PSIKOLOGI INDUSTRI DAN
ORGANISASI
Maya Dewi Savitri, MSi.
Pertemuan 4
Penilaian
Kinerja
Materi
•
Pengertian penilaian kinerja
•
Kegunaan penilaian kinerja
•
Metode – metode dalam penilaian kinerja
4
Pengertian Penilaian Kinerja
Sumber:
Rigio, R.E. (2003). Introduction to Industrial/Organizational Psychology. New Jersey: Prentice Hall Griffin, R.W. (2004). Manajemen. Alih bahasa: Gina Gania. Jakarta: Erlangga
Performance Appraisal is assessing worker performance in comparison to certain established organizational standards (Riggio, 2003).
Penilaian kinerja adalah suatu penilaian formal mengenai
5
Pengertian Penilaian Kinerja
Sumber:
Dessler,G. (2011). Human Resource Management. New Jersey: Prentice Hall
Performance Appraisal
Setting work standards,
assessing
performance, and providing feedback
to employees to motivate, correct, and continue their
6
Kriteria Penilaian Kinerja
Performance criteria:
Objective
Mengukur kinerja jabatan yang mudah dikuantitaskan
Subjective
1. HASIL / PRODUK KERJA
PENILAIAN KINERJA
Ukuran yang PALING OBYEKTIF:
Dapat diukur secara KUANTITATIF
Jumlah batang rokok
Kualitas barang yang
dihasilkan
2. PERILAKU PEKERJAAN
PENILAIAN KINERJA
Perilaku Pekerjaan yang EFEKTIF
Perilaku yang mengarah ke
tercapaian hasil yang diharapkan:
Team work
Toleransi
Saling memahami Tenggang rasa
3. CIRI-CIRI KEPRIBADIAN
PENILAIAN KINERJA
Ciri-ciri kepribadian yang dimiliki oleh SDM yang menunjang kinerja-nya
Ciri kepemimpinan Kecermatan
Kestabilan emosional Inteligensi
10
Kegunaan Penilaian Kinerja
Sumber:
Schultz , D.P. & Schultz , S.E. (1990). Psychology and Industry Today. NewYork: MacMillan Publ.Co.
Purpose of performance appraisal is to provide an accurate measure of how well a person performing the job (Schultz & Schultz, 1990).
1
Promotions, Wages, Transfers Training requirement
Purpose
Validation of selection criteria
Employee improvement
2
3
4
11
Kegunaan Penilaian Kinerja
Sumber:
Rigio, R.E. (2003). Introduction to Industrial/Organizational Psychology. New Jersey: Prentice Hall
Untuk karyawan:
• Memberikan penguatan (peningkatan gaji)
• Pengembangan karir (promosi jabatan)
• informasi mengenai pencapaian tujuan kerja
12
Kegunaan Penilaian Kinerja
Sumber:
Rigio, R.E. (2003). Introduction to Industrial/Organizational Psychology. New Jersey: Prentice Hall
Untuk Supervisor:
• Sebagai dasar untuk mengambil keputusan karyawan
• Penilaian tentang pencapaian tujuan kerja karyawan
• Kesempatan untuk menyediakan feedback konstruktif pada karyawan
13
Kegunaan Penilaian Kinerja
Sumber:
Rigio, R.E. (2003). Introduction to Industrial/Organizational Psychology. New Jersey: Prentice Hall
Untuk Organisasi:
• Penilaian produktifitas individu dan unit kerja
• Validasi untuk metode seleksi dan penempatan
• Mengenali dan memotivasi karyawan
• Sumber informasi kebutuhan pelatihan karyawan
Elemen-elemen Kunci Penilaian Kinerja
(Werther & Davis 1996)
Kinerja Karyawan
Arsip-arsip Karyawan Standar-standar
yang terkait dengan Kinerja Ukuran-ukuran
Kinerja
Umpan Balik Karyawan
Standar Kinerja
•
Standar kinerja
(performance standards)
adalah tolok ukur
(benchmark)
yang
digunakan untuk mengukur kinerja.
•
Agar efektif, standar tersebut harus terkait
dengan hasil yang diharapkan dari suatu
jabatan.
•
Standar-standar kinerja yang terkait dengan
Ukuran Kinerja
•
Ukuran kinerja
(performance measures)
adalah nilai atau peringkat yang digunakan
untuk mengevaluasi kinerja.
•
Ukuran kinerja harus
mudah digunakan
,
1
Menilai kinerja
Langkah Penilaian kinerja
Menjabarkan jabatan dan menyusun kriteria
Menyediakan umpan balik
2
Defining the Employee’s
Goals and Work Standards
Set
•
Prinsip SMART dalam penetapan standar
kinerja:
– Specific: Jelas dan rinci – Measurable: Dapat diukur
– Achievable: Dapat dicapai (berdasarkan
kesepakatan antara karyawan dengan atasannya).
– Result oriented: Berorientasi pada hasil
Mendesain Perangkat Penilaian
• Apa yang diukur?
– Output kerja (kualitas dan kuantitas) – Kompetensi personal
– Prestasi pencapaian tujuan
• Bagaimana mengukur?
1 Graphic rating scale
Paired comparison
Behaviorally anchored rating scales (BARS)
Narrative forms
Management by objectives (MBO) Computerized and Web-based performance appraisal
Merged methods
Appraisal Methodologies
Metode dalam Penilaian Kinerja
• Metode skala penilaian (rating scales method):
– Menilai para karyawan berdasarkan faktor-faktor yang telah
ditetapkan.
– Para evaluator menilai kinerja pada sebuah skala yang meliputi
beberapa kategori, biasanya dalam angka 5 sampai 7, yang didefinisikan dengan kata sifat seperti luar biasa, memenuhi harapan, atau butuh perbaikan.
– Faktor-faktor yang dipilih untuk evaluasi biasanya ada dua
macam:
24
25
Rating Scale adalah penilaian yang didasarkan pada suatu skala. Penilaian dilakukan oleh seorang penilai biasanya atasan langsung, yang dilakukan secara subjektif.
Misalkan skala 5. Amat Baik. 4. Baik.
3. Sedang. 2. Cukup. 1. Kurang
9–26 FIGURE 9–2
Sample Graphic Rating Performance Rating Form
FIGURE 9–3 One Item from an Appraisal Form Assessing Employee Performance on Specific Job-Related Duties
• Metode peringkat (ranking method):
– Penilai menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok
dalam urutan kinerja keseluruhan.
– Sebagai contoh, karyawan terbaik dalam kelompok diberi
peringkat tertinggi, dan yang terburuk diberi peringkat terendah. Anda mengikuti prosedur ini hingga Anda memeringkat semua karyawan.
– Kesulitan timbul ketika semua orang bekerja pada tingkat yang
sebanding (sebagaimana dipersepsikan oleh si evaluator).
FIGURE 9–5 Scale for Alternate Ranking of Appraisee
Metode Perbandingan Kelompok
Metode ini dilakukan dengan membandingkan seorang
pegawai dengan rekan sekerjanya, yang dilakukan oleh atasan dengan beberpa teknik seperti :
1. Pemeringkatan (ranking method).
2. Pengelompokan pada klasifikasi yang sudah ditentukan (force distribution).
3. Pemberian poin atau angka (point allocation method). 4. Metode perbandingan dengan pegawai lain (paired
comparison).
FIGURE 9–6 Ranking Employees by the Paired Comparison Method
Note: + means “better than.” - means “worse than.” For each chart, add up the number of +’s in each column to get the highest ranked employee.
Metode dalam Penilaian Kinerja
• Metode distribusi dipaksakan (forced distribution
method):
– Mengharuskan penilai untuk membagi orang-orang dalam
sebuah kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori terbatas, mirip suatu distribusi frekuensi normal.
Metode ini dilakukan dengan cara membuat distribusi atau klasifikasi, misalnya :
1. 12,5% terbaik. 2. 25% baik.
3. 50% cukup. 4. 12,5% cukup.
Kemudian seluruh pegawai dimasukkan ke dalam kategori atau klasifikasi dimana
Critical incident technique adalah penilaian yang
didasarkan pada perilaku khusus yang dilakukan di tempat kerja, baik perilaku yang baik atau tidak baik. Penilaian dilakukan melalui observasi langsung ke tempat kerja, kemudian mencatat perilaku-perilaku kritis dan mencatat tanggal dan waktu terjadinya perilaku tersebut.
TABLE 9–1 Examples of Critical Incidents for Assistant Plant Manager
Continuing Duties Targets Critical Incidents
Schedule production
for plant 90% utilization of personnel and machinery in plant; orders delivered on time
Instituted new production
scheduling system; decreased late orders by 10% last month; increased machine utilization in plant by 20% last month
Supervise procurement of raw materials and on inventory control
Minimize inventory costs while keeping adequate supplies on hand
Let inventory storage costs rise 15% last month; over-ordered parts “A” and “B” by 20%; under-ordered part “C” by 30%
Supervise machinery
maintenance No shutdowns due to faulty machinery Instituted new preventative maintenance system for plant; prevented a machine breakdown by discovering faulty part
Metode dalam Penilaian Kinerja
•
Metode naratif
(narrative form method)
:
– Penilai menulis narasi singkat yang
menggambarkan kinerja karyawan.
– Metode ini cenderung berfokus pada perilaku
ekstrim dalam pekerjaan karyawan bukannya kinerja rutin harian.
– Penilaian jenis ini sangat bergantung pada
9–39 FIGURE 9–7
Appraisal-Coaching Worksheet
Behaviorally Anchored Rating Scale
(BARS)
Developing a BARS
1. Write critical incidents
2. Develop performance dimensions 3. Reallocate incidents
4. Scale the incidents
5. Develop a final instrument
Advantages of BARS
– A more accurate gauge – Clearer standards
– Feedback
– Independent
dimensions
9–41 FIGURE 9–8
Example of a Behaviorally
Anchored Rating Scale for the Dimension
Salesmanship Skills
Behaviorally
Management by Objectives (MBO)
• A comprehensive and formal organizationwide
goal-setting and appraisal program requiring:
1. Setting of organization’s goals 2. Setting of departmental goals
3. Discussion of departmental goals
4. Defining expected results (setting individual goals) 5. Conducting periodic performance reviews
Using MBO
Setting unclear objective
Conflict with subordinates over objectives
Potential Problems with MBO
Computerized and Web-Based
Performance Appraisal Systems
• Allow managers to keep notes on subordinates. • Notes can be merged with employee ratings.
• Software generates written text to support appraisals.
• Allows for employee self-monitoring and self-evaluation.
• Electronic Performance Monitoring (EPM) Systems
– Use computer network technology to allow managers access to their
employees’ computers and telephones.
– Managers can monitor the employees’ rate, accuracy, and time spent
9–45 FIGURE 9–9
Metode Alternatif
Metode dalam Penilaian Kinerja
• Penilaian secara psikologis adalah proses penilaian yang
dilakukan oleh para ahli prsikologi untuk mengetahui potensi seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
seperti kemampuan intelektual, motivasi.
• Penilaian ini dilakukan melalui tes psikologi seperti tes
kecerdasan, tes kecerdasan emosional dan tes kepribadian.
• Observasi dan tes unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan melalui tes di lapangan.
• Misalkan, seorang pilot setiap enam bulan sekali menjalani tes yang meliputi pengujian pengetahuan mengenai prosedur
pelaksanaan pekerjaan dalam menerbangkan pesawat, yang
Dealing with Performance
Appraisal Problems
Unclear standards
Leniency or strictness Halo
effect
Potential Rating Scale Appraisal
Problems
Central
• Hallo effect, yaitu penyimpangan bersifat pendapat pribadi/subjektif.
• Central tendency, yaitu penilai tidak senang memberikan penilaian jelek atau baik kepada pegawai.
TABLE 9–3 Important Advantages and Disadvantages of Appraisal Tools
Tool Advantages Disadvantages Graphic rating scale Simple to use; provides a quantitative
rating for each employee.
Standards may be unclear; halo effect, central tendency, leniency, bias can also be problems.
BARS Provides behavioral “anchors.” BARS
is very accurate. Difficult to develop.
Alternation ranking Simple to use (but not as simple as graphic rating scales). Avoids central tendency and other problems of rating scales.
Can cause disagreements among employees and may be unfair if all employees are, in fact, excellent.
Forced distribution method
End up with a predetermined number or % of people in each group.
Employees’ appraisal results depend on your choice of cutoff points.
Critical incident
method Helps specify what is “right” and “wrong” about the employee’s performance; forces supervisor to evaluate subordinates on an ongoing basis.
Difficult to rate or rank employees relative to one another.
MBO Tied to jointly agreed-upon performance objectives.
Choosing the Right Appraisal Tool
Accessibility Ease-of-use Employee Accuracy
acceptance
•
Metode penilaian umpan balik 360-derajat:
– Meliputi masukan evaluasi dari banyak level
dalam perusahaan sebagaimana pula dari sumber-sumber eksternal.
– Dalam metode ini, orang-orang di sekitar
karyawan yang dinilai bisa memberikan nilai, termasuk manajer senior, karyawan itu sendiri, atasan, bawahan, anggota tim, dan pelanggan internal atau eksternal.