Pembimbing nn : nr. Kartini, MT Penyusun : Aditia Yuda Sutanto
ABSTRAK
Hypermart City of Tomorrow (CITO) adalah sebuah Badan Usaha Milik swata yang bergerak dibidang retail. Dalam upaya untuk memenangkan kompetisi, diperlukan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas perusahaan, yaitu dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yakni dengan melakukan penilaian kinerja (performance appraisal) yang obyektif dan akurat.
Untuk melakukan penilaian kinerja dalam Hypermart City of Tomorrow (CITO) digunakan Metode 360 Degree Feedbacc. Metode 360 Degree Feedbacc
dapat melakukan penilaian terhadap atasan, bawahan, maupun rekan kerja dan menghasilkan umpan balik terhadap hasil penilaian kinerja karyawan baik dari atasan, bawahan, maupun rekan sekerja berdasarkan kriteria penilaian beserta item penilaian yang dinilai. Dengan membandingkan hasil penilaian sendiri dan hasil penilaian orang lain, akan dapat melihat celah-celah yang dapat memberikan informasi bermanfaat untuk tujuan-tujuan pengembangan personil, Hal ini dapat memberikan pemahaman terhadap individu mengenai bagaimana efektivitasnya sebagai karyawan, kolega maupun staf berdasarkan pandangan orang lain.
Sistem mampu menginterpretasikan proses penilaian kinerja secara otomatis dan objektif. Penilaian kinerja karyawan dilakukan oleh berbagai sudut pandang. Sehingga dapat diperoleh hasil penilaian kinerja secara otomatis dan objektif. Metode 360 Degree Feedbacc memberikan hasil yang akurat dan obyektif mengenai kinerja pihak yang dinilai.
Kata cunci: perancangan dan membangun sistem, penilaian cinerja caryawan,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI ... ...ix
DAFTAR TABEL ...xiii
DAFTAR GAMBAR ...xv
DAFTAR LAMPIRAN...xx
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Perumusan Masalah ...3
1.3 Pembatasan Masalah ...3
1.4 Tujuan ...4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1Kinerja ...6
2.1.1 Standar Kinerja ... ...7
2.1.2 Kriteria Pekerjaan ... ...7
2.2Penilaian Kinerja... ...8
2.2.1 Manfaat Penilaian Kinerja... ...9
2.3Manajemen Untuk Kerja Pegawai ... ...10
2.3.1 Derajat Penilaian... ...16
2.3.2 Kesimpulan Nilai Unjuk Kerja Pegawai ... ...17
2.4 Metode Penelitian Kinerja Karyawan ... ...18
2.6 Sistem ... 26
2.7 Konsep Dasar Sistem Informasi ... ...26
2.8 Pengembangan Sistem ... ...27
BAB III PERANCANGAN SISTEM ... ...29
3.1 Analisis Permasalahan... ...29
3.2 Analisis Kebutuhan ... ...34
3.2.1 Penyelesaian Masalah ... ...37
3.2.2 Analisa Kebutuhan Perangkat Keras ... ...38
3.2.3 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak ... ...38
3.3 Metode Penelitian ... ...39
3.3.1 Studi Literatur ... ...39
3.3.2Pengumpulan Data... ...40
3.4 Perancangan Sistem ... ...40
3.4.1 Sistem Flow Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Penilaian Kinerja Karyawan... ...40
3.4.2 Data Flow Diagram (DFD) ... ...51
3.5. Entity Relationship Diagram... ...61
3.6. Struktur Tabel... ...65
BAB IV IMPLEMENTASI ... ...78
4.1. Implementasi Sistem... ...78
4.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... ...78
4.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... ...79
4.1.3 Instalasi Program dan Pengaturan Sistem ... ...79
4.2.1 Form Login ... ...80
4.2.2 Form Master Pegawai ...81
4.2.3 Form Master Kriteria... ..86
4.2.4 Form Master Department………..91
4.2.5 Form Master Peride... .93
4.2.6 Form Master Absensi ... .94
4.2.7 Form Penilaian Kinerja Pegawai ... .95
4.2.8 Form Penilaian Pegawai Level Management Team ... .96
4.2.9 Form Penilaian Kinerja Pegawai Level Supervision Team..97
4 3.0 Form Penilaian Kinerja Pegawai Operation Team ... ..98
4.3.1. Form Feedback Atas Penilaian ... .100
4.3.2. Form Hasil Penilaian... .100
4.3.3. Form Feedback... 101
4.3.4. Form Laporan Penilaian Kinerja PerPeriode... 102
4.3.5. Laporan Penilaian Kinerja PerPeride ... 103
4.3.6. Laporan Grafik Penilaian Kinerja PerPeriode ... 103
4.3.7. Laporan Penilaian Kinerja PerDepartment... 104
4.3.8. Laporan Penilaian Kinerja PerDepartment... 105
4.3.9. Laporan Garfik Penilaian Kinerja PerDepartment... 106
4..4.0 Laporan Kinerja PerPegawai ... 106
4.4.1. Laporan Grafik Kinerja PerPegwai... 107
4.4.2. Laporan Data Penilaian Pegawai ... 107
4.4.3. Rincian Daftar Penilaian PerPegawai ... 108
4.4.5. Laporan Penilaian Kinerja PerLevel ... 110
4.4.6 Report Penilaian Kinerja PerLevel... 111
4.4.7. View Absensi Pegawai ... 111
Penilaian BAB V UJI COBA DAN EVALUASI PROGAM...112
5.1 Uji Coba ... .112
5.2 Lingkungan Uji Coba ... .112
5.2.1. Uji Coba Login User... .112
5.2.2. Uji Coba Kinerja Pegawai... 113
5.2.3. Uji Coba Penilaian pegawai PerPekerjaan... 118
BAB VI PENUTUP ...119
5.1 Kesimpulan ... .119
5.2 Saran... .120
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada hasil evaluasi di Hypermart City of Tomorrow (CITO) proses
penilaian kinerja karyawan, mengalami beberapa permasalahan. Permasalahan
pertama adalah penilaian kinerja karyawan masih dilakukan secara manual oleh
pimpinan (General manager, assistant manager dan supervisor). Pimpinan masih
melakukan filterisasi terhadap dokumen dengan menggunakan media kertas untuk
memberikan penilaian terhadap setiap karyawan. Belum adanya sistem yang
digunakan, Hal ini menyebabkan proses penilaian kinerja karyawan
membutuhkan waktu yang lama. Permasalahan kedua, tidak adanya history yang
menyimpan transaksi pencatatan data penilaian kinerja karyawan, sehingga untuk
mencatat hasil penilaian kinerja karyawan tersebut, pimpinan harus membaca
berbagai dokumen selama periode waktu tertentu yang menyebabkan penilaian
kinerja karyawan tersebut menjadi kurang akurat. Belum adanya aplikasi yang
membantu, Selain itu juga menyebabkan penilaian kinerja cenderung subyektif.
Permasalahan ketiga adalah belum adanya metode yang digunakan dalam proses
penilaian kinerja karyawan sehingga penilaian yang selama ini dilakukan hanya
berdasarkan pengalaman.
Untuk memperoleh keakurasian data, kecepatan waktu, dan obyektifitas
dalam proses penilaian kinerja karyawan Hypermart City of Tomorrow (CITO),
dibutuhkan sebuah sistem informasi penilaian kinerja karyawan yaitu sebuah
Perancangan Sistem Informasi Penilaian Kinerja Karyawan sudah pernah dibuat,
tetapi terbatas sampai pada perancangan sistem. Dengan rancangan sistem
tersebut perlu di implementasikan dengan membangun aplikasi berbasis desktop
untuk dapat digunakan dalam sebuah perusahaan.
Putri menyatakan dalam Alffi (2010:2), 360-degree feedback merupakan
metode yang bersifat dua arah sehingga memungkinkan karyawan untuk
memperoleh kesempatan menerima feedback dari supervisor dan rekan kerjanya.
Metode 360-degree atau umpan balik 360o merupakan metode yang relatif baru,
dan pada proses penilaian ini dilakukan dengan mengevaluasi diri sendiri dan
menggabungkan seluruh informasi atau feedback baik dari penyelia atau rekan
sejawat. Semua pihak yang menjadi anggota dalam organisasi dilibatkan dalam
memberi informasi yang sangat diperlukan dalam penilaian sehingga penilaian
menjadi lebih akurat dan obyektif. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
manfaat dari metode umpan balik 360o ini sangat substansial khususnya sebagai
alat pengembangan dan perubahan-perubahan perilaku yang muncul seringkali
cenderung bisa segera dilihat.
Dengan adanya rancang bangun sistem informasi penilaian kinerja
karyawan pada Hypermart City of Tomorrow (CITO)diharapkan dapat
menghasilkan suatu sistem informasi penilaian kinerja karyawan yang akurat dan
dapat mengurangi subyektifitas untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
timbul pada Hypermart City of Tomorrow (CITO), membantu dalam
pengambilan keputusan untuk menentukan karyawan yang kompeten
berdasarkan hasil perangkingan kinerja karyawan sesuai dengan metode
organisasi untuk memperbaiki atau mempertahankan pengalokasian waktu yang
sudah dilakukan agar kinerja organisasi dapat ditingkatkan (Longenecker:1996)
.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan
permasalahan dalam Tugas Akhir ini yaitu:
1. Bagaimana membangun sistem penilaian kinerja karyawan di Hypermart City
of Tomorrow (CITO).
2. Bagaimana menerapkan metode 360-degree feedback pada rancang bangun
sistem informasi penilaian kinerja karyawan di Hypermart City of Tomorrow
(CITO).
1.3. Pembatasan Masalah
Adapun beberapa batasan masalah yang digunakan yaitu:
1. Evaluasi penilaian kinerja, pegawai penilai dan pegawai dinilai dilakukan
untuk seluruh karyawan tetap Hypermart City of Tomorrow (CITO).
2. Cakupan penilaian kinerja pada Hypermart City of Tomorrow (CITO)adalah
jabatan Manajemen Dasar, Supervisor Dasar, dan Staf.
3. Hasil rancang bangun sistem informasi penilaian kinerja di Hypermart City of
Tomorrow (CITO) berupa perangkingan kinerja terbaik per periode sesuai
dengan metode 360-degree feedback yang digunakan sebagai dasar penetapan
penghargaan langsung berupa Imbalan Unjuk Kerja Semesteran (IKS) yang
merupakan kompensasi atas prestasi kerja karyawan berdasarkan hasil Unjuk
4. Aplikasi yang dibangun berbasis aplikasi desktop.
1.4. Tujuan
Tujuan dari pengembangan sistem ini adalah:
1. Mengevaluasi sistem penilaian kinerja karyawan di Hypermart City of
Tomorrow (CITO)untuk mengetahui jalannya proses penilaian kinerja
karyawan yang berlangsung, serta mengetahui kelemahan sistem lama dan
merancang sistem baru untuk memperbaiki kelemahan sistem yang lama.
Membangun sistem penilaian kinerja karyawan di Hypermart City of
Tomorrow (CITO) untuk menghasilkan sebuah aplikasi desktop sistem
informasi penilaian kinerja karyawan Hypermart City of Tomorrow (CITO)
menggunakan metode 360-degree feedback.
2. Menerapkan metode 360-degree feedback pada rancang bangun sistem
informasi penilaian kinerja karyawan pada Hypermart City of Tomorrow
(CITO) untuk membantu proses penilaian kinerja karyawan menjadi lebih
akurat dan obyektif.
1.5. Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan Tugas Akhir ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan secara garis besar tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan secara singkat tentang teori-teori dasar yang
digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan. Pada bab ini
dijelaskan tentang beberapa landasan teori yang digunakan antara lain:
konsep dasar sistem informasi, perancangan sistem, kinerja, kriteria
pekerjaan, metode 360 degree feddback, manajemen unjuk kerja
karyawan.
BAB III PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini berisi penjelasan tentang langkah-langkah untuk pemecahan
masalah dalam tugas akhir termasuk menganalisis permasalahan,
indentifikasi dari gambaran sistem secara manual yang dijabarkan dalam
Dokumen Flow, tujuan penelitian, penyelesaiannya, Sistem Flow dan
Data Flow Diagram (DFD), Entity Relationship Diagram (ERD),
Struktur Tabel, Desain Input Output dan Desain Uji Coba.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Pada bab ini dibahas tentang implementasi dari aplikasi yang dibuat
secara keseluruhan. Serta melakukan pengujian terhadap aplikasi yang
dibuat untuk mengetahui apakah aplikasi tersebut dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang diharapkan
Pada bab ini menjelaskan uraian kesimpulan tentang analisis sistem yang
telah dibuat beserta saran-saran yang diambil sesuai dengan hasil
2.1. Kinerja
Penilaian kinerja karyawan adalah masalah penting bagi seluruh
organisasi atau perusahaan. Untuk mendapatkan kinerja yang memuaskan tidak
terjadi secara otomatis. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan
dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil
suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau
perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan
operasional. Kualitas kinerja akan diketahui dengan menggunakan sistem
penilaian dari manajemen yang baik.
Menurut Mathis dan Jackson (2002:78) kinerja pada dasarnya adalah apa
yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi. Kontribusi
tersebut antara lain:
1. Kuantitas output
2. Kualitas output
3. Jangka waktu output
4. Kehadiran di tempat kerja
5. Sikap kooperatif
Kontribusi yang sudah diberikan karyawan kepada perusahaan
membantu manajer dalam melakukan analisa terhadap kualitas kinerja karyawan.
melakukan penilaian kinerja. Berdasarkan kontribusi yang dihasilkan, pihak
manajemen dapat menentukan kriteria-kriteria apa saja yang akan digunakan
dalam melakukan penilaian kinerja.
2.1.1. Standar Kinerja
Menurut Mathis dan Jackson (2002:80) standar kinerja menjelaskan
tingkat-tingkat kinerja yang diharapkan, dan merupakan bahan perbandingan,
tujuan atau target, tergantung dari pendekatan yang diambil. Semakin jelas standar
kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para
penyelia maupun karyawan tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya
mereka kerjakan. Standar kinerja yang realistis, terukur, dan mudah dipahami
menguntungkan baik bagi organissasi maupun karyawan. Dalam artian, standar
kinerja mendefinisikan tentang pekerjaan yang tergolong memuaskan. Hal yang
seharusnya dilakukan adalah menetapkan standar-standar sebelum pekerjaan itu
tampil, sehingga semua yang terlibat akan memahami tingkat kinerja yang
diharapkan.
Tingkatan yang telah dipenuhi oleh suatu kinerja terkadang digambarkan
melalui angka atau nilai seperti memuaskan ataupun tidak memuaskan. Standar
kinerja menjadi suatu harapan atau tujuan bagi perusahaan agar bisa dicapai oleh
karyawan-karyawannya demi tercapainya tujuan organisasi.
2.1.2. Kriter ia Pekerjaan
Menurut Mathis dan Jackson (2002:78) kriteria pekerjaan adalah faktor
yang dari apa yang dilakukan orang di pekerjaannya (dalam artian, kriteria
dikerjakan karyawannya). Oleh karena itu, kriteria-kriteria ini penting, kinerja
individual dalam kriteria pekerjaan haruslah diukur, dibandingkan dengan standar
yang ada, dan hasilnya harus dikomunikasikan kepada setiap karyawan.
Pada suatu pekerjaan hampir selalu memiliki lebih dari satu kriteria
pekerjaan. Kriteria pekerjaan yang banyak menjadi suatu aturan yang berperan
penting bagi kesuksesan suatu pekerjaan. Beberapa kriteria mungkin memiliki
nilai yang lebih penting jika dibandingkan dengan kriteria yang lain bagi suatu
organisasi. Kriteria juga menjadi sesuatu yang bernilai bagi seorang karyawan
sesuai dengan deskripsi pekerjaan karyawan tersebut. Berdasarkan suatu kriteria,
maka suatu pekerjaan bisa memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab.
2.2. Penilaian Kinerja
Pada organisasi yang modern, penilaian memberikan mekanisme penting
bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan standar
kinerja dan untuk memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya. Hal ini
merupakan komponen kunci dalam proses pelaksanaan personalia dari sebagian
perusahaan dan memberikan basis untuk keputusan-keputusan yang
mempengaruhi award bagi karyawan.
Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu proses dalam
organisasi yang bertujuan mengevaluasi pelaksanaan kerja masing-masing
individu dalam organisasi tersebut (Simamora, 1999:338). Dalam penilaian
kinerja dinilai kontribusi karyawan kepada organisasi selama periode waktu
tertentu. Umpan balik kinerja (performance feedback) memungkinkan karyawan
standar-karyawan, penyelia-penyelia mereka, departemen sumber daya manusia, dan
akhirnya organisasi akan diuntungkan dengan pemastian bahwa upaya-upaya
individu memberikan kontribusi kepada fokus strategik organisasi. Adapun
elemen pokok sistem penilain kinerja digambarkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Elemen Pokok Sistem Penilaian Kinerja (Werther dan Davis, 1993:341)
2.2.1. Manfaat Penilaian Kinerja
Hasil-hasil penilaian kinerja sering berfungsi sebagai basis evaluasi
reguler terhadap kinerja anggota-anggota organisasi (Simamora, 1999:344).
Apakah seorang individu dinilai kompeten atau tidak kompeten, efektif atau tidak
efektif, dapat dipromosikan atau tidak dapat dipromosikan dan seterusnya adalah
didasarkan pada informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja. Selain
itu, organisasi sering mencoba mempengaruhi motivasi dan kinerja mendatang Prestasi kerja
karyawan
Penilaian kinerja
Umpan balik bagi karyawan
Keputusan-keputusan sumber daya
manusia
Ukuran-ukuran kinerja
Standar yang berhubungan dengan kinerja
Catatan-catatan tentang
seperti kenaikan gaji dan promosi, terhadap nilai-nilai yang dihasilkan oleh sistem
penilaian kinerja. Menurut Siagian (2001), manfaat penilaian kinerja adalah:
a) Mendorong peningkatan kinerja bagi karyawan.
b) Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan.
c) Untuk kepentingan mutasi karyawan.
d) Untuk menyusun program pendidikan dan pelatihan.
e) Membantu para karyawan dalam menentukan rencana kariernya, bersama
bagian kekaryawanan menyusun program pengembangan karier yang paling
tepat, sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari
penilaian kinerja adalah sebagai instrumen dalam membantu tiap karyawan untuk
lebih mengerti kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan sendiri dalam
kaitannya dengan peran dan fungsi-fungsi di dalam organisasi. Sebagai suatu
instrumen, penilaian kinerja sangat bermanfaat selain bagi karyawan, juga
bermanfaat bagi para penyelia dan juga bagi organisasi.
2.3. Manajemen Unjuk Kerja Karyawan
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) tentang Sistem
Manajemen Unjuk Kerja Karyawan pada pasal 1 butir (d) menyatakan bahwa
Manajemen Unjuk Kerja karyawan adalah suatu proses strategis dan terpadu
untuk menunjang keberhasilan organisasi melalui optimalisasi sumber daya
manusia. Tujuan ditetapkannya Sistem Manajemen Unjuk Kerja Karyawan
1. Terwujudnya penilaian unjuk kerja yang dapat membangun dan membina
budaya pembelajar dan berprestasi serta memotivasi karyawan untuk
meningkatkan kompetensi dan kontribusi karyawan bagi perseroan.
2. Sebagai pedoman untuk mengevaluasi Unjuk Kerja Karyawan secara lebih
transparan, terukur, obyektif sehingga perseroan dapat memberikan
kompensasi dan atau penghargaan yang berkeadilan dan sepadan dengan
Unjuk Kerja Karyawan selama bekerja dalam kurun waktu 1 (satu) semester.
2.3.1. Siklus Manajemen Unjuk Kerja Karyawan
Berdasarkan Keputusan Direksi Hypermart City of Tomorrow (CITO)
tentang Sistem Manajemen Unjuk Kerja Karyawan pada pasal 3, Siklus
Manajemen Unjuk Kerja Karyawan merupakan kerangka kerjasama antara atasan
langsung dengan karyawan yang bersangkutan dalam kurun waktu satu semester.
Unsur yang terkait dalam Siklus Manajemen Unjuk Kerja Karyawan adalah:
1. Karyawan (Staff)
Yaitu setiap pemangku jabatan yang akan menerima sasaran Unjuk
Kerja Karyawan tertentu serta akan mendapatkan penilaian atas hasil unjuk
kerjanya.
2. Atasan Langsung (Supervison Team)
Yaitu setiap pemangku jabatan yang memiliki tanggung jawab
pengawasan langsung terhadap karyawan.
3. Atasan-atasan langsung (Management Team)
Yaitu setiap pemangku jabatan yang memiliki tanggung jawab
4. Bidang kekaryawanan (bagian HRD)
Yaitu unit kerja atau fungsi yang akan memproses administrasi Penilaian
Unjuk Kerja karyawan, untuk selanjutnya mengelola pemanfaatan Hasil
Penilaian Unjuk kerja Karyawan untuk Imbalan Kinerja Semesteran (IKS)
serta pembinaan kompetensi dan karir karyawan.
2.3.2. Penilaian Unjuk Kerja Karyawan
Berdasarkan Keputusan Direksi Hypermart City of Tomorrow (CITO)
tentang Sistem Manajemen Unjuk Kerja Karyawan pada pasal 6, Penilaian Unjuk
Kerja Karyawan diberikan kepada karyawan, apabila karyawan yang
bersangkutan telah melaksanakan pekerjaan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
pada akhir semster berjalan. Penilaian unjuk kerja karyawan merupakan diskusi
formal antara atasan langsung dengan karyawan yang bersangkutan, dilakukan
pada akhir proses Manajemen Unjuk Kerja karyawan. Hasil penilaian Unjuk
Kerja Karyawan diserahkan kepada bidang kekaryawanan sebagai dasar untuk
proses tindak lanjut yang diperlukan.
Penilaian Unjuk Kerja Karyawan dilakukan berdasarkan kompetensi
individu yaitu daftar kompetensi yang dimiliki individu karyawan, yang
dihasilkan dari assessment individu tersebut menggunakan alat ukur yang telah
ditentukan.
2.3.3. Kriter ia Penilaian Unjuk Kerja Karyawan
Berdasarkan Keputusan Direksi Hypermart City of Tomorrow (CITO)
tentang Sistem Manajemen Unjuk Kerja Karyawan pada pasal 8, setiap jenis
unjuk kerja karyawan. Adapun kriteria penilaian unjuk kerja karyawan pada
Hypermart City of Tomorrow (CITO)dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian
J enjang Struktural J enjang
Fungsional
No Nama Kriter ia
Management Team (%) Supervision Team (%) Operation Team (%)
1 Hasil Kerja 60 60 60
2 Kepemimpinan 7 7 0
3 Keterampilan Kerja 5 5 12
4 Kerjasama 6 6 6
5 Disiplin Kerja 16 16 16
6 Peningkatan Potensi 6 6 6
J umlah Bobot Faktor 100 100 100
Pada setiap kriteria memliki beberapa item penilaian. Adapun data item
penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2, table 2.3, dan tabel 2.4
Tabel 2.2 Data Item Penilaian Manajemen Team
No Kriter ia No Nama Item Penilaian
1 Hasil Kerja 1 Realisasi program kantor cabang
2 Pengecekan fasilitas pelayanan pelanggan
3 Saran peningkatan pelayanan
2 Kepemimpinan 1 Mampu meningkatkan kinerja unitnya
2 Memotivasi, menggerakkan dan membina anggota
kelompok kerjanya dengan baik
3 Memberikan keteladanan
3 Keterampilan
Kerja
1 Mengambil keputusan secara tepat,cepat melalui
proses yang sistematis.
2 Terampil menyelenggarakan tugas manajerial
4 Kerjasama 1 Bersedia berkoordinasi, proaktif dan berkepribadian
No Kriter ia No Nama Item Penilaian
luwes dalam melaksanakan tugas
2 Bersedia dan mau berbagi pengetahuan kepada
bawahan
1
Menaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang
1
Bersedia memberikan usaha lebih banyak dalam menyelesaikan pekerjaannya
6 Peningkatan
Potensi
2 Mampu dan bersedia mengambil prakarsa dan
bertindak kreatif dalam mengatasi persoalan
3 Bersedia dan mampu menyelesaikan tugas dan
tanggung jawab yang lebih luas dari lingkup tugas pokoknya
Tabel 2.3 Data Item Penilaian Supervision Team
No Kriter ia No Nama Item Penilaian
1 Hasil Kerja
1 Hasil pekerjaan sesuai dengan SOP.
2 Jarang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
pekerjaan.
3 Hasil pekerjaan yang diselesaikan memenuhi kualifikasi.
2 Kepemimpinan 1 Memberikan keteladanan.
2 Mampu menyelesaikan persoalan di kelompok kerjanya.
3 Mampu meningkatkan kekompakan dan keharmonisan
kelompok kerjanya.
3 Keterampilan
Kerja
1 Mampu membuat prosedur kerja/SOP kelompok
kerjanya.
2 Teliti dalam mencegah terjadinya kesalahan kerja.
4 Kerjasama
1 Bersedia membantu mengatasi kesulitan anggotanya dan
rekan sekerjanya dalam menyelesaikan pekerjaan.
2 Bersedia dan mau berbagi pengetahuan kepada anggota
kelompok kerjanya.
5 Disiplin Kerja
1 Menaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang
2 Kehadiran Karyawan.
3 Datang tepat waktu, dan tidak meninggalkan kantor pada
No Kriter ia No Nama Item Penilaian
jam kerja tanpa ijin atasan.
6 Peningkatan
Potensi
1 Bersedia memberikan usaha lebih banyak dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
3 Bersedia dan mampu menyelesaikan tugas dan tanggung
jawab yang lebih luas dari lingkup tugas pokoknya.
Tabel 2.4 Data Item Penilaian Operation Team
No Kriter ia No Nama Item Penilaian
1 Hasil Kerja
1 Hasil pekerjaan sesuai dengan SOP.
2 Jarang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
pekerjaan.
3 Hasil pekerjaan yang diselesaikan memenuhi kualifikasi.
2 Keterampilan
Kerja
1 Kreatif dan penuh inisiatif dalam melaksanakan
pekerjaannya.
2 Cepat tanggap dalam memahami perintah atasan.
3 Terampil melaksanakan pekerjaanya.
3 Kerjasama
1 Bersedia membantu mengatasi kesulitan rekan
sekerjanya dalam menyelesaikan pekerjaan.
2 Bersedia dan mau berbagi pengetahuan kepada rekan
kerjanya.
3 Bersedia diajak bekerja sama dalam penyelesaian tugas.
4 Disiplin Kerja 1 Taat dan konsisten dalam menjalankan tata tertib
2 Kehadiran Karyawan
3 Datang tepat waktu, dan tidak meninggalkan kantor pada
jam kerja tanpa ijin atasan.
1 Konsisten dan selalu berusaha melakukan yang terbaik
dalam menangani dan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.
5 Peningkatan
Potensi
2 Bersedia memberikan usaha lebih banyak dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
3 Bersedia dan mampu menyelesaikan tugas dan tanggung
jawab yang lebih luas dari lingkup tugas pokoknya.
Pada proses penilaian, pihak penilai memberikan nilai untuk
masing-masing item penilaian. Kemudian menjumlahkan seluruh nilai tiap kriteria, lalu
rata-rata dari kriteria tersebut. Setelah nilai rata-rata-rata-rata tiap kriteria didapatkan, nilai
tersebut akan dikalikan dengan prosentase dari kriteria tersebut. Hasil dari
perkalian untuk tiap-tiap kriteria akan dijumlahkan dan hasilnya digunakan dalam
menentukan nilai akhir yang diperoleh seorang karyawan.
Rumus Perhitungan:
Nilai Kriteria = ( Jumlah nilai item penilaian / jumlah item penilaian ) x
prosentase tiap kriteria.
Nilai akhir = jumlah nilai kriteria
Berdasarkan nilai akhir yang diperoleh melalui perhitungan tersebut,
akan disesuaikan dengan derajat penilaian yang ditentukan. Derajat Penilaian
Akhir tersebut adalah seperti berikut:
Tabel 2.5 Data Hasil Akhir Penilaian Rentang Nilai Kompetensi
Individu
Hasil Penilaian Kompetensi Individu
Simbol
>201 Kompetensi Individu Sangat Memadai K1
101-200 Kompetensi Individu Memadai K2
0-100 Kompetensi Individu kurang masih
perlu ditingkatkan K3
2.3.4. Derajat Penilaian
Berdasarkan Keputusan Direksi Hypermart City of Tomorrow (CITO)
tentang Sistem Manajemen Unjuk Kerja Karyawan, Derajat penilaian untuk setiap
aspek kriteria penilaian Kompetensi Individu yang dituangkan kedalam pedoman
penilaian, adalah sebagai berikut:
1. Pencapaian unjuk kerja karyawan dengan menunjukkan perlakuan yang
2. Pencapaian unjuk kerja karyawan dengan jarang menunjukkan kompetensi
secara efektif, diberi simbol “Jarang“.
3. Pencapaian unjuk kerja karyawan dengan tidak menunjukkan kompetensi
yang diharapkan, diberi simbol “Tidak Pernah“.
Berdasarkan Keputusan Direksi Hypermart City of Tomorrow (CITO)
tentang Sistem Manajemen Unjuk Kerja Karyawan menyatakan bahwa hasil
penilaian dalam bentuk simbol yang diperoleh karyawan selanjutnya
ditransformasikan ke nilai nominal yaitu:
1. Menunjukkan perlakuan yang konsisten, dengan simbol “ Selalu“, diberi nilai
300
2. Jarang menunjukkan kompetensi secara efektif dengan simbol “Jarang“, diberi
nilai 200
3. Tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan dengan simbol “Tidak
Pernah“, diberi nilai 100
2.3.5. Kesimpulan Nilai Unjuk Kerja Karyawan
Kesimpulan Nilai Unjuk Kerja karyawan adalah nilai rata-rata dari
jumlah nilai kompetensi inti ditambah jumlah nilai kompetensi peran pada
semester yang bersangkutan, digunakan sebagai dasar penetapan penghargaan
langsung berupa Imbalan Unjuk Kerja Semesteran (IKS) yang merupakan
kompensasi atas prestasi kerja karyawan berdasarkan hasil unjuk kerja yang
merupakan kompetensi nyata dan terukur (pay for performance) yang besarannya
1.4 Metode Penilaian Kinerja Karyawan
Beberapa metode yang digunakan dalam menilai kinerja karyawan
(Mesmer, Max;2000) diantaranya:
1. Essay Appraisals.
Dalam program ini pimpinan menyediakan analisis tertulis dari kinerja
karyawan selama periode penilaian. Supervisor biasanya melengkapi formulir
yang meminta deskripsi beberapa aspek dari kerja individu. Pendekatan ini
memberikan fleksibilitas pada penilaian dengan tidak memasyarakatkan perhatian
khusus pada sejumlah faktor. Di sisi lain karena metode ini menggunakan
pertanyaan yang sangat terbuka, maka penilai akan kesulitan untuk
membandingkan dan menilai jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut.
keberhasilan metode ini juga sangat tergantung pada kemampuan dan kreativitas
supervisor dalam mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban yang
benar-benar dapat mewakili kondisi karyawan yang dinilai.
2. Management by Objectives (MBO).
Saat ini banyak yang mendasarkan struktur penilaian pada MBO. Secara
khusus, pekerja dan pemimpin bertemu pada permulaan periode penilaian dan
menyusun kalimat yang menyajikan target yang realistis, spesifik dan measurable.
Tetapi MBO tidak akan berjalan baik untuk pekerja yang mempunyai sedikit
keleluasaan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Uji coba selalu dibuat untuk
menuliskan target/sasaran dari segi kuantitas. Para ahli percaya bahwa
a. Keuntungan MBO
Keuntungan terbesar dari metode MBO adalah tersedianya
target/sasaran panilaian kinerja yang merupakan kesepakatan antara supervisor
dan bawahannya. Pada tingkat individu, MBO dapat menjadikan karyawan
melakukan kontrol diri, membangun kepercayaan diri, memotivasi diri,
memperbaiki kinerja, mengembangkan masa depan dan mempunyai pengetahuan
penuh tentang kriteria yang akan dievaluasi.
b. Kelemahan MBO
Salah satu kelemahan MBO adalah membutuhkan waktu yang cukup
lama hingga terkesan terjadi pemborosan waktu. Beberapa masalah yang mungkin
timbul akibat diterapkannya metode MBO adalah:
1). Terlalu banyak tekanan pada ukuran tujuan kuantitatif dapat membawa pada
pengabaian tanggung jawab penting lainnya.
2). Tekanan pada kuantitas mungkin akan mengorbankan kualitas.
3). Jika evaluasi didasarkan pada kesepakatan hasil yang dicapai, maka bawahan
secara sengaja atau tidak sengaja menset target yang rendah sebagai hasil yang
mereka capai.
4). Memungkinkan adanya tendensi mengadopsi target/tujuan yang dianggap
penting oleh bawahan yang dominan.
3. Checklist
Departemen SDM menyediakan bagi tiap penilai pernyataan yang sudah
disiapkan atau pertanyaan yang berhubungan dengan aspek spesifik dari kinerja
yang biasanya dijawab dengan “ya” dan “tidak”. Tetapi metode ini kurang ideal
ini mudah untuk digunakan dan dapat menghindari kecenderungan pemberian
nilai rata-rata atau pemberian nilai karena kemurahan hati. Namun karena
keharusan adanya relevansi antara item perilaku yang terdaftar dalam penilaian
prestasi dengan pekerjaan yang dilaksanakan, maka dibutuhkan keahlian khusus
untuk membangun sejumlah item perilaku yang berbeda untuk jenis pekerjaan dan
tingkatan yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan tenaga profesional
yang andal di bidang ini. Ketidakandalan dalam membuat item perilaku dan
kesesuaian bobot nilai masing-masing item dapat mengakibatkan ketidaksesuaian
di dalam pemberian ukuran-ukuran item. Akibatnya para supervisor kesulitan di
dalam mengiterprestasikan hasilnya.
4. Forced Choice.
Metode ini secara umum muncul dalam dua bentuk. Sepasang pernyataan
dan rangking yang dibuat dengan terpaksa. Penilai diperbolehkan memilih antara
dua pernyataan yang terbaik yang mendeskripsikan kinerja karyawan.
5. Behaviorally Anchored Rating Scala (BARS)
Skala ini biasanya berbentuk peringkat perilaku dari sangat buruk ke
sangat hebat dan mengkaitkan peringkat ini dengan tindakan spesifik atau ‘anchor
statement”. Keefektifan metode ini tergantung pada keakuratan dan ketepatan dari
pernyataan ini.
6. Multi-Rater Assessments (360-degree).
Metode yang relatif baru, dan metode penilaian ini mendapatkan
informasi dari banyak penilai seperti supervisor, diri sendiri, teman sekerja,
Berdasarkan analisa terhadap beberapa metode yang telah dilakukan yaitu
Essay Appraisals, Management by Objectives (MBO), Checklist, Forced Choice ,
Behaviorally Anchored Rating Scala (BARS), 360-degree feedback, maka dipilih
metode 360-degree feedback untuk diterapkan pada Hypermart City of Tomorrow
(CITO)karena sesuai untuk mengatasi permasalahan yang timbul, diantaranya
adalah proses penilaian yang satu arah (atasan ke bawahan) yang menyebabkan
penilaian kinerja karyawan cenderung subyektif, karena setiap individu tidak
memahami kekuatan dan kelemahannya, serta memberi aspek kebutuhan
pengembangan diri secara profesional.
2.5. Metode 360 Degree Feedback
Metode 360-degree feedback atau umpan balik 360o adalah suatu
metode penilaian kinerja yang memungkinkan karyawan untuk memperoleh
kesempatan menerima feedback dari supervisor dan rekan kerjanya. Menurut
Antonioni (1996), pada sistem ini, individu mengevaluasi dirinya dan menerima
umpan balik dari anggota organisasi lainnya. Umpan balik ini datang dari atasan
langsung dan rekan kerja (peer), dan dari bawahan jika individu itu adalah
manajer. Bahkan umpan balik itu bisa datang dari pelanggan. Sistem ini telah
muncul sebagai alat penilaian kinerja yang penting pada tahun-tahun terakhir dan
lebih penting lagi, juga sebagai alat pengembangan sumber daya manusia. Dengan
membandingkan hasil penilaian sendiri dan hasil penilaian orang lain, akan dapat
melihat celah-celah yang dapat memberikan informasi bermanfaat untuk
tujuan-tujuan pengembangan personil. Penerimaan umpan balik dari hanya satu sumber
(dari pimpinan/supervisor dalam sistem tradisional) mungkin tidak dipercaya, atau
(appraisee). Umpan balik yang diterima merupakan faktor kritis karena tidak
hanya untuk menjelaskan bagaimana pandangan orang lain terhadap seseorang
tapi juga untuk rencana-rencana tindakan bagi perbaikan kompetensi sumber daya
manusia. Feedback diperlukan dalam membangun perilaku yang dibutuhkan oleh
organisasi. Tujuan dari 360-degree feedback antara lain adalah membantu
individu untuk memahami kekuatan dan kelemahannya, serta memberi aspek
kebutuhan pengembangan diri secara profesional.
Menurut Putri (2008), manfaat yang akan diperoleh apabila organisasi di
Indonesia menerapkan penilaian 360 degree feedback adalah semua penilaian
yang diberikan oleh manajer, bawahan, rekan sejawat, diri sendiri dan pelanggan
dapat memberikan hasil yang sangat akurat dan obyektif mengenai kinerja pihak
yang dinilai. Semua informasi yang diperoleh dari berbagai sumber (manajer,
rekan sejawat dan atau pelanggan) dapat menambah keakuratan dan keobyektifan
dalam melakukan penilaian kinerja.
Perusahaan yang menggunakan umpan balik 360o (multirater) jumlahnya
semakin meningkat. Perusahaan-perusahaan seperti AT&T, Bank of America,
Exxon, General Electric, Caterpillar, dan Chrysler telah menggunakan sistem
penilaian ini selama beberapa tahun (Antonioni, 1996). Di UPS, para manajer dan
supervisor menyatakan setuju bahwa umpan balik 360o memperbaiki proses
penilaian kinerja mereka dan lebih dari 70% karyawan UPS menyatakan bahwa
umpan balik dari berbagai sumber lebih berguna dari pada yang mereka terima
dari manajer mereka sendiri (Hodgetts et al., 1999). Bisa dikatakan bahwa
sejumlah organisasi besar dan profesional sumberdaya manusia mendukung
analisis dan perancangan sistem penilaian kinerja karyawan pada Hypermart City
of Tomorrow (CITO)menggunakan metode 360-degree feedback sesuai dengan
kriteria penilaian yang ditetapkan oleh bagian Human Resource Department
(HRD) PT. PLN (Persero) CFBT. Adapun penjelasan alur penilaian menggunakan
metode 360-degree feedback digambarkan pada Gambar 2.2, Gambar 2.3,
Gambar 2.4, Gambar 2.5.
Gambar 2.2 Alur Penilaian General Manager
General manager hanya bisa menilai bawahan langsungnya yaitu
management team.
Gambar 2.3 Alur Penilaian Management Team Management
Team General Manager
Management Team
Supervision Team General Manager
Management team bisa menilai bawahan langsung yaitu supervision
team, atasanya langsung yaitu general manager dan rekan kerjanya satu level
yaitu management team.
Gambar 2.4 Alur Penilaian Supervision Team
Supervision team bisa menilai bawahannya langsung yaitu operation
team, atasanya langsung yaitu management team dan rekan kerjanya satu level
yaitu supervision team.
Gambar 2.5 Alur Proses Operation Team
Operation team hanya bisa menilai atasanya langsung yaitu supervision
team dan rekan kerjanya satu level yaitu operation team.
Supervision Team
Operation Team Supervision
Team
Operation Team Management
Team
Supervision Team
2.5.1. Kelebihan Metode 360 Degree Feedback
Menurut Mesmer (2000), 360-degree feedback lebih efektif digunakan
karena:
1. Metode 360-degree feedback memberikan pemahaman terhadap individu
mengenai bagaimana efektivitasnya sebagai karyawan, kolega maupun staf
berdasarkan pandangan orang lain.
2. Metode 360 feedback juga memberikan suatu insight mengenai skill dan
perilaku yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan visi, misi dan tujuan
yang diembannya.
3. 360 degree feedback juga menghemat waktu manajer karena banyak orang
yang terlibat dalam proses tersebut.
4. 360 degree feedback juga membantu kerjasama tim supaya lebih efektif. Tim
lebih memahami mengenai kinerja anggota tim dibandingkan supervisor.
5. 360 degree feedback membuat tanggung jawab individual lebih besar satu
sama lain karena mereka saling berbagi dan memberi input.
6. Metode ini juga memberi informasi yang tepat bagi individu untuk
mengembangkan karirnya. Karena karyawan dinilai oleh berbagai sumber,
maka ia akan memperoleh pandangan dari berbagai sudut pula. Oleh karena
itu, hal ini menjanjikan informasi yang penting baik bagi perkembangan karir
dan pribadi.
7. Proses 360 degree feedback yang baik akan dapat meningkatkan komunikasi
2.5.2. Kekur angan Metode 360 Degree Feedback
Adapun kekurangan dari metode 360 degree feedback ini adalah:
1. Efektivitas 360 degree feedback sangat ditentukan oleh seberapa terbuka
budaya organisasi.
2. 360 degree feedback tidak efektif dilaksanakan di lingkungan organisasi yang
budayanya masih sangat paternalistik, sungkan (tertutup) dan tingginya politik
kantor.
3. 360 degree feedback tidak bisa digunakan untuk mengevaluasi karyawan baru
atau calon karyawan.
2.6. Sistem
Menurut Ekawati (2008:12), sistem adalah bagian yang saling terkait
yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Sebuah
sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tidak teratur. Sebuah
sistem terdiri dari unsur yang dapat dikenal yang saling bekerja sama demi satu
maksud, tujuan dan sasaran.
2.7. Konsep Dasar Sistem Infor masi
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Jogianto, 1999:1). Data merupakan bentuk
yang masih mentah yang belum dapat bercerita banyak, sehingga perlu diolah
lebih lanjut. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih
Davis Roscoe (1993:1), mendefinisikan bahwa konsep dasar sistem
informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial
dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu
dengan laporan-laporan yang dibutuhkan sehingga dengan adanya sistem
informasi dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkat
manajemen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem informasi dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kualitas dari kegiatan SDM.
2.8. Pengembangan Sistem
Menurut Jogiyanto (2005:35), pengembangan sebuah sistem (system
development) dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan
sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Sistem yang alam perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal,
yaitu sebagai berikut:
1. Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dari sistem yang lama.
Permasalahan yang timbul berupa:
a. Ketidakberesan
Ketidakberesan dalam sistem yang lama menyebabkan sistem yang lama
tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat berupa
kecurangan, tidak efisiennya operasi, dan tidak ditaatinya kebijaksanaan
manajemen yang telah ditetapkan.
Pertumbuhan yang mengharuskan menyusun sistem baru. Pertumbuhan
ini diantaranya adalah kebutuhan informasi yang semakin luas, volume
pengolahan data meningkat, dan perubahan prinsip akuntasi yang baru.
2. Untuk meraih kesempatan
Organisasi mulai merasakan bahwa teknologi informasi perlu digunakan
untuk meningkatkan penyediaan informasi sehingga mendukung dalam proses
pengambilan keputusan yang akan dilakukan manajemen. Hal ini akan lebih
memberikan kesempatan untuk lebih berkompetisi dalam globalisasi.
3. Adanya instruksi-instruksi
Penyusunan sistem yang baru terjadi karena adanya instruksi dari atasan
baik dari dalam organisasi atau pemerintah.
Tahapan pada siklus pengembangan sistem yang terutama adalah
analisis sistem, desain sistem dan implementasi sistem. Sebenarnya proses ini
merupakan tahapan sebelum dilakukan pengembangan sistem. Perencanaan
pengembangan sistem berdasarkan siklus pengembangan sistem akan terlihat pada
Gambar 2.6 Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Jogiyanto, 2005:52)
2.9. Perancangan Sistem
Perancangan adalah proses merancang atau menyusun atau
mengembangkan sistem informasi yang lama menjadi sistem informasi yang baru.
Dalam tahap ini diharapkan bahwa semua persyaratan untuk menghasilkan sistem
informasi dapat dipenuhi. Seluruh sistem yang dirancang harus sesuai dengan
kebutuhan pengguna untuk mendapatkan informasi.
Tahapan perancangan sistem merupakan tahap desain dari siklus hidup
pengembangan sistem, yakni menganalisis sistem menggunakan
informasi-informasi yang terkumpul sebelumnya untuk mencapai desain sistem informasi-informasi
yang logik. Menurut Kendall & Kendall (2003:13), bagian dari perancangan
pengguna adalah keyboard ( untuk mengetik pertanyaan dan jawaban),
menu-menu pada layar (untuk mendatangkan perintah pemakai), serta berbagai jenis
Graphical User Interfaces (GUI) yang menggunakan mouse atau cukup dengan
sentuhan layar.
Selain itu, pada tahap perancangan juga mencangkup perancangan file-file
atau basisdata yang bisa menyimpan data-data yang diperlukan untuk pembuat
keputusan. Basis data yang tersusun dengan baik adalah dasar dari seluruh sistem
informasi. Langkah terakhir, merancang prosedur-prosedur back up dan kontrol
untuk melindungi sistem dan data serta untuk membuat paket-paket spesifikasi
program bagi pemrogram. Setiap paket bisa terdiri dari layout input dan output,
spesifikasi file, dan detail proses serta diagram aliran data, flowchart sistem dan
nama-nama dan fungsi-fungsi subprogram yang sudah tertulis (Kendall &
Kendall, 2003:14).
2.10. Analisa Per ancangan dan Sistem
Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem
informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk
mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan,
kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan. Analisa sistem
merupakan tingkatan penting dan kritis yang sangat berpengaruh pada tahap
selanjutnya. Kesalahan pada tahap ini akan berakibat timbulnya
kesalahan-kesalahan pada tahap selanjutnya. Di dalam tahapan analisis sistem terdapat
1. Idenfifikasi masalah, baik itu penyebab masalah, titik keputusan, serta
identifikasi personil-personil kunci dalam sistem.
2. Memahami kerja dari sistem yang ada.
3. Menganalisis sistem.
4. Membuat laporan hasil analisis yang bertujuan melaporkan telah terselesainya
tahap analisis, serta laporan ini nantinya mampu membantu pihak manajemen
untuk menyetujui tindakan selanjutnya.
Tahap selajutnya merupakan tahap perancangan sistem. Perancangan
sistem merupakan proses membangun sebuah sistem yang telah mengalami proses
analisa sehingga mampu menghasilkan sebuah sistem baru yang mampu
mengatasi permasalahan pada sistem lama. Tujuan dari perancangan sistem ini
yaitu untuk memenuhi kebutuhan pemakai sistem setelah melalui proses analisa,
serta memberikan gambaran secara umum terhadap rancang bangun sistem
sehingga dapat digunakan baik untuk proses pembuatan aplikasi maupun sistem
baru. Perancangan sistem diharapkan mampu membantu pihak pembuat
(programmer) maupun pengembang, sehingga memudahkan dalam membangun
sistem serta sesuai dengan tujuan pembuatan sistem tersebut.
2.11. Testing
Hetzel menyatakan dalam Romeo (2003:3) testing adalah tiap aktivitas
yang digunakan untuk dapat melakukan evaluasi suatu atribut atau kemampuan
dari program atau sistem dan menentukan apakah telah memenuhi kebutuhan atau
hasil yang diharapkan.
Pengertian testing yang dihubungkan dengan proses verifikasi dan
dikendalikan untuk verifikasi apakah telah berlaku sebagaimana telah ditetapkan,
mendeteksi error, dan validasi apakah spesifikasi yang telah ditetapkan sudah
memenuhi keinginan atau kebutuhan dari pengguna yang sebenarnya.
Proses verifikasi merupakan pengecekan atau pengetesan entitas-entitas,
termasuk software, untuk pemenuhan dan konsistensi dengan melakukan evaluasi
hasil terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan. Validasi yaitu melihat kebenaran
sistem, apakah proses yang telah ditulis dalam spesifikasi adalah apa yang
sebenarnya diinginkan atau dibutuhkan oleh pengguna. Proses deteksi error
seharusnya berorientasi membuat kesalahan secara intensif untuk menentukan
apakah suatu hal tersebut terjadi bilamana tidak seharusnya terjadi atau suatu hal
tersebut tidak terjadi dimana seharusnya mereka berada.
2.11.2 Test Case
Aplikasi tugas akhir ini akan diujicobakan dan digunakan pada PT. PLN
(Persero) Cabang Flores Bagian Timur yang berada di jalan Geluran No.1,
kecamatan Taman-kabupaten Sidoarjo, untuk membantu kegiatan operasional
sehari-hari. Subyek uji coba akan dilakukan 2 (dua) tahap, yaitu:
1. Uji coba yang dilakukan oleh programmer, yaitu uji coba program.
Pengukuran uji program berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Validasi data
Tujuan validasi adalah agar dalam jalannya program tidak terjadi
kesalahan (error), atau meminimalkan terjadinya kesalahan. Validasi yang
dilakukan antra lain: validasi pengguna, validasi masukan (input) dan
Error handling berupa pemberitahuan pesan kesalahan kepada pengguna.
Dengan adanya penanganan error handling maka pengguna dapat
mengetahui kesalahan – kesalahan yang terjadi saat menjalankan aplikasi.
c. Black Box Testing
Black Box Testing (BBT) adalah pengujian yang dilakukan setelah white
black box tuntas dilaksanakan dan lebih fokus pada pemeriksaan
kebutuhan fungsional pada program.
Black box testing digunakan untuk menguji:
1. Fungsi yang tidak benar pada tiap komponen.
2. Error dari Antar-Muka.
3. Error dari struktur data dan database.
2. Uji coba yang dilakukan oleh pihak Hypermart City of Tomorrow (CITO).
yaitu dilakukan pada bagian HRD, Manajer HRD dan beberapa perwakilan
kepala bagian. Pengukuran uji dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:
a. Mengevaluasi output yang dihasilkan, misalnya output laporan setelah
data di masukkan (input) dan di proses.
b. Mengevaluasi aplikasi yang dibuat dengan kesesuaian item/kriteria
penilaian pada setiap bagian/divisi pada proses penilaian kinerja
keryawan yang berlangsung.
Mengevaluasi kesesuaian relasi pada setiap tabel dan form yang
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
3.1. Analisis Per masalahan
Analisis permasalahan yang dilakukan di dalam proses penilaian kinerja
Pegawai Hypermart City of Tomorrow (CITO) merupakan sebuah langkah awal
untuk menemukan kendala-kendala maupun permasalahan-permasalahan yang
menghambat jalannya proses penilaian kinerja Pegawai yang sedang berlangsung
saat ini. Adapun proses penilaian yang dianalisis dimulai dari beberapa bagian
yang berhubungan dalam proses penilaian kinerja serta memiliki data yang
dibutuhkan pada proses penilaian kinerja. Permasalahan-permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bagian HRD
a. Tidak adanya media penyimpanan (basis data) yang secara otomatis dapat
menyimpan dan menjamin keamanan data sehingga dokumen penting yang
berisikan data Pegawai dan data penilaian kinerja Pegawai sering hilang dan
data yang diperlukan tidak ditemukan.
b. Pencatatan data kehadiran yang tidak terkomputerisasi menyebabkan sering
terjadi kekeliruan dalam pencatatan dan tingkat keakuratan data kehadiran
Pegawai menjadi berkurang.
c. Tidak adanya penyimpanan data (history) hasil penilaian yang menyebabkan
d. Tidak adanya penyimpanan data (history) hasil rekapan yang menyebabkan
pembuatan laporan kepada pihak manajemen mengalami keterlambatan dan
tidak tepat waktu.
e. Bentuk laporan yang dihasilkan kurang dapat memberikan rekomendasi pada
kondisi tertentu sehingga feedback ke pihak Pegawai menjadi kurang tepat.
2. Manajer
a. Kurang adanya penjabaran yang mendetail dalam memberikan standar kriteria
penilaian sehingga penilaian dengan kecenderungan memusat menjadi lebih
besar.
b. Penilaian kinerja berdasarkan kualitas pekerjaan kurang terorganisir sehingga
unsur subyektifitas cenderung meningkat.
c. Tidak adanya sebuah sistem penilaian yang lebih kompleks memuat data
pendukung penilaian yang lebih terintegrasi sehingga penilaian yang
dilakukan oleh manajer menjadi rumit dan tidak sederhana.
d. Tidak adanya metode yang sesuai dalam proses penilaian kinerja Pegawai
sehingga menyebabkan proses penilaian kinerja Pegawai dirasakan cenderung
kurang memberikan informasi yang tepat bagi individu untuk
mengembangkan karirnya baik sebagai Pegawai, kolega maupun staf
berdasarkan pandangan orang lain.
3. Asisten manajer (Asman)
Permasalahan yang sering terjadi pada asisten manajer hampir sama
dengan yng terjadi pada manajer. Adapun permasalahan-permasalahan tersebut
a. Kurang adanya penjabaran yang mendetail dalam memberikan standar kriteria
penilaian sehingga penilaian dengan kecenderungan memusat menjadi lebih
besar.
b. Penilaian kinerja berdasarkan kualitas pekerjaan kurang terorganisir sehingga
unsur subyektifitas cenderung meningkat.
c. Tidak adanya sebuah sistem penilaian yang lebih kompleks memuat data
pendukung penilaian yang lebih terintegrasi sehingga penilaian yang
dilakukan oleh asisten manajer menjadi rumit dan tidak sederhana.
d. Tidak adanya metode yang sesuai dalam proses penilaian kinerja Pegawai
sehingga menyebabkan proses penilaian kinerja Pegawai dirasakan cenderung
kurang memberikan informasi yang tepat bagi individu untuk
mengembangkan karirnya baik sebagai Pegawai, kolega maupun staf
berdasarkan pandangan orang lain.
4. Supervisor
Permasalahan yang sering terjadi pada supervisor hampir sama dengan
yang terjadi pada manajer dan asman sebagai tim penilai. Adapun
permasalahan-permasalahan tersebut sebagai berikut:
a. Kurang adanya penjabaran yang mendetail dalam memberikan standar kriteria
penilaian sehingga penilaian dengan kecenderungan memusat menjadi lebih
besar.
b. Penilaian kinerja berdasarkan kualitas pekerjaan kurang terorganisir sehingga
c. Tidak adanya sebuah sistem penilaian yang lebih kompleks memuat data
pendukung penilaian yang lebih terintegrasi sehingga penilaian yang
dilakukan oleh supervisor menjadi rumit dan tidak sederhana.
d. Tidak adanya metode yang sesuai dalam proses penilaian kinerja Pegawai
sehingga menyebabkan proses penilaian kinerja Pegawai dirasakan cenderung
kurang memberikan informasi yang tepat bagi individu untuk
mengembangkan karirnya baik sebagai Pegawai, kolega maupun staf
berdasarkan pandangan orang lain.
Pengamatan terhadap sistem manual yang terjadi di Hypermart City of
Tomorrow (CITO) merupakan dasar dari penelitian ini yakni dengan menganalisis
permasalahan yang timbul, kemudian menjabarkan kebutuhan-kebutuhan sistem
untuk pengembangan yang lebih baik dan setelah tahap tersebut, dapat dilakukan
analisis dan perancangan sistem untuk menjawab setiap permasalahan yang
ditemui.
Proses-proses yang terjadi secara manual serta bagian-bagian dari
organisasi yang terlibat dari proses penilaian kinerja Pegawai. Pada Gambar 3.1 di
halaman 39 terdapat bagian HRD, Manager HRD, Management Team,
Supervision Team, Pegawai biasa (Operation Team) dan General Manager
menjadi bagian-bagian yang terlibat secara langsung dalam proses penilaian
Adapun proses penilaian yang dianalisis dimulai dari beberapa bagian
yang berhubungan dalam proses penilaian kinerja serta memiliki data yang
dibutuhkan pada proses penilaian kinerja. Pada bagian HRD melakukan proses
awal yakni pendataan data Pegawai yang akan dibutuhkan oleh manager utk
melakukan proses penilaian kinerja. Manager HRD memberikan dokumen
keputusan direksi yang berisi data kriteria penilaian dan ukuran skala penilaian
yang akan dipakai untuk membuat form penilaian dan surat perintah penilaian
kinerja. Surat perintah penilaian kinerja disebarkan utk setiap divisi atau
departement guna melakukan penilaian kinerja. Data penilaian kinerja akan
direkap oleh bagian HRD sehingga berbentuk laporan beberapa rangkap utk
dikembalikan sebagai umpan balik utk pihak manajemen.
3.2. Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil analisis permasalahan dalam proses penilaian kinerja
Pegawai yang sedang berlangsung saat ini, maka dapat dilakukan analisis terhadap
kebutuhan-kebutuhan yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang
timbul. Adapun kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai betikut:
1. Bagian HRD
a. Kebutuhan akan media penyimpanan data (history) yang dapat menyimpan
dan menjamin keamanan data Pegawai dalam sebuah database pada proses
pengolahan data.
b. Kebutuhan akan sistem informasi kehadiran Pegawai yang dapat menyimpan
data kehadiran untuk menghitung kehadiran Pegawai yang digunakan dalam
c. Kebutuhan akan media penyimpanan data (history) yang dapat menyimpan
data hasil penilaian yang digunakan dalam perekapan data penilaian sehingga
proses tersebut menjadi tepat waktu.
d. Kebutuhan akan media penyimpanan data (history) yang dapat menyimpan
data hasil rekapan yang digunakan dalam proses pembuatan laporan ke pihak
manajemen menjadi tepat waktu.
e. Kebutuhan akan rancangan desain laporan yang akan dicetak sehingga dapat
menjadi bentuk laporan yang mudah untuk dianalisis oleh pihak manajemen
untuk kepentingan perusahaan.
2. Manajer
a. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat menyimpan standarisasi
kriteria penilaian yang dijabarkan dengan lebih detil berdasarkan proses
pencatatan transaksi pekerjaan dan kehadiran sehingga mengurangi unsur
subyektifitas.
b. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat menyimpan detil skala likert
penilaian sebagai acuan penilaian sehingga kecenderungan memusat pada
skala rata-rata atau sedang menjadi berkurang.
c. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat memuat data pendukung
penilaian secara lebih kompleks sehingga proses penilaian kinerja Pegawai
oleh seorang manajer menjadi lebih sederhana dan lebih terintegrasi.
d. Kebutuhan akan penerapan sebuah metode yang sesuai dengan permasalahan
penilaian kinerja Pegawai yang memungkinkan Pegawai untuk memperoleh
kesempatan menerima feedback dari atasan dan rekan kerjanya dan dapat
karirnya sebagai Pegawai, kolega maupun staf berdasarkan pandangan orang
lain.
3. Asisten Manajer (Asman)
a. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat menyimpan standarisasi
kriteria penilaian yang dijabarkan dengan lebih detil berdasarkan proses
pencatatan transaksi pekerjaan dan kehadiran sehingga mengurangi unsur
subyektifitas.
b. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat menyimpan detil skala likert
penilaian sebagai acuan penilaian sehingga kecenderungan memusat pada
skala rata-rata atau sedang menjadi berkurang.
c. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat memuat data pendukung
penilaian secara lebih kompleks sehingga proses penilaian kinerja Pegawai
oleh seorang asisten manajer menjadi lebih sederhana dan lebih terintegrasi.
d. Kebutuhan akan penerapan sebuah metode yang sesuai dengan permasalahan
penilaian kinerja Pegawai yang memungkinkan Pegawai untuk memperoleh
kesempatan menerima feedback dari atasan dan rekan kerjanya dan dapat
memberikan informasi yang tepat bagi individu untuk mengembangkan
karirnya sebagai Pegawai, kolega maupun staf berdasarkan pandangan orang
lain.
4. Supervisor
a. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat menyimpan standarisasi
kriteria penilaian yang dijabarkan dengan lebih detil berdasarkan proses
pencatatan transaksi pekerjaan dan kehadiran sehingga mengurangi unsur
b. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat menyimpan detil skala likert
penilaian sebagai acuan penilaian sehingga kecenderungan memusat pada
skala rata-rata atau sedang menjadi berkurang.
c. Kebutuhan akan rancangan basis data yang dapat memuat data pendukung
penilaian secara lebih kompleks sehingga proses penilaian kinerja Pegawai
oleh seorang supervisor menjadi lebih sederhana dan lebih terintegrasi.
d. Kebutuhan akan penerapan sebuah metode yang sesuai dengan permasalahan
penilaian kinerja Pegawai yang memungkinkan Pegawai untuk memperoleh
kesempatan menerima feedback dari atasan dan rekan kerjanya dan dapat
memberikan informasi yang tepat bagi individu untuk mengembangkan
karirnya sebagai Pegawai, kolega maupun staf berdasarkan pandangan orang
lain.
3.2.1. Penyelesaian Masalah
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pada permasalahan yang terjadi
dalam proses penilaian kinerja Pegawai Hypermart City of Tomorrow (CITO),
maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan tersebut dapat
diupayakan penyelesaiannya dengan melakukan perancangan sistem informasi
penilaian kinerja Pegawai dengan menerapkan metode yang sesuai. Menurut Putri
(2008), 360-degree feedback merupakan metode yang bersifat dua arah sehingga
memungkinkan Pegawai untuk memperoleh kesempatan menerima feedback dari
supervisor dan rekan kerjanya dan dapat memberikan informasi yang tepat bagi
individu untuk mengembangkan karirnya sebagai Pegawai, kolega maupun staf
penilaian kinerja Pegawai yang lebih akurat, obyektif, terintegrasi dan tepat waktu
dengan.
3.2.2. Analisa Kebutuhan Perangkat Keras
Sebelum proses perancangan desain sistem, struktur tabel dan desain
input-output dari sistem yang dirancang, perlu diperhatikan adanya kebutuhan
perangkat keras agar rencana aplikasi dapat berjalan baik. Adapun perencanaan
perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan aplikasi ini adalah sebagai
berikut:
1. PC Intel Pentium IV, 1,8 Ghz.
2. Memori 1 Gbytes.
3. Hard Disk 40 Gbytes.
4. VGA 256 Mbyte.
5. Perangkat pendukung seperti printer yang digunakan untuk mencetak laporan.
3.2.3. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak
Hasil analisis akan kebutuhan perangkat lunak yang digunakan untuk
pengembangan aplikasi adalah sebagai berikut:
1. Microsoft Windows XP Profesional Service Pack 3.
2. Microsoft Visual Studio .NET 2008.
3. Microsoft SQL Server 2005.
4. Microsoft .Net Framework SDK v.2.0
5. Power Disigner 6.0
Dengan adanya analisis kebutuhan ini diharapkan mampu memberikan
rancangan informasi yang tepat dan mendukung dalam penentuan
keputusan-keputusan dengan cara pemrosesan data menggunakan komputer. Informasi hasil
kinerja Pegawai diperoleh melalui proses penilaian kinerja Pegawai yang
didukung dengan data Pegawai. Serangkaian proses tersebut dilakukan dengan
terkomputerisasi, sehingga efisiensi waktu, keakuratan informasi dan perhitungan
untuk penilaian kinerja Pegawai dapat terpenuhi.
3.3. Metode Penelitian
Untuk membantu penyelesaian masalah dalam tugas akhir ini penulis
menggunakan beberapa metode penelitian yaitu:
3.3.1. Studi Literatur
Dalam melakukan suatu analisis dan perancangan sistem, sebelumnya
diperlukan suatu pengetahuan yang akan berguna sebagai pedoman atau landasan
dalam pembuatan sistem. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi pustaka yang
berguna dalam mendapatkan berbagai pendapat dan pengetahuan tantang sistem
yang akan dibuat. Informasi-informasi tersebut nantinya akan digunakan sebagai
landasan teori. Studi pustaka dalam menganalisis dan merancang sistem tersebut
bisa diperoleh dari buku-buku maupun informasi dari internet. Informasi yang
terbaru tentunya akan sangat bermanfaat dikarenakan suatu sistem sumber daya
manusia dituntut untuk selalu mengikuti informasi sesuai dengan perkembangan
3.3.2. Pengumpulan Data
Setelah memperoleh bahan referensi yang dibutuhkan, maka langkah
selanjutnya adalah proses pengumpulan data. Data diperoleh dengan cara
melakukan wawancara di Hypermart City of Tomorrow (CITO). Wawancara
dilakukan dengan bagian HRD dan manajer HRD. Data yang digunakan dalam
rancang bangun sistem penilaian kinerja Pegawai ini adalah data Pegawai dalam
jangka waktu satu tahun, periode 7 Juli 2010 sampai dengan 31 Desember 2010,
dan data manajemen unjuk kerja Pegawai berdasarkan keputusan direksi.
3.4. Perancangan Sistem
Sebelum proses perancangan sistem, terlebih dahulu dilakukan proses
perencanaaan dan analisis sistem. Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya hasil
analisis dan rancangan sistem yang dibuat dapat berfungsi dengan baik sesuai
dengan apa yang diharapkan, yaitu mampu membantu dalam pembuatan suatu
proses penilaian