborsi di Indonesia sekitar 2 sampai 2,6 juta kasus

(46)

(http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-remaja-yang-mengkwatirkan/). Tentu angka ini cukup mencengangkan. Di Indonesia sendiri,

masalah aborsi diatur dalam:

a. Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki)

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani” (Pasal 10).

Oleh karena itu, baik menurut agama, undang-undang negara, maupun etika

kedokteran, seorang dokter Indonesia tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan

dan euthanasia. Dalam bagian lain penjelasan pasal 10 dikatakan bahwa aborsi hanya bisa dilakukan jika ada indikasi medis sebagai satu-satunya jalan untuk menolong

nyawa ibu.

b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana pasal 299, 346-349

Aborsi secara tegas dilarang oleh hukum, hal ini tercantum dalam KUHP pasal

346-349 :

Pasal 346: perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

(47)

Pasal 348: (1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan dengan izin perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan. (2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.

Pasal 349: Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam kejahatan yang tersebut dalam pasal 346, atau bersalah atau membantu dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka hukuman yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu.

Dari pasal-pasal diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aborsi dilarang,

selain hal tersebut yang dihukum dalam kasus aborsi ada beberapa pihak yaitu :

1) Pelaksana aborsi yakni tenaga medis atau dukun atau orang lain dengan hukuman

maksimal 4 tahun atau 4 tahun ditambah sepertiganya dan juga bisa dicabut hak

prakteknya

2) Wanita yang menggugurkan kandungannya dengan hukuman maksimal 4 tahun

3) Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi

itu dihukum dengan hukuman yang bervariasi.

c. UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 75 ayat (1) dan (2) dan pasal 76

UU Kesehatan ini cukup berbeda dengan KUHP di atas. Secara khusus aborsi

(48)

melakukan aborsi bila ada indikasi medis. Pasal 75 ayat (1) “Setiap orang dilarang

melakukan aborsi”yang dilanjutkan dengan ayat (2)

Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

Pada ayat (2) diuraikan pengecualian seseorang diperbolehkan untuk melakukan

aborsi yaitu jika mengancam nyawa ibu dan/atau anak, menderita penyakit yang tidak

dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi hidup di luar kandungan, dan hamil akibat

pemerkosaan. Yang diperjelas oleh ayat (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

Seorang wanita yang menjadi korban pemerkosaan diperbolehkan melakukan

aborsi asal sudah mendapatkan konseling pra tindakan dan pasca tindakan yang

dilakukan konselor yang kompoten dan berwenang.

Meskipun aborsi dalam indikasi medis diperbolehkan, tetap saja ada

kriteria-kriteria seorang perempuan untuk boleh menggugurkan kandungannya, sebagaimana

(49)

dalam hal kedaruratan medis, hanya boleh ditangani oleh tenaga kesehatan yang

bersertifikat dan diberi kewenangan, kemudian kriteria yang lain harus ada ijin dari

wanita yang bersangkutan dan suami (kecuali korban perkosaan).

7. Ajaran Gereja Mengenai Aborsi

a. Gaudium et Spes (1965).

Salah satu dokumen resmi yang paling penting di masa Gereja Modern yang

dengan tegas mengutuk aborsi adalah Konstitusi Gaudium et Spes yang diumumkan secara resmi pada tanggal 7 Desember 1965.

Apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang manapun juga, penumpasan suku, pengguguran, eutanasia dan bunuh diri yang disengaja; apapun yang melanggar keutuhan pribadi manusia, seperti pemenggalan anggota badan, siksaan yang ditimpakan pada jiwa maupun raga,.... Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-perbuatan itu lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, daripada mereka yang menanggung ketidakadilan, lagipula sangat berlawanan dengan kemuliaan Sang Pencipta (GS art 27).

Dengan pernyataan ini, para uskup seluruh dunia secara bersama-sama sekali

lagi ingin menegaskan bagaimanakah sikap orang Kristiani berhadapan dengan hidup

manusia, di mana setiap orang Kristiani dituntut untuk memiliki suatu sikap

penghormatan total dan tanpa syarat terhadap pribadi hidup manusia. Konsili ini

begitu tegas menekankan sikap hormat terhadap sesama manusia, sehingga setiap

(50)

b. Declaratio De Abortu Procurato (1974)

Dalam kongregasi suci ajaran imam mengenai pernyataan tentang aborsi

dengan keras menolak aborsi, sesuai dengan yang tertulis di art 7:

“…kehidupan harus dilindungi dengan amat seksama sejak pembuahan; Aborsi dan

pembunuhan anak adalah kejahatan yang durhaka”.

Paus Paulus VI yang sering berbicara tentang tema ini tak ragu-ragu

menegaskan bahwa ajaran Gereja ini tak berubah dan tak dapat berubah sebab hak

pertama pribadi manusia adalah hak atas hidup yang merupakan dasar bagi semuanya

(bdk art 11).

“…Hak ini ada juga pada anak kecil yang baru lahir seperti pada orang yang sudah dewasa. Sungguh, hormat terhadap hidup manusia adalah kewajiban sejak proses hidup mulai. Dengan pembuahan sel telur mulailah hidup baru, yang bukan hidup ayah dan bukan hidup bunda, melainkan hidup makhluk baru, yang tumbuh sendiri. Tak pernah ia menjadi manusia jika ia tidak sudah manusia sejak semula” (art 12).

Harus ditegaskan bahwa tidak ada satu alasanpun yang obyektif memberi hak

untuk memutuskan hidup orang lain, juga yang baru mulai (bdk art14), orang tak

pernah boleh membenarkan aborsi, tetapi terutama harus diusahakan memberantas

penyebab-penyebabnya (art 26).

c. Kitab Hukum Kanonik (1983)

Menurut Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 1398: “Yang melakukan aborsi

(51)

Hukuman ekskomunikasi latae sententiae ini hendak menerangkan bahwa kejahatan aborsi adalah kejahatan yang sangat berat sebab aborsi merupakan

pembunuhan yang dilakukan terhadap manusia yang “lemah, tak dapat membela diri,

bahkan sampai tidak memiliki bentuk minimal pembelaan, yakni kekuatan tangis dan air mata yang dimiliki oleh bayi yang yang baru lahir, yang menyentuh hati. Bayi yang belum lahir sama sekali terserahkan kepada perlindungan dan pemeliharaan wanita yang mengembannya dalam kandungan. Sungguhpun begitu ada kalanya justru ibunya sendirilah yang mengadakan keputusan, dan meminta agar bayi itu disingkirkan, dan merasa enak saja sudah melakukannya” (Bdk EV art 58).

Latae Sententiae bersifat otomatis dan tidak perlu ada pernyataan resmi atau tidak resmi dari otoritas Gereja atau pihak lain. Begitu seseorang terkena sanksi ini dia

dikeluarkan dari persatuan dengan Gereja. Dia bukan orang Katolik lagi dan haknya

sebagai orang Katolik hilang seketika. Namun tidak hanya seorang perempuan saja

yang melakukan aborsi dan berhasil yang dikenakan hukuman ini, tetapi juga

dikenakan kepada mereka yang bekerja sama dalam tindakan aborsi itu, misalnya

seorang suami atau pacar yang membawa dan menunggui di klinik aborsi, pelaku

pembantu (dokter, perawat, bidan), dan para pembantu lain yang tanpa bantuan

mereka tindak pidana tersebut tidak akan terlaksana (Kanon 1329 §1 dan §2). Begitu

juga dengan calon imam yang bekerja sama dalam aborsi tidak boleh ditahbiskan

(Kanon 1041§1), seorang diakon, imam, uskup yang bekerja sama melakukan aborsi

dan berhasil tidak boleh melakukan tugas-tugas imamatnya (Kanon 1044§1), dan

(52)

pembunuhan, aborsi, menculik dengan paksa atau tipu, membuat cacat, melukai secara

berat (Kanon 695).

d. Katekismus Gereja Katolik (1992)

Dalam Katekismus Gereja Katolik art 2272, mengatakan bahwa:

Keterlibatan aktif dalam suatu abortus adalah suatu pelanggaran berat. Gereja menghukum pelanggaran melawan kehidupan manusia ini dengan hukuman Gereja ialah ekskomunikasi. “Barang siapa yang melakukan pengguguran kandungan dan berhasil, terkena ekskomunikasi.” Ekskomunikasi itu terjadi dengan sendirinya, kalau pelanggaran dilaksanakan menurut syarat-syarat yang ditentukan di dalam hukum.

Pernyataan di atas jelas menunjukkan bahwa Gereja menentang adanya tindakan

aborsi, bahkan menghukum pelaku aborsi baik yang terlibat langsung maupun tidak

langsung dengan hukuman ekskomunikasi yaitu pengucilan dari Gereja. Maksud dari

hukuman ini adalah orang yang bersangkutan dapat mempertanggungjwabkan

tindakannya di hadapan Tuhan dengan melakukan pertobatan.

e. Evangelium Vitae (1995)

Evangelium Vitae merupakan ensiklik Paus Yohanes Paulus II yang menentang kejahatan aborsi karena aborsi merupakan perbuatan yang durhaka, sebagaimana

diungkapkan dalam art 60 di bawah ini:

Ada yang mencoba membenarkan pengguguran dengan menyebarkan anggapan bahwa hasil pembuahan,- setidak-tidaknya sampai jumlah tertentu hari-hari belum dapat dipandang sebagai hidup manusiawi yang personal, Akan tetapi menurut kenyataan : “dari saat telur dibuahi sudah mulailah suatu kehidupan, yang bukan hidup ayah atau ibunya: melainkan hidup manusia yang baru beserta pertumbuhannya. Tidak pernan itu akan dijadikan manusiawi, kalau bukan

sudah manusiawi sebelumnya….Gereja senantiasa telah dan tetap mengajarkan,

(53)

Dari pernyataan di atas, jelas terlihat bahwa kehidupan manusia sudah ada sejak

pembuahan dan harus diperlakukan sebagai pribadi. Maka dari tu kehidupan manusia

harus dihormati sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia dan oleh karena itu hak

untuk hidup tidak dapat diganggu gugat.

B. Pelajaran Agama Katolik di Sekolah

1. Hakikat Dasar dan Tujuan PAK di Sekolah

Agama memiliki peran yang cukup penting dalam hidup saat ini karena mampu

menjadi pemandu atau acuan dalam upaya mewujudkan kehidupan yang lebih

bermakna dan bermartabat. Oleh karena itulah diperlukan suatu internalisasi agama

dalam pendidikan baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau lembaga informal

lainnya.

Dalam lingkungan sekolah diadakan suatu pelajaran agama (Pendidikan Agama

Katolik) yang berperan untuk membuka jalan selebar-lebarnya bagi setiap peserta

didik untuk memiliki akses untuk sampai pada seluruh harta kekayaan iman komunitas

atau tradisi (Heryatno. 2008:20). Pelajaran Agama diharapkan tidak hanya menebar

informasi melainkan juga memberi ilham dan inspirasi hidup kepeda para peserta

didik untuk menghadapi kenyataan hidup di masa sekarang dan menjawab tantangan

masa depan. Dengan kata lain, PAK diharapkan mampu membantu naradidik trampil

menemukan makna hidup dari kenyataan sehari-hari.

PAK dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan

(54)

naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai

Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Sebagai suatu

proses hal ini haruslah berkesinambungan.

Ada 3 (tiga) hal yang menjadi orientasi dan tujuan PAK yaitu demi terwujudnya

nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia, demi kedewasaan iman,

dan demi kebebasan manusia.

2. Model PAK

Berikut ini akan diuraikan beberapa model pelajaran atau Pendidikan Agama

Katolik di Sekolah (Heryatno, 2008:57-68).

a. Model transmisi atau transfer

Dalam model ini pendidik menyampaikan materi atau informasi kepada para

peserta didik. Pendidil meyakini bahwa informasi yang diberikan itu sebagai suatu

kebenaran yang harus dipelihara dan diteruskan kepada satu generasi ke generasi

berikutnya. Kebenaran ini disampaikan dalam bentuk cerita, pengakuan iman yang

formal misalnya melalui dogma Gereja, ataupun peribadatan. Karena tekanannya ada

pada isi yang harus disampaikan, maka model ini dinamai dengan pendidikan iman

yang bersifat dogmatis.

b. Model yang Berpusatkan pada Hidup Peserta

Model pendidikan ini merupakan reaksi eksrim terhadap model pendidikan yang

bersufat dogmatis. Sifat yang ditekankan bukan kognitif melainkan kualitatif dan

(55)

dan cenderung kuantitatif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan

menambah informasi dan materi sebanyak-banyaknya melainkan lebih pada usaha

memanusiakan manusia dan memperkembangkan kepribadiannya.

c. Model Praksis

Model ini menekankan pentingnya partisipasi aktif peserta. Peran peserta

sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan pendidikan sangat digarisbawahi.

Partisipasi itu berdasar pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan

secara kritis sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil

dari refleksi kritis itu kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi Katolik.

d. Model Pendidikan yang Bersifat Estetis

Model ini menyatukan segi kognitif sekaligus afeksi sekaligus membuka

peluang selebar-lebarnya bagi peserta didik untuk berekspresi. Dengan kata lain model

ini penuh dengan nilai seni (estetika). Singkatnya kita mengenakan kacamata positif

yang memandang mereka sebagai pribadi yang sungguh baik, yang diciptakan oleh

Tuhan menurut citra-Nya sendiri.

C. Audio Visual

1. Pengertian Audio Visual

Sebelum kita mencari pengertian audio visual, ada baiknya kita mencari

pengertian dari audio dan visual itu sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

audio berarti alat peraga yang bersifat dapat didengar (KBBI, 2007:76) sedangkan

Gambar

gambar dan suara membuat kita tidak lagi berimaginasi. Sering kita temui sebuah
Tabel 1 Jumlah Siswi SMA Stella Duce 2, Yogyakarta
Tabel 2. Instrumen penelitiannya sebagai berikut :
Tabel 3. Pertanyaan terbuka
+3

Referensi

Dokumen terkait

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI KELAS XI IPA SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA MENURUT THOMAS GROOME.. Beserta perangkat yang diperlukan

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI KELAS XI IPA SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA MENURUT THOMAS GROOME.. Beserta perangkat yang diperlukan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden penelitian yaitu siswi SMA Stella Duce 1 memiliki kebutuhan yang ingin dipernuhi tentang Korean Pop dengan membaca media massa

ini, model Uses and Gratifications bisa digunakan untuk meneliti tentang kebutuhan siswi SMA Stella Duce 1 dari penggunaan media massa cetak,. majalah dan tabloid khusus

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimanakah respon terhadap stres siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006.. Kedua,

Rumusan masalah penelitian ini adalah seberapa tinggi tingkat kemandirian belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama pada tahun ajaran

Saya sedang melakukan penelitian dengan judul “TINGKAT KETERAMPILAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI SISWA SMA PENGGUNA JEJARING SOSIAL Studi Deskriptif Pada Siswi Kelas XI SMA Stella Duce

Pemahaman belajar siswi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA An Nur Bululawang Malang setelah efektivitas media audio visual mengalami peningkatan yang cukup