PENGARUH BEBAN LATIHAN-RENANG TUNGGAL DAN BERULANG YANG BERLEBIHAN TERHADAP AKTIVITAS SPESIFIK ENZIM LAKTAT DEHIDROGENASE (LDH) JARINGAN
OTOT RANGKA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR
NASKAH PUBLIKASI
BUDI HARTONO I1011141040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
PENGARUH BEBAN LATIHAN-RENANG TUNGGAL DAN BERULANG YANG BERLEBIHAN TERHADAP AKTIVITAS SPESIFIK ENZIM LAKTAT DEHIDROGENASE (LDH) JARINGAN
OTOT RANGKA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran pada Prgram Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Pontianak
BUDI HARTONO I1011141040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH BEBAN LATIHAN-RENANG TUNGGAL DAN BERULANG YANG BERLEBIHAN TERHADAP AKTIVITAS SPESIFIK ENZIM LAKTAT
DEHIDROGENASE (LDH ) PADA JARINGAN OTOT TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR
Oleh: BUDI HARTONO
I1011141040
Telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
UniversitasTanjungpura Tanggal: 14 Desember 2017 Disetujui, Pembimbing I dr. Andriani, M.Biomed NIP. 198204172008122003 Pembimbing II
dr. Willy Handoko, M.Biomed NIP. 198401242009121005
Penguji I
dr. Virhan Novianry M.Biomed NIP. 198211292008011002
Penguji II
dr. Mitra Handini, M.Biomed NIP. 198509082009122005
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
dr. ArifWicaksono, M.Biomed NIP. 198310302008121002
PENGARUH BEBAN LATIHAN-RENANG TUNGGAL DAN BERULANG YANG BERLEBIHAN TERHADAP AKTIVITAS SPESIFIK ENZIM LDH JARINGAN OTOT
RANGKA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR
Budi Hartono1; Andriani2; Willy Handoko3
Intisari
Latar Belakang: Latihan fisik merupakan pergerakan tubuh yang terstruktur dan dilakukan berulang-ulang, bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik. Tetapi latihan fisik yang berlebihan sangat bergantung kepada glikolisis anaerobik. Enzim laktat dehidrogenase (LDH) yang salah satunya terdapat di otot rangka dibutuhkan pada proses tersebut Tujuan: Mengetahui pengaruh beban latihan-renang tunggal dan berulang yang berlebihan terhadap aktivitas spesifik enzim LDH jaringan otot rangka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap posttest only control group design. Dua puluh tujuh tikus galur wistar dibagi menjadi tiga kelompok: kelompok kontrol, kelompok beban latihan-renang tunggal yang diberikan latihan selama satu hari dan kelompok beban latihan-renang berulang diberikan latihan selama tujuh hari dengan durasi 45 menit per hari.Pada akhir perlakuan, jaringan otot rangka diambil untuk diukur dan dianalisis dengan One-way anova yang dilanjutkan dengan Post hoc LSD. Hasil: Diperlihatkan tidak terdapat perbedaan bermakna rerata aktivitas spesifik enzim LDH pada jaringan otot rangka tikus diantara ketiga kelompok tersebut. Kesimpulan:Perlakuan renang secara tunggal maunpun berulang dalam waktu 45 menit tidak menunjukkan perbedaan bermakna rerata aktivitas enzim spesifik LDH secara statistik.
Kata Kunci:Beban latihan-renang tunggal dan berulang, Laktat Dehidrogenase (LDH), Jaringan Otot Rangka
1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat.
2) Departemen Biokomia, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
3) Departemen Fisiologi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat
THE EFFECT OF SINGLE- AND REPEATED- EXCESSIVE SWIMMING EXERCISE ON SPECIFIC LDH ENZYME ACTIVITY IN MALE WISTAR RATS SKELETAL
MUSCLE TISSUE(Rattus norvegicus)
Budi Hartono1; Andriani2; Willy Handoko3
ABSTRACT
Background: Exercise is structured and repetitive body movement to improve or maintain physical fitness. However, excessive physical exercise may result on anaerobic glycolysis. Lactate dehydrogenase (LDH), one of which enzyme is found in skeletal muscle required in the process anaerobic glycolysis Objective: This study aimed to determine the effect of single- and repeated- excessive swimming exercise on activity specific enzyme lactate dehydrogenase (LDH) skeletal muscle tissue in male wistar rats (Rattus norvegicus) Methods: This study was an experimental study with a randomized and posttest only control group design. Twenty-seven wistar rats were divided into three group: control group, single-swimming exercise were given for one days and repeated-swimming exercise were given for seven days with a duration of 45 minutes/day. at the end of the study, the skeletal muscle tissue were insulted to measure the activity specific enzyme LDH and analyzed by One-way ANOVA followed by Post hoc LSD. Result: Showed that there were not significant difference mean of specific enzyme activity lactate dehydrogenase (LDH) skeletal muscle tissue rats among the three groups. Conclusion: Single- and repeated- excessive swimming exercise within 45 minutes/day did not show any significant difference in mean LDH-specific enzyme activity statistically.
Keyword: Single- and repeated- excessive swimming exercise, lactate dehydrogenase (LDH),skeletal muscle tissue
1) Medical School, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Kalimantan.
2) Departement of biochemistry, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Borneo.
3) Departement of Physiology, Faculty of Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Borneo.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Latihan fisik adalah pergerakan tubuh yang dilakukan secara terkoordinasi dan dilakukan berulang-ulang dengan tujuan meningkatkan atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran fisik.1 Latihan fisik yang dilakukan secara berlebihan dari ambang batas normal dapat mengakibatkan kesehatan tubuh menjadi buruk.2 Dengan melakukan latihan fisik secara terus menerus dan teratur terbukti dapat menurunkan resiko beberapa penyakit seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, stroke, osteoporosis, diabetes mellitus tipe2, obesitas, kanker kolon dan depresi.1
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa <0.1% dari total populasi dan 37% dari total atlet profesional dari berbagai cabang olahraga dilaporkan pernah melakukan latihan secara berlebihan di dalam karir atletik mereka minimal sekali.3,4 Penelitian lain juga menunjukkan bahwa sebanyak 35% perenang dewasa pernah melakukan latihan secara berlebihan setidaknya sekali dalam karir mereka5..
Dalam melakukan latihan secara berlebihan atau intensitas tinggi membutuhkan energi dalam jumlah besar dan cepat. Ketika sel-sel mengalami persediaan oksigen yang terbatas, energi yang dibutuhkan sangat bergantung kepada glikolisis anaerobik untuk mencukupi kebutuhan ATP tersebut, pada glikolisis anaerobik dibutuhkan enzim laktat dehidrogenase (LDH) untuk mengkatalisis perubahan piruvat menjadi laktat.6 Apabila laktat dari hasil anaerobik terjadi secara terus-menerus, dapat menyebabkan peningkatan keasaman darah yang disebut dengan asidosis. Asidosis merupakan suatu keadaan ketika pH kurang dari normal.7
Enzim laktat dehidrogenase terdapat pada semua sel yang melakukan metabolisme, salah satunya terdapat di otot rangka. Otot rangka dalam sistem tubuh manusia berfungsi menghasilkan gaya atau kekuatan agar terjadinya suatu gerakan pada saat beraktivitas.8 Untuk menggambarkan
2
kerusakan jaringan maupun organ salah satunya otot rangka dapat dilakukan dengan melihat terjadinya peningkatan aktivitas LDH. Pada jaringan yang rusak seperti terjadinya nekrosis maupun perubahan permeabilitas sel akan memicu pengeluaran enzim LDH.9Dan juga kadar laktat yang tinggi dalam otot akibat dari hasil akhir glikolisis anaerobik yang dikatalisis oleh enzim LDH dapat mengakibatkan penurunan pH yang akan menghambat kerja enzim dan menganggu reaksi kimia di dalam sel, sehingga dapat mengakibatkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya otot mengalami kelelahan. Serta peningkatan enzim LDH di dalam sel otot mengindikasikan terjadinya iskemik dan hipoksia.6,10
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa peneliti inginmengetahui Pengaruh latihan renang-tunggal dan berulang yang berlebihan terhadap kadar spesifik enzim LDH jaringan otot rangka tikus (rattus norvegicus) jantan galur wistar.
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh beban latihan-renang tunggal dan berulang yang berlebihan terhadap aktivitas spesifik enzim LDH jaringan otot rangka tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar .
Hipotesis
1. Terjadi penurunan rerata kadar protein total jaringan otot rangka pada tikus yang diberi perlakuan beban latihan renang tunggal dan berulang jika dibandingan dengan kelompok kontrol
2. Terjadi peningkatan aktivitas spesifik enzim LDH jaringan otot rangka pada tikus yang diberi perlakuan beban latihan renang tunggal dan berulang jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
3
METODE
Alat dan Bahan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu Kandang Tikus, Spektofotometer, Sentrifuge, Timbangan Analitik, Timbangan Hewan, Mikropipet, Gelas Ukur, Tabung Reaksi, Handscoon, Microtube1,5 mikroliter, Tissue Homogenizer, kuvet disposable
Bahan-bahan penelitian yang digunakan adalah Jaringan otot rangka gastrocnemius tikus jantan galur Wistar, Makanan standar, Akuades, Kit LDH RANDOX
Persiapan Hewan Uji
Sampel padapenelitian ini menggunakan tikus (Rattus norvegicus) jantan galur wistar yang berumur 2-3 bulan, sampel yang digunakan sejumlah 27 ekor. Sebelum diberi perlakuan, semua sampel tikus diaklimatisasikan selama kurang lebih satu minggu agar dapat beradaptasi dengan lingkungan percobaan. Pemberian makanan dan minuman dilakukan secara teratur.
Perlakuan pada Hewan Coba
Perlakuan diberikan setelah dilakukan aklimatisasi selama 7 hari. Pengelompokan subjek perlakuan terdiri dari 3 kelompok secara acak, meliputi kelompok K, P1 dan P2. Kelompok Kontrol (K) : Terdiri dari 9 tikus jantan galur wistar yang diberi diet standar ad libitum selama 7 hari.Kelompok Perlakuan 1 (p1) :Terdiri dari 9 tikus jantan galur wistar yang diberi diet standar ad libitum dan latihan renang intensitas berat sebanyak satu kali pada hari ke-7.Kelompok Perlakuan 2 (p2) : Terdiri dari 9 tikus jantan galur wistar yang diberi diet standar ad libitum dan latihan renang intensitas berat sebanyak tujuh kali dengan interval 24 jam selama 7 hari.
Pemberian latihan renang dilakukan berdasarkan penelitian Hu Y, et al. pada tahun 2000 dengan beberapa modifikasi. Masing-masing tikus
4
direnangkan di dalam wadah yang berukuran diameter 20 cm dan tinggi 50 cm. Latihan renang intensitas berat diberikan selama 45 menit.
Pengambilan Sampel Jaringan Otot Rangka Tikus
Pengambilan jaringan dilakukan pada bagian otot rangkagastocnemius tikus dengan cara tikus dianastesi dengan menggunakan eter dalam wadah tertutup, kemudian dibunuh dengan cara dislokasi leher. Setelah itu jaringan otot rangka gastrocnemius diambil dan dipisahkan yang kemudian dimasukkan segera dalam pot yang sudah tersedia larutan PBS.
Pembuatan Homogenat Jaringan Otot Rangka Tikus
Jaringan otot rangka dihomogenisasi menggunakan mikropestel tissue lysersteril dalam larutan buffer PBS (phosphate buffer saline) 0,1M pH 7,4 steril sebanyak 500 μl. Setelah homogen ditambahkan lagi larutan PBS sebanyak 500 μl dan dihomogenkan kembali. Kemudian sentrifuse dengan kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Pisahkan supernatan dan pellet, masukkan supernatant dalam tabung baru. Homogenat dapat disimpan terlebih dahulu didalam lemari es suhu -20oC sebelum pemeriksaan
Menetap Kadar Protein Total Menurut Metode Biuret
Adanya ikatan peptida pada protein akan bereaksi positif dengan pereaksi Biuret yang akan membentuk warna lembayung dan dapat diukur pada panjang gelombang 540 nm. Pemeriksaan kadar protein dapat dibandingkan dengan protein Bovine Serum Albumin (BSA) dalam berbagai tingkatan kadar.
Pemeriksan kadar protein total dengan metode Biuret ini dilakukan dengan cara menambahkan 2 ml pereaksi Biuret ke dalam 25 μl sampel dan standar disertai blanko. Kemudian larutan didiamkan selama 30 menit untuk kemudian serapan dibaca pada panjang gelombang 540 nm.
5
Penentuan kadar protein total homogenat jaringan ditentukan berdasarkan persamaan regresi linier kurva standar BSA. Kadar protein total dinyatakan dalam mg/mL.
Pengukuran Kadar Aktivitas Spesifik Enzim LDH Jaringan Otot Rangka
Pengukuran aktivitas enzim LDH menggunakankit RANDOX. Bahan yang digunakan berasal dari supernatan homogenat jaringan otot rangka dengan cara mencampurkan sampel 0,1ml dengan reagen sebanyak 3 ml, setelah 30 detik baca absorbansi pada panjang gelombang 340 nm dan ulangi pada menit ke 1, 2, dan 3. Kemudian diselisihkan antar menit ke 1 dan 0, menit ke 2 dan ke 1 serta menit ke 3 dan ke 2. Bandingkan dan pilih hasil dari data kelompok yang paling homogen dan dihitung dengan rumus
Kemudian dilakukan perhitungan aktivitas spesifik enzim LDH dengan rumus berikut :
Analisis Data
Analisis data diproses menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data yang diperoleh diuji dengan Shapiro wilk dan Levene test untuk mengetahui distribusi dan homogenitas data. Apabila terdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji One Way Anova. Jika tidak terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji alternatif yaitu uji Kruskal-Wallis.
U/I = 4921 x ∆ A 340 nm/min
Aktivitas spesifik enzim LDH = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐿𝐷𝐻
6
Hasil
Hasil pada pengukuran kadar protein diukur dengan memasukan kadar absorbansi supernatan jaringan otot rangka kedalam rumus yang telah didapatkan dari kurva standar berdasarkan nilai absorbansi sediaan Bovine Serum Albumin (BSA). Dari data absorbansi BSA didapatkan persamaan garis dan kurva standar yaitu = 0,005x + 0,221 dan R² = 0,982 dengan bentuk linier.
Gambar1. Kurva Standar Bovine Serum Albumin (BSA)
Setelah itu, untuk mendapatkan kadar protein total jaringan otak pada setiap kelompok perlakuan dilakukan dengan pengukuran absorbansi dari supernatan dan dimasukkan kedalam perhitungan berdasarkan yang telah didapatkan dalam kurva standar.
y = 0.0056x + 0.2217 R² = 0.9826 0.22 0.225 0.23 0.235 0.24 0.245 0.25 0.255 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 Se ra p an (A ) Konsentrasi BSA (mg/ml)
7
Gambar 2. Hasil Rerata Kadar Protein Total (mg/ml)
Keterangan : Rerata Kadar Protein Total (mg/ml). Keterangan: K = Kontrol, p1 = Perlakuan 1 (tunggal), p2 = Perlakuan 2 (berulang). (Oneway ANOVA p<0,05, = LSD <0,05)
Berdasarkan data tersebut (Gambar 2) menunjukan hasil rerata kadar protein total jaringan otot rangka tikus secara statistik pada ketiga kelompok tersebut. Rerata kadar protein total yang didapat (gambar2) pada kelompok p2 (berulang) lebih rendah dari kelompok kontrol yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan bermakna dalam statistik p=0,005 (Anova, p>0,05) dibandingkan dengan kontrol, kemudian didapatkan rerata kadar protein kelompok kontrol lebih tinggi dari kelompok p1 (tunggal) dengan tidak adanya perbedaan bermakna dalam statistik p=0,349 (Anova, p>0,05), juga pada kelompok p1(tunggal) dan p2 (berulang) didapatkan perbedaan bermakna dalam statistik dengan p=0,044 (Anova, p>0,05).
.
8
Gambar 3. Hasil Pengukuran Rerata Aktivitas Enzim Spesifik LDH
Keterangan :Rerata aktivitas spesifik enzim LDH jaringan otot rangka tikus (U/mg protein). Keterangan: K = Kontrol, p1 = Perlakuan 1
(tunggal), p2 = Perlakuan 2 (berulang). P > 0,05 (One Way Anova)
Berdasarkan data tersebut (Gambar 4.3) menunjukan bahwa, pada kelompok p1 (tunggal) memiliki rerata aktivitas spesifik enzim LDH yang lebih tinggi yaitu 9,243 U/mg protein, kemudian kelompok kontrol yaitu 6.119 U/mg protein dan yang terendah yaitu kelompok p2 (berulang) yaitu 4.376 U/mg protein. Uji statistik yang dilakukan pada spesifik enzim LDH didapatkan ketidak bermaknaan diantara ketiga kelompok tersebut.
Hasil penelitian yang telah dilakukan (gambar 4.3) didapatkan bahwa pada kelompok p1 (tunggal) memiliki rerata aktivitas spesifik ezim LDH yang lebih tinggi dari kelompok kontrol dan tidak ditemukan perbedaan bermakna p=0,365 (Anova, p>0,05), kemudian didapatkan kelompok rerata aktivitas spesifik enzim LDH pada kelompok p1 (tunggal) lebih tinggi dari kelompok p2 (berulang) tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna dalam statistic p=0,163 (Anova, p>0,05),
9
juga pada kelompok p2 (berulang) dan kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan bermakna dalam statistic p=0,611 (Anova, p>0,05).
Pembahasan
Hasil penelitian yang didapat (gambar 2) didasari bahwa pada latihan terjadi sistem metabolisme otot untuk menghasilkan energi. Kebutuhan energi pada saat beraktivitas dapat dipenuhi melalui sumber energi yang ada di dalam tubuh melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein. Akan tetapi protein akan digunakan ketika simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh dengan cara protein akan diubah menjadi asetil-koenzim-A sehingga dapat masuk ke siklus Kreb’s.11,12
Terjadinya penurunan pada rerata kadar protein total pada kelompok p2 (berulang) juga diakibatkan karena protein otot sangat mudah dikonversi pada saat dibutuhkan, khususnya pada aktivitas fisik yang lama. Protein di otot yang dipecah menjadi asam amino akan diubah menjadi alanin kemudian dibawa dari otot yang aktif ke hati untuk dideaminasi yaitu suatu reaksi kimiawi pada metabolisme yang melepaskan gugus amina dari molekul senyawa asam amino.13
Penelitian yang dilakukan kali ini menunjukkan bahwa pada (gambar 3) tidak adanya perbedaan bermakna rerata aktivitas spesifik enzim LDH diantara ketiga kelompok tersebut. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Matsuo T, et al, pada tahun 2008 didapatkan terjadi penurunan aktivitas enzim LDH pada otot gastrocnemius kelompok kontrol tikus di sebelum latihan dan sesudah latihan. Metode penelitian yang dilakukannya ialah pada kelompok sebelum latihan, tikus di usia 6 minggu dipaksa berenang hingga kelelahan dengan ditandai tikus tidak dapat mencapai permukaan ataupun kaki bagian bawah tidak dapat digerakkan. Kemudian, saat usia tikus 8
10
minggu tikus dibagi mejadi 2 kelompok yang dibunuh dan yang diberi perlakuan renang selama 1 jam dengan tambahan berat 4% dari berat tubuhnya dan kemudian tikus dibunuh secara langsung setelah latihan.14
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Abe T, et al. Pada tahun 2015 didapatkan terjadi peningkatan secara bermakna pada enzim LDH otot rangka antara kelompok kontrol dan perlakuan. Penelitiannya menggunakan tikus yang diberikan perlakuan latihan interval intensitas tinggi, yang merupakan sebuah tipe latihan fisik yang terdiri dari latihan intensitas tinggi dengan periode istirahat, dimana tikus yang diberi tambahan berat 10% dari berat badannya diberi perlakuan renang 20 detik sebanyak lebih dari 20 kali hingga tikus kelelahan tidak dapat mencapai permukaan lebih dari 3 detik yang dilakukan 5 hari seminggu selama 6 minggu, sampel otot rangka diambil 24 jam setelah latihan terakhir. Peningkatan enzim LDH otot rangka terjadi dikarenakan terjadinya fase pemulihan untuk menghindari efek akut latihan setelah berenang yaitu penumpukan asam laktat.15
Perbedaan penelitian yang didapatkan juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dubouchaud H, et al. pada tahun 2000 yaitu dengan melihat ketahanan latihan pada manusia. Hasil yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan Dubouchaud H, et al. Terjadi penurunan total enzim LDH-5 secara bermakna setelah latihan yang dilakukan. Metode latihan yang diberikan pada penelitiannya dengan cara menggunakan sepeda ergometer disaat VO2 max 75% selama 1 jam. Penelitian dilakukan selama 6 hari per minggu selama 4 minggu. Sampel diambil dengan cara biopsi jarum di otot vastus lateralis yang diambil sebelum dan sesudah latihan. Penurunan LDH-5 yang terjadi setelah latihan dihubungkan dengan peningkatan isoenzim LDH yang lain dan juga pada penelitian yang dilakukan sekarang, metode yang digunakan bertujuan untuk mengukur aktivitas enzim LDH tetapi tidak spesifik mengukur isoenzim aktivitas enzim LDH yang terdapat pada jaringan otot rangka.16
11
Proses metabolisme anaerobik yang diperantai oleh enzim LDH akan menghasilkan produk sampingan selain ATP yaitu asam laktat. Penumpukan asam laktat atau kadar laktat yang tinggi dapat terjadi penurunan pH yang disebut asidosis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Matsuo T, et al. yaitu terjadi peningkatan asam laktat di otot gastroknemius setelah latihan.14,17
Hasil yang didapatkan pada penelitian ini ( Gambar 3) sehingga tidak ada perbedaan bermakna pada rerata aktivitas spesifik enzim LDH di antara ketiga kelompok, kemungkinan akibat kurangnya intensitas latihan yang diberikan dan terjadinya proses pemulihan pada tikus yang tidak segera di euthanasia dan dilakukan pengambilan sampel segera setelah latihan. Penambahan massa beban dapat dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh Matsuo T, et al. dengan menambahkan beban sebesar 4% dari berat badan tikus dan juga penelitian yang dilakukan oleh Abe T, et al. yang menambahkan massa beban sebesar 10% dari berat badan tikus. Akibat tidak dieuthanasia segera tikus mengalami masa pemulihan dimana jumlah oksigen akan kembali tercukupi didalam tubuh. Kemudian, asam laktat yang telah dihasilkan oleh otot selama latihan akan dioksidasi untuk menghasilkan energi melalui metabolisme aerobik. Asam laktat yang telah terbentuk akan dirubah kembali menjadi asam piruvat. Setelah itu asam piruvat yang telah terbentuk akan masuk ke dalam mitokondria untuk menghasilkan energi.18
Kesimpulan
Penelitian kali ini dapat disimpulkan bahwa pada tikus yang diberikan perlakuan renang secara tunggal maunpun berulang dalam waktu 45 menit tidak menunjukkan perbedaan bermakna rerata aktivitas enzim spesifik LDH secara statistik. Hal ini kemungkinan akibat kurangnya intensitas latihan yang diberikan dan terjadinya proses pemulihan pada tikus yang tidak segera dieuthanasia dan dilakukan pengambilan sampel segera setelah latihan diberikan. Penambahan massa beban dapat
12
dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh Matsuo T, et al dengan menambahkan beban sebesar 4% dari berat badan tikus dan juga penelitian yang dilakukan oleh Abe T, et al. yang menambahkan massa beban sebesar 10% dari berat badan tikus agar tikus mengalami kelelahan hingga tidak dapat mencapai permukaan air ketika diberikan perlakuan.
Sehingga saran yang perlu dilakukan terhadap penelitian serupa kedepannya untuk dapat mengkaji ulang terhadap metode penelitian yang dilakukan latihan-renang tunggal dan berulang yang berlebihan yang sesuai dan juga mengenai waktu euthanasia dan pengambilan jaringan organ segera dengan memperhitungkan masa pemulihan.
Daftar Pustaka
1. Thompson W, Gordon N, Pescatello. ACSM’s Guidelines for Exercise
Testing and Prescription. 8th ed. Michigan: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
2. Kreher JB, Schwartz JB. Overtraining Syndrome: A Practical Guide. Sports Health Multidiscip Approach. 2012 Mar 1;4(2):128–38.
3. Shephard R. Chronic fatigue syndrome: an update. Sports Med. 2001;31(3):167–94.
4. Kenttä G, Hassmén P, Raglin JS. Training apractices and overtraining syndrome in Swedish age-group athletes. Int J Sports Med. 2001 Aug;22(6):460–5.
5. Raglin J, Sawamura S, Alexiou S, Hassmen P, Kentta G. Training practices and staleness in 13-18-year-old swimmers: a cross-cultural study. Pediatr Exerc Sci. 2000;12(1):61–70.
6. Marks AD. Lieberman M. Marks’ Basic Medical Biochemistry: A
clinical Approach. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013
7. Makatita, Sitti Hajiyanti. The Effect Acute of Day and Night Futsal Sport to Lactate Dehidrogenase (LDH) Levels on Young Adult
13
Iindividuals. Tesis Gelar Magister Program Studi Biomedik. Jurusan Biomedik Konsentrasi Fisiologi Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar. 2015.
8. Silverthorn DU, Johnson BR, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC. Human physiology: an integrated approach. 6th ed. Boston: Pearson Education; 2013.
9. Lindseth GN. Gangguan hati, kandung empedu, dan pankreas. Dalam: Price SA dan Wilson LM, editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2005.
10. Goodwin, M.L. Blood Lactate Measurments and Analysis During Exercise : A Guide for Clinicians. J. of Diabetes Sci and Tech. 2007.1 (4):558-569
11. Sherwood, L. Human physiology : from cells to system. 6th ed. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC; 2014.
12. Nurkadri N. Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. J Pengabdi Kpd Masy. 2014 Mar 1;20(75):78–83.
13. Ermita Ilyas. Nutrisi Pada Atlet. 2007 Http://www.gizi.net. Diakses 23 Agustus 2017
14. Matsuo T, Yagi K. Effect of α-lipoic acid supplementation on
endurance capacity and energy metabolism in rats. Tech. Bull. Fac. Agr. Kagawa Univ. 2008.
15. Abe T, Kitaoka Y, Kikuchi DM, Takeda K, Numata O, Takemasa T. High-intensity interval training-induced metabolic adaptation coupled with an increase in Hif-1α and glycolytic protein expression. J Appl Physiol. 2015 Oct 1;jap.00499.2015.
16. Dubouchaud H, Butterfield GE, Wolfel EE, Bergman BC, Brooks GA. Endurance training, expression, and physiology of LDH, MCT1, and MCT4 in human skeletal muscle. Am J Physiol Endocrinol Metab. 2000 Apr;278(4):E571-579.
17. Sugiharto. Pembentukan Radikal Bebas Oksigen Dalam Aktivitas Fisik. Lab Jurnal Ilmu Keolahragaan dan Pendidikan Jasmani. 2000.
14
18. Widiyanto. Latihan Fisik dan Laktat. Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY. 20