• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya mencegah aborsi melalui pelajaran agama dengan audio visual bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya mencegah aborsi melalui pelajaran agama dengan audio visual bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Judul skripsi UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih dengan melihat kenyataan yang terjadi di dunia dewasa ini khususnya kemajuan dalam bidang teknologi. Kemajuan yang sangat pesat inilah yang mampu membuat masyarakat, khususnya remaja untuk bisa mengakses situs-situs yang menyajikan hal-hal yang selama ini dianggap tabu. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang terjadi di sekitar kita yang diakibatkan oleh film atau gambar porno yang bisa di dapat dari internet atau VCD. Dengan kemudahan itu, orang semakin mudah untuk bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki dan pada akhirnya sebagian besar berakhir dengan tindakan aborsi.

Audio visual merupakan sarana yang diharapkan mampu menjadi salah satu alat untuk mencegah aborsi di kalangan remaja karena sarana audio visual berisi video-video yang tentunya akan lebih membuat para remaja tersentuh. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk semakin menghargai hidup sehingga mampu mencegah para siswi melakukan aborsi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian mengenai pelajaran agama dengan audio visual sebagai upaya untuk mencegah aborsi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara

probability sampling dan membandingkan antara 2 (dua) kelas sebagai kelas audio visual dan non audio visual serta didukung dengan studi pustaka.

(2)

ix ABSTRACT

The thesis entitles THE EFFORD TO PREVENT ABORTION

THROUGH RELIGION EDUCATION USING AUDIO VISUAL FOR

FEMALE STUDENTS IN STELLA DUCE 2 HIGH SCHOOL YOGYAKARTA was chosen due to the fact happening in the world today, especially the development of technology. This rapid development could make people, especially teenagers, to access websites considered taboo. There were disordered sexual habits that happened around us because of porn films and pictures gotten from the internet or VCD. With this easy access, it was easier for people to play on their sexuality that caused many unwanted pregnancy, and at the end, most cases ended with abortion.

Audio visual was one of the facilities that hoped to be one of the ways to prevent abortion among teenagers because audio visual was about videos that would certainly make them easily touched. Based on that fact, this thesis was aimed to help female students in Stella Duce 2 High School Yogyakarta to appreciate lives so it could prevent them from doing abortion.

In the writing process, the researcher conducted a research on religion school subject using audio visual as an effort to prevent abortion in Stella Duce 2 High School Yogyakarta. The method that was used in this research was qualitative research. The sample was taken with probability sampling technique and comparing 2 (two) classes as an audio visual class and a non audio visual class, and supported by literature study.

(3)

i

UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA

DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI

DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh :

Anna Titis Widosari NIM : 081124001

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberiku anugerah cinta yang luar biasa yaitu kehidupan..

Santa Anna, pelindungku yang menjadi inspirasiku untuk selalu berusaha dan tidak berhenti berjuang dalam hidupku ini...

Keluargaku, bapak (Andreas Tukiyo), ibu (Anastasia Sri Sumiyati), dan kakak (Albertus Brian Susanto dan Rosalia Rani Widiastuti), yang selalu mengajariku untuk

mencintai, memaknai, dan menghargai kehidupan…

Keponakan kecilku, Michaela Devina Maharani dan Aloysius Drias Destrama (anak sahabatku) sumber inspirasiku menulis skripsi ini..

Melati-melati Stero dan semua perempuan diluar sana, kita semua adalah boneka porselen, keperawanan adalah titipan TUHAN yang kelak harus

dipertanggungjawabkan, begitu juga dengan hidup, sayangilah kehidupan karena kita hanyalah penjaga kehidupan, bukan pemilik kehidupan…

Aku dan seluruh hidupku

(7)

v MOTTO

Tuhan takkan terlambat, juga tak akan lebih cepat. Semuanya DIA jadikan indah tepat pada waktu-Nya. Tuhan dengar doamu, Tuhan tak pernah tinggalkanmu.

Pertolongan-Nya pasti ‘kan tiba tepat pada waktu-Nya (bdk. Pkh 3:11)

I will maintain the utmost respect for human life from it’s begining

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih dengan melihat kenyataan yang terjadi di dunia dewasa ini khususnya kemajuan dalam bidang teknologi. Kemajuan yang sangat pesat inilah yang mampu membuat masyarakat, khususnya remaja untuk bisa mengakses situs-situs yang menyajikan hal-hal yang selama ini dianggap tabu. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang terjadi di sekitar kita yang diakibatkan oleh film atau gambar porno yang bisa di dapat dari internet atau VCD. Dengan kemudahan itu, orang semakin mudah untuk bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki dan pada akhirnya sebagian besar berakhir dengan tindakan aborsi.

Audio visual merupakan sarana yang diharapkan mampu menjadi salah satu alat untuk mencegah aborsi di kalangan remaja karena sarana audio visual berisi video-video yang tentunya akan lebih membuat para remaja tersentuh. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para siswi yang ada di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk semakin menghargai hidup sehingga mampu mencegah para siswi melakukan aborsi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian mengenai pelajaran agama dengan audio visual sebagai upaya untuk mencegah aborsi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara

probability sampling dan membandingkan antara 2 (dua) kelas sebagai kelas audio visual dan non audio visual serta didukung dengan studi pustaka.

(11)

ix ABSTRACT

The thesis entitles THE EFFORD TO PREVENT ABORTION

THROUGH RELIGION EDUCATION USING AUDIO VISUAL FOR

FEMALE STUDENTS IN STELLA DUCE 2 HIGH SCHOOL YOGYAKARTA was chosen due to the fact happening in the world today, especially the development of technology. This rapid development could make people, especially teenagers, to access websites considered taboo. There were disordered sexual habits that happened around us because of porn films and pictures gotten from the internet or VCD. With this easy access, it was easier for people to play on their sexuality that caused many unwanted pregnancy, and at the end, most cases ended with abortion.

Audio visual was one of the facilities that hoped to be one of the ways to prevent abortion among teenagers because audio visual was about videos that would certainly make them easily touched. Based on that fact, this thesis was aimed to help female students in Stella Duce 2 High School Yogyakarta to appreciate lives so it could prevent them from doing abortion.

In the writing process, the researcher conducted a research on religion school subject using audio visual as an effort to prevent abortion in Stella Duce 2 High School Yogyakarta. The method that was used in this research was qualitative research. The sample was taken with probability sampling technique and comparing 2 (two) classes as an audio visual class and a non audio visual class, and supported by literature study.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Terima kasih Bapa, terima kasih Yesus, terima kasih Roh Kudus, terima kasih Bunda Maria, dan terima kasih Santa Anna! Syukur tiada henti-hentinya keluar di hadapan tahta-Mu atas terselesaikannya skripsi ini. Memang, hidup adalah suatu keindahan yang harus dikagumi dan suatu janji yang harus dipenuhi! Inilah yang memotivasi penulis untuk menyelesaikan sebuah pemikiran selama penulis belajar kateketik selama 4 tahun. Sungguh suatu anugerah cinta luar biasa yang telah penulis dapatkan dari Tuhan Yesus karena dengan segala jerih payah, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Mencegah Aborsi Melalui Pelajaran Agama Dengan Audio Visual Bagi Para Sisiwi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”.

Skripsi ini ditulis berawal dari keprihatinan penulis akan pergaulan di jaman ini yang terlampau bebas di mana norma-norma pergaulan tidak lagi mampu memberikan acuan dalam menentukan bagaimana seharusnya bergaul. Banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas yang mengarah padafree seks yang berujung dengan kasus aborsi. Hal ini memperlihatkan pada kita semua akan kurangnya penghargaan terhadap hidup manusia, khususnya kehidupan yang berawal dari dalam rahim seorang perempuan.

(13)

xi

akan penyertaan Tuhan secara khusus dalam panggilan dan penghayatan penulis sebagai calon pewarta yang sejati. Segala tantangan dan hambatan yang penulis rasakan dapat teratasi dengan bantuan, dukungan, kerjasama, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada :

1. Dr. C.B.Kusmaryanto, SCJ, selaku dosen pembimbing utama yang dengan setia dan sabar selalu meluangkan waktu, pikiran, tenaga, doa, dan motivasi kepada penulis. Terima kasih untuk proses bimbingan selama ini, khususnya untuk kritik dan masukannya sehingga penulis merasa semakin mampu mencintai skripsi ini dari awal hingga akhir penulisan.

2. Drs. HJ. Suhardiyanto, SJ, dan Bpk Y.H Bintang Nusantara, SFK M.Hum selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak perhatian dan pendampingan baik selama penulisan skripsi ini maupun selama proses studi di kampus yang penulis cintai ini.

3. Dr. CB. Putranta, SJ, selaku dosen penguji skripsi yang selalu memberi dukungan dan usulan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Sr. Fidelis Budiriastuti, CB selaku kepala SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

(14)

xii

6. Melati-melati Stero angkatan 2012, khususnya kelas XE dan XA yang telah membantu penulis untuk bersama-sama belajar dalam proses penyelesaian skripsi ini. Melalui pengalaman ini, penulis sungguh menerima banyak masukan, saran, serta peneguhan mulai dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

7. Segenap staf dosen, sekretariat, perpustakaan, dan karyawan IPPAK-USD dan Kolsani yang telah begitu banyak melimpahi penulis dengan ilmu, perhatian, dukungan, bimbingan, doa, serta senyuman yang selalu menguatkan penulis menjalani proses studi di kampus IPPAK.

8. Keluarga yang sangat penulis cintai: bapak, ibu, kakak, dan keponakan kecilku, yang semakin hari semakin membuatku mencintai dan mengagumi hidup.

9. Sahabat-sahabatku di IPPAK angkatan 2008 yang selalu memberikan warna, dorongan, dan semangat untuk tidak kenal lelah dalam berjuang terutama dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sampai jumpa di lain kesempatan!

10. Dua sahabat sepanjang masaku : Maria Eka Savitri dan Priscilia Lukma Dihartati yang selalu menjadi tempat berteduh dan selalu memberikan kekuatan serta harapan disaat hati ini mulai merasa lelah, hampir menyerah, dan merasa tak mampu.

(15)
(16)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

A. Latar Belakang Penulisan ... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan. ... 11

E. Metode Penulisan ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II. ABORSI DAN PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL... 14

A. Aborsi ... 14

1. Pengertian Aborsi ... 14

2. Sejarah Aborsi... 16

3. Macam-macam Aborsi... 18

a. AborsiProvocatus... 19

b. AborsiTherapeutic/ Medicalis... 19

(17)

xv

d. AborsiEugenetik... 20

e. Aborsi Langsung-Tak Langsung ... 20

f. Selective Abortion ... 20

4. Pro dan Kontra Aborsi... 21

a. Pro-life ... 21

b. Pro-Choice... 22

5. Akibat Aborsi ... 22

6. Situasi di Indonesia... 25

a. Kode Etik Kedokteran Indonesia ... 26

b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ... 26

c. UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 ... 27

7. Ajaran Gereja Mengenai Aborsi... 29

a. Gaudium et Spes ... 29

b. Declaratio De Abortu Procurato... 30

c. Kitab Hukum Kanonik... 30

d. KatekismusGereja Katolik ... 32

e. Evangelium Vitae ... 32

B. Pelajaran Agama di Sekolah... 33

1. Hakikat Dasar dan Tujuan PAK di Sekolah ... 33

2. Model PAK ... 34

a. Model Transmisi atau Transfer... 34

b. Model Yang Berpusatkan Pada Hidup Peserta ... 34

c. Model Praksis ... 35

d. Model Pendidikan Yang Bersifat Estetis ... 35

C. Audio Visual... 35

1. Pengertian Audio Visual ... 35

(18)

xvi

BAB III. PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI

DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 40

A. Gambaran Umum Situasi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta... 40

1. Sejarah Singkat SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 40

2. Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta ... 41

B. Metodologi Penelitian... 42

1. Jenis Penelitian ... 42

2. Tempat dan Waktu Penelitian... 43

3. Populasi dan Sampel... 43

4. Teknik Pengumpulan Data... 44

5. Instrumen Penelitian ... 44

6. Teknik Analisis Data ... 45

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 45

C. Hasil Penelitian ... 51

1. Kelas Non Audio Visual ... 51

2. Kelas Audio Visual ... 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 54

A. Pemahaman Siswi Di Kelas Non Audio Visual ... 54

B. Pemahaman Siswi Di Kelas Audio Visual ... 55

C. Rangkuman Hasil Penelitian... 55

BAB V. USULAN PROGRAM PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL SEBAGAI UPAYA MENCEGAH ABORSI BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA ... 60

A. Latar Belakang Pemilihan Program ... 60

(19)

xvii

C. Uraian Tema dan Tujuan ... 66

D. Penjabaran Program... 68

E. Contoh Persiapan Program ... 75

F. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 85

BAB VI. PENUTUP ... 86

1. Kesimpulan ... 86

2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN... 177

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Kuisioner... (2)

Lampiran 3 : Seksualitas Sebagai Anugerah Allah ... (4)

Lampiran 4 : Aborsi? Gak banget dech! ... (9)

(20)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Katolik dengan pengantar dan catatan lengkap. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Katolik). Ende:Arnoldus.2003.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus ke II tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

EN : Evangelii Nuntiandi, Ajakan Apostolik Paus Paulus VI tentang pewartaan Injil dalam dunia Moderen, 8 Desember 1975.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember, 1965.

(21)

xix

EV : Evangelium Vitae, Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang nilai hidup manusiawi yang tak dapat diganggu gugat, 25 Maret 1995.

C. Singkatan Peralatan Media Komunikasi 1. LCD : Liquid Christal Display

2. HP : Hand Phone

3. VCD : Video Compact Disc 4. DVD : Digital Video Disc 5. TV : Televisi

6. AV : Audio Visual

D. Singkatan dalam Dunia Pendidikan

1. RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Wkt : Waktu

3. Idk : Indikator

4. SPG : Sekolah Pendidikan Guru 5. PAK : Pendidikan Agama Katolik

E. Singkatan dalam Dunia Kesehatan 1. KB : Keluarga Berencana

(22)

xx 3. AMA : American Medical Assosiation 4. PAS : Post Abortion Syndrome

5. Kodeki : Kode Etik Kedokteran Indonesia 6. HIV : Human Immunodeficiency Virus

F. Singkatan Lain

1. BKkBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2. Bdk : Bandingkan

3. Art : Artikel

4. KUHP : Kitab Undang Hukum Pidana

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi di dunia ini mengalami kemajuan yang sangat cepat. Penerapan teknologi di setiap aspek kehidupan sudah dianggap sebagai suatu kebutuhan. Manusia hidup dalam jaman komunikasi yang sangat baru dan mempunyai dampak yang permanen dalam cara orang mendengarkan. Menurut Black Jay dan Frederick Whitney sebagaimana dikutip Iswarahadi, komunikasi merupakan proses di mana masing-masing individu terlibat dalam tukar menukar makna. Dalam proses itu seorang individu (komunikator) menyampaikan

stimulus (rangsangan) untuk mengubah perilaku individu lain. Komunikasi terjadi apabila informasi beralih dari satu tempat ke tempat lain. Komunikasi tidak hanya terdiri dari penyampaian pesan secara verbal, langsung, dan dengan maksud tertentu, melainkan juga semua proses di mana orang saling mempengaruhi satu sama lain. Kegiatan komunikasi antar manusia harus dimengerti sebagai proses yang membutuhkan setidak-tidaknya dua unsur, yaitu peristiwa di luar individu (stimulus) dan individu yang bereaksi. Ada pengirim dan penerima pesan. Reaksi dari penerima disebut feedback (Iswarahadi, 2010:19-20).

(24)

laptop, loudspeaker, dan sebagainya sudah bisa digunakan. Tentu hal tersebut sangat membantu siswa untuk lebih memahami suatu materi dalam proses pembelajaran daripada siswa yang hanya mendengarkan dan membaca buku panduan.

Namun tidak bisa dipungkiri perkembangan teknologi sedemikian rupa juga mempunyai dampak negatif. Misalnya saja dengan adanya internet dan hand phone

(HP) yang bisa menjelajah dunia maya yang banyak memuat situs-situs porno. Kemudahan ini menjadikan semua orang bisa mengakses dan melihat semua hal yang selama ini dianggap tabu. Tidak sedikit kasus tindakan seksual yang menyimpang terjadi diakibatkan oleh film atau gambar porno yang bisa di dapat dari internet atau VCD. Dengan kemudahan itu, orang semakin mudah untuk bermain-main dengan seksualitasnya yang mengakibatkan semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak dikehendaki dan sebagian besar berakhir dengan tindakan aborsi.

(25)

iman bagi sesama manusia. Gereja justru merasa bersalah jika tidak menggunakan alat-alat yang luar biasa ampuh ini (bdk Evangelii Nuntiandi art. 45).

Untuk memanfaatkan perkembangan jaman yang semakin pesat inilah dapat digunakan audio visual. Audio visual bukan hanya gagasan yang diungkapkan dalam gambar dan musik. Audio visual merupakan perpanjangan elektronik getaran pribadi seseorang, merupakan perpanjangan elektronik seluruh pengalaman seseorang (Adisusanto, 1980:8). Media audio visual merupakan perpaduan antara media audio dan media visual. Media audio adalah media yang hanya bisa dinikmati oleh indera pendengar, sedangkan media visual adalah media yang hanya bisa dinikmati oleh indera penglihat. Yang termasuk dalam audio visual adalah televisi, video, film, dan lain sebagainya. Beberapa media yang dapat digolongkan ke dalam media audio visual antara lain VCD, DVD, televisi, video, kaset, film, dan sebagainya yang dapat mengajak para penonton untuk berimajinasi dan berefleksi.

(26)

diperbolehkan, kecuali mengancam nyawa ibu atau janin, dan kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis asal sudah mendapatkan konseling. Selanjutnya dalam pasal 76, dijabarkan kriteria-kriteria dimana aborsi diperbolehkan. Kriteria tersebut antara lain sebelum kehamilan berumur 6 minggu kecuali dalam hal kedaruratan medis, hanya boleh ditangani oleh tenaga kesehatan yang bersertifikat dan diberi kewenangan, kemudian kriteria yang lain harus ada ijin dari wanita yang bersangkutan dan suami (kecuali korban perkosaan).

Berdasarkan data dari BKkBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), ada sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia, berarti ada sekitar 2 juta nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu (http://www.aborsi.org/statistik.htm). Jumlah aborsi ini tentu saja cukup mencengangkan sebab angka ini hampir mendekati angka aborsi di Amerika Serikat, salah satu negara yang melegalkan aborsi (3 juta aborsi tiap tahunnya dengan jumlah penduduk sekitar 300 juta). Yang lebih memprihatinkan lagi bahwa 30% - 50% dari perempuan yang melakukan aborsi di Indonesia meninggal karenanya (dr Angela N. Abidin, MARS dalam Tolak Aborsi, Kusmaryanto, 2005:163).

(27)

pengalamannya mengurut wanita hamil untuk menggugurkan kandungan. (Kusmaryanto, 2004:36). Biaya aborsi di beberapa klinik yang masih diilegalkan sekitar 5 juta, sedangkan biaya layanan aborsi yang aman dengan fasilitas pendukung yang memadai hanya membutuhkan biaya sekitar 600 ribu. Praktek aborsi di klinik-klinik tersebut belum terjamin keamanannya karena memang tidak tersedia layanan aborsi.(http://nasional.kompas.com/read/2008/08/29/04170024/biayaaborsisebenarnya .hanya.Rp.600ribu ). Tentu hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Kesehatan no. 36 tahun 2009 pasal 73 dimana dalam pasal ini pemerintah menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman dan bermutu bagi masyarakat. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa dunia saat ini kurang memberikan penghargaan terhadap hidup manusia. Memang frekuensi terjadinya kasus aborsi sangat sulit dihitung secara akurat karena kejadian tersebut sangat sering terjadi tanpa dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi sehingga perlu penanganan di Rumah Sakit.

(28)

kelahiran yang terlalu rapat, jumlah anak yang cukup banyak, merasa terlalu tua untuk melahirkan, dan lain sebagainya. Faktanya yang melakukan aborsi menurut Prof. Dr. Sudraji Sumapraja, seorang ahli kebidanan dan kandungan, sebagian besar pelakunya (99,7%) adalah ibu rumah tangga yang sudah menikah. Sementara itu menurut Biran Affandi, ketua umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) mengatakan bahwa 89% yang melakukan aborsi adalah ibu-ibu yang sudah menikah, sedangkan jumlah mereka yang belum menikah hanya 11%. Dari 11% yang belum menikah itu terdiri atas 45% yang akan menikah dan 55% belum berencana menikah. (Kusmaryanto, 2005:45-46).

Seharusnya aborsi tidak layak dilakukan dalam rangka mencegah bertambahnya anak sebab untuk maksud itu ada begitu banyak cara yang sama sekali tidak bersifat menggugurkan. Aborsi tidak layak dilakukan untuk mencegah rasa malu atau kemiskinan, sebab rasa malu dan kemiskinan dapat dipecahkan dengan cara-cara lain yang lebih terpuji, tanpa pengguguran sama sekali. Meskipun demikian, ada jenis aborsi yang diperbolehkan dalam kasus tertentu misalnya konflik frontal antara nyawa ibu dan bayinya. Prinsip dalam aborsi ini adalah menyelamatkan yang paling mungkin diselamatkan. Jika ibunya yang paling mungkin diselamatkan, maka ibunya yang harus diselamatkan, tetapi jika bayinya yang mungkin diselamatkan, maka bayinya yang harus diselamatkan.

(29)

terkadang membuat orang kehilangan akal sehatnya dan merasa bahwa aborsi merupakan satu-satunya cara yang harus dan bisa dilakukan.

Kaum muda memiliki rasa keingintahuan yang besar yang terkadang membuat mereka mencoba melakukan sesuatu karena penasaran tanpa memikirkan akibat atau dampak yang ditimbulkannya. Tidak jarang pula kita menemui kaum muda terjerumus dalam pergaulan bebas, yang mana membuat mereka mengenal narkotika, tawuran, seks bebas, dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kaum muda adalah generasi penerus dan masa depan bangsa dan Gereja. Jika mereka tidak mendapatkan pendampingan dan arahan memadai, masa depan akan hancur bahkan moral bangsa menjadi nol. Dalam Pedoman Pastoral Keluarga KWI 2011 dikatakan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab dan berkewajiban untuk memberi pendidikan iman dan moral kepada anak-anak mereka (bdk art 30). Tetapi dalam kenyataannya tidak semua orang tua memberikan pengetahuan moral kepada anak-anak mereka terutama dalam masalah seksualitas. Seksualitas dianggap sebagai hal yang tabu terutama jika dibicarakan secara terang-terangan.

(30)

pendidikan seksualitas dalam keluarga. Ada orang tua yang memberikan pendidikan seksualitas kepada anaknya, tetapi juga ada yang menganggapnya sebagai hal yang tabu. Arahan atau pendampingan semacam inilah dirasakan sangat penting untuk mencegah adanya tindakan aborsi bagi para siswi. Jika ada siswi yang melakukan tindak aborsi, maka dia akan menerima sanksi yang cukup berat dari sekolah yakni dikembalikan kepada orang tuanya, atau meminta siswi untuk mengundurkan diri dari sekolah.

Melalui pembelajaran pelajaran Agama dengan menggunakan audio visual, para siswi diberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai aborsi itu sendiri misalnya dengan menggunakan film yang menceritakan tentang aborsi. Dengan pemanfaatan media audio visual inilah, diharapkan ajaran-ajaran iman lebih mudah ditangkap dan dipahami. Tidak hanya terbatas melalui film saja, buku-buku, majalah, dan bacaan-bacaan tentang aborsi dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan sarana untuk memperluas wawasan guna meningkatkan pemahaman mereka terhadap aborsi dan arti dari sebuah kehidupan.

(31)

kreatifitas, affektivitas, dan kesadaran yang kritis. Jelas bahwa dalam hal ini unsur subjektifitas sangat besar dan memegang peranan yang pokok.

Pierre Babin OMI, professor komunikasi audio-visual dari Crec AVEX, Catholic University of Lyon, Prancis dalam bukunya The New Era in Religious Communication sebagaimana dikutip oleh Iswarahadi, menegaskan bahwa televisi lebih mengutamakan bahasa simbolis daripada bahasa konseptual. Bahasa simbolis adalah bahasa yang menggoda, menggetarkan emosi sebelum akhirnya ia berfungsi menerangkan. Bahasa simbolis menggerakkan bukan hanya roh, tetapi juga hati dan tubuh kita. Bahasa simbolis adalah bahasa yang penuh resonansi, ritme, cerita, imaginasi, sugesti dan koneksi (Iswarahadi, 2010:23). Dengan pemanfaatan media audio visual inilah diharapkan ajaran-ajaran iman dapat lebih mudah ditangkap dan dipahami oleh para siswi.

Oleh karena itu, penulis mengangkat judul skripsi “UPAYA MENCEGAH ABORSI MELALUI PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Keprihatinan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini adalah terjadinya praktek aborsi yang dilakukan anak SMA sebagai akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang menjadi perhatian penulis adalah :

(32)

2. Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai aborsi?

3. Seberapa besar efektivitas audio visual dalam memberi pemahaman dan pencegahan siswi melakukan aborsi?

4. Program apakah yang dapat membantu para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk mencegah aborsi?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai pada penulisan ini adalah :

1. Memberikan pengertian dan pengetahuan yang benar mengenai aborsi dengan segala dampak yang ditimbulkannya.

2. Memaparkan ajaran Gereja Katolik mengenai aborsi agar semakin menghormati martabat hidup manusia.

3. Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas audio visual dalam memberi pemahaman dan pencegahan siswi untuk melakukan tindakan aborsi.

4. Mencari program pendampingan yang dapat membantu para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk mencegah tindakan aborsi.

(33)

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang hendak dicapai pada penulisan ini adalah : 1. Akademis

Tulisan ini akan memberikan pengetahuan mengenai aborsi dan seberapa besar efektivitas penggunaan audio visual dalam memberikan pengetahuan dan pencegahan tindakan aborsi.

2. Praktis

Tulisan ini diharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi bagaimana mencegah agar tidak terjadi tindakan aborsi serta mampu memberikan usulan pembelajaran yang menarik yaitu dengan menggunakan sarana audio visual untuk mencegah aborsi.

3. Bagi Diri Sendiri

Tulisan ini diharapkan mampu mengembangkan wawasan dan keterampilan penulis dalam penggunaan sarana audio visual sebagai usaha untuk memberikan pemahaman dan pencegahan tindakan aborsi.

E. Metode Penulisan

(34)

Selain itu juga penulis menggunakan sumber-sumber kepustakaan yang dapat mendukung judul skripsi yang ditulis dalam studi pustaka.

F. Sistematika Penulisan

Judul yang dipilih adalah “Upaya Mencegah Aborsi Melalui Pelajaran Agama Dengan Audio Visual Bagi Para Siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta”. Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam enam bab. Adapun perincian sebagai berikut : Bab I : Diawali dengan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II :Terdiri dari tiga bagian, bagian pertama menguraikan kajian pustaka mengenai pengertian aborsi, macam-macam aborsi, pandangan mengenai aborsi, akibat yang ditimbulkan, dan ajaran Magisterium mengenai aborsi. Bagian kedua berisi tentang Pelajaran Agama di sekolah yang meliputi hakikat dasar Pelajaran Agama di sekolah, metode dan model Pelajaran Agama di sekolah, dan peranan pelajaran Agama di sekolah. Bagian ketiga berisi tentang pengertian audio visual dan contoh-contoh audio visual..

Bab III : Memaparkan hasil penelitian yang penulis peroleh lewat perbandingan kelas audio visual dan non audio visual yang telah dilakukan kepada siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

(35)

menggunakan audio visual dengan melakukan pre-test dan post-test pada 2 (dua) kelas yang berbeda.

Bab V :Berisi tentang usulan program pendampingan dalam rangka mencegah tindakan aborsi bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang meliputi pemikiran dasar, situasi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, penjabaran program pendampingan bagi para siswi di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, dan contoh penjabaran satuan persiapan.

(36)

BAB II

ABORSI DAN PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL

A. Aborsi

1. Pengertian Aborsi

Aborsi berasal dari bahasa latin abortio yang berarti pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur di mana janin itu belum bisa hidup di luar kandungan. Secara medis janin bisa hidup di luar kandungan pada umur 24 minggu. Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian, sedangkan pengeluaran janin sesudah umur 24 minggu dan mati tidak disebut aborsi lagi melainkan pembunuhan bayi (infanticide). Dalam terminologi moral dan hukum, aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan kelahirannya yang mengakibatkan kematian (Kusmaryanto, 2005: 15). Umur janin bisa hidup diluar kandungan ini ada yang memberi batas 20 minggu tetapi ada pula yang memberi batas 24 minggu atau sampai awal trimester ketiga. Dengan

kata lain, “pengeluaran” itu dimaksudkan dengan keluarnya janin dilakukan secara

(37)

Secara moral, aborsi berarti pengeluaran janin secara sengaja yangmengakibatkan kematian si janin yang terjadi sejak pembuahan sampai pada kelahirannya.

Ada 2 (dua) macam kejadian yang dapat menghentikan kehamilan yakni aborsi spontan (abortus spontaneus) di mana aborsi ini terjadi secara alami tanpa intervensi tindakan medis, dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus) di mana aborsi ini terjadi melalui tindakan medis baik dengan obat-obatan atau tindakan bedah. Dalam bahasa Indonesia, abortus provocatus sering disebut dengan pengguguran kandungan dan abortus spontaneus sering disebut sebagai keguguran. Terkadang abortus spontaneus disebabkan oleh penyakit, sehingga setelah diobati memungkinkan lagi kehamilan baru. Tetapi sering kali abortus spontaneus tidak mempunyai sebab yang jelas. Dengan begitu secara moral abortus spontaneus tidak masalah. Sebaliknya,

abortus provocatus adalah pembunuhan terhadap makhluk insani yang dilakukan oleh manusia sehingga hal tersebut sangat berlawanan dengan moral dan hukum.

Aborsi dapat dilakukan dengan cara meminum obat-obatan tertentu dengan tujuan mengakhiri kehamilan, bisa juga dengan mengunjungi para pelaku aborsi seperti dokter atau dukun untuk mengeluarkan janin yang ada di dalam rahimnya baik melalui proses penyedotan atau dengan melebarkan leher rahim dan menguret isinya. Dipandang dari segi medis-teknis, aborsi paling mudah dilakukan dalam trimester

(38)

total. Cara ini hanya dapat dilakukan oleh klinikus yang terampil. Metode lain lagi yang sering dipakai sesudah minggu ke-20 adalah instillation abortion di mana cairan yang mematikan si fetus disuntikkan ke dalam rongga amnion, lalu isi rahim dikeluarkan secara alami. Aborsi yang dilakukan diatas trimester kedua biasanya dilakukan di rumah sakit agar setiap terjadi komplikasi dapat segera ditangani.

Metode aborsi yang masih agak baru adalah pil aborsi atau RU-486 (mifepristone) yang ditemukan di Perancis dan mulai dipakai di sana sejak tahun 1988. RU-486 ini dianggap efektif guna mengaborsi kehamilan sampai 7 minggu sejak menstuasi terakhir. Perempuan harus mengunjungi dokter sebanyak 3 kali. Pada kunjungan pertama, seorang perempuan mendapatkan obat yang memblokir hormon progesteron sehingga embrio mati. Dua hari kemudian dia harus ke dokter lagi agar memperoleh obat yang mengakibatkan kontraksi dalam rahim, sehingga embrio akan keluar secara alami. Sesudah tiga minggu kunjungan terakhirnya dia harus ke dokter lagi untuk memastikan bahwa aborsi berlangsung dengan lengkap. Metode pil aborsi lebih menjamin privacy bagi si perempuan, karena dia tidak perlu ke klinik untuk menjalani prosedur bedah. Secara psikologis metode ini lebih dekat dengan keguguran yang spontan.

2. Sejarah Aborsi

(39)

berbagai tempat. Aborsi hampir selalu dipraktekkan di luar profesi medis atau para

“dukun”, sebab kondisi kehamilan yang normal saat itu tidak dilihat sebagai wilayah

profesi medis. Para dokter hanya menangani orang sakit, sedangkan ibu hamil tidak dianggap sebagai orang sakit. Baru pada abad ke-19 kehamilan mulai diterima sebagai kondisi medis yang perlu ditangani oleh dokter.

Sikap anti aborsi ini berasal dari Sumpah Hippokrates yang kemudian menjadi unsur fundamental dalam etika kedokteran sampai saat ini. Para sejarawan mencatat lagi bahwa dalam hal ini Sumpah Hippokrates jelas berseberangan dengan tata nilai yang menandai masyarakat Yunani pada saat itu. Dalam kalangan Yunani kuno, aborsi dan pembunuhan anak kecil diterima tanpa keberatan dan ramai dipraktekkan. Bagi Hippokrates, kehidupan manusia merupakan suatu nilai yang suci.

Profesi medis sendiri dengan tegas menolak aborsi. Suara para dokter berkumandang dengan lebih jelas sejak mereka berhimpun dalam organisasi profesi yang resmi, misalnya AMA (American Medical Assosiation) yang didirikan pada tahun 1847 mengeluarkan pernyataan anti aborsi yang cukup keras, di mana sikap ini menandai juga ikatan-ikatan dokter yang terbentuk di negara-negara lain dan membawa dampak yang cukup kuat atas kebijakan negara masing-masing. Peraturan hukum anti aborsi di banyak negara baru disusun pada abad ke-19.

(40)

dalam bentuk modern. Deklarasi ini menjadi sumber bagi semua anggota WMA untuk merumuskan Sumpah Dokter mereka masing-masing, termasuk juga Indonesia (K.Bertens, 2002:7).

Deklarasi Jenewa tetap mempertahankan tradisi anti aborsi dengan menegaskan : I will maintain the utmost respect for human life from the time of conception yang pada akhirnya kalimat terakhir diganti dengan from it’s beginning. Hal ini dikarenakan WMA menanggap bahwa kapanpun kehidupan manusia dianggap mulai, profesi kedokteran harus menghormatinya sejak saat itu (K.Bertens, 2002:7).

Deklarasi Jenewa diterima oleh Majelis Umum dari Asosiasi Kedokteran Dunia (World Medical Association) pada tahun 1948 di Jenewa dan diperbaiki pada tahun 1968 di Sydney. Deklarasi ini berisi tentang dedikasi para dokter pada tujuan kemanusiaan sebagai reaksi dari tindakan jahat medis yang dilakukan para dokter saat masa Nazi Jerman. Deklarasi ini dapat dianggap sebagai versi modern dari Sumpah Hippokrates. Pada waktu diterima sebagai anggota profesi medis, salah satu sumpah yang diucapkan adalah aku akan mempertahankan rasa hormat setinggi-tingginya untuk kehidupan manusia, mulai dari permulaannya, bahkan bila terancam, dan aku tak akan menggunakan pengetahuan medisku bertentangan dengan hukum-hukum kemanusiaan (http://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Jenewa).

3. Macam-macam Aborsi

(41)

a. Aborsi provocatus

Yang dimaksudkan dengan aborsi provocatus adalah pengeluaran janin yang dilakukan dengan sengaja oleh campur tangan manusia baik melalui alat mekanik, obat, atau cara lainnya. Oleh karena janin itu dikeluarkan secara sengaja dengan

campur tangan manusia, maka aborsi jenis ini dinamakan dengan “procured abortion

atau “aborsi provocatus” atau aborsi yang disengaja.

b. Aborsi therapeutic/ medicinalis

Aborsi therapeutic adalah penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu si janin, atau menghindarkan si ibu dari kerusakan fatal pada kesehatan atau tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan (irriversible) lagi. Pada kenyataannya aborsi jenis ini merupakan keadaan sulit dan dilematis karena terpaksa memilih salah satu dari antara hak hidup yang tinggi nilainya. Oleh karena itu, sebelum dilaksanakan aborsi ini perlu dicermati benar-benar apakah memang nyawa ibu hanya bisa diselamatkan dengan cara aborsi.

c. Aborsi kriminalis

(42)

d. Aborsi eugenetik

Eugenetik berasal dari kata “eu” yang berarti baik dan “gen” yang artinya

keturunan. Aborsi eugenetik adalah penghentian kehamilan untuk menghindari kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit genetis. Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan yang baik saja. Jika kriteria eugenetik ini diterapkan pada manusia maka akan menjadi masalah yang besar sebab dengan tindakan tersebut orang-orang cacat, baik secara fisik maupun mental tidak berhak untuk hidup di dunia dan harus dibunuh.

e. Aborsi langsung-tak langsung

Aborsi langsung adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada di dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung adalah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan menjadi tujuan dalam tindakan itu.misalnya seorang ibu yang hamil mengidap penyakit kanker rahim ganas. Maka dokter yang bersangkutan tentunya akan mengambil tindakan untuk mengangkat rahim itu karena jika tidak diangkat akan menjalar ke bagian tubuh lainnya dan mengakibatkan kematian. Maka janin yang ada di dalam rahin ibu tersebut ikut terangkat dan mati. Ini adalah konsekuensi yang tak dapat dihindarkan atas tindakan pengangkatan rahim itu.

f. Selective abortion

(43)

wanita yang mengadakan ”pre natal diagnosis” yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan. Tujuannya adalah mendeteksi sejak awal adanya penyakit dan kelainan genetis pada seorang janin supaya bisa diadakannya tindakan pencegahan, pengobatan, dan koreksi gen bila diperlukan. Hanya saja sampai sekarang kemampuan untuk tindakan ini masih sangat terbatas sehingga tidak semua penyakit dan kelainan genetis tersebut bisa diatasi dengan memuaskan. Kalaupun ada pengobatannya pasti mahal sekali. Oleh karena itu jika ada kelainan pada si janin, beberapa wanita akan memilih menggugurkan kandungannya.

4. Pro dan Kontra Aborsi

Christoper Danes, (2000:70-71) dalam bukunya Moral Sosial Aktual dalam Perspektif Iman Kristen menguraikan dua macam pandangan aborsi yaitu:

a. Pro-life

Beberapa kelompok yang berada dalam posisi pro-life menyatakan dukungan sepenuhnya untuk menentang aborsi langsung dan menegaskan bahwa tindakan aborsi merupakan sesuatu yang salah dan tidak dapat dibenarkan. Posisi pro-life menegaskan empat alasan pendukung argumentasi mereka yakni:

1) Kehidupan dimulai pada saat terjadinya konsepsi

2) Pemutusan kehidupan manusia yang tak berdosa secara langsung selalu salah 3) Sejak saat terjadinya konsepsi ada kehidupan manusia yang tidak berdosa

(44)

Berdasarkan argumentasi di atas, penghargaan atas martabat hidup manusia ditunjukkan dengan klaim bahwa sejak pembuahan sebetulnya dalam rahim seorang perempuan telah ada seorang pribadi manusia. Dengan demikian aborsi secara langsung sama artinya dengan tindakan pembunuhan atas manusia.

b. Pro-choice

Posisi pro-choice pada prinsipnya menerima aborsi sebagai sesuatu yang dapat dilakukan dan dapat dibenarkan. Ada beberapa argumentasi yang pada umumnya selalu bertentangan dengan alasan kaum pro-life, yaitu:

1) Perempuan memiliki hak untuk mengontrol tubuhnya sendiri dan berhak menentukan apa yang harus mereka lakukan atas tubuh mereka. Janin merupakan bagian tubuh wanita yang mengandungnya.

2) Walaupun janin adalah manusia tetapi dia bisa bisa dianggap sebagai pencuri yang menerobos ke dalam tubuh wanita, sehingga ia bisa dilenyapkan sebagai bentuk tindakan perlawanan wanita atas pencurian yang dilakukan oleh si janin.

5. Akibat Aborsi

(45)

setiap perempuan, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Para pelaku aborsi mengemukakan bahwa dampak yang mereka rasakan selama dan sesudah melakukan aborsi berupa rasa sakit yang teramat sangat dan berdampak psikologis. Secara jelas perasaan sakit yang dialami oleh para pelaku pada waktu pelaksanaan aborsi terungkap dari pernyataan salah seorang pelaku yang melakukan aborsi dengan cara diurut sebagai berikut :

“Pada saat dukun mulai mengurut perlahan-lahan, keringat dingin saya bercucuran. Makin lama rasa sakitnya seperti tidak tertahankan apalagi pada saat dukun mengepalkan kedua tangannya, menekan dari arah berlawanan ke atas dan ke bawah dengan tujuan memecahkan bakal janin, pada waktu darah mulai keluar pertanda bakal janin sudah pecah, saat itulah puncak kesakitan yang

pernah saya alami selama hidup”(Faisal, 1998:29).

Pelaku aborsi lainnya yang melakukan aborsi dengan memasukkan tungkai ke dalam rahim menggambarkan perasaan sakitnya sebagai berikut :

“Pada awalnya perut saya diurut, ditekan dari atas ke bawah perlahan-lahan, semakin lama semakin sakit rasanya. Bersamaan dengan itu tungkai daun jarak dimasukkan ke rahim kemudian diputar-putar untuk mengait janin keluar, rasa sakit seperti sudah tak tertahankan lagi, akibatnya handuk yang disisipkan ke mulut saya gigit keras sekali tanpa sadar, puncak rasa sakit terjadi pada waktu bakal janin ditarik keluar ditambah pijatan menekan perut, rasanya sulit

dibayangkan mengapa saya berani menghadapi resiko seperti ini” (Faisal, 1998:29).

(46)

yang kurang baik, rasa sakit dan berbagai keluhan seperti pusing-pusing dan nyeri bagian kandungan akan dirasakan lebih lama lagi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap perempuan yang akan melakukan aborsi yaitu resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan resiko gangguan psikologis (http://www.aborsi.org/resiko.htm) :

a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik.

Pada saat dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi oleh seorang perempuan, yaitu :

1) Kematian mendadak karena pendarahan hebat dan pembiusan yang gagal. 2) Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan.

3) Kerusakan leher rahim (cervical lacerations)yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

4) Rahim yang sobek (uterine perforation)

5) Kanker payudara karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada perempuan dan kanker indung telur (Ovarian Cancer)

6) Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

7) Kanker Hati (Liver Cancer)

8) Kelainan pada placenta atau ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya. 9) Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy) 10) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

(47)

b. Resiko gangguan psikologis

Melakukan aborsi selain membawa dampak atau resiko secara kesehatan dan fisik, juga membawa dampak atau resiko secara psikologis atau dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang perempuan.

“setelah melakukan aborsi, berhari-hari saya mengurung diri. Saya menyesal dan malu mengingat perbuatan saya. Walaupun kejadian itu sudah cukup lama (6 bulan), saya masih sering terbayang jika melihat atau mendengar sesuatu

yang ada hubungannya dengan bayi” (Faisal, 1998:30).

Dampak lain yang dirasakan pelaku aborsi adalah timbulnya rasa menyesal, merasa berdosa, dan merasa malu karena melakukan aborsi. Gejala ini dalam dunia psikologi dikenal dengan nama Post-Abortion Syndrome (Sindrom Pasca Aborsi) atau PAS. Gejalanya adalah kehilangan harga diri, berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi, ingin melakukan bunuh diri, mulai mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, tidak dapat menikmati hubungan seksual lagi. Selain hal di atas, para perempuan yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya (http://www.aborsi.org/resiko.htm).

6. Situasi di Indonesia

(48)

(http://sosbud.kompasiana.com/2011/04/17/aborsi-dan-pergaulan-bebas-remaja-yang-mengkwatirkan/). Tentu angka ini cukup mencengangkan. Di Indonesia sendiri, masalah aborsi diatur dalam:

a. Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki)

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani” (Pasal 10).

Oleh karena itu, baik menurut agama, undang-undang negara, maupun etika kedokteran, seorang dokter Indonesia tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan dan euthanasia. Dalam bagian lain penjelasan pasal 10 dikatakan bahwa aborsi hanya bisa dilakukan jika ada indikasi medis sebagai satu-satunya jalan untuk menolong nyawa ibu.

b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana pasal 299, 346-349

Aborsi secara tegas dilarang oleh hukum, hal ini tercantum dalam KUHP pasal 346-349 :

Pasal 346: perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

(49)

Pasal 348: (1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya seorang perempuan dengan izin perempuan itu, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan. (2) Jika karena perbuatan itu perempuan itu jadi mati, dia dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.

Pasal 349: Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam kejahatan yang tersebut dalam pasal 346, atau bersalah atau membantu dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka hukuman yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu.

Dari pasal-pasal diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aborsi dilarang, selain hal tersebut yang dihukum dalam kasus aborsi ada beberapa pihak yaitu :

1) Pelaksana aborsi yakni tenaga medis atau dukun atau orang lain dengan hukuman maksimal 4 tahun atau 4 tahun ditambah sepertiganya dan juga bisa dicabut hak prakteknya

2) Wanita yang menggugurkan kandungannya dengan hukuman maksimal 4 tahun 3) Orang-orang yang terlibat secara langsung dan menjadi penyebab terjadinya aborsi

itu dihukum dengan hukuman yang bervariasi.

c. UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 75 ayat (1) dan (2) dan pasal 76

(50)

melakukan aborsi bila ada indikasi medis. Pasal 75 ayat (1) “Setiap orang dilarang

melakukan aborsi”yang dilanjutkan dengan ayat (2)

Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan.

Pada ayat (2) diuraikan pengecualian seseorang diperbolehkan untuk melakukan aborsi yaitu jika mengancam nyawa ibu dan/atau anak, menderita penyakit yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi hidup di luar kandungan, dan hamil akibat pemerkosaan. Yang diperjelas oleh ayat (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

Seorang wanita yang menjadi korban pemerkosaan diperbolehkan melakukan aborsi asal sudah mendapatkan konseling pra tindakan dan pasca tindakan yang dilakukan konselor yang kompoten dan berwenang.

(51)

dalam hal kedaruratan medis, hanya boleh ditangani oleh tenaga kesehatan yang bersertifikat dan diberi kewenangan, kemudian kriteria yang lain harus ada ijin dari wanita yang bersangkutan dan suami (kecuali korban perkosaan).

7. Ajaran Gereja Mengenai Aborsi

a. Gaudium et Spes (1965).

Salah satu dokumen resmi yang paling penting di masa Gereja Modern yang dengan tegas mengutuk aborsi adalah Konstitusi Gaudium et Spes yang diumumkan secara resmi pada tanggal 7 Desember 1965.

Apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang manapun juga, penumpasan suku, pengguguran, eutanasia dan bunuh diri yang disengaja; apapun yang melanggar keutuhan pribadi manusia, seperti pemenggalan anggota badan, siksaan yang ditimpakan pada jiwa maupun raga,.... Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-perbuatan itu lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, daripada mereka yang menanggung ketidakadilan, lagipula sangat berlawanan dengan kemuliaan Sang Pencipta (GS art 27).

(52)

b. Declaratio De Abortu Procurato (1974)

Dalam kongregasi suci ajaran imam mengenai pernyataan tentang aborsi dengan keras menolak aborsi, sesuai dengan yang tertulis di art 7:

“…kehidupan harus dilindungi dengan amat seksama sejak pembuahan; Aborsi dan

pembunuhan anak adalah kejahatan yang durhaka”.

Paus Paulus VI yang sering berbicara tentang tema ini tak ragu-ragu menegaskan bahwa ajaran Gereja ini tak berubah dan tak dapat berubah sebab hak pertama pribadi manusia adalah hak atas hidup yang merupakan dasar bagi semuanya (bdk art 11).

“…Hak ini ada juga pada anak kecil yang baru lahir seperti pada orang yang sudah dewasa. Sungguh, hormat terhadap hidup manusia adalah kewajiban sejak proses hidup mulai. Dengan pembuahan sel telur mulailah hidup baru, yang bukan hidup ayah dan bukan hidup bunda, melainkan hidup makhluk baru, yang tumbuh sendiri. Tak pernah ia menjadi manusia jika ia tidak sudah manusia

sejak semula” (art 12).

Harus ditegaskan bahwa tidak ada satu alasanpun yang obyektif memberi hak untuk memutuskan hidup orang lain, juga yang baru mulai (bdk art14), orang tak pernah boleh membenarkan aborsi, tetapi terutama harus diusahakan memberantas penyebab-penyebabnya (art 26).

c. Kitab Hukum Kanonik (1983)

Menurut Kitab Hukum Kanonik (KHK) kanon 1398: “Yang melakukan aborsi

(53)

Hukuman ekskomunikasi latae sententiae ini hendak menerangkan bahwa kejahatan aborsi adalah kejahatan yang sangat berat sebab aborsi merupakan

pembunuhan yang dilakukan terhadap manusia yang “lemah, tak dapat membela diri, bahkan sampai tidak memiliki bentuk minimal pembelaan, yakni kekuatan tangis dan air mata yang dimiliki oleh bayi yang yang baru lahir, yang menyentuh hati. Bayi yang belum lahir sama sekali terserahkan kepada perlindungan dan pemeliharaan wanita yang mengembannya dalam kandungan. Sungguhpun begitu ada kalanya justru ibunya sendirilah yang mengadakan keputusan, dan meminta agar bayi itu disingkirkan, dan merasa enak saja sudah melakukannya” (Bdk EV art 58).

(54)

pembunuhan, aborsi, menculik dengan paksa atau tipu, membuat cacat, melukai secara berat (Kanon 695).

d. Katekismus Gereja Katolik (1992)

Dalam Katekismus Gereja Katolik art 2272, mengatakan bahwa:

Keterlibatan aktif dalam suatu abortus adalah suatu pelanggaran berat. Gereja menghukum pelanggaran melawan kehidupan manusia ini dengan hukuman

Gereja ialah ekskomunikasi. “Barang siapa yang melakukan pengguguran kandungan dan berhasil, terkena ekskomunikasi.” Ekskomunikasi itu terjadi

dengan sendirinya, kalau pelanggaran dilaksanakan menurut syarat-syarat yang ditentukan di dalam hukum.

Pernyataan di atas jelas menunjukkan bahwa Gereja menentang adanya tindakan aborsi, bahkan menghukum pelaku aborsi baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan hukuman ekskomunikasi yaitu pengucilan dari Gereja. Maksud dari hukuman ini adalah orang yang bersangkutan dapat mempertanggungjwabkan tindakannya di hadapan Tuhan dengan melakukan pertobatan.

e. Evangelium Vitae (1995)

Evangelium Vitae merupakan ensiklik Paus Yohanes Paulus II yang menentang kejahatan aborsi karena aborsi merupakan perbuatan yang durhaka, sebagaimana diungkapkan dalam art 60 di bawah ini:

Ada yang mencoba membenarkan pengguguran dengan menyebarkan anggapan bahwa hasil pembuahan,- setidak-tidaknya sampai jumlah tertentu hari-hari belum dapat dipandang sebagai hidup manusiawi yang personal, Akan tetapi

menurut kenyataan : “dari saat telur dibuahi sudah mulailah suatu kehidupan,

yang bukan hidup ayah atau ibunya: melainkan hidup manusia yang baru beserta pertumbuhannya. Tidak pernan itu akan dijadikan manusiawi, kalau bukan sudah manusiawi sebelumnya….Gereja senantiasa telah dan tetap mengajarkan, bahwa hasil prokreasi (pengadaan keturunan) manusiawi sejak saat pertama

(55)

Dari pernyataan di atas, jelas terlihat bahwa kehidupan manusia sudah ada sejak pembuahan dan harus diperlakukan sebagai pribadi. Maka dari tu kehidupan manusia harus dihormati sebagai ciptaan Tuhan yang paling mulia dan oleh karena itu hak untuk hidup tidak dapat diganggu gugat.

B. Pelajaran Agama Katolik di Sekolah

1. Hakikat Dasar dan Tujuan PAK di Sekolah

Agama memiliki peran yang cukup penting dalam hidup saat ini karena mampu menjadi pemandu atau acuan dalam upaya mewujudkan kehidupan yang lebih bermakna dan bermartabat. Oleh karena itulah diperlukan suatu internalisasi agama dalam pendidikan baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau lembaga informal lainnya.

Dalam lingkungan sekolah diadakan suatu pelajaran agama (Pendidikan Agama Katolik) yang berperan untuk membuka jalan selebar-lebarnya bagi setiap peserta didik untuk memiliki akses untuk sampai pada seluruh harta kekayaan iman komunitas atau tradisi (Heryatno. 2008:20). Pelajaran Agama diharapkan tidak hanya menebar informasi melainkan juga memberi ilham dan inspirasi hidup kepeda para peserta didik untuk menghadapi kenyataan hidup di masa sekarang dan menjawab tantangan masa depan. Dengan kata lain, PAK diharapkan mampu membantu naradidik trampil menemukan makna hidup dari kenyataan sehari-hari.

(56)

naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Sebagai suatu proses hal ini haruslah berkesinambungan.

Ada 3 (tiga) hal yang menjadi orientasi dan tujuan PAK yaitu demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia, demi kedewasaan iman, dan demi kebebasan manusia.

2. Model PAK

Berikut ini akan diuraikan beberapa model pelajaran atau Pendidikan Agama Katolik di Sekolah (Heryatno, 2008:57-68).

a. Model transmisi atau transfer

Dalam model ini pendidik menyampaikan materi atau informasi kepada para peserta didik. Pendidil meyakini bahwa informasi yang diberikan itu sebagai suatu kebenaran yang harus dipelihara dan diteruskan kepada satu generasi ke generasi berikutnya. Kebenaran ini disampaikan dalam bentuk cerita, pengakuan iman yang formal misalnya melalui dogma Gereja, ataupun peribadatan. Karena tekanannya ada pada isi yang harus disampaikan, maka model ini dinamai dengan pendidikan iman yang bersifat dogmatis.

b. Model yang Berpusatkan pada Hidup Peserta

(57)

dan cenderung kuantitatif. Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi dan materi sebanyak-banyaknya melainkan lebih pada usaha memanusiakan manusia dan memperkembangkan kepribadiannya.

c. Model Praksis

Model ini menekankan pentingnya partisipasi aktif peserta. Peran peserta sebagai subyek dalam proses penyelenggaraan pendidikan sangat digarisbawahi. Partisipasi itu berdasar pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil dari refleksi kritis itu kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi Katolik.

d. Model Pendidikan yang Bersifat Estetis

Model ini menyatukan segi kognitif sekaligus afeksi sekaligus membuka peluang selebar-lebarnya bagi peserta didik untuk berekspresi. Dengan kata lain model ini penuh dengan nilai seni (estetika). Singkatnya kita mengenakan kacamata positif yang memandang mereka sebagai pribadi yang sungguh baik, yang diciptakan oleh Tuhan menurut citra-Nya sendiri.

C. Audio Visual

1. Pengertian Audio Visual

(58)

visual berarti alat peraga yang bersifat dapat didengar dan dilihat, misalnya film dan video

Media audio visual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain audio visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton. Yang termasuk dalam media ini antara lain: sound slide, TV, film, dan sebagainya (Rinanto, 1982: 21).

Media audio visual terdiri dari “software” dan “hardware”. Softwarenya adalah bahan-bahan informasi yang terdapat dalam sound slide, file, kaset, TV, dan sebagainya. Sedangkan hardwarenya adalah segenap peralatan teknis yang memungkinkan software bisa dinikmati. Misalnya: tape, proyektor, slide, dan sebagainya. Yang termasuk dalam media audio visual antara lain: sound slide, televisi, dan film.

2. Kelebihan dan kekurangan audio visual

(59)

kreatif dan penuh penghayatan. Berikut akan dijabarkan beberapa kelebihan dari audio visual menurut (Rinanto, 1982:49-50) :

a. Mampu menarik perhatian

Dengan munculnya gambar dan suara, perasaan orang yang melihatnya akan tergugah. Terlebih jika gambar yang dimunculkan bersifat ekspresif dan mengena pada kehidupan mereka.

b. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir sehingga dengan demikian menghindari pengertian yang abstrak. Pengertian yang semula sulit untuk dibayangkan oleh seseorang karena begitu abstrak kini telah berubah menjadi pengertian yang begitu konkret. Dengan demikian energi otak tidak banyak terbuang.

c. Memberikan pengalaman nyata kepada orang yang melihatnya sehingga menumbuhkan self activity. Karena pengalaman nyata terungkap dalam suatu media audio visual, maka hal ini akan merangsang perasaan maupun pikiran sehingga timbulah sesuatu yang akan menanggapi rangsangan tersebut.

d. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar sehingga memungkinkan hasil belajar lebih tahan menetap dalam diri orang yang melihatnya.

(60)

dalam dirinya sewaktu melihat film tersebut, maka tidak sulitlah bagi seorang guru untuk mengembangkan lebih lanjut agar tujuan pembelajarannya tercapai.

Audio visual memang memiliki beberapa kelebihan, namun juga tidak bisa kita pungkiri bahwa audio visual juga memiliki beberapa kekurangan. Amir Hamzah Suleiman (1981:192) dalam bukunya Media Audio Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan mengemukakan beberapa kekurangan dari audio visual, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Alat-alat audio visual memerlukan aliran listrik dan tidak murah

Kondisi di Indonesia dewasa ini belum memungkinkan bagi semua yang berkepentingan untuk menggunakan alat yang serba mahal ini. Selain itu sarana yang ada di kota tidak selalu ada di desa.

b. Salah satu alat audio visual (film) tidak dapat diseling dengan keterangan-keterangan yang diucapkan selagi film berputar. Memang film dapat dihentikan sementara waktu untuk memberi penjelasan, namun hal itu akan dapat mengganggu keasyikan yang menonton.

c. Tidak semua orang dapat mengikuti pemutaran film atau video dengan baik. Lebih-lebih jika film atau video diperuntukkan kepada orang yang kurang pendidikannya. Mereka akan kesusahan dalam mencerna apa yang berlalu dihadapan mata mereka dalam tempo yang begitu cepat.

(61)
(62)

BAB III

PELAJARAN AGAMA DENGAN AUDIO VISUAL BAGI PARA SISWI DI

SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

Bab ini akan menguraikan 3 (tiga) bagian pokok, yaitu gambaran umum SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, penelitian upaya mencegah aborsi melalui pelajaran agama dengan audio visual, dan pemaparan hasil penelitian.

A.Gambaran umum SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

1. Sejarah Singkat SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta merupakan sekolah alih fungsi dari SPG Stella Duce yang sudah ada sejak 1 April 1949. Berdasarkan SK Kakanwil Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atas nama Mendikbud RI No. 011/I.13/Kpts/1989 tanggal 28 Januari 1989, SPG Stella Duce resmi beralih fungsi menjadi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 63 orang. SMA Stella Duce 2 mengawali karyanya dibawah pimpinan sekolah, Th. Sri Artinah. Perjuangan selama 3 tahun akhirnya membuahkan hasil dengan status “Disamakan” berdasarkan SK No.476/C/Kep/1991 pada bulan September 1991. Dalam perkembangannya, status

akreditasi selalu “Disamakan” dan pada tahun 2008 “Terakreditasi A”. Di sisi lain,

(63)

2. Siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Seluruh peserta didik SMA Stella Duce, 2 Yogyakarta, berjenis kelamin perempuan. Pada Tahun Pelajaran 2012/2013, jumlah siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta sebanyak 396 siswi yang terdiri dari 5 kelas untuk kelas X, XI, dan XII. Adapun perinciannya sebagai berikut.

Tabel 1

Jumlah Siswi SMA Stella Duce 2, Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2012/2013

Jumlah Total 396 siswi

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, dikonsep sebagai “Indonesia Mini” di mana

(64)

budaya yang berbeda-beda. Untuk itu sekolah menerapkan sistem pemerataan dalam seleksi penerimaan siswi baru, sehingga siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, tidak hanya didominasi oleh siswi yang berasal dari Yogyakarta. Sebagian besar siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, berasal dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta dan keseluruhannya tersebar dari berbagai daerah di Indonesia. Karena itu, SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, menyediakan fasilitas asrama putri yang terletak di kompleks sekolah. Dengan demikian, konsep SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, sebagai

Indonesia Mini” tercapai. Kondisi perekonomian keluarga siswi SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, sebagian besar berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah, walaupun pada kenyataannya siswi yang berasal dari golongan ekonomi atas juga tidak sedikit yang menuntut ilmu di sekolah ini.

B.Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

(65)

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang terletak di Jl. Dr. Sutomo 16 Yogyakarta 55225. Penelian ini berlangsung sebanyak 2 (dua) siklus, siklus pertama pada tanggal 29 Agustus 2012 untuk kelas non audio visual dan siklus kedua 7 November 2012 untuk kelas audio visual. Adapun sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena berbagai pertimbangan. Pertama, sekolah ini belum pernah digunakan sebagai tempat penelitian dalam rangka mencegah aborsi melalui pelajaran audio visual. Kedua, karena sekolah ini merupakan almamater penulis sehingga penulis sudah mengenal sebagian situasi sekolah.

3. Populasi dan Sampel

(66)

sebanyak 29, namun 1 siswi absen sehingga hanya berjumlah 28 siswi untuk kelas non audio visual.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang terbuka atau tertutup (Sugiyono, 2010:142). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah pernyataan tertutup dan terbuka.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan pada waktu penelitian untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2010: 192). Untuk memperoleh data penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada para siswi kelas XE dan XA di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

Tabel 2. Instrumen penelitiannya sebagai berikut :

No Pernyataan B S 1. Sejak saat terjadi konsepsi (pembuahan) ada kehidupan manusia

yang tak berdosa.

2. Aborsi berarti pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur di mana janin itu sudah bisa hidup di luar kandungan.

3. Yang melakukan aborsi dan berhasil dalam Gereja Katolik terkena ekskomunikasi Latae Sententie .

Gambar

gambar dan suara membuat kita tidak lagi berimaginasi. Sering kita temui sebuah
Tabel 1 Jumlah Siswi SMA Stella Duce 2, Yogyakarta
Tabel 2. Instrumen penelitiannya sebagai berikut :
Tabel 3. Pertanyaan terbuka
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara sederhana, PTK dapat didefinisikan sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah (2003) dengan hasil penelitian bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat hutang (leverage). Dengan

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Pelaksanaan pengajaran membaca memiliki beberapa prinsip yang terdiri atas: 1) belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat

Jumlah unit usaha UKM pada tahun 2003 adalah 42,4 juta naik 9,5 persen dibanding dengan tahun 2000, sedangkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor UKM pada tahun 2003

Pelatihan MPKP diberikan kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan. 2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan

Laporan Akhir rangcang bangun mesin pemotong dan pembentuk batu akik bertujuan untuk membantu mempercepat proses pembuatan batu akik yang dapat meningkatkan