• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 20132014 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 20132014 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Nasarani Ramoti Suslia Simaremare 091114034

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Nasarani Ramoti Suslia Simaremare 091114034

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Motto Dan Persembahan

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam

perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara

besar” (Lukas 16:10)

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”

( 1 Tesalonika 5:18)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Kedua orang tuaku Bpk. M. Simaremare dan Ibu Dosma L.Tobing

Kakakku Christian Mart Parasian Simaremare

Para saudara dan para sahabat

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang ditulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Juli 2014

Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nasarani Ramoti Suslia Simaremare

Nomor Mahasiswa : 091114034

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISIWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 2013/2014

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Juli 2014

Yang menyatakan

(8)

vii

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 2013/2014

Nasarani Ramoti Suslia Simaremare

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemandirian belajar siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama tahun ajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah 86 siswi. Rumusan masalah penelitian ini adalah seberapa tinggi tingkat kemandirian belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama pada tahun ajaran 2013/2014 ?

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Kemandirian Belajar. Kuesioner yang disusun oleh peneliti menurut Davis (dalam Nurhayati, 2011), berdasarkan 3 aspek kemandirian belajar, yaitu: (1) kemandirian dalam aspek pengetahuan, (2) kemandirian dalam aspek keterampilan, (3) kemandirian dalam aspek sikap. Pengukuran reliabilitas

menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach dengan koefisien sebesar 0,949.

Kategorisasi tingkat kemandirian belajar berdasarkan Azwar (2009), yaitu:

“Sangat Tinggi”, “Tinggi”, “Sedang”, “Rendah”, dan “Sangat Rendah”.

(9)

viii

ABSTRACT

LEVEL OF INDEPENDENT LEARNING

OF STELLA DUCE 2 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA STUDENTS WHO RESIDED IN DORMITORY, SCHOOL YEAR

2013/2014

Nasarani Ramoti Susila Simaremare

Sanata Dharma University Yogyakarta

2014

This research is intended to describe the level of independent learning of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta students who resided in dormitory, School Year 2013/2014. The subjects are 86 female students. The problem to answer is to know the level of independent learning among 86 female students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta who resided in dormitory, School Year 2013/2014.

The data is collected using questionnaire to measure independent learning. The questionnaire was constructed based on 3 aspects of independent learning; (1) independent in knowledge, (2) independent in skill, and (3) independent in behavior as suggested by Davis (Nurhayati, 2011). The coefficient of reliability is 0.949 and is calculated using Alpha Cronbach analysis method. The categorization of independent learning is based on normal curve i.e.,very high, high, moderate, low, and very low as explained by Azwar (2009)

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia,

penyertaan dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak dukungan, bimbingan dan

doa demi kelancaran dan terselesainya skripsi ini dengan judul Deskripsi Tingkat

Kemandirian Belajar Siswi SMA Stella Duce 2 Yogykarta yang Tinggal di

Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan

kemurahan hati dan kesabaran telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Sr. Renata selaku kepala asrama SMA Stella Duce 2 Yogyakarta pada

tahun ajaran 2013/2014 yang telah menerima dan memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan pengambilan data penelitian.

4. Para siswi kelas X dan XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di

asrama pada tahun ajaran 2013/2014 yang telah meluangkan waktu dan

bersedia mengisi kuesioner dengan baik.

5. Kedua orangtuaku Bpk. M. Simaremare dan Ibu Dosma L. Tobing yang

selalu setia dengan cinta dan kasih sayangnya untuk mendukungdan

mendoakan penulis, khususnya selama mennyelesaikan skrispsi ini dengan

(11)

x

6. Kakakku Christian Mart Parasian Simaremare yang telah mendukung

penulis selama penulisan skripsi ini.

7. Para sahabat Vita, Tika, Anna, Lilyn, Siska, Prima dan Sinta yang telah

mendukung dan membantu penulis dengan baik.

8. Devi, Kak Yustin dan Murni sebagai teman-teman yang berjuang bersama

untuk saling mendukung dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

9. Teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah memberikan semangat kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi dengan baik.

10. Teman-teman yang sudah memberi semangat dan selalu sabar mendengar

keluh kesah penulis selama proses penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

11. Keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling, USD khususnya

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 1. Pengertian Kemandirian Belajar ... 10

2. Karakteristik Siswa yang Mandiri dalam Belajar ... 12

3. Aspek-aspek Kemandirian Belajar ... 14

B. Perkembangan Remaja SMA 1. Pengertian Remaja ... 16

(13)

xii

3. Tugas Perkembangan... 18

4. Jenis Tugas-tugas Perkembangan Remaja... 19

C. Asrama 1. Pengertian Asrama... 27

2. Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ... 35

C. Alat Pengumpulan Data ... 37

1. Kuesioner Kemandirian Belajar ... 37

2. Validitas dan Reliabilitas ... 39

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 44

1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 44

2. Pengumpulan Data... 45

E. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49

1. Tingkat Kemandirian Belajar ... 49

2. Analisis Item Kemandirian Belajar ... 51

B. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kegiatan Harian Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta

yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 ... 29

Tabel 2.2 Kegiatan Tambahan Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 30 Tabel 2.3 Kegiatan Tahunan Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 ... 30

Tabel 3.1 Jumlah Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 ... 36

Tabel 3.2 Jumlah Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 sebagai Subyek Penelitian ... 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar ... 38

Tabel 3.4 Item-item Kemandirian Belajar yang Tidak Valid ... 41

Tabel 3.5 Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas ... 43

Tabel 3.6 Norma Kategorisasi... 46

Tabel 3.7 Kategorisasi Tingkat Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama ... 47

Tabel 3.8 Kategorisasi Skor Tiap Item Tingkat Kemandirian Belajar Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama ... 48

Tabel 4.1 Kategori Tingkat Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 49 Tabel 4.2 Kategori Skor Item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 ... 51

(15)

xiv

Tabel 4.4 Item-item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014

yang Tergolong Kategori Tinggi ... 54

Tabel 4.5 Item-item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014

(16)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Tingkat Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014

yang Tergolong Kategori Sangat Tinggi ... 50

Grafik 4.2 Grafik Analisis Item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 73

Lampiran 2 Kuesioner Kemandirian Belajar ... 74

Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Kemandirian Belajar ... 80

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian dan

definisi operasional.

A. Latar Belakang

Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Manusia

akan tergantung dengan orang lain seperti orang tua, saudara, teman atau orang

lain yang berada di sekitar mereka. Seiring dengan berjalannya waktu dan

perkembangan yang dialami oleh manusia, ia akan perlahan-lahan dapat

melepaskan diri dari ketergantungan dengan orang lain. Hal ini merupakan

proses alamiah yang alami oleh manusia. Manusia akan memiliki kemampuan

untuk tidak tergantung dengan orang lain dan bertanggung jawab atas apa yang

dilakukannya. Hal ini dapat juga diartikan bahwa manusia akan menjadi

mandiri.

Kemandirian yang dimiliki oleh seseorang merupakan sikap yang

diperoleh secara kumulatif selama perkembangan. Perkembangan kemandirian

seseorang akan terus menerus berkembang jika ada kesempatan, dukungan dan

dorongan dari keluarga dan lingkungan untuk berlatih selama masa

perkembangannya dari usia dini sampai dewasa. Seseorang akan belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi segala situasi di lingkungan sehingga

(19)

dimiliki oleh seseorang bermanfaat untuk memilih jalan hidupnya dan dapat

berkembang dengan lebih mantap (www.e-psikologi.com).

Sikap mandiri tidak dibatasi oleh usia. Sejak manusia dalam masa usia

dini sikap mandiri sudah dapat ditanamkan maupun dilatih sehingga dengan

bertambahnya usia sikap mandiri pun semakin bertambah. Kemandirian yang

ditanamkan pada saat usia dini lebih bersifat motorik seperti berusaha makan

sendiri, mandi dan berpakaian sendiri. Sedangkan pada masa remaja yaitu

sesorang yang berada pada kisaran umur 15-18 tahun, kemandirian yang

ditanamkan lebih bersifat psikologis seperti membuat keputusan sendiri dan

kebebasan untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya. Pada masa remaja,

banyak hal yang sudah dapat dilakukan sendiri tanpa harus disuruh. Hal ini

dapat dikatakan bahwa remaja akan semakin mandiri. Artinya ketergantungan

terhadap orang lain semakin menurun (Mulyaningtyas, 2007:158).

Pada masa remaja tuntutan kemandirian dari lingkungan sangat banyak.

Banyak remaja yang frustasi dan kecewa karena mereka tidak bisa

mendapatkannya. Banyak aspek kehidupan mereka yang masih diatur oleh

orang tua (Mulyaningtyas, 2007:158). Misalnya dalam aspek pendidikan,

beberapa orang tua terkadang tidak mempercayakan anaknya untuk memilih

sekolah sesuai keinginannya atau memilih jurusan sesuai dengan minat mereka

sehingga anak menjadi menjalankan pendidikan mereka dengan keterpaksaan.

Salah satu tuntutan kemandirian bagi remaja adalah kemandirian belajar.

Remaja dalam penelitian ini adalah siswi. Membentuk sikap mandiri dalam

(20)

yang dapat mempengaruhi siswi untuk menjadi mandiri dalam belajar, yaitu

faktor internal dan eksternal siswi. Faktor internal adalah genetik atau

keturunan dari orang tua. Sedangkan faktor ekternal tersebut terdiri dari teman

sebaya, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah serta sistem

kehidupan di masyarakat. Apabila siswi tidak bisa menyaring kondisi

lingkungan yang berdampak negatif seperti konformitas yang terjadi di

lingkungan sekolah misalnya seorang siswi yang tergoda untuk tidak

mengerjakan tugas jika temannya juga tidak mengerjakan tugas. Kondisi

negatif tersebut akan berakibat buruk kepada pada siswi sehingga kemandirian

belajar siswi tidak akan tercipta dengan sendirinya atau menjadi lebih buruk

lagi, siswi tidak akan memiliki kemandirian belajar. Tidak ada kemandirian

belajar ini akan berakibat pada rendahnya motivasi belajar siswi, ketidak

mampuan dalam mengambil keputusan, rendahnya nilai hasil belajar serta

ketidak berfungsian siswi tersebut dalam masyarakat (ejournal.unp.ac.id).

Kemandirian belajar merupakan kebutuhan setiap individu termasuk

siswi SMA. Kemandirian belajar dapat muncul karena adanya kesadaran dalam

diri seseorang untuk belajar. Kemandirian belajar menuntut seseorang untuk

bebas mempelajari apa yang ingin dipelajari. Seseorang dapat belajar secara

mandiri jika ia memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas belajarnya.

Seseorang dapat dikatakan sebagai pribadi yang mandiri dalam belajar adalah

seseorang yang mempunyai insiatif, memiliki tanggung jawab terhadap

tugas-tugasnya, memiliki rasa percaya diri (Mulyaningtyas, 2007:161). Beberapa

(21)

yang diberikan oleh guru tanpa disuruh oleh orang tua, seseorang dapat

menyelesaikan tugas rumahnya dengan kemampuannya sendiri dan seseorang

mempunyai kegiatan membaca materi pelajaran berikutnya tanpa perintah dari

guru.

Kemandirian belajar merupakan hal yang penting namun belum dimiliki

oleh banyak orang sebagai pelajar. Guru di sekolah mengatakan bahwa pelajar

sekarang banyak yang bersifat seperti ‘paku’, ia baru bergerak kalau dipukul

dengan ‘martil’. Misalnya membaca buku pelajaran; pelajar tidak akan

membaca buku pelajaran kalau tidak disuruh atau diperintah oleh guru oleh

karena itu buku-buku tersebut akan tetap tidak tersentuh dan akan selalu rapi

seperti buku baru karena tidak dibaca (ejournal.unp.ac.id). Hal tersebut

merupakan salah satu contoh ketidakmandirian belajar para pelajar. Hasil

penelitian Karnita (2007) menunjukkan bahwa para siswa di SMAN 13

Bandung tidak mandiri dalam belajar seperti ketergantungan pada kehadiran

guru di kelas, mencontek tugas dan ulangan, rendahnya keinginan dalam

menambah pengetahuan dalam berbagai sumber, belajar saat ada tugas atau

ulangan saja, rendahnya minat baca buku-buku pelajaran dan sepinya

penggunaan sumber perpustakaan (repository.upi.edu).

Berdasarkan pengalaman peneliti melaksanakan Program Pengenalan

Lapangan Bimbingan dan Konseling di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun

2013, peneliti mengetahui bahwa 140 orang siswi SMA tersebut tinggal di

asrama. Pada bulan Januari 2013, peneliti mewawancarai dengan kepala

(22)

di asrama. Wawancara pertama tentang aktivitas siswi di asrama dimaksudkan

untuk mengetahui secara umum mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di

asrama. Kepala asrama mengatakan bahwa di dalam asrama telah dirancang

sebuah aturan yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang tinggal di asrama

tersebut. Para siswi diwajibkan mengikuti setiap kegiatan di asrama misalnya

doa pagi bersama, doa malam bersama, makan bersama, dan belajar dengan

waktu belajar yang telah ditentukan oleh pihak asrama. Namun, menurut hasil

pengamatan peneliti ada beberapa siswi yang sering mengeluh karena aturan

asrama terlalu ketat sehingga siswi kurang nyaman dan kurang mendapatkan

kebebasan untuk keluar masuk asrama saat mereka bosan dengan keadaan di

asrama. Pada saat hari libur terkadang sulit untuk para meminta izin keluar dari

asrama. Untuk meminta izin para siswi perlu membicarakan keperluannya

kepada kepala asrama sebelum hari libur tersebut.

Wawancara kedua berisikan kemandirian belajar siswi SMA Stella

Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama. Kepala asrama mengatakan

beberapa siswi dari 140 siswi yang tinggal di asrama belum mandiri dalam

belajar. Hal ini terpantau dari beberapa indikator kemandirian seperti

kurangnya insiatif dari siswi dan kurangnya tanggung jawab siswi

menyelesaikan tugas dari guru. Contohnya siswi harus disuruh belajar oleh

pihak asrama; karena mereka tidak memiliki insiatif sendiri. Beberapa siswi

juga melanggar aturan belajar di asrama misalnya pada waktu belajar siswi

seperti waktu belajar yang disediakan terkadang digunakan oleh siswi malah

(23)

Peneliti juga melakukan pengamatan saat terhadap beberapa siswi di

kelas X yang tinggal di asrama. Pada saat mata pelajaran Ekonomi tujuh siswi

tidak mengumpulkan tugas tepat waktu sehingga dimarahi oleh guru mata

pelajaran tersebut. Siswi tersebut meminta perpanjangan waktu untuk

mengumpulkan tugas yang diberikan. Hasil pengamatan peneliti ini

menunjukkan bahwa siswi tersebut kurang memiliki tanggung jawab atas tugas

yang diberikan oleh guru. Hal ini menunjukkan adanya indikator dari

kemandirian belajar yang tidak tercapai.

Dari hasil pengamatan dan wawancara diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap siswi-siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce

2 Yogyakarta. Peneliti melihat bahwa siswi yang berada di asrama adalah

seseorang yang hidupnya jauh dari orang tua yang secara psikologis dan

memiliki hubungan yang emosional yang sangat baik. Saat tinggal bersama

orang tua, siswi-siswi tersebut mempunyai sosok orang dewasa yang hadir

secara fikis maupun psikologis untuk mereka. Namun saat mereka tinggal di

asrama, mereka akan melakukan aktivitas mereka sendiri tanpa ada

pengawasan dari orang tua secara langsung. Di asrama mereka akan tinggal

bersama bersama dengan teman sebaya dan beberapa sosok orang dewasa yang

tidak memiliki hubungan emosional yang kuat. Sosok orang dewasa yang ada

di asrama merupakan sosok orang dewasa yang dihadirkan untuk mengawasi

mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa siswi

yang tinggal di asrama mempunyai sikap mandiri tetapi setelah mengetahui

(24)

kemandirian belajar. Peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang

tingkat kemandirian dalam belajar. Peneliti tertarik untuk meneliti dengan

mengangkatnya dalam judul “Deskripsi tingkat kemandirian belajar siswi-siswi

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama pada tahun ajaran

2013/2014”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian ini adalah

seberapa tinggi tingkat kemandirian belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang tinggal di asrama pada tahun ajaran 2013/2014 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kemandirian

belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama

pada tahun ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan bagi para calon guru

Bimbingan dan Konseling mengenai tingkat kemandirian belajar siswi

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak asrama Stella Duce 2 Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan mengenai kemandirian

belajar untuk pengembangan program di asrama SMA Stella Duce 2

Yogyakarta mengenai kemandirian belajar.

b. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain, karena peneliti

menghasilkan informasi mengenai kemandirian belajar para siswi yang

tinggal di asrama dan peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih

lanjut.

E. Definisi Operasional

1. Kemandirian belajar adalah kemampuan belajar siswi dalam mengatur

waktu belajar, tempat belajar, strategi belajar, tujuan belajar, sumber

belajar di asrama yang lebih didorong atas kesadaran diri, insiatif

sendiri, kepercayaan diri, kebebasan dan tanggung jawab sendiri

untuk merencanakan, mengevaluasi kegiatan belaajr sehingga

mencapai hasil yang optimal.

2. Belajar adalah aktivitas mengerjakan tugas, menyiapkan ulangan,

persiapan pelajaran selanjutnya dan mengulangi pelajaran yamg sudah

(26)

3. Asrama adalah tempat tinggal yang bersifat homongen yang dihuni

oleh para siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan yang memiliki

(27)

10

BAB II KAJIAN TEORI

Bab ini berisi uraian tentang kemandirian belajar, perkembangan remaja SMA dan

asrama.

A. Kemandirian Belajar

1. Pengertian Kemandirian Belajar

Nurhayati (2011)menghimpun beberapa pendapat populer tentang

kemandirian belajar. Kemandirian belajar diartikan sebagai relasi

psikologis siswa dengan proses dan materi pembelajaran. Kemandirian

belajar juga didefinisikan sebagai suatu situasi dimana siswa bertanggung

jawab penuh mengambil keputusan dan menerapkannya dalam

pembelajaran. Menurut Heimstra (Nurhayati, 2011), kemandirian

merupakan kemampuan dalam belajar yang didasarkan pada rasa

tanggung jawab, percaya diri, insiatif dan motivasi sendiri dengan atau

tanpa orang lain yang relevan untuk menguasai kompetensi tertentu, baik

dalam aspek, pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah belajar.

Menurut Mujiman (dalam Nurhayati, 2011:61), “kemandirian

belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif

untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah,

dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki, baik

(28)

belajar, cara belajar maupun evaluasi belajar yang dilakukan oleh siswa

sendiri.” Dalam pengertian ini, kemandirian belajar sebagai usaha siswa

untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niat untuk

menguasai suatu kompetensi tertentu.

Menurut Kozma, Belle dan William (dalam Nurhayati, 2011:61),

kemandirian belajar merupakan bentuk belajar yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menentukan tujuan, sumber dan kegiatan

belajar sesuai dengan kebutuhan sendiri. Dalam proses belajar, siswa

dapat berpartisipasi secara aktif menentukan apa yang akan dipelajari dan

bagaimana cara mempelajarinya. Menurut Miarso (dalam Nurhayati,

2011:61), kemandirian belajar adalah pengaturan program belajar yang

diorganisasikan sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat memilih

atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. Kemandirian

belajar diartikan sebagai aktivitas yang berlangsung lebih didorong oleh

kemauan, pilihan, dan tanggung jawab sendiri dari siswa. Konsep

kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar

akan sampai kepada perolehan hasil belajar. Wedmeyer (dalam

Nurhayati, 2011:61) menjelaskan kemandirian belajar adalah cara belajar

yang memberikan kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan yang

lebih besar kepada siswa dalam merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi kegiatan belajarnya.

Menurut Lowry (dalam Hidayati & Endang, 2010:87), kemandirian

(29)

berinisiatif belajar dengan atau tanpa bantuan orang lain, mengdiagnosa

kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajar,

mengidentifikasi sumber belajar yang digunakan, memilih dan

menerapkan strategi belajar, dan mengevaluasi hasil belajarnya. Menurut

Wongsri, Cantwell, Archer (dalam Hidayati & Endang, 2010:87-88),

kemandirian belajar merupakan proses belajar dimana individu memiliki

rasa tanggung jawab dalam merancang belajar dan menerapkan serta

mengevaluasi proses belajarnya.

Dari beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa

kemandirian belajar adalah kemampuan siswa dalam kegiatan belajarnya

yang dilakukan atas tanggung jawab, percaya diri, kebebasan, kebutuhan,

dan insiatif dalam memilih cara belajar, waktu belajar, tempat belajar,

sumber belajar untuk merencanakan, melakasnakan dan mengevaluasi

kegiatan belajar sehingga mencapai hasil dan menguasai suatu

kompetensi tertentu.

2. Karakteristik Siswa yang Mandiri dalam Belajar

Menurut Abdullah (dalam Nurhayati, 2011:69), ada beberapa

karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar, yaitu:

a. Siswa adalah manajer dan pemilik tanggung jawab proses

pembelajaran mereka sendiri dengan mengintegrasikan

(30)

sumber, dan melaksanakan pembelajaran dengan self-monitoring

seperti memantau, mengevaluasi, dan mengatur strategi pembelajaran.

b. Kemauan dan motivasi berperan penting dalam memulai, memelihara

dan melaksanakan proses pembelajaran. Motivasi ini dapat memandu

dalam mengambil keputusan, menopang menyelesaikan suatu tugas

sedemikian rupa sehingga tujuan belajar tercapai.

c. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan tujuan apa

yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya.

Menurut Hiemstra (dalam Nurhayati, 2011:69) ada beberapa

karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar yaitu :

a. Setiap siswa berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk

mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya.

b. Siswa yang memiliki kemandirian belajar bukan berarti memisahkan

diri dengan orang lain dalam pembelajaran.

c. Dengan kemandirian belajar, siswa dapat mentransfer hasil belajarnya

yang berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain.

d. Siswa dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas, seperti:

membaca sendiri, belajar kelompok, latihan-latihan, dialog elektronik

dan kegiatan koresponden.

Dari dua pendapat ahli yang menjelaskan tentang karakteristik

siswa yang memiliki kemandirian belajar, peneliti mengambil kesimpulan

(31)

a. Siswa adalah pemilik tanggung jawab untuk mengambil berbagai

keputusan dan siswa adalah manajer yang mengatur proses belajar

mereka sendiri.

b. Siswa perlu memiliki kemauan dan motivasi yang penting untuk

memulai, memelihara dan melaksanakan proses pembelajaran.

c. Siswa dapat mentransfer pengetahuan ke situasi yang baru.

d. Siswa yang memiliki kemandirian belajar bukan berarti memisahkan

diri dengan orang lain dalam belajar.

e. Siswa dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas dalam

belajar.

f. Siswa mengetahui strategi belajar yang efektif.

3. Aspek-aspek kemandirian belajar

Menurut Davis (dalam Nurhayati,2011, hal 76), kemandirian

belajar mencakup tiga aspek yaitu :

a. Kemandirian dalam aspek pengetahuan

Indikator siswa yang memiliki kemandirian belajar dalam aspek

pengetahuan antara lain bila mereka mengetahui dan memahami

disiplin akademik termasuk sanksi seperti sanksi administratif dan

sanksi moral yang dipahami dapat merugikan dirinya. Mendisiplinkan

diri membutuhkan pengetahuan atau kognisi yang cukup. Siswa yang

kurang cerdas kognisinya cenderung kurang mengindahkan

(32)

akan mengetahui dan memahami dasar-dasar keterampilan tertentu

yang penting bagi kehidupan dan pembelajarannya, misalnya mereka

mengetahui dan paham strategi dalam mengikuti kegiatan belajar yang

efektif, teknik membaca buku, menulis karya ilmiah atau presentasi.

Di samping itu, siswa dengan kemandirian dalam pengetahuan akan

mengetahui dan paham pentingnya menjalin hubungan antar sesama

yang berguna untuk mengembangkan kemampuannya. Mereka juga

mengetahui dan paham hubungan seperti apa yang perlu dijalin

dengan sesama atau dengan orang lain yang relevan. Dengan

demikian, siswa yang mandiri tidak berarti mereka mengisolir diri dari

pergaulan sosial tetapi mereka dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial, dapat bersosial dan dapat memetik manfaat dari

hubungan sosial untuk pengembangan dirinya.

b. Kemandirian dalam aspek keterampilan

Siswa yang mandiri dari aspek keterampilan dapat melakukan

prosedur-prosedur akademik yang harus dilalui untuk menyelesaikan

suatu tugas belajar, tanpa hambatan yang berarti. Indikator lainnya

yang dapat terlihat adalah mereka terampil bergaul yang tidak

merugikan orang lain dan dapat memetik manfaat dari pergaulan

tersebut, mereka juga mampu memotivasi diri meluaskan kemampuan

(33)

c. Kemandirian dalam aspek sikap

Kemandirian siswa dalam aspek sikap dapat telihat pada indikator

seperti, mereka mampu bersikap mandiri dan profesional dalam

memahami sifat kemandirian, mereka juga bersikap mandiri dan

profesional dalam berkomitmen terhadap kemandirian yang

ditunujukkan dengan motivasi tinggi untuk mencapai tujuan tanpa

merugikan orang lain, pantang menyerah sebelum berusaha, percaya

diri terhadap kemampuan sendiri dan memiliki keyakinan bahwa

usaha yang maksimal akan dapat mencapai tujuan dan cita-citanya.

Indikator lainnya adalah mereka juga mampu bersikap mandiri dan

profesional dalam melakukan sesuatu secara mandiri dimana pun dan

kapan pun termasuk mereka mengetahui kapan saatnya memerlukan

bantuan orang lain dan saatnya dapat membantu orang lain.

B. Perkembangan Remaja SMA 1. Pengertian Remaja

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolesence yang

berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan

definisi tentang remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai

periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Papalia dan

Olds, tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit

melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (Jahja,

(34)

Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan

tahun atau awal dua puluhan tahun (Jahja, 2011:220).

2. Karakteristik Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi

perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa

perubahan yang terjadi selama masa remaja (Jahja,2011:235-236).

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja

awal yang dikenal sebagai masa storm & stress. Peningkatan

emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon

yang terjadi pada masa remaja. Dari segi sosial, peningkatan emosi ini

merupakan tanda bahwa remaja berada pada kondisi baru yang

berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan

tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan

untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih

mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini

akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada

remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.

b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan

seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin

(35)

secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,

pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti

tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh

terhadap konsep diri remaja.

c. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa

kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

d. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di

sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan

ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul

tanggung jawab ini.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Desmita (2009:37), masa remaja merupakan masa

peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang

dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego

identity). Masa remaja ditandai dengan beberapa tugas perkembangan,

yaitu :

a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita

dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

(36)

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat

dan kemampuannya.

f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga

dan memiliki anak.

g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang

diperlukan sebagai warga negara.

h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam

bertingkah laku.

4. Jenis tugas-tugas perkembangan remaja

Menurut Harvigust (dalam Ali, 2009:165-168), ada sejumlah tugas

perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja, yaitu

sebagai berikut :

a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

1) Hakikat tugas

Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan anak

laki-laki sebagai pria, menjadi dewasa diantara orang dewasa dan

(37)

2) Dasar biologis

Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki

dan perempuan. Kematangan seksual dicapai selama masa remaja.

Daya tarik seksual menjadi suatu kebutuhan dominan dalam

kehidupan remaja. Hubungan sosial dipengaruhi oleh kematangan

fisik yang telah dicapai.

3) Dasar psikologis

Dalam kelompok sejenis, remaja belajar bertingkah laku

sebagaimana orang dewasa. Adapun dalam kelompok lain jenis,

remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja putri

umumnya lebih cepat matang daripada remaja putra dan cenderung

lebih tertarik kepada remaja putra yang usianya lebih tua.

Kecendrungan seperti ini akan berlangsung sampai mereka kuliah

di perguruan tinggi. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas

perkembangan akan membawa penyesuaian sosial yang lebih baik

sepanjang kehidupannya.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita

1) Hakikat tugas

Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai

(38)

2) Dasar biologis

Ditinjau dari kekuatan fisik, remaja putri menjadi orang yang lebih

lemah dibandingkan dengan remaja putra. Namun, remaja putri

memiliki kekuatan lain meskipun memiliki kelemahan fisik.

3) Dasar psikologis

Peranan sosial pria dan wanita memang berbeda. Remaja putri

perlu menerima peranan sebagai seorang pria dan remaja putri

perlu menerima peranan sebagai seorang wanita. Meskipun

demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja putri,

kadang-kadang cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada

karier, cenderung mengagumi ayahnya dan kakak-kakaknya, serta

ingin bebas dari peranan sosialnya sebagai istri atau ibu yang

memerlukan dukungan suami.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunkan secara efektif

1) Hakikat tugas

Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi

fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta menggunakannya

secara efektif.

2) Dasar biologis

Perkembangan remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan

seksual. Laju pertumbuhan tubuh gadis lebih cepat apabila

(39)

3) Dasar psikologis

Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan

perubahan sikap dan minat remaja. Remaja suka memperhatikan

perubahan tubuh yang sedang dialami sendiri. Remaja putri lebih

suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenisnya pada

saat dia sudah mulai menstruasi.

d. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya

1) Hakikat tugas

Membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu mengguntungkan

diri pada orang tua, mengembangkan sikap perasaan tertentu

kepada orang tua tanpa menggantungkan diri padanya dan

mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa tanpa

menggantungkan diri padanya.

2) Dasar biologis

Kematangan seksual individu. Individu yang tidak memperoleh

kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk membangun

ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini bisa berlangsung tanpa

mengubah ikatan emosional yang meningkat terhadap orang tua.

3) Dasar psikologis

Pada masa ini, remaja mengalami ambivalen terhadap orang

tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa dunia dewasa itu

(40)

remaja masih mengharapkan perlindungan orang tua, sebaliknya

orang tua menginginkan anaknya berkembang menjadi lebih

dewasa. Keadaan inilah yang menjadikan remaja sering

memberontak pada otoritas orang tua. Guru adalah satu tempat

bertumpu. Di sinilah peranan guru cukup besar dalam rangka

proses perkembangan psikologis remaja. Kegagalan dalam

melaksanakan tugas cenderung dapat diasosiasikan dengan

kegagalan dalam membina hubungan yang bersifat dewasa dengan

teman sebaya.

e. Mencapai jaminan kebebasan ekonomis

1) Hakikat tugas

Merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri

2) Dasar biologis

Tidak ada dasar biologis yang berarti untuk pelaksanankan tugas

ini, meskipun kekuatan dan keterampilan tidak sangat bermanfaat

untuk mencapai tugas ini.

3) Dasar psikologis

Berkaitan erat dengan hasrat untuk berdiri sendiri

f. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan

1) Hakikat tugas

Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta

(41)

2) Dasar biologis

Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah

cukup kuat dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri

memperoleh lapangan pekerjaan

3) Dasar psikologis

Dari hasil penelitian mengenai minat dikalangan remaja, ternyata

pada kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju

kepada pemilihan dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.

Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang

dicita-citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara

samar-samar dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan

yang diminatinya.

g. Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga

1) Hakikat tugas

Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan

berkeluarga. Khusus untuk remaja putri termasuk di dalamnya

kesiapan untuk mempunyai anak.

2) Dasar biologis

Kematangan seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan

(42)

3) Dasar psikologis

Sikap remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang

menunjukkan rasa takut, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap

bahwa perkawinan justru merupakan suatu kebahagiaan hidup.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep, politik,

ekonomi dan kemasyarakatan kompetensi kewarganegaraan

1) Hakikat tugas

Mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi dan

kemasyarakatan.

2) Dasar biologis

Pada usia 14 tahun, sistem syarat dan otak telah mencapai tahap

ukuran kedewasaan.

3) Dasar psikologis

Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan

perbedaan individu dalam perkembangan kejiwaan yang sangat

erat hubungannya dengan perbedaan dalam penguasaan bahasa,

pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat dan motivasi.

i. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial dan bertanggung

jawab

1) Hakikat tugas

Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab

dalam kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai

(43)

2) Dasar biologis

Tugas tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan

erat dengan pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika

menerima insting sosial pada manusia atau memandang bagus

tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari dorongan seksual.

3) Dasar psikologis

Proses untuk meningkatkan diri individu kepada kelompok

sosialnya telah berlangsung sejak dilahirkan. Sejak kecil anak

diminta untuk belajar menjaga hubungan baik dengan kelompok,

berpartisipasi sebagai anggota kelompok teman sebaya, dan belajar

bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Ini

berlangsung sampai dengan individu itu mencapai fase remaja.

j. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai

pedoman tingkah laku

1) Hakikat tugas

Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan

remaja mengembangkan dan merealisaikan nilai-nilai,

mendefinisikan posisi individu dalam hubungannya dengan

individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai

(44)

2) Dasar psikologis

Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan

agama. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi

ataupun penalaran dan analisis nilai.

C. Asrama

1. Pengertian Asrama

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan asrama sebagai

bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen.

Orang-orang yang biasa tinggal di asrama adalah mahasiwa atau ABRI.

Benedicte (dalam Septiani, 2011:31) menjelaskan bahwa asrama

merupakan tempat tinggal yang diharapkan mampu menjadi tempat tinggal

bagi penghuninya untuk belajar menjadi pribadi yang terarah dan

bertanggung jawab. Di dalam asrama selalu terdapat aturan yang disusun

untuk kepentingan bersama. Ketika terjadi pelanggaran terhadap peraturan

yang telah ditetapkan, maka orang yang melanggar akan diberi sanksi.

Sanksi yang digunakan untuk memaksa penghuni asrama agar

melaksanakan kewajibannya tepat waktu.

2. Asrama Stella Duce II Yogyakarta

Asrama Stella Duce II Yogyakarta diperuntukkan bagi siswa SMA

Adapun visi dan misi yang dimiliki oleh Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta

(45)

a. Visi

Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta adalah asrama pelajar yang

dikelola oleh Yayasan Syantikara, didirikan oleh Suster-suster Cinta

Kasih St. Carolus Borromeus dengan dasar pendidikan agama

Katolik, bercita-cita mendampingi para warga untuk mencapai

kepribadian yang utuh, mampu menghayati iman Kristiani, cinta dan

menghargai martabat, pribadi manusia, mandiri serta tanggap

terhadap kebutuhan sesama dan lingkungan sekitarnya.

b. Misi

1) Membantu warga asrama berkembang dalam kepribadian

dengan mengikuti berbagai kegiatan pembinaan yang ada

2) Menyediakan tempat yang layak dan suasana belajar yang

kondusif

3) Mengupayakan terjadinya komunikasi dan kerjasama yang

harmonis antara tim pendamping asrama, orang tua, pengurus

dan warga asrama

4) Memberikan perhatian khusus terhadap watak baik, sikap jujur,

adil dan berbudi pekerti luruh

5) Membantu anak asrama dalam menyelesaikan persoalan melalui

konseling pribadi maupun kelompok

6) Mendampingi warga asrama agar mampu mengembangkan

semangat persaudaraan sejati dengan melatih diri untuk

(46)

c. Kegiatan Harian Asrama Putri SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama

memiliki kegiatan harian yang dijalani dan dilaksanakan setiap

harinya. Kegiatan harian siswi ini disusun sebagai berikut :

Tabel 2.1

Kegiatan Harian Siswi-siswi

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asama pada Tahun Ajaran 2013/2014

No Waktu Kegiatan Tempat Keterangan

1. 04.30-05.30 Bangun, mandi,

keperluan pribadi Asrama Suasana Tenang

2. 06.00-06.45

Doa pagi, makan pagi, berangkat sekolah

Asrama Wajib makan

pagi

3. 06.45 Berangkat ke

sekolah Sekolah

Bel berangkat sekolah

4. 06.30-13.30 Berada di sekolah

5. 13.30-14.30 Makan siang Asrama

Kecuali pelajaran tambahan

6. 14.30-17.00 Istirahat Asrama Waktu tenang

7. 17.00-18.00 Bangun, mandi dan

(47)

Selain itu terdapat kegiatan tambahan yang wajib dilaksanakan oleh

siswi-siswi asrama. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Kegiatan Tambahan Harian Rutin Siswi-sisiwi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama

pada Tahun Ajaran 2013/2014

No Hari Waktu Kegiatan Tempat Keterangan

Sabtu 10.30-20.00 Waktu

keluar :

09.00-14.30 Bebas Bebas

Asrama juga membuat jadwal kegiatan rutin yang dibuat selama 1

tahun yang wajib diikuti oleh siswi-siswi SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang tinggal di asrama. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat

dilihat di tabel 2.3.

Tabel 2.3

Kegiatan Tahunan Siswi-sisiwi

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014

No Kegiatan Waktu Petugas Keterangan

1. Doa Pagi Januari-Desember Unit

2. Doa Malam Januari-Desember Unit

3. Misa Pagi Januari-Desember Selasa I, III

4. Misa Sore Januari-Desember Unit Selasa IV, V

dan Jumat I

5. Misa Minggu di

(48)

No Kegiatan Waktu Petugas Keterangan

8. RosarioLingkungan Januari-Desember Kelompok

Tugas

Sesuai Jadwal

9. Refleksi tertulis Januari-Desember Suster

Pendamping

Setiap Akhir Semester

10. Belajar Januari-Desember Semua Siswi

Wajib belajar di aula

11. Bimbingan pribadi Januari-Desember Suster

Pendamping Disesuaikan

12. Bimbingan

14. Pembuatan Mading Juli-April Kelompok

Mading

15. Pertemuan pengurus Januari-Desember

Suster Pendamping/ Ketua Asrama

Evaluasi

16. Kerja bakti unit Januari-Desember Kelompok

Tugas

17. Kerja bakti besar Januari-Desember Seluruh

warga asrama

d. Profil Ideal anak Asrama

Menuju Pribadi (Buku saku Asrama Putri SMA Stella Duce 2

Yogyakarta) :

1. Mandiri

a. Melakukan sesuatu sendiri, tidak tergantung pada orang lain

(49)

pendamping), berani mengambil keputsan dan menerima

konsekuensi serta bertanggung jawab atas keputusannya,

memiliki prinsip serta kepercayaan diri yang benar.

b. Mampu menghadapi masalah dan konflik (tidak

menghingari dan menyalahkan pendamping dan orang-orang

disekitarnya)

2. Dewasa

a. Intelektual secara Intelektual

1) Bersikap logis dan kristis, kreatif dan inovatif,

mandiri.

2) Memiliki kesadaran dari dalam dirinya bahwa

mereka sedang belajar demi masa depannya.

3) Timbul kesadaran bahwa mereka membutuhkan

waktu untuk beljar mengembangkan dirinya (belajar

tanpa harus diawasi-mandiri)

4) Berinisiatif dan berinovatif sehingga mampu

mempertimbangkan banyak hal secara memadai dan

memilih prioritas.

b. Dewasa secara sosial

1) Mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan sesama

warga dalam semangat persaudaraan sejati serta

(50)

2) Mampu berbagi dengan sesamanya.

3) Peka dan memiliki sikap belarasa yang tinggi

terhadap sesama yang mengalami kesulitan dan

bebeban berat.

4) Cinta kehidupan : peduli dan ikut melibatkan,

memelihara dan mencintai lingkungan hidup

sekitarnya.

c. Dewasa secara spritual

1) Warga asrama mampu bersyukur dan memaknai

pengalaman-pengalaman hidupnya: atas kebaikan

dan dukungan orang tua, orang-orang disekitarnya

atas kesempatan-kesempatan yang dialami dengan

kepercayaan kepada Tuhan.

2) Dengan kesadaran sendiri-tanpa dipaksa, mendalami

dan mengembangkan iman dan kepercayaannya

kepada Tuhan.

3) Mampu menerima dan bersyukur atas kelebihan dan

kekurangan dirinya.

d. Dewasa secara emosi

1) Mampu mengelola dan menyelesaikan konflik yang

dihadapi, berani menerima perbedaan di antara

sesama warga asrama sebagai sarana memperluas

(51)

2) Mengakui dan merima kelebihan dan kelemahan

orang lain.

3) Tidak mudah tersinggung-mampu mengelola emosi

secara tepat.

4) Mengakui dan menerima kelbihan diri sendiri.

5) Tidak mudah menyalahkan orang lain (teman,

pendamping, orang tua)

e. Psikologis

1) Tidak mencari perhatian secara berlebihan.

2) Memiliki daya juang dan tidak mudah mengeluh

3) Penampilan tidak berlebihan-sederhana

4) Jujur dan berani menerima dan mengakui kesalahan

dengan berbesar hati.

f. Bisa memimpin

1) Warga asrama mampu memimpin dirinya sendiri

dengan mengatur waktu secara berkualitas.

2) Mampu memimpin dirinya dan orang lain dengan

(52)

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Furchan (2005: 415-418) menjelaskan penelitian deskriptif dengan metode

survei merupakan penelitian dengan pengumpulan data yang relatif terbatas

dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik subjek yang diteliti

secara tepat. Sifat deskriptif dalam penelitian ini adalah gambaran tentang

tingkat kemandirian belajar siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang

tinggal di asrama.

Menurut Kountour (2003:105-106), ciri-ciri penelitian deskriptif

adalah sebagai berikut :

1. Berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu.

2. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan

satu persatu.

3. Variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan

(treatment).

B. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

(53)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh siswi-siswi yang tinggal di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta yaitu

140 siswi. Secara rinci akan dijabarkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Jumlah Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014

Kelas Jumlah

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Teknik sampling yang

digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,

2010:124). Peneliti menggunakan siswi-siswi kelas X dan XI sebagai

subjek penelitian. Alasan peneliti mengambil subjek penelitian karena

siswi kelas XII sedang berkonsentrasi untuk menghadapi ujian nasional.

Secara rinci subjek penelitian sebagai sampel dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Jumlah Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Yang Tinggal di Asrama Tahun Ajaran 2013/2014 Sebagai Subyek Penelitian

Kelas Jumlah

X 52

XI 40

(54)

C. Alat Pengumpulan Data

1. Kuesioner Kemandirian Belajar

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010:199). Kuesioner ini disusun

oleh peneliti. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup.

Kuesioner terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama memuat data

siswi, kata pengantar dan petunjuk pengisian. Bagian kedua memuat isi

pernyataan kuesioner yang terdiri dari butir pernyataan positif

(Favorable) dan butir pernyataan negatif (Unfavorable). Skoring yang

dilakukan untuk jawaban tiap butir kuesioner yaitu : Sangat Sesuai (SS)

diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2,

Sesuai Tidak Sesuai (TS) diberi skor 1 untuk jawaban Favorable dan

begitu sebaliknya untuk jawaban unfavorable.

Kuesioner disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek kemandirian

belajar menurut Davis yaitu kemandirian dalam pengetahuan,

kemandirian dalam aspek keterampilan dan kemandirian dalam aspek

sikap. Selain itu, Kuesioner ini juga disusun atas dasar suasana asrama

dan kondisi siswi-siswi di asrama. Kisi-kisi item kuesioner dapat dilihat

(55)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar

No Aspek Indikator No. Item

Favorable Unfavorable

1. Kemandirian dalam

aspek pengetahuan

Memahami disiplin akademik 3,100,19,37 60,42,29,78

Memahami strategi dalam mengikuti kegiatan belajar

Dapat memetik manfaat dari hubungan sosial untuk pengembangan diri

56,75,126 66,106,18

Memiliki kebebasan untuk memutuskan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai

67,84,115 28,32,9

2. Kemandirian dalam

aspek keterampilan

3. Kemandirian dalam

aspek sikap

Pantang menyerah 36,63,107,44 124,30,14,26

Percaya diri 96,71,12,52 68,116,89,120

Memiliki keyakinan diri 117,7,76,103 48,62,97,6

Tanggung jawab 114,23,87,70 55,38,31,47

Inisiatif 33,112,69,95 72,91,59,83

Ketidakbergantungan dengan orang lain

86,93,57 98,105,64

Berkomitmen 110,34,92,77 54,108,118,80

JUMLAH ITEM 63 63

(56)

2. Validitas dan Reliabilitas

a. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya (Azwar, 2009:5). Validitas menunjuk pada “sejauh

mana suatu alat mampu mengukur apa sebenarnya diukur oleh alat

tersebut” (Furchan, 2005:293). Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,

2010:173). Butir-butir kuesioner yang disusun berdasarkan

aspek-aspek kemandirian belajar menurut Davis yaitu kemandirian dalam

pengetahuan, kemandirian dalam aspek keterampilan dan kemandirian

dalam aspek sikap.

Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi

merupakan suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu

tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang diukur (Furchan,

2007:295). Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan suatu validitas yang menunjukkan sampai

dimana isi suatu tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang diukur

(Furchan, 2007:295). Validitas isi dilakukan melalui expert

judgement, yaitu Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si. sebagai dosen

pembimbing skripsi yang memiliki keahlian di bidang bimbiingan dan

(57)

Yogyakarta yang mengerti suasana dan kondisi asrama dan siswi di

asrama. Teknik uji yang digunakan melalui pendekatan analisis

korelasi Pearson Product moment.

Formula; rXY=

 

r = korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir

N = jumlah subyek

X = skor sub total kuesioner

Y = skor total butir-butir kuesioner

XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Penelitian ini menggunakan metode uji coba terpakai, artinya

pengumpulan data dilakukan satu kali untuk 2 tujuan, yaitu pertama,

uji coba untuk mendapatkan data dan uji validitas. Kedua, untuk

mengolah data responden berdasarkan item-item yang valid.

Tahap perhitungan setiap uji yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic

Programme for School Science) versi 15. Perhitungan SPSS

menggunakan koefisien korelasi 0,30. Semua item yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap

(58)

diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah

(Azwar,2009:65).

Peneliti melakukan uji validitas dengan mengelompokkan

item-item setiap aspek kemandirian belajar. Berdasarkan perhitungan

statistik yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh 30 item yang ≥

0,30 dan 12 item yang kurang dari 0,30 pada kemandirian dalam aspek

pengetahuan, 19 item yang ≥ 0,30 dan 11 item yang kurang dari 0,30

pada kemandirian dalam aspek keterampilan dan 46 item yang ≥ 0,30

dan 8 item yang kurang dari 0,30 pada kemandirian dalam aspek sikap.

Secara keseluruhan terdapat 95 item yang ≥ 0,30 dan 31 item yang

kurang dari 0,30. Namun, 1 item dinyatakan gugur karena persamaan

bunyi item pada aspek dan indikator sehingga terdapat 94 item yang

valid dan 32 item yang gugur. Jumlah item-item yang valid dan tidak

valid terdapat pada tabel 3.2.

Tabel 3.4 Item-item Krmandirian Belajar yang Tidak Valid

No Aspek Indikator No. Item

Favorable Unfavorable

1 Kemandirian dalam

aspek pengetahuan

Memahami strategi dalam mengikuti kegiatan belajar

- 111

Mengembangkan kemampuan akademik melalui relasi dengan orang lain

- 11,35

Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

21 81

Dapat memetik manfaat dari hubungan sosial untuk pengembangan diri

56,75,126 -

Memiliki kebebasan untuk memutuskan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai

(59)

No Aspek Indikator No. Item

Favorable Unfavorable

2. Kemandirian dalam

aspek keterampilan

3. Kemandirian dalam

aspek sikap

Berkomitmen 92 108,118,80

JUMLAH ITEM 15 17

TOTAL 32

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 126 item, terdapat 94 item

yang valid dan terdapat 32 item yang tidak valid. Peneliti

memperkirakan bahwa, item-item yang tidak valid dapat disebabkan

oleh: pertama, kata-kata dan kalimat yang kurang sederhana dan jelas

sehingga sulit dimengerti oleh siswi. Kedua, terdapat item yang

bunyinya sama dalam aspek dan indikator yang sama.

b. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan

pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Penggunaan teknik analisis

Alpha Cronbach ini didasarkan atas pertimbangan penghitungan

reliabilitas skala diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang

(60)

trial administration (Azwar, 2009:87). Rumus koefisien reliabilitas

Hasil yang sudah dihitung, dikonsultasikan berdasarkan kriteria

menurut Guilford (Masidjo, 1995: 209) sebagai berikut :

Tabel 3.5 Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,20 Rendah

Negatif-0,20 Sangat rendah

Pengujian reliabilitas dilakukan peneliti dengan mengunakan

metode Alpha Cronbach. Pengujian reliabilitas dilakukan dua kali yaitu

uji reliabilitas terhadap instrumen kemandirian belajar yang belum

dilakukan uji validasi dan uji reliabilitas terhadap instrumen

kemandirian belajar yang sudah dilakukan uji validitas. Untuk uji

reliabilitas terhadap instrumen kemandirian belajar yang belum

dilakukan uji validitas didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,936

dan uji reliabilitas terhadap instrumen kemandirian belajar yang sudah

(61)

Koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa instrumen

kemandirian belajar berada pada kualifikasi sangat tinggi dan dapat

diandalkan untuk pengumpulan data.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan data:

1. Persiapan dan pelaksanaan

a. Mempelajari buku-buku dan jurnal-jurnal tentang kemandirian

belajar dan perkembangan masa remaja.

b. Menyusun kuesioner tentang deskripsi tingkat kemandirian belajar

siswi-siswi SMA yang tinggal di asrama dengan mengikuti

beberapa langkah, yaitu:

1) Menetapkan dan mendefinisikan variabel penelitian, yaitu

tingkat kemandirian belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang tinggal di Asrama.

2) Menjabarkan variabel penelitian ke dalam aspek-aspek dan

indikator-indikatornya.

3) Menyusun item-item pernyataan sesuai dengan aspek dan

indikator yang sudah dibuat.

4) Melakukan expert judgment alat penelitian oleh para ahli yaitu

Dr. M.M Sri Hastuti,M.Si sebagai dosen pembimbing dan Sr.

(62)

Menghubungi dan bertemu dengan kepala asrama Stella Duce 2

Yogyakarta untuk meminta ijin penelitian.

5) Melakukan penelitian tentang deskripsi tingkat kemandirian

siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di

asrama pada kelas X dan XI pada tanggal 28 Maret 2014.

6) Pengumpulan dan pengolahan data uji empirik terhadap

validitas dan reliabilitas kuesioner uji coba terpakai.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilaksanakan pada siswi asrama kelas X dan

XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 pada

tanggal 28 Maret 2014. Jumlah siswi yang menjadi subjek penelitian

sesungguhnya sebanyak 92 siswi. Namun, pada saat penelitian ada 6

orang yang tidak dapat mengikuti pengisian kuesioner karena siswi

tersebut ada kegiatan setelah pulang sekolah. Oleh karena itu, subjek

penelitian ini adalah 86 peserta didik. Penyebaran dan pengawasan

pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis data, yaitu:

1. Memberi skor pada setiap alternatif jawaban yang dipilih. Norma

skoring untuk pernyataan positif adalah: sangat sesuai = 4, sesuai = 3,

Gambar

Tabel 4.5   Item-item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2
Grafik 4.1  Grafik Tingkat Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2
Tabel 2.1 Kegiatan Harian Siswi-siswi
Tabel 2.2 Kegiatan Tambahan Harian Rutin Siswi-sisiwi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul skripsi UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih dengan melihat kenyataan

Hasil penelitian adalah: (1) Sikap siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 terhadap layanan bimbingan klasikal yang termasuk dalam kategori “baik”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden penelitian yaitu siswi SMA Stella Duce 1 memiliki kebutuhan yang ingin dipernuhi tentang Korean Pop dengan membaca media massa

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimanakah respon terhadap stres siswa-siswi kelas II SLTP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006.. Kedua,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) dalam pemenuhan kebutuhan para remaja penghuni asrama Stella Duce 2 Trenggono Yogyakarta pada tahun II tahun ajaran 2010/2011, terdapat

Hasil penelitian adalah: (1) Sikap siswa kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 terhadap layanan bimbingan klasikal yang termasuk dalam kategori “baik”

Judul skripsi UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih dengan melihat kenyataan

PENGUMUMAN PPDB TAHUN 2017 / 2018 SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA. NO NO PDF NAMA CALON SISWI