DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Nasarani Ramoti Suslia Simaremare 091114034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Nasarani Ramoti Suslia Simaremare 091114034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Motto Dan Persembahan
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalamperkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar” (Lukas 16:10)
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”( 1 Tesalonika 5:18)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Kedua orang tuaku Bpk. M. Simaremare dan Ibu Dosma L.Tobing
Kakakku Christian Mart Parasian Simaremare
Para saudara dan para sahabatv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang ditulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Juli 2014
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Nasarani Ramoti Suslia Simaremare
Nomor Mahasiswa : 091114034
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISIWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 2013/2014
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 11 Juli 2014
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
DESKRIPSI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWI-SISWI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA YANG TINGGAL DI ASRAMA PADA TAHUN AJARAN 2013/2014
Nasarani Ramoti Suslia Simaremare
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemandirian belajar siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama tahun ajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah 86 siswi. Rumusan masalah penelitian ini adalah seberapa tinggi tingkat kemandirian belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama pada tahun ajaran 2013/2014 ?
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Kemandirian Belajar. Kuesioner yang disusun oleh peneliti menurut Davis (dalam Nurhayati, 2011), berdasarkan 3 aspek kemandirian belajar, yaitu: (1) kemandirian dalam aspek pengetahuan, (2) kemandirian dalam aspek keterampilan, (3) kemandirian dalam aspek sikap. Pengukuran reliabilitas
menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach dengan koefisien sebesar 0,949.
Kategorisasi tingkat kemandirian belajar berdasarkan Azwar (2009), yaitu:
“Sangat Tinggi”, “Tinggi”, “Sedang”, “Rendah”, dan “Sangat Rendah”.
viii
ABSTRACT
LEVEL OF INDEPENDENT LEARNING
OF STELLA DUCE 2 SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA STUDENTS WHO RESIDED IN DORMITORY, SCHOOL YEAR
2013/2014
Nasarani Ramoti Susila Simaremare
Sanata Dharma University Yogyakarta
2014
This research is intended to describe the level of independent learning of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta students who resided in dormitory, School Year 2013/2014. The subjects are 86 female students. The problem to answer is to know the level of independent learning among 86 female students of Stella Duce 2 Senior High School Yogyakarta who resided in dormitory, School Year 2013/2014.
The data is collected using questionnaire to measure independent learning. The questionnaire was constructed based on 3 aspects of independent learning; (1) independent in knowledge, (2) independent in skill, and (3) independent in behavior as suggested by Davis (Nurhayati, 2011). The coefficient of reliability is 0.949 and is calculated using Alpha Cronbach analysis method. The categorization of independent learning is based on normal curve i.e.,very high, high, moderate, low, and very low as explained by Azwar (2009)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia,
penyertaan dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak dukungan, bimbingan dan
doa demi kelancaran dan terselesainya skripsi ini dengan judul Deskripsi Tingkat
Kemandirian Belajar Siswi SMA Stella Duce 2 Yogykarta yang Tinggal di
Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan
kemurahan hati dan kesabaran telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Sr. Renata selaku kepala asrama SMA Stella Duce 2 Yogyakarta pada
tahun ajaran 2013/2014 yang telah menerima dan memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan pengambilan data penelitian.
4. Para siswi kelas X dan XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di
asrama pada tahun ajaran 2013/2014 yang telah meluangkan waktu dan
bersedia mengisi kuesioner dengan baik.
5. Kedua orangtuaku Bpk. M. Simaremare dan Ibu Dosma L. Tobing yang
selalu setia dengan cinta dan kasih sayangnya untuk mendukungdan
mendoakan penulis, khususnya selama mennyelesaikan skrispsi ini dengan
x
6. Kakakku Christian Mart Parasian Simaremare yang telah mendukung
penulis selama penulisan skripsi ini.
7. Para sahabat Vita, Tika, Anna, Lilyn, Siska, Prima dan Sinta yang telah
mendukung dan membantu penulis dengan baik.
8. Devi, Kak Yustin dan Murni sebagai teman-teman yang berjuang bersama
untuk saling mendukung dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
9. Teman-teman Mitra Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah memberikan semangat kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi dengan baik.
10. Teman-teman yang sudah memberi semangat dan selalu sabar mendengar
keluh kesah penulis selama proses penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
11. Keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling, USD khususnya
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 1. Pengertian Kemandirian Belajar ... 10
2. Karakteristik Siswa yang Mandiri dalam Belajar ... 12
3. Aspek-aspek Kemandirian Belajar ... 14
B. Perkembangan Remaja SMA 1. Pengertian Remaja ... 16
xii
3. Tugas Perkembangan... 18
4. Jenis Tugas-tugas Perkembangan Remaja... 19
C. Asrama 1. Pengertian Asrama... 27
2. Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35
B. Subjek Penelitian ... 35
C. Alat Pengumpulan Data ... 37
1. Kuesioner Kemandirian Belajar ... 37
2. Validitas dan Reliabilitas ... 39
D. Prosedur Pengumpulan Data ... 44
1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 44
2. Pengumpulan Data... 45
E. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 49
1. Tingkat Kemandirian Belajar ... 49
2. Analisis Item Kemandirian Belajar ... 51
B. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kegiatan Harian Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta
yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 ... 29
Tabel 2.2 Kegiatan Tambahan Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 30 Tabel 2.3 Kegiatan Tahunan Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 ... 30
Tabel 3.1 Jumlah Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 ... 36
Tabel 3.2 Jumlah Siswi-siswi SMA Stella Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 sebagai Subyek Penelitian ... 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar ... 38
Tabel 3.4 Item-item Kemandirian Belajar yang Tidak Valid ... 41
Tabel 3.5 Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas ... 43
Tabel 3.6 Norma Kategorisasi... 46
Tabel 3.7 Kategorisasi Tingkat Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama ... 47
Tabel 3.8 Kategorisasi Skor Tiap Item Tingkat Kemandirian Belajar Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama ... 48
Tabel 4.1 Kategori Tingkat Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 49 Tabel 4.2 Kategori Skor Item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014 ... 51
xiv
Tabel 4.4 Item-item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014
yang Tergolong Kategori Tinggi ... 54
Tabel 4.5 Item-item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik Tingkat Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014
yang Tergolong Kategori Sangat Tinggi ... 50
Grafik 4.2 Grafik Analisis Item Kemandirian Belajar Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 73
Lampiran 2 Kuesioner Kemandirian Belajar ... 74
Lampiran 3 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Kemandirian Belajar ... 80
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian dan
definisi operasional.
A. Latar Belakang
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Manusia
akan tergantung dengan orang lain seperti orang tua, saudara, teman atau orang
lain yang berada di sekitar mereka. Seiring dengan berjalannya waktu dan
perkembangan yang dialami oleh manusia, ia akan perlahan-lahan dapat
melepaskan diri dari ketergantungan dengan orang lain. Hal ini merupakan
proses alamiah yang alami oleh manusia. Manusia akan memiliki kemampuan
untuk tidak tergantung dengan orang lain dan bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya. Hal ini dapat juga diartikan bahwa manusia akan menjadi
mandiri.
Kemandirian yang dimiliki oleh seseorang merupakan sikap yang
diperoleh secara kumulatif selama perkembangan. Perkembangan kemandirian
seseorang akan terus menerus berkembang jika ada kesempatan, dukungan dan
dorongan dari keluarga dan lingkungan untuk berlatih selama masa
perkembangannya dari usia dini sampai dewasa. Seseorang akan belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi segala situasi di lingkungan sehingga
dimiliki oleh seseorang bermanfaat untuk memilih jalan hidupnya dan dapat
berkembang dengan lebih mantap (www.e-psikologi.com).
Sikap mandiri tidak dibatasi oleh usia. Sejak manusia dalam masa usia
dini sikap mandiri sudah dapat ditanamkan maupun dilatih sehingga dengan
bertambahnya usia sikap mandiri pun semakin bertambah. Kemandirian yang
ditanamkan pada saat usia dini lebih bersifat motorik seperti berusaha makan
sendiri, mandi dan berpakaian sendiri. Sedangkan pada masa remaja yaitu
sesorang yang berada pada kisaran umur 15-18 tahun, kemandirian yang
ditanamkan lebih bersifat psikologis seperti membuat keputusan sendiri dan
kebebasan untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya. Pada masa remaja,
banyak hal yang sudah dapat dilakukan sendiri tanpa harus disuruh. Hal ini
dapat dikatakan bahwa remaja akan semakin mandiri. Artinya ketergantungan
terhadap orang lain semakin menurun (Mulyaningtyas, 2007:158).
Pada masa remaja tuntutan kemandirian dari lingkungan sangat banyak.
Banyak remaja yang frustasi dan kecewa karena mereka tidak bisa
mendapatkannya. Banyak aspek kehidupan mereka yang masih diatur oleh
orang tua (Mulyaningtyas, 2007:158). Misalnya dalam aspek pendidikan,
beberapa orang tua terkadang tidak mempercayakan anaknya untuk memilih
sekolah sesuai keinginannya atau memilih jurusan sesuai dengan minat mereka
sehingga anak menjadi menjalankan pendidikan mereka dengan keterpaksaan.
Salah satu tuntutan kemandirian bagi remaja adalah kemandirian belajar.
Remaja dalam penelitian ini adalah siswi. Membentuk sikap mandiri dalam
yang dapat mempengaruhi siswi untuk menjadi mandiri dalam belajar, yaitu
faktor internal dan eksternal siswi. Faktor internal adalah genetik atau
keturunan dari orang tua. Sedangkan faktor ekternal tersebut terdiri dari teman
sebaya, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah serta sistem
kehidupan di masyarakat. Apabila siswi tidak bisa menyaring kondisi
lingkungan yang berdampak negatif seperti konformitas yang terjadi di
lingkungan sekolah misalnya seorang siswi yang tergoda untuk tidak
mengerjakan tugas jika temannya juga tidak mengerjakan tugas. Kondisi
negatif tersebut akan berakibat buruk kepada pada siswi sehingga kemandirian
belajar siswi tidak akan tercipta dengan sendirinya atau menjadi lebih buruk
lagi, siswi tidak akan memiliki kemandirian belajar. Tidak ada kemandirian
belajar ini akan berakibat pada rendahnya motivasi belajar siswi, ketidak
mampuan dalam mengambil keputusan, rendahnya nilai hasil belajar serta
ketidak berfungsian siswi tersebut dalam masyarakat (ejournal.unp.ac.id).
Kemandirian belajar merupakan kebutuhan setiap individu termasuk
siswi SMA. Kemandirian belajar dapat muncul karena adanya kesadaran dalam
diri seseorang untuk belajar. Kemandirian belajar menuntut seseorang untuk
bebas mempelajari apa yang ingin dipelajari. Seseorang dapat belajar secara
mandiri jika ia memiliki motivasi untuk melakukan aktivitas belajarnya.
Seseorang dapat dikatakan sebagai pribadi yang mandiri dalam belajar adalah
seseorang yang mempunyai insiatif, memiliki tanggung jawab terhadap
tugas-tugasnya, memiliki rasa percaya diri (Mulyaningtyas, 2007:161). Beberapa
yang diberikan oleh guru tanpa disuruh oleh orang tua, seseorang dapat
menyelesaikan tugas rumahnya dengan kemampuannya sendiri dan seseorang
mempunyai kegiatan membaca materi pelajaran berikutnya tanpa perintah dari
guru.
Kemandirian belajar merupakan hal yang penting namun belum dimiliki
oleh banyak orang sebagai pelajar. Guru di sekolah mengatakan bahwa pelajar
sekarang banyak yang bersifat seperti ‘paku’, ia baru bergerak kalau dipukul
dengan ‘martil’. Misalnya membaca buku pelajaran; pelajar tidak akan
membaca buku pelajaran kalau tidak disuruh atau diperintah oleh guru oleh
karena itu buku-buku tersebut akan tetap tidak tersentuh dan akan selalu rapi
seperti buku baru karena tidak dibaca (ejournal.unp.ac.id). Hal tersebut
merupakan salah satu contoh ketidakmandirian belajar para pelajar. Hasil
penelitian Karnita (2007) menunjukkan bahwa para siswa di SMAN 13
Bandung tidak mandiri dalam belajar seperti ketergantungan pada kehadiran
guru di kelas, mencontek tugas dan ulangan, rendahnya keinginan dalam
menambah pengetahuan dalam berbagai sumber, belajar saat ada tugas atau
ulangan saja, rendahnya minat baca buku-buku pelajaran dan sepinya
penggunaan sumber perpustakaan (repository.upi.edu).
Berdasarkan pengalaman peneliti melaksanakan Program Pengenalan
Lapangan Bimbingan dan Konseling di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun
2013, peneliti mengetahui bahwa 140 orang siswi SMA tersebut tinggal di
asrama. Pada bulan Januari 2013, peneliti mewawancarai dengan kepala
di asrama. Wawancara pertama tentang aktivitas siswi di asrama dimaksudkan
untuk mengetahui secara umum mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
asrama. Kepala asrama mengatakan bahwa di dalam asrama telah dirancang
sebuah aturan yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang tinggal di asrama
tersebut. Para siswi diwajibkan mengikuti setiap kegiatan di asrama misalnya
doa pagi bersama, doa malam bersama, makan bersama, dan belajar dengan
waktu belajar yang telah ditentukan oleh pihak asrama. Namun, menurut hasil
pengamatan peneliti ada beberapa siswi yang sering mengeluh karena aturan
asrama terlalu ketat sehingga siswi kurang nyaman dan kurang mendapatkan
kebebasan untuk keluar masuk asrama saat mereka bosan dengan keadaan di
asrama. Pada saat hari libur terkadang sulit untuk para meminta izin keluar dari
asrama. Untuk meminta izin para siswi perlu membicarakan keperluannya
kepada kepala asrama sebelum hari libur tersebut.
Wawancara kedua berisikan kemandirian belajar siswi SMA Stella
Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama. Kepala asrama mengatakan
beberapa siswi dari 140 siswi yang tinggal di asrama belum mandiri dalam
belajar. Hal ini terpantau dari beberapa indikator kemandirian seperti
kurangnya insiatif dari siswi dan kurangnya tanggung jawab siswi
menyelesaikan tugas dari guru. Contohnya siswi harus disuruh belajar oleh
pihak asrama; karena mereka tidak memiliki insiatif sendiri. Beberapa siswi
juga melanggar aturan belajar di asrama misalnya pada waktu belajar siswi
seperti waktu belajar yang disediakan terkadang digunakan oleh siswi malah
Peneliti juga melakukan pengamatan saat terhadap beberapa siswi di
kelas X yang tinggal di asrama. Pada saat mata pelajaran Ekonomi tujuh siswi
tidak mengumpulkan tugas tepat waktu sehingga dimarahi oleh guru mata
pelajaran tersebut. Siswi tersebut meminta perpanjangan waktu untuk
mengumpulkan tugas yang diberikan. Hasil pengamatan peneliti ini
menunjukkan bahwa siswi tersebut kurang memiliki tanggung jawab atas tugas
yang diberikan oleh guru. Hal ini menunjukkan adanya indikator dari
kemandirian belajar yang tidak tercapai.
Dari hasil pengamatan dan wawancara diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap siswi-siswi yang tinggal di Asrama Stella Duce
2 Yogyakarta. Peneliti melihat bahwa siswi yang berada di asrama adalah
seseorang yang hidupnya jauh dari orang tua yang secara psikologis dan
memiliki hubungan yang emosional yang sangat baik. Saat tinggal bersama
orang tua, siswi-siswi tersebut mempunyai sosok orang dewasa yang hadir
secara fikis maupun psikologis untuk mereka. Namun saat mereka tinggal di
asrama, mereka akan melakukan aktivitas mereka sendiri tanpa ada
pengawasan dari orang tua secara langsung. Di asrama mereka akan tinggal
bersama bersama dengan teman sebaya dan beberapa sosok orang dewasa yang
tidak memiliki hubungan emosional yang kuat. Sosok orang dewasa yang ada
di asrama merupakan sosok orang dewasa yang dihadirkan untuk mengawasi
mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa siswi
yang tinggal di asrama mempunyai sikap mandiri tetapi setelah mengetahui
kemandirian belajar. Peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang
tingkat kemandirian dalam belajar. Peneliti tertarik untuk meneliti dengan
mengangkatnya dalam judul “Deskripsi tingkat kemandirian belajar siswi-siswi
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama pada tahun ajaran
2013/2014”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan penelitian ini adalah
seberapa tinggi tingkat kemandirian belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang tinggal di asrama pada tahun ajaran 2013/2014 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kemandirian
belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama
pada tahun ajaran 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan bagi para calon guru
Bimbingan dan Konseling mengenai tingkat kemandirian belajar siswi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak asrama Stella Duce 2 Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan mengenai kemandirian
belajar untuk pengembangan program di asrama SMA Stella Duce 2
Yogyakarta mengenai kemandirian belajar.
b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain, karena peneliti
menghasilkan informasi mengenai kemandirian belajar para siswi yang
tinggal di asrama dan peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih
lanjut.
E. Definisi Operasional
1. Kemandirian belajar adalah kemampuan belajar siswi dalam mengatur
waktu belajar, tempat belajar, strategi belajar, tujuan belajar, sumber
belajar di asrama yang lebih didorong atas kesadaran diri, insiatif
sendiri, kepercayaan diri, kebebasan dan tanggung jawab sendiri
untuk merencanakan, mengevaluasi kegiatan belaajr sehingga
mencapai hasil yang optimal.
2. Belajar adalah aktivitas mengerjakan tugas, menyiapkan ulangan,
persiapan pelajaran selanjutnya dan mengulangi pelajaran yamg sudah
3. Asrama adalah tempat tinggal yang bersifat homongen yang dihuni
oleh para siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dan yang memiliki
10
BAB II KAJIAN TEORI
Bab ini berisi uraian tentang kemandirian belajar, perkembangan remaja SMA dan
asrama.
A. Kemandirian Belajar
1. Pengertian Kemandirian Belajar
Nurhayati (2011)menghimpun beberapa pendapat populer tentang
kemandirian belajar. Kemandirian belajar diartikan sebagai relasi
psikologis siswa dengan proses dan materi pembelajaran. Kemandirian
belajar juga didefinisikan sebagai suatu situasi dimana siswa bertanggung
jawab penuh mengambil keputusan dan menerapkannya dalam
pembelajaran. Menurut Heimstra (Nurhayati, 2011), kemandirian
merupakan kemampuan dalam belajar yang didasarkan pada rasa
tanggung jawab, percaya diri, insiatif dan motivasi sendiri dengan atau
tanpa orang lain yang relevan untuk menguasai kompetensi tertentu, baik
dalam aspek, pengetahuan, keterampilan maupun sikap yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah belajar.
Menurut Mujiman (dalam Nurhayati, 2011:61), “kemandirian
belajar adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif
untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah,
dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki, baik
belajar, cara belajar maupun evaluasi belajar yang dilakukan oleh siswa
sendiri.” Dalam pengertian ini, kemandirian belajar sebagai usaha siswa
untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niat untuk
menguasai suatu kompetensi tertentu.
Menurut Kozma, Belle dan William (dalam Nurhayati, 2011:61),
kemandirian belajar merupakan bentuk belajar yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menentukan tujuan, sumber dan kegiatan
belajar sesuai dengan kebutuhan sendiri. Dalam proses belajar, siswa
dapat berpartisipasi secara aktif menentukan apa yang akan dipelajari dan
bagaimana cara mempelajarinya. Menurut Miarso (dalam Nurhayati,
2011:61), kemandirian belajar adalah pengaturan program belajar yang
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat memilih
atau menentukan bahan dan kemajuan belajar sendiri. Kemandirian
belajar diartikan sebagai aktivitas yang berlangsung lebih didorong oleh
kemauan, pilihan, dan tanggung jawab sendiri dari siswa. Konsep
kemandirian belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar
akan sampai kepada perolehan hasil belajar. Wedmeyer (dalam
Nurhayati, 2011:61) menjelaskan kemandirian belajar adalah cara belajar
yang memberikan kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan yang
lebih besar kepada siswa dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan belajarnya.
Menurut Lowry (dalam Hidayati & Endang, 2010:87), kemandirian
berinisiatif belajar dengan atau tanpa bantuan orang lain, mengdiagnosa
kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajar,
mengidentifikasi sumber belajar yang digunakan, memilih dan
menerapkan strategi belajar, dan mengevaluasi hasil belajarnya. Menurut
Wongsri, Cantwell, Archer (dalam Hidayati & Endang, 2010:87-88),
kemandirian belajar merupakan proses belajar dimana individu memiliki
rasa tanggung jawab dalam merancang belajar dan menerapkan serta
mengevaluasi proses belajarnya.
Dari beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa
kemandirian belajar adalah kemampuan siswa dalam kegiatan belajarnya
yang dilakukan atas tanggung jawab, percaya diri, kebebasan, kebutuhan,
dan insiatif dalam memilih cara belajar, waktu belajar, tempat belajar,
sumber belajar untuk merencanakan, melakasnakan dan mengevaluasi
kegiatan belajar sehingga mencapai hasil dan menguasai suatu
kompetensi tertentu.
2. Karakteristik Siswa yang Mandiri dalam Belajar
Menurut Abdullah (dalam Nurhayati, 2011:69), ada beberapa
karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar, yaitu:
a. Siswa adalah manajer dan pemilik tanggung jawab proses
pembelajaran mereka sendiri dengan mengintegrasikan
sumber, dan melaksanakan pembelajaran dengan self-monitoring
seperti memantau, mengevaluasi, dan mengatur strategi pembelajaran.
b. Kemauan dan motivasi berperan penting dalam memulai, memelihara
dan melaksanakan proses pembelajaran. Motivasi ini dapat memandu
dalam mengambil keputusan, menopang menyelesaikan suatu tugas
sedemikian rupa sehingga tujuan belajar tercapai.
c. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan tujuan apa
yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya.
Menurut Hiemstra (dalam Nurhayati, 2011:69) ada beberapa
karakteristik siswa yang memiliki kemandirian belajar yaitu :
a. Setiap siswa berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk
mengambil berbagai keputusan dalam usaha belajarnya.
b. Siswa yang memiliki kemandirian belajar bukan berarti memisahkan
diri dengan orang lain dalam pembelajaran.
c. Dengan kemandirian belajar, siswa dapat mentransfer hasil belajarnya
yang berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain.
d. Siswa dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas, seperti:
membaca sendiri, belajar kelompok, latihan-latihan, dialog elektronik
dan kegiatan koresponden.
Dari dua pendapat ahli yang menjelaskan tentang karakteristik
siswa yang memiliki kemandirian belajar, peneliti mengambil kesimpulan
a. Siswa adalah pemilik tanggung jawab untuk mengambil berbagai
keputusan dan siswa adalah manajer yang mengatur proses belajar
mereka sendiri.
b. Siswa perlu memiliki kemauan dan motivasi yang penting untuk
memulai, memelihara dan melaksanakan proses pembelajaran.
c. Siswa dapat mentransfer pengetahuan ke situasi yang baru.
d. Siswa yang memiliki kemandirian belajar bukan berarti memisahkan
diri dengan orang lain dalam belajar.
e. Siswa dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas dalam
belajar.
f. Siswa mengetahui strategi belajar yang efektif.
3. Aspek-aspek kemandirian belajar
Menurut Davis (dalam Nurhayati,2011, hal 76), kemandirian
belajar mencakup tiga aspek yaitu :
a. Kemandirian dalam aspek pengetahuan
Indikator siswa yang memiliki kemandirian belajar dalam aspek
pengetahuan antara lain bila mereka mengetahui dan memahami
disiplin akademik termasuk sanksi seperti sanksi administratif dan
sanksi moral yang dipahami dapat merugikan dirinya. Mendisiplinkan
diri membutuhkan pengetahuan atau kognisi yang cukup. Siswa yang
kurang cerdas kognisinya cenderung kurang mengindahkan
akan mengetahui dan memahami dasar-dasar keterampilan tertentu
yang penting bagi kehidupan dan pembelajarannya, misalnya mereka
mengetahui dan paham strategi dalam mengikuti kegiatan belajar yang
efektif, teknik membaca buku, menulis karya ilmiah atau presentasi.
Di samping itu, siswa dengan kemandirian dalam pengetahuan akan
mengetahui dan paham pentingnya menjalin hubungan antar sesama
yang berguna untuk mengembangkan kemampuannya. Mereka juga
mengetahui dan paham hubungan seperti apa yang perlu dijalin
dengan sesama atau dengan orang lain yang relevan. Dengan
demikian, siswa yang mandiri tidak berarti mereka mengisolir diri dari
pergaulan sosial tetapi mereka dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial, dapat bersosial dan dapat memetik manfaat dari
hubungan sosial untuk pengembangan dirinya.
b. Kemandirian dalam aspek keterampilan
Siswa yang mandiri dari aspek keterampilan dapat melakukan
prosedur-prosedur akademik yang harus dilalui untuk menyelesaikan
suatu tugas belajar, tanpa hambatan yang berarti. Indikator lainnya
yang dapat terlihat adalah mereka terampil bergaul yang tidak
merugikan orang lain dan dapat memetik manfaat dari pergaulan
tersebut, mereka juga mampu memotivasi diri meluaskan kemampuan
c. Kemandirian dalam aspek sikap
Kemandirian siswa dalam aspek sikap dapat telihat pada indikator
seperti, mereka mampu bersikap mandiri dan profesional dalam
memahami sifat kemandirian, mereka juga bersikap mandiri dan
profesional dalam berkomitmen terhadap kemandirian yang
ditunujukkan dengan motivasi tinggi untuk mencapai tujuan tanpa
merugikan orang lain, pantang menyerah sebelum berusaha, percaya
diri terhadap kemampuan sendiri dan memiliki keyakinan bahwa
usaha yang maksimal akan dapat mencapai tujuan dan cita-citanya.
Indikator lainnya adalah mereka juga mampu bersikap mandiri dan
profesional dalam melakukan sesuatu secara mandiri dimana pun dan
kapan pun termasuk mereka mengetahui kapan saatnya memerlukan
bantuan orang lain dan saatnya dapat membantu orang lain.
B. Perkembangan Remaja SMA 1. Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolesence yang
berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan
definisi tentang remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai
periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Papalia dan
Olds, tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit
melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (Jahja,
Menurut Papalia dan Olds, masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluhan tahun (Jahja, 2011:220).
2. Karakteristik Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja (Jahja,2011:235-236).
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa storm & stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon
yang terjadi pada masa remaja. Dari segi sosial, peningkatan emosi ini
merupakan tanda bahwa remaja berada pada kondisi baru yang
berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan
untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini
akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada
remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin
secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti
tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.
d. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan
yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di
sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab ini.
3. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Desmita (2009:37), masa remaja merupakan masa
peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang
dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego
identity). Masa remaja ditandai dengan beberapa tugas perkembangan,
yaitu :
a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.
b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita
dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat
dan kemampuannya.
f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga
dan memiliki anak.
g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara.
h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.
4. Jenis tugas-tugas perkembangan remaja
Menurut Harvigust (dalam Ali, 2009:165-168), ada sejumlah tugas
perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja, yaitu
sebagai berikut :
a. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita.
1) Hakikat tugas
Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan anak
laki-laki sebagai pria, menjadi dewasa diantara orang dewasa dan
2) Dasar biologis
Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki
dan perempuan. Kematangan seksual dicapai selama masa remaja.
Daya tarik seksual menjadi suatu kebutuhan dominan dalam
kehidupan remaja. Hubungan sosial dipengaruhi oleh kematangan
fisik yang telah dicapai.
3) Dasar psikologis
Dalam kelompok sejenis, remaja belajar bertingkah laku
sebagaimana orang dewasa. Adapun dalam kelompok lain jenis,
remaja belajar menguasai keterampilan sosial. Remaja putri
umumnya lebih cepat matang daripada remaja putra dan cenderung
lebih tertarik kepada remaja putra yang usianya lebih tua.
Kecendrungan seperti ini akan berlangsung sampai mereka kuliah
di perguruan tinggi. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas
perkembangan akan membawa penyesuaian sosial yang lebih baik
sepanjang kehidupannya.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita
1) Hakikat tugas
Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai
2) Dasar biologis
Ditinjau dari kekuatan fisik, remaja putri menjadi orang yang lebih
lemah dibandingkan dengan remaja putra. Namun, remaja putri
memiliki kekuatan lain meskipun memiliki kelemahan fisik.
3) Dasar psikologis
Peranan sosial pria dan wanita memang berbeda. Remaja putri
perlu menerima peranan sebagai seorang pria dan remaja putri
perlu menerima peranan sebagai seorang wanita. Meskipun
demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja putri,
kadang-kadang cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada
karier, cenderung mengagumi ayahnya dan kakak-kakaknya, serta
ingin bebas dari peranan sosialnya sebagai istri atau ibu yang
memerlukan dukungan suami.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunkan secara efektif
1) Hakikat tugas
Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi
fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi, serta menggunakannya
secara efektif.
2) Dasar biologis
Perkembangan remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan
seksual. Laju pertumbuhan tubuh gadis lebih cepat apabila
3) Dasar psikologis
Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan
perubahan sikap dan minat remaja. Remaja suka memperhatikan
perubahan tubuh yang sedang dialami sendiri. Remaja putri lebih
suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenisnya pada
saat dia sudah mulai menstruasi.
d. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya
1) Hakikat tugas
Membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu mengguntungkan
diri pada orang tua, mengembangkan sikap perasaan tertentu
kepada orang tua tanpa menggantungkan diri padanya dan
mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa tanpa
menggantungkan diri padanya.
2) Dasar biologis
Kematangan seksual individu. Individu yang tidak memperoleh
kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk membangun
ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini bisa berlangsung tanpa
mengubah ikatan emosional yang meningkat terhadap orang tua.
3) Dasar psikologis
Pada masa ini, remaja mengalami ambivalen terhadap orang
tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa dunia dewasa itu
remaja masih mengharapkan perlindungan orang tua, sebaliknya
orang tua menginginkan anaknya berkembang menjadi lebih
dewasa. Keadaan inilah yang menjadikan remaja sering
memberontak pada otoritas orang tua. Guru adalah satu tempat
bertumpu. Di sinilah peranan guru cukup besar dalam rangka
proses perkembangan psikologis remaja. Kegagalan dalam
melaksanakan tugas cenderung dapat diasosiasikan dengan
kegagalan dalam membina hubungan yang bersifat dewasa dengan
teman sebaya.
e. Mencapai jaminan kebebasan ekonomis
1) Hakikat tugas
Merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri
2) Dasar biologis
Tidak ada dasar biologis yang berarti untuk pelaksanankan tugas
ini, meskipun kekuatan dan keterampilan tidak sangat bermanfaat
untuk mencapai tugas ini.
3) Dasar psikologis
Berkaitan erat dengan hasrat untuk berdiri sendiri
f. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan
1) Hakikat tugas
Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta
2) Dasar biologis
Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah
cukup kuat dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri
memperoleh lapangan pekerjaan
3) Dasar psikologis
Dari hasil penelitian mengenai minat dikalangan remaja, ternyata
pada kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju
kepada pemilihan dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.
Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang
dicita-citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara
samar-samar dapat menjadi gambaran tentang lapangan pekerjaan
yang diminatinya.
g. Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga
1) Hakikat tugas
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan
berkeluarga. Khusus untuk remaja putri termasuk di dalamnya
kesiapan untuk mempunyai anak.
2) Dasar biologis
Kematangan seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan
3) Dasar psikologis
Sikap remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang
menunjukkan rasa takut, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap
bahwa perkawinan justru merupakan suatu kebahagiaan hidup.
h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep, politik,
ekonomi dan kemasyarakatan kompetensi kewarganegaraan
1) Hakikat tugas
Mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi dan
kemasyarakatan.
2) Dasar biologis
Pada usia 14 tahun, sistem syarat dan otak telah mencapai tahap
ukuran kedewasaan.
3) Dasar psikologis
Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan
perbedaan individu dalam perkembangan kejiwaan yang sangat
erat hubungannya dengan perbedaan dalam penguasaan bahasa,
pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat dan motivasi.
i. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial dan bertanggung
jawab
1) Hakikat tugas
Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab
dalam kehidupan masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai
2) Dasar biologis
Tugas tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan
erat dengan pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika
menerima insting sosial pada manusia atau memandang bagus
tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari dorongan seksual.
3) Dasar psikologis
Proses untuk meningkatkan diri individu kepada kelompok
sosialnya telah berlangsung sejak dilahirkan. Sejak kecil anak
diminta untuk belajar menjaga hubungan baik dengan kelompok,
berpartisipasi sebagai anggota kelompok teman sebaya, dan belajar
bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Ini
berlangsung sampai dengan individu itu mencapai fase remaja.
j. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai
pedoman tingkah laku
1) Hakikat tugas
Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan
remaja mengembangkan dan merealisaikan nilai-nilai,
mendefinisikan posisi individu dalam hubungannya dengan
individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai
2) Dasar psikologis
Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan
agama. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi
ataupun penalaran dan analisis nilai.
C. Asrama
1. Pengertian Asrama
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan asrama sebagai
bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen.
Orang-orang yang biasa tinggal di asrama adalah mahasiwa atau ABRI.
Benedicte (dalam Septiani, 2011:31) menjelaskan bahwa asrama
merupakan tempat tinggal yang diharapkan mampu menjadi tempat tinggal
bagi penghuninya untuk belajar menjadi pribadi yang terarah dan
bertanggung jawab. Di dalam asrama selalu terdapat aturan yang disusun
untuk kepentingan bersama. Ketika terjadi pelanggaran terhadap peraturan
yang telah ditetapkan, maka orang yang melanggar akan diberi sanksi.
Sanksi yang digunakan untuk memaksa penghuni asrama agar
melaksanakan kewajibannya tepat waktu.
2. Asrama Stella Duce II Yogyakarta
Asrama Stella Duce II Yogyakarta diperuntukkan bagi siswa SMA
Adapun visi dan misi yang dimiliki oleh Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta
a. Visi
Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta adalah asrama pelajar yang
dikelola oleh Yayasan Syantikara, didirikan oleh Suster-suster Cinta
Kasih St. Carolus Borromeus dengan dasar pendidikan agama
Katolik, bercita-cita mendampingi para warga untuk mencapai
kepribadian yang utuh, mampu menghayati iman Kristiani, cinta dan
menghargai martabat, pribadi manusia, mandiri serta tanggap
terhadap kebutuhan sesama dan lingkungan sekitarnya.
b. Misi
1) Membantu warga asrama berkembang dalam kepribadian
dengan mengikuti berbagai kegiatan pembinaan yang ada
2) Menyediakan tempat yang layak dan suasana belajar yang
kondusif
3) Mengupayakan terjadinya komunikasi dan kerjasama yang
harmonis antara tim pendamping asrama, orang tua, pengurus
dan warga asrama
4) Memberikan perhatian khusus terhadap watak baik, sikap jujur,
adil dan berbudi pekerti luruh
5) Membantu anak asrama dalam menyelesaikan persoalan melalui
konseling pribadi maupun kelompok
6) Mendampingi warga asrama agar mampu mengembangkan
semangat persaudaraan sejati dengan melatih diri untuk
c. Kegiatan Harian Asrama Putri SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di asrama
memiliki kegiatan harian yang dijalani dan dilaksanakan setiap
harinya. Kegiatan harian siswi ini disusun sebagai berikut :
Tabel 2.1
Kegiatan Harian Siswi-siswi
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asama pada Tahun Ajaran 2013/2014
No Waktu Kegiatan Tempat Keterangan
1. 04.30-05.30 Bangun, mandi,
keperluan pribadi Asrama Suasana Tenang
2. 06.00-06.45
Doa pagi, makan pagi, berangkat sekolah
Asrama Wajib makan
pagi
3. 06.45 Berangkat ke
sekolah Sekolah
Bel berangkat sekolah
4. 06.30-13.30 Berada di sekolah
5. 13.30-14.30 Makan siang Asrama
Kecuali pelajaran tambahan
6. 14.30-17.00 Istirahat Asrama Waktu tenang
7. 17.00-18.00 Bangun, mandi dan
Selain itu terdapat kegiatan tambahan yang wajib dilaksanakan oleh
siswi-siswi asrama. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Kegiatan Tambahan Harian Rutin Siswi-sisiwi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama
pada Tahun Ajaran 2013/2014
No Hari Waktu Kegiatan Tempat Keterangan
Sabtu 10.30-20.00 Waktu
keluar :
09.00-14.30 Bebas Bebas
Asrama juga membuat jadwal kegiatan rutin yang dibuat selama 1
tahun yang wajib diikuti oleh siswi-siswi SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang tinggal di asrama. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
dilihat di tabel 2.3.
Tabel 2.3
Kegiatan Tahunan Siswi-sisiwi
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014
No Kegiatan Waktu Petugas Keterangan
1. Doa Pagi Januari-Desember Unit
2. Doa Malam Januari-Desember Unit
3. Misa Pagi Januari-Desember Selasa I, III
4. Misa Sore Januari-Desember Unit Selasa IV, V
dan Jumat I
5. Misa Minggu di
No Kegiatan Waktu Petugas Keterangan
8. RosarioLingkungan Januari-Desember Kelompok
Tugas
Sesuai Jadwal
9. Refleksi tertulis Januari-Desember Suster
Pendamping
Setiap Akhir Semester
10. Belajar Januari-Desember Semua Siswi
Wajib belajar di aula
11. Bimbingan pribadi Januari-Desember Suster
Pendamping Disesuaikan
12. Bimbingan
14. Pembuatan Mading Juli-April Kelompok
Mading
15. Pertemuan pengurus Januari-Desember
Suster Pendamping/ Ketua Asrama
Evaluasi
16. Kerja bakti unit Januari-Desember Kelompok
Tugas
17. Kerja bakti besar Januari-Desember Seluruh
warga asrama
d. Profil Ideal anak Asrama
Menuju Pribadi (Buku saku Asrama Putri SMA Stella Duce 2
Yogyakarta) :
1. Mandiri
a. Melakukan sesuatu sendiri, tidak tergantung pada orang lain
pendamping), berani mengambil keputsan dan menerima
konsekuensi serta bertanggung jawab atas keputusannya,
memiliki prinsip serta kepercayaan diri yang benar.
b. Mampu menghadapi masalah dan konflik (tidak
menghingari dan menyalahkan pendamping dan orang-orang
disekitarnya)
2. Dewasa
a. Intelektual secara Intelektual
1) Bersikap logis dan kristis, kreatif dan inovatif,
mandiri.
2) Memiliki kesadaran dari dalam dirinya bahwa
mereka sedang belajar demi masa depannya.
3) Timbul kesadaran bahwa mereka membutuhkan
waktu untuk beljar mengembangkan dirinya (belajar
tanpa harus diawasi-mandiri)
4) Berinisiatif dan berinovatif sehingga mampu
mempertimbangkan banyak hal secara memadai dan
memilih prioritas.
b. Dewasa secara sosial
1) Mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan sesama
warga dalam semangat persaudaraan sejati serta
2) Mampu berbagi dengan sesamanya.
3) Peka dan memiliki sikap belarasa yang tinggi
terhadap sesama yang mengalami kesulitan dan
bebeban berat.
4) Cinta kehidupan : peduli dan ikut melibatkan,
memelihara dan mencintai lingkungan hidup
sekitarnya.
c. Dewasa secara spritual
1) Warga asrama mampu bersyukur dan memaknai
pengalaman-pengalaman hidupnya: atas kebaikan
dan dukungan orang tua, orang-orang disekitarnya
atas kesempatan-kesempatan yang dialami dengan
kepercayaan kepada Tuhan.
2) Dengan kesadaran sendiri-tanpa dipaksa, mendalami
dan mengembangkan iman dan kepercayaannya
kepada Tuhan.
3) Mampu menerima dan bersyukur atas kelebihan dan
kekurangan dirinya.
d. Dewasa secara emosi
1) Mampu mengelola dan menyelesaikan konflik yang
dihadapi, berani menerima perbedaan di antara
sesama warga asrama sebagai sarana memperluas
2) Mengakui dan merima kelebihan dan kelemahan
orang lain.
3) Tidak mudah tersinggung-mampu mengelola emosi
secara tepat.
4) Mengakui dan menerima kelbihan diri sendiri.
5) Tidak mudah menyalahkan orang lain (teman,
pendamping, orang tua)
e. Psikologis
1) Tidak mencari perhatian secara berlebihan.
2) Memiliki daya juang dan tidak mudah mengeluh
3) Penampilan tidak berlebihan-sederhana
4) Jujur dan berani menerima dan mengakui kesalahan
dengan berbesar hati.
f. Bisa memimpin
1) Warga asrama mampu memimpin dirinya sendiri
dengan mengatur waktu secara berkualitas.
2) Mampu memimpin dirinya dan orang lain dengan
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Furchan (2005: 415-418) menjelaskan penelitian deskriptif dengan metode
survei merupakan penelitian dengan pengumpulan data yang relatif terbatas
dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik subjek yang diteliti
secara tepat. Sifat deskriptif dalam penelitian ini adalah gambaran tentang
tingkat kemandirian belajar siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang
tinggal di asrama.
Menurut Kountour (2003:105-106), ciri-ciri penelitian deskriptif
adalah sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu.
2. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun diuraikan
satu persatu.
3. Variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada perlakuan
(treatment).
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010:117). Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswi-siswi yang tinggal di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta yaitu
140 siswi. Secara rinci akan dijabarkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Jumlah Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Yang Tinggal di Asrama pada Tahun Ajaran 2013/2014
Kelas Jumlah
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). Teknik sampling yang
digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2010:124). Peneliti menggunakan siswi-siswi kelas X dan XI sebagai
subjek penelitian. Alasan peneliti mengambil subjek penelitian karena
siswi kelas XII sedang berkonsentrasi untuk menghadapi ujian nasional.
Secara rinci subjek penelitian sebagai sampel dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Jumlah Siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Yang Tinggal di Asrama Tahun Ajaran 2013/2014 Sebagai Subyek Penelitian
Kelas Jumlah
X 52
XI 40
C. Alat Pengumpulan Data
1. Kuesioner Kemandirian Belajar
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010:199). Kuesioner ini disusun
oleh peneliti. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup.
Kuesioner terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama memuat data
siswi, kata pengantar dan petunjuk pengisian. Bagian kedua memuat isi
pernyataan kuesioner yang terdiri dari butir pernyataan positif
(Favorable) dan butir pernyataan negatif (Unfavorable). Skoring yang
dilakukan untuk jawaban tiap butir kuesioner yaitu : Sangat Sesuai (SS)
diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2,
Sesuai Tidak Sesuai (TS) diberi skor 1 untuk jawaban Favorable dan
begitu sebaliknya untuk jawaban unfavorable.
Kuesioner disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek kemandirian
belajar menurut Davis yaitu kemandirian dalam pengetahuan,
kemandirian dalam aspek keterampilan dan kemandirian dalam aspek
sikap. Selain itu, Kuesioner ini juga disusun atas dasar suasana asrama
dan kondisi siswi-siswi di asrama. Kisi-kisi item kuesioner dapat dilihat
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kemandirian Belajar
No Aspek Indikator No. Item
Favorable Unfavorable
1. Kemandirian dalam
aspek pengetahuan
Memahami disiplin akademik 3,100,19,37 60,42,29,78
Memahami strategi dalam mengikuti kegiatan belajar
Dapat memetik manfaat dari hubungan sosial untuk pengembangan diri
56,75,126 66,106,18
Memiliki kebebasan untuk memutuskan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai
67,84,115 28,32,9
2. Kemandirian dalam
aspek keterampilan
3. Kemandirian dalam
aspek sikap
Pantang menyerah 36,63,107,44 124,30,14,26
Percaya diri 96,71,12,52 68,116,89,120
Memiliki keyakinan diri 117,7,76,103 48,62,97,6
Tanggung jawab 114,23,87,70 55,38,31,47
Inisiatif 33,112,69,95 72,91,59,83
Ketidakbergantungan dengan orang lain
86,93,57 98,105,64
Berkomitmen 110,34,92,77 54,108,118,80
JUMLAH ITEM 63 63
2. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya (Azwar, 2009:5). Validitas menunjuk pada “sejauh
mana suatu alat mampu mengukur apa sebenarnya diukur oleh alat
tersebut” (Furchan, 2005:293). Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2010:173). Butir-butir kuesioner yang disusun berdasarkan
aspek-aspek kemandirian belajar menurut Davis yaitu kemandirian dalam
pengetahuan, kemandirian dalam aspek keterampilan dan kemandirian
dalam aspek sikap.
Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi
merupakan suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu
tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang diukur (Furchan,
2007:295). Jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan suatu validitas yang menunjukkan sampai
dimana isi suatu tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang diukur
(Furchan, 2007:295). Validitas isi dilakukan melalui expert
judgement, yaitu Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si. sebagai dosen
pembimbing skripsi yang memiliki keahlian di bidang bimbiingan dan
Yogyakarta yang mengerti suasana dan kondisi asrama dan siswi di
asrama. Teknik uji yang digunakan melalui pendekatan analisis
korelasi Pearson Product moment.
Formula; rXY=
r = korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir
N = jumlah subyek
X = skor sub total kuesioner
Y = skor total butir-butir kuesioner
XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Penelitian ini menggunakan metode uji coba terpakai, artinya
pengumpulan data dilakukan satu kali untuk 2 tujuan, yaitu pertama,
uji coba untuk mendapatkan data dan uji validitas. Kedua, untuk
mengolah data responden berdasarkan item-item yang valid.
Tahap perhitungan setiap uji yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic
Programme for School Science) versi 15. Perhitungan SPSS
menggunakan koefisien korelasi 0,30. Semua item yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap
diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah
(Azwar,2009:65).
Peneliti melakukan uji validitas dengan mengelompokkan
item-item setiap aspek kemandirian belajar. Berdasarkan perhitungan
statistik yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh 30 item yang ≥
0,30 dan 12 item yang kurang dari 0,30 pada kemandirian dalam aspek
pengetahuan, 19 item yang ≥ 0,30 dan 11 item yang kurang dari 0,30
pada kemandirian dalam aspek keterampilan dan 46 item yang ≥ 0,30
dan 8 item yang kurang dari 0,30 pada kemandirian dalam aspek sikap.
Secara keseluruhan terdapat 95 item yang ≥ 0,30 dan 31 item yang
kurang dari 0,30. Namun, 1 item dinyatakan gugur karena persamaan
bunyi item pada aspek dan indikator sehingga terdapat 94 item yang
valid dan 32 item yang gugur. Jumlah item-item yang valid dan tidak
valid terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3.4 Item-item Krmandirian Belajar yang Tidak Valid
No Aspek Indikator No. Item
Favorable Unfavorable
1 Kemandirian dalam
aspek pengetahuan
Memahami strategi dalam mengikuti kegiatan belajar
- 111
Mengembangkan kemampuan akademik melalui relasi dengan orang lain
- 11,35
Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
21 81
Dapat memetik manfaat dari hubungan sosial untuk pengembangan diri
56,75,126 -
Memiliki kebebasan untuk memutuskan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai
No Aspek Indikator No. Item
Favorable Unfavorable
2. Kemandirian dalam
aspek keterampilan
3. Kemandirian dalam
aspek sikap
Berkomitmen 92 108,118,80
JUMLAH ITEM 15 17
TOTAL 32
Tabel di atas menunjukan bahwa dari 126 item, terdapat 94 item
yang valid dan terdapat 32 item yang tidak valid. Peneliti
memperkirakan bahwa, item-item yang tidak valid dapat disebabkan
oleh: pertama, kata-kata dan kalimat yang kurang sederhana dan jelas
sehingga sulit dimengerti oleh siswi. Kedua, terdapat item yang
bunyinya sama dalam aspek dan indikator yang sama.
b. Reliabilitas
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan
pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Penggunaan teknik analisis
Alpha Cronbach ini didasarkan atas pertimbangan penghitungan
reliabilitas skala diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang
trial administration (Azwar, 2009:87). Rumus koefisien reliabilitas
Hasil yang sudah dihitung, dikonsultasikan berdasarkan kriteria
menurut Guilford (Masidjo, 1995: 209) sebagai berikut :
Tabel 3.5 Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,20 Rendah
Negatif-0,20 Sangat rendah
Pengujian reliabilitas dilakukan peneliti dengan mengunakan
metode Alpha Cronbach. Pengujian reliabilitas dilakukan dua kali yaitu
uji reliabilitas terhadap instrumen kemandirian belajar yang belum
dilakukan uji validasi dan uji reliabilitas terhadap instrumen
kemandirian belajar yang sudah dilakukan uji validitas. Untuk uji
reliabilitas terhadap instrumen kemandirian belajar yang belum
dilakukan uji validitas didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,936
dan uji reliabilitas terhadap instrumen kemandirian belajar yang sudah
Koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa instrumen
kemandirian belajar berada pada kualifikasi sangat tinggi dan dapat
diandalkan untuk pengumpulan data.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Berikut ini adalah tahap-tahap yang ditempuh dalam pengumpulan data:
1. Persiapan dan pelaksanaan
a. Mempelajari buku-buku dan jurnal-jurnal tentang kemandirian
belajar dan perkembangan masa remaja.
b. Menyusun kuesioner tentang deskripsi tingkat kemandirian belajar
siswi-siswi SMA yang tinggal di asrama dengan mengikuti
beberapa langkah, yaitu:
1) Menetapkan dan mendefinisikan variabel penelitian, yaitu
tingkat kemandirian belajar siswi-siswi SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang tinggal di Asrama.
2) Menjabarkan variabel penelitian ke dalam aspek-aspek dan
indikator-indikatornya.
3) Menyusun item-item pernyataan sesuai dengan aspek dan
indikator yang sudah dibuat.
4) Melakukan expert judgment alat penelitian oleh para ahli yaitu
Dr. M.M Sri Hastuti,M.Si sebagai dosen pembimbing dan Sr.
Menghubungi dan bertemu dengan kepala asrama Stella Duce 2
Yogyakarta untuk meminta ijin penelitian.
5) Melakukan penelitian tentang deskripsi tingkat kemandirian
siswi-siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang tinggal di
asrama pada kelas X dan XI pada tanggal 28 Maret 2014.
6) Pengumpulan dan pengolahan data uji empirik terhadap
validitas dan reliabilitas kuesioner uji coba terpakai.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan pada siswi asrama kelas X dan
XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 pada
tanggal 28 Maret 2014. Jumlah siswi yang menjadi subjek penelitian
sesungguhnya sebanyak 92 siswi. Namun, pada saat penelitian ada 6
orang yang tidak dapat mengikuti pengisian kuesioner karena siswi
tersebut ada kegiatan setelah pulang sekolah. Oleh karena itu, subjek
penelitian ini adalah 86 peserta didik. Penyebaran dan pengawasan
pengisian kuesioner dilakukan oleh peneliti.
E. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis data, yaitu:
1. Memberi skor pada setiap alternatif jawaban yang dipilih. Norma
skoring untuk pernyataan positif adalah: sangat sesuai = 4, sesuai = 3,