• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Work-Family Conflict pada Rawat Inap Wanita yang Sudah Berkeluarga di Rumah Sakit "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Work-Family Conflict pada Rawat Inap Wanita yang Sudah Berkeluarga di Rumah Sakit "X" Kota Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui work-family conflict pada perawat rawat inap

wanita yang sudah berkeluarga di rumah sakit “x” kota Bandung. Penarikan sampel ini

menggunakan metode purposive sampling kepada 56 perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner berupa data utama mengenai enam dimensi work-family conflict, yaitu time WIF, strain WIF, behavior WIF, time FIW, strain FIW, behavior FIW serta data penunjang mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi work-family conflict, yaitu work domain dan family domain.

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa sebanyak 25% perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di rumah sakit “x” kota Bandung mengalami work-family conflict yang tinggi. Sebanyak 32% perawat rawat inap wanita mengalami work-family conflict pada arah work interfering with family (WIF). Sebanyak 43% perawat rawat inap wanita mengalami work-family conflict pada dimensi time WIF.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagian besar perawat rawat inap wanita mengalami work-family conflict pada arah work interfering with family dan dimensi yang paling dominan diurutkan dari yang terbesar adalah time WIF, behavior WIF, strain FIW, behavior FIW, strain WIF, time FIW

(2)

Abstract

The purpose of this research is to identify the work-family conflict on women-married inpatient nurses at “x” hospital in Bandung. This research is using purposive sampling method towards 56 married ward women nurses.

The method used in this research is the despriptive method with questionnaires as the main data form for the measuring instrument. The primary questionnaire is about the six dimension of work-family conflict, which are time WIF, straing WIF, behavior WIF, time FIW, strain FIW, behavior FIW and supporting data on the factors that affect the work-family conflict, such as the work domain and family domain.

Based on the results, it is found that 25% of the respondents experiencing a high (number/intensity of) work-family conflict. 32% of the respondents experiencing the work-family conflict in the direction of work interfering with family (WIF), while 43% of the respondents experiencing work-family conflict on the time WIF dimension.

From this research, it can be concluded that the majority of women-married inpatient nurses experienced work-family conflict in the direction of family interfering with work. The most influential dimentions, starting from the biggest, are time WIF, behavior WIF, strain FIW, behavior FIW, strain WIF, time FIW

For the improvement of the following research, the researcher suggests conducting the question for the supporting data to be more specific: therefore it will give a better picture for the married ward women nurses in evaluating oneself to fulfill their role in the family as well as in the working environment. To the hospital, the researcher suggests to evalute the nurses condition

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 10

(4)

1.5 Kerangka Pikir ... 11

1.6 Asumsi Penelitian ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Peran dan Konflik Peran ... 19

2.2 Definisi Work-Family Conflict ... 20

2.2.1 Bentuk Work-Family Conflict ... 20

2.2.2 Sumber atau Penyebab Work-Family Conflict ... 23

2.2.3 Dimensi Work-Family Conflict ... 23

2.3 Tahap Perkembangan ... 25

2.3.1 Perkembangan dan Karir Masa Dewasa Awal ... 25

2.3.2 Perkembangan dan Karir Masa Dewasa Madya ... 26

2.4 Definisi Perawat dan Peran Serta Fungsi Perawat ... 28

2.4.1 Definisi Perawat ... 28

2.4.2 Peran Serta Fungsi Perawat ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 34

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 35

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

3.3.1 Variabel Penelitian ... 35

3.3.2 Definisi Operasional ... 36

3.4 Alat Ukur ... 37

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner ... 39

3.4.3 Sistem Penilaian ... 40

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 41

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3.4.5.1 Validitas Alat Ukur ... 41

3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

3.5.1 Populasi Sasaran ... 44

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 45

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.6 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 47

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Rata-rata Jam Kerja Per-minggu ... 47

4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Total Masa Kerja ... 48

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Keluarga Tinggal Bersama ... 48

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Kepemilikan PRT atau Pengasuh Anak ... 49

4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 49

4.1.6 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Anak Terkecil ... 50

(6)

4.2.1 Gambaran Mengenai Work-Family Conflict ... 51

4.2.2. Gambaran Mengenai Arah Work-Family Conflict ... 51

4.2.3 Gambaran Mengenai Dimensi Work-Family Conflict ... 52

4.3 Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 60

5.2.1 Saran Teoritis ... 60

5.2.2 Saran Praktis ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... xvi

DAFTAR RUJUKAN ... xvii

(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 38

Tabel 3.2 Skor Jawaban ... 40

Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 41

Tabel 3.4 Hasil Validitas Alat Ukur ……….. 42

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 43

Tabel 3.6 Hasil Reliabilitas Alat Ukur ... 44

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Rata-rata Jam Kerja Per-minggu ... 47

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Total Masa Kerja ... 48

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Keluarga yang Tinggal Bersama ... 48

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Kepemilikan PRT atau Pengasuh Anak ... 49

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 49

Tabel 4.6 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Anak Terkecil ... 50

Tabel 4.7 Gambaran Mengenai WFC ... 51

Tabel 4.8 Gambaran Mengenai Arah WFC ... 51

(8)

DAFTAR BAGAN

(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kata Pengantar Kuesioner Lampiran 2 Letter Of Consent

Lampiran 3 Identitas Responden

Lampiran 4 Kuesioner work-family conflict Lampiran 5 Hasil Data Mentah

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya. Dalam perkawinan diperlukan kematangan emosi, pikiran, sikap toleran, sikap saling pengertian antara suami dan istri, sikap saling percaya-mempercayai dan sikap saling bantu-membantu dalam meringankan tugas antara suami dan istri. Suami sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban menjadi pembimbing, pelindung, pendidik istri, dan pencari nafkah untuk kebutuhan rumah tangga dan biaya perawatan. Sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga memiliki kewajiban taat dan patuh lahir batin pada suami serta mengurus dan mengelola rumah tangga (Pasal 75 ayat 1, Pasal 76 ayat 1-4, dan Pasal 80 ayat 1-2 RUU HMPA bidang perkawinan).

Bila ditinjau dari segi kebudayaan Indonesia, wanita masih dianggap sebagai peran utama dalam mengurus segala pekerjaan rumah tangga. Pandangan gender yang memisahkan peran pria yang bekerja dan wanita sebagai pengurus rumah tangga kini tidak lagi relevan, salah satunya ditujukan lewat fenomena banyaknya wanita bekerja saat ini. Peran wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia. Pada kehidupan modern, kini semakin banyak wanita yang mulai merambah ke bidang pekerjaan baik untuk mencari nafkah ataupun mengembangkan diri untuk berkarir (Lenner, 1994)

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha berkaitan dengan mengurus anak – anak, meskipun terjadi perubahan. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa banyak wanita tetap merasa wajib untuk mempertahankan dua peran yaitu pekerja ideal dan orang tua ideal (Stone & Lovejoy, 2004; Williams, 2000; dalam Korabik 2008).

Pekerjaan yang dilakukan seorang wanita bisa bermacam – macam dan salah satunya bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit. Sebagai contoh, perawat di RS “X” kota Bandung. RS “X” kota Bandung merupakan Rumah Sakit yang menjadi rujukan bagi para anggota kemiliteran. Namun seiring berjalannya waktu, RS “X” kini telah melayani masyarakat umum. RS “X” memiliki tenaga professional dan variasi di bidang pelayanan kesehatan yang ditunjang dengan tersedianya peralatan canggih sesuai pelayanan spesialistik. Falsafah jiwa dan semangat pengabdian kemiliteran merupakan landasan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan (rs”x”.blogspot.com), maka tenaga ahli yang berada di RS “X” ini berpegang pada falsafah tersebut dalam

melaksanakan kesehatan.

Tenaga ahli dalam pelayanan kesehatan di RS”X” ini terdiri dari dokter dan

perawat. Perawat di RS “X” ini memiliki proporsi terbesar dalam melayani pasien

secara berkesinambungan guna mencapai visi dan misi dari RS “X” ini. Visi dari RS”X” ini adalah menjadi Rumah Sakit rujukan TNI terbaik di Jawa Barat. Sedangkan

misi dari RS “X” ini adalah menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan

dalam setiap operasi dan latihan TNI/TNI AU, menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap anggota TNI/TNI AU berikut keluarganya serta masyarakat umum, dan meningkatkan kemampuan profesionalisme personel secara berkesinambungan.

(12)

3

pendidikan keperawatan. Dalam sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat mendapat banyak perhatian karena besarnya peran dan fungsi mereka terhadap upaya pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial. Peranan tenaga perawat dalam melaksanakan tugasnya atau dalam memberikan pelayanan perawatan pada pasien harus mengerti dan memahami pendekatan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang masing-masing berkesinambungan dan berkaitan satu sama lainnya (UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan).

Menurut data yang didapatkan melalui Human Resource Development (HRD) RS “X” kota Bandung, perawat yang bekerja di RS “X” kota Bandung sendiri ada 214

perawat wanita baik perawat unit rawat jalan maupun perawat rawat inap. Dan menurut data yang diperoleh, 80% diantaranya sudah menikah. Perawat wanita yang sudah berkeluarga dan bekerja secara shift sendiri ada 56 perawat. Perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga termasuk dalam tahap perkembangan dewasa awal dan dewasa madya, dengan usia diatas 20 tahun sampai dengan usia 58 tahun sesuai dengan masa pensiun PNS. Dimana menurut Santrock tugas perkembangan pada tahap dewasa awal adalah bekerja, menikah, dan memiliki anak. Sedangkan tugas perkembangan pada tahap dewasa madya adalah semakin sadar akan berkurangnya jumlah waktu yang tersisa di kehidupannya, semakin bertanggung jawab pada karir dan suatu masa ketika individu mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya.

Adapun tugas – tugas atau jobdesc yang menjadi tanggung jawab para perawat

rawat inap di RS “X” kota Bandung menurut kepala perawat rumah sakit tersebut

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha pasien dan keluarga pasien, memberikan resep dan menerima tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan ketua tim, melakukan tindakan keperawatan seperti melayani kebutuhan dasar pasien yang tidak dapat dilakukan sendiri, memberikan injeksi, menginfus pasien, menyiapkan obat – obatan untuk pasien, melakukan evaluasi terhadap keperawatan yang telah dilakukan, mengikuti visit dokter untuk pasien yang berada dibawah tanggung jawabnya.

Perawat di RS “X” kota Bandung ini memiliki kegiatan rutin yang dilakukan

untuk meningkatkan kedisiplinan kerja mereka. Misalnya, setiap hari perawat yang bertugas shift pagi akan memulai tugasnya dengan mengikuti apel pagi pada pukul 07.00, kemudian para perawat yang akan memulai piket harus mengikuti apel lagi di sore hari pada pukul 15.00. selain apel, RS “X” juga memiliki kegiatan rutin seperti

olahraga yang diadakan 1 minggu 2 kali dan setiap 6 bulan sekali diadakan evaluasi kinerja jasmani dimana para perawat akan melakukan tes lari untuk melihat stamina mereka karena menurut kepala perawat RS “X” untuk menjaga dan melayani para

pasien di RS “X” tersebut para perawat harus memiliki stamina dan energi yang kuat

untuk melaksanakan jobdesc yang telah diberikan.

Pada umumnya perawat di rumah sakit memiliki sistem kerja shift. Shiftwork adalah pengaturan jam kerja sehari-hari yang berbeda dari waktu kerja standar (Smith, Folkard, &Fuller dalam Quick & Tetrick, 2010). Setiap hari kerja perawat tidak sama karena adanya perputaran shift setiap harinya. Perawat di RS “X” kota Bandung sendiri terdiri dari perawat yang bertugas di 18 ruangan Unit Rawat Jalan (URJ), 8 ruangan rawat inap, ruangan bedah sentral, dan ruangan Unit Gawat Darurat. Perawat rawat inap dan perawat rawat jalan sendiri memiliki waktu kerja yang berbeda, dua

(14)

5

untuk perawat unit rawat jalan hanya pada hari kerja saja yaitu hari senin – hari jumat. Dapat dilihat dari waktu bekerjanya, perawat rawat inap lebih banyak bertemu dengan pasien yang berada di tanggung jawab perawat tersebut setiap harinya. Perawat rawat

inap di RS “X” tersebut memberikan asuhan keperawatan dan terus mengawasi

perkembangan kesehatan pasien, sehingga perawat rawat inap merupakan tenaga perawat yang lebih intens bertemu dengan pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya dibandingkan perawat lainnya.

Menurut hasil wawancara dengan kepala masing – masing ruangan, dalam setiap bulannya perawat rawat inap akan mendapatkan jadwal shift yang ditentukan oleh masing-masing ruangan. Dalam sebulan, seorang perawat mendapatkan jadwal piket sebanyak 4 – 8 kali yang ditentukan oleh kepala ruangan masing – masing. Belum lagi, terkadang mereka tidak pulang sesuai dengan jadwal shift yang sudah ditentukan atau pulang terlambat. Hari libur mereka tidak menentu seperti karyawan ataupun karyawati pada umumnya. Terkadang di hari libur nasional atau di hari raya pun mereka mendapatkan jadwal kerja kecuali apabila mereka mendapatkan waktu libur sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Sistem kerja shift ini memiliki dampak-dampak berupa keluhan psikis dan fisik. Keluhan fisik dan psikologis tersebut berkembang dari jadwal kerja yang terkait dengan gangguan fungsi biologis, waktu tidur, dan kehidupan sosial dan keluarga (Costa, Folkard, & Harrington dalam Quick & Tetrick, 2010) ,begitu pula dengan perawat wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung ini yang rentan mengalami dampak psikis dan fisik.

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha terlambat, pulang sebelum waktunya karena mengurusi urusan rumah tangga, dan izin ataupun cuti mendadak karena anggota keluarganya sakit atau ada halangan lainnya. Selain itu, dari hasil wawancara terdapat pula beberapa perawat rawat inap pada hari yang sama bekerja secara dua shift (shift pagi dan shift siang) karena menggantikan jadwal shift yang mereka tukar dengan perawat lainnya sehingga pada hari itu perawat tersebut tidak pulang ke rumahnya. Tidak jarang hal tersebut terkadang membuat perawat merasa kelelahan dan akibatnya bisa berdampak pada pasien ataupun juga keluarganya dirumah.

(16)

7

waktu (time), ketegangan (strain) atau perilaku (behavior), yang didalamnya menghasilkan konflik antara peran yang satu dengan tuntutan peran yang lain.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai

work-family conflict, didapatkan hasil – hasil sebagai berikut : menurut penelitian dari Farhadi, Sharifian, Feili, & Shokrpour (2013),ditemukan hasil bahwa perawat wanita yang sudah berkeluarga memiliki konflik lebih tinggi pada arah WIF daripada FIW. Menurut penelitian dari Fujimoto, Kotani & Suzuki (2008), menemukan hasil bahwa tugas tiga shift dapat meningkatkan WFC pada perawat wanita yang sudah berkeluarga. Perawat dapat mengurangi waktu kerja malamnya akan cenderung berkurang WFC-nya. Menurut penelitian dari Yildiri & Ayca (2007) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab dari work-family conflict pada arah work interfering

with family (WIF) adalah jadwal kerja yang tidak teratur.

Dari hasil wawancara kepada 10 orang (100%) perawat wanita yang sudah

berkeluarga di RS “X” kota Bandung, motif ekonomi yang menjadi salah satu alasan

mereka bekerja sehingga dapat ikut serta membantu suami menjalankan perekonomian rumah tangga. Selain itu dari hasil wawancara didapatkan fenomena mengenai keterbatasan jumlah perawat saat bertugas terlebih jika sedang melaksanakan shift siang sehingga membuat para perawat rawat inap tersebut merasakan kesulitan saat ada beberapa pasien yang memanggilnya dalam waktu yang bersamaan. Apabila ada rekan kerjanya yang tidak masuk maka perawat harus menggantikan bagian pekerjaan perawat lain yang tidak masuk sementara mereka juga harus mengerjakan tugas – tugas yang menjadi tanggung jawabnya sendiri.

Hasil wawancara tersebut juga didapatkan hasil bahwa perawat rawat inap RS

“X” kota Bandung juga merasa terkadang mengalami hambatan ketika berhubungan

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha diberikan penjelasan mengenai obat – obatan serta biayanya sehingga membuat perawat harus menjelaskan berulang – ulang. Pasien dan keluarga juga terkadang tidak sabar menunggu pelayanan dari perawat sehingga mengeluh mengenai kurangnya pelayanan yang diberikan.

Dari hasil wawancara kepada 10 orang perawat rawat inap wanita di RS “X” kota Bandung, menunjukkan sebanyak 10 orang (100%) merasakan bahwa mereka tidak dapat melihat tumbuh kembang sang anak, begitupun mereka yang memiliki anak yang sudah bersekolah, mereka merasa sedih karena tidak dapat membantu sang anak mengerjakan pekerjaan rumahnya karena banyak waktu yang dikeluarkan untuk melakukan tanggung jawab dalam pekerjaan. Sedangkan 5 orang (50%) dari 10 orang yang diwawancarai lainnya merasakan bahwa mereka terkadang datang terlambat ataupun harus pulang terlebih dahulu dikarenakan harus melakukan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga seperti, mengantar anak sekolah, mengurusi kelengkapan anak yang pergi sekolah dan suami yang akan pergi bekerja, mengambil raport anak di sekolah, atau mendapatkan kabar anak atau keluarga sakit.

(18)

9

mengerjakan segala urusan rumah tangga sendirian. Energi dan emosi yang sudah terkuras di rumah terkadang turut berdampak pada kinerja mereka di rumah sakit dalam melayani pasien dan mengerjakan tugas-tugas di rumah sakit seperti tidak konsentrasi ketika pasien bertanya karena kelelahan mengerjakan pekerjaan rumah sebelumnya.

Berdasarkan gambaran diatas, terlihat masalah yang berkaitan mengenai

work-family conflict yang dialami oleh perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di

RS “X” kota Bandung tersebut cukup kompleks. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk

meneliti work-family conflict dan ingin mengetahui dimensi mana yang paling mempengaruhi pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian diatas, peneliti bermaksud meneliti dan mengetahui bagaimana dimensi work-family conflict yang paling dominan pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini memiliki maksud untuk memperoleh gambaran mengenai dimensi work-family conflict yang dominan pada perawat rawat inap wanita yang

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat dimensi work-family conflict pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung, dimensi

mana yang paling dominan dari work-family conflict yaitu Time based WIF, Time

based FIW, Strain based WIF, Strain based FIW, Behavior based WIF, dan Behavior

based FIW.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dalam bidang Psikologi Industri Organisasi, Psikologi Keluarga, dan Psikologi Gender mengenai

Work-Family Conflict (WFC) yang terjadi pada perawat wanita.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan rujukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai Work-Family Conflict

(WFC) terhadap perawat wanita.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada kepala perawat di RS “X” kota Bandung mengenai

gambaran dimensi work-family conflict yang paling dominan pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” yang selanjutnya dapat dijadikan

acuan dalam program rumah sakit dan juga pelatihan atau pembinaan yang berkaitan dengan konflik antara pekerjaan dan keluarga.

(20)

11

ibu rumah tangga, sehingga senantiasa dapat mengantisipasi masalah – masalah yang akan timbul yang diakibatkan karena work-family conflict.

1.5. Kerangka Pemikiran

Perawat rawat inap wanita yang sudah menikah di RS “X” kota Bandung

memiliki tanggung jawab untuk mengurus kebutuhan rumah tangga seperti menyiapkan kebutuhan anak dan suami, serta meluangkan waktu bersama keluarga dan memberikan kasih sayan terhadap suami dan anak. Selain mengurus keperluan rumah tangga, perawat rawat inap wanita yang sudah menikah di RS “X” kota

Bandung juga memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya sebagai seorang perawat untuk melaksanakan tugas – tugasnya, seperti menjaga, memperhatikan serta melayani kebutuhan pasien, memberikan obat dan datang tepat waktu ketika dipanggil oleh pasien yang sedang membutuhkan, serta konsentrasi dan senantiasa membantu perawat lain dalam menjalankan tugasnya. Tuntutan yang besar dalam pekerjaan terkadang membuat perawat menjadi kurang berpartisipasi dalam keluarga. Sebaliknya tuntutan yang besar dalam keluarga pun terkadang membuat perawat kurang berpartisipasi secara optimal dalam pekerjaan. Menjalani dua peran bukanlah hal yang mudah dan memungkinkan terjadinya konflik peran. Khan et al. dalam Greenhaus & Beutell (1985), mendefinisikan konflik peran sebagai dua tekanan yang bersamaan, ketika pemenuhan pada satu sisi akan menyebabkan kesulitan pemenuhan yang lain.

Interrole conflict adalah sebuah bentuk konflik peran dimana muncul tekanan

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha dalam diri perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung

karena mereka menjalankan peran mereka sebagai perawat yang memiliki tugas serta tanggung jawab kepada rumah sakit serta pasien dan juga sebagai seorang istri atau ibu yang memiliki tugas dan tanggung jawab kepada suami serta anaknya. Dari hal tersebut yang kemudian akan menimbulkan munculnya Work Family Conflict.

Berdasarkan Khan et al. dalam Greenhaus dan Beutell (1985), definisi Work

Family Conflict adalah sebuah bentuk interrole conflict dimana tekanan peran yang

berasal dari pekerjaan dan keluarga saling mengalami ketidakcocokan dalam beberapa karakter. Dengan demikian, partisipasi untuk berperan dalam pekerjaan (keluarga) menjadi lebih sulit dengan adanya partisipasi untuk berperan dalam keluarga (pekerjaan). Hal ini juga akan dialami oleh perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung, dimana mereka akan kesulitan memenuhi

perannya dalam keluarga ketika mereka berada dan bekerja di rumah sakit ataupun sebaliknya.

(22)

13

rendahnya kepuasan hidup, kepuasan pernikahan, serta kepuasan keluarga, karena waktu tersita lebih banyak untuk pekerjaan. (Greenhaus & Beutell, 1985)

Tekanan dalam peran di keluarga bisa berupa pernikahan, kehadiran anak yang masih kecil, tanggung jawab sebagai orangtua dan pasangan, serta kurangnya dukungan dari anggota keluarga. Tekanan dalam peran di keluarga akan menguras waktu dan energi sehingga menganggu pemenuhan peran di pekerjaan. Dampak yang ditimbulkan bisa berupa menjadi kurang berkonsentrasi saat bekerja sehingga kinerja menjadi menurun, atau bahkan menjadi tidak masuk kerja karena harus menjaga anak yang sedang sakit (Greenhaus & Beutell, 1985). Adanya tuntutan pekerjaan dan tuntutan dari keluarga yang berbeda satu dengan lainnya dapat berpengaruh terhadap derajat tinggi rendahnya Work Family Conflict. Berdasarkan gambaran diatas, maka perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluaga di RS “X” juga dapat mengalami Work Family Conflict .

Menurut Gutek et al dalam Carlson (2000) Work-Family Conflict ini terbagi menjadi dua arah yakni Work Interfering with Family (WIF) yaitu konflik dari pekerjaan yang mempengaruhi kehidupan keluarga dan Family Interfering with Work (FIW) yaitu konflik dari keluarga yang mempengaruhi pekerjaan. Selain memiliki 2 arah, Work Family Conflict juga memiliki tiga bentuk, yaitu Time Based Conflict,

Strain Based Conflict, dan Behavior Based Conflict.

Time Based Conflict merupakan konflik yang dialami ketika tekanan waktu

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha berkonsentrasi dengan satu peran meskipun seseorang tersebut telah berusaha secara fisik untuk memenuhi tugas peran yang lainnya. Bentuk konflik yang kedua adalah

Strain Based Conflict, konflik ini muncul karena ketegangan atau kelelahan pada satu

peran sehingga mempengaruhi kinerja dalam peran yang lain. Bentuk konflik yang ketiga adalah Behavior Based Conflict, yaitu suatu konflik dimana pola-pola perilaku dalam satu peran tidak sesuai dengan pola-pola perilaku yang diharapakan pada peran yang lain.

Kombinasi antara tiga aspek Work Family Conflict, yaitu Time, Strain, dan

Behavior dengan dua arah Work Family Conflict, yaitu Work Interfering with Family

(WIF) dan Family Interfering with Work (FIW) akan menghasilkan enam kombinasi

Work Family Conflict, yaitu Time based WIF, Time based FIW, Strain based WIF,

Strain based FIW, Behavior based WIF, dan Behavior based FIW. Perawat rawat inap

wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung ini memiliki karateristik yang

berbeda-beda sehingga akan mengalami jenis konflik yang berbeda-beda pula.

Time based WIF, yaitu konflik yang berkaitan dengan tuntutan waktu pada

peran sebagai pekerja menghambat pemenuhan waktu pada peran dalam keluarga. Pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” yang mengalami

time based WIF tidak dapat memenuhi tuntutan waktu pada perannya sebagai istri

(24)

15

pekerjaan rumah tangga seperti menyiapkan keperluan anak sekolah, suami bekerja dan pekerjaan rumah tangga lainnya menjadi terhambat.

Strain based WIF, yaitu konflik yang berkaitan dengan kelelahan dalam peran

sebagai pekerja yang menghambat pemenuhan tuntuan peran dalam keluarga. Peran penting dan tanggung jawab yang besar sebagai seorang perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung dalam menangani pasien membuat

perawat rawat inap wanita tersebut merasa kelelahan, sehingga ketika menjalani perannya sebagai ibu di rumah membuatnya mudah marah karena kelelahan atau memilih untuk langsung istirahat sehingga pekerjaan dirumah tidak jarang menjadi terbengkalai.

Behavior based WIF, yaitu konflik yang berkaitan dengan tuntutan pola

perilaku pada peran sebagai pekerja tidak sesuai dengan tuntutan pola perilaku pada peran keluarga. Perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X”

Bandung yang bekerja sebagai kepala tim ruangan akan bersikap secara tegas serta memiliki otoritas yang lebih tinggi dari perawat lain dalam mengatur seluruh pekerjaan di ruangan, sedangkan di rumah yang seharusnya mempunyai otoritas lebih tinggi adalah suami dan anaknya. Hal tersebut dapat menjadi konflik dalam keluarga karena terkadang sikap untuk mengatur di dalam kehidupan rumah tangga yang lebih dominan adalah suami.

Time based FIW, yaitu konflik yang berkaitan dengan tuntutan waktu pada

peran dalam keluarga menghambat pemenuhan waktu pada peran sebagai pekerja. Tuntutan waktu di rumah yang lebih banyak untuk seorang ibu dan seorang istri membuat perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” datang

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha tuntutan waktu dalam perannya sebagai perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung.

Strain based FIW, yaitu konflik yang berkaitan dengan kelelahan dalam peran

di keluarga yang menghambat pemenuhan tuntutan peran sebagai pekerja. Perawat

rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung merasa kelelahan

dalam memenuhi peran sebagai ibu rumah tangga. Kehadiran anak yang masih kecil dan remaja menuntut tanggung jawab pada perawat rawat inap wanita sehingga akan memunculkan tekanan. Selain itu, suami yang bekerja, kehadiran anggota keluarga yang tidak mendukung serta tidak adanya pembantu akan meningkatkan tekanan pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga dalam menyelesaikan pekerjaan di

RS “X” sehingga mereka tidak saja merasakan kelelahan secara fisik namun juga

secara psikis.

Behavior based FIW, yaitu konflik yang berkaitan dengan tuntutan pola

perilaku pada peran dalam keluarga tidak sesuai dengan tuntutan pola perilaku pada peran sebagai pekerja. Kurang mampunya perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga

(26)

Tekanan dari Area kerja : a. Waktu kerja yang padat b. Waktu kerja yang tidak teratur

(shift kerja)

c. Tuntutan kerja yang berlebihan

Work Family Conflict

(WFC) Perawat Wanita

yang sudah Berkeluarga di RS “X” kota Bandung

Tekanan dari Area keluarga : a. Kehadiran anak

b. Masih mempunyai tanggung jawab pada anak usia balita dan remaja

c. Keberadaan keluarga keluarga yang tidak mendukung

Time Based WIF

Time Based FIW Strain Based WIF

Behaviour Based WIF

Strain Based FIW

Behaviour Based FIW

(27)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota

Bandung pernah mengalami Work-Family Conflict (WFC).

2. Work family conflict dapat terjadi pada arah Work Interfering with

Family (WIF) yaitu konflik dari pekerjaan yang mempengaruhi

kehidupan keluarga atau Family Interfering with Work (FIW) yaitu konflik dari keluarga yang mempengaruhi pekerjaan.

3. Tekanan dari area pekerjaan pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung dapat terjadi karena waktu kerja

yang padat, waktu kerja yang tidak teratur (shift k a), dan tuntutan/ beban kerja yang berlebihan.

4. Tekanan dari area keluarga pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung dapat terjadi karena kehadiran

anak, masih mempunyai tanggung jawab pada anak usia balita dan remaja, memiliki anggota keluarga yang tidak mendukung.

5. Work-family conflict pada perawat rawat inap wanita dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan

behavior-based conflict.

6. Work-family conflict pada perawat rawat inap wanita dilihat dari kombinasi antara arah WFC dan bentuk WFC akan menghasilkan enam dimensi WFC, yaitu time-based WIF, time-based FIW, strain-based

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil, dapat ditarik beberapa kesimpulan work-family conflict pada perawat rawat inap di RS “X” kota Bandung, yaitu :

1. Arah dari work-family conflict yang dominan dialami oleh perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung adalah work interfering with family

(WIF)

2. Dimensi dari work-family conflict yang dominan diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil yang dialami oleh perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung adalah time WIF (work interfering with family), behavior WIF

(work interfering with family), strain FIW (family interfering with work), behavior

FIW (family interfering with work), strain WIF (work interfering with family), time

FIW (family interfering with work).

3. Faktor – faktor yang cukup berpengaruh besar pada work-family conflict adalah total masa kerja, usia anak terkecil, keberadaan PRT/Pengasuh, dan keluarga yang tinggal bersama,

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

(29)

61

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2. Saran Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi WFC pada perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung sehingga mengevaluasi diri

agar mampu memenuhi tuntutan baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja dengan baik serta mengurangi konflik peran yang dialami oleh para perawat. 2. Menjadi bahan acuan juga bagi pihak rumah sakit “x” kota Bandung untuk evaluasi

kondisi perawat sehingga dapat memberikan bantuan sebagai langkah antisipasi untuk meningkatkan kesejahteraan perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di RS “X” kota Bandung. Misalnya dengan cara diadakan konseling dan diadakannya tempat

(30)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK-FAMILY CONFLICT

PADA PERAWAT RAWAT INAP WANITA YANG SUDAH

BERKELUARGA DI RUMAH SAKIT “X”

KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh :

AMETA WIDYA SANDI NATALIA

0930202

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(31)

iii

YATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ameta Widya Sandi Natalia

Nrp : 0930202

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Juni 2016

(32)

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ameta Widya Sandi Natalia

Nrp : 0930202

Fakultas : Psikologi Menyatakan bahwa :

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti non Ekslusif

(Non-Exclusive Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK-FAMILY CONFLICT PADA PERAWAT RAWAT INAP WANITA YANG SUDAH BERKELUARGA DI RUMAH SAKIT “X” KOTA BANDUNG”

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan dan menampilkan / mempublikasikan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta.

3. Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelangggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juni 2016

(33)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas limpahan rahmat, karunia, dan ridha-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi untuk menempuh sidang sarjana dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai Work-Family Conflict pada Perawat Rawat Inap Wanita yang Sudah Berkeluarga di Rumah Sakit ”X” Kota Bandung”.

Terselesaikannya penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Irene P.Edwina, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Lie Fun Fun, M.Psi., Psikolog, selaku dosen wali yang memberikan semangat kepada peneliti agar menyelesaikan penelitian ini.

3. Gianti Gunawan, M.Psi., Psikolog., selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan, masukan dan arahan dalam penyusunan penelitian ini.

4. Dian Retno Sawitri, M.Psi.,Psikolog., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan masukan dan arahan selama penyusunan penelitian ini.

5. Keluarga peneliti yang secara langsung dan tidak langsung memberikan semangat, dukungan, dan fasilitas kepada peneliti untuk bisa menyelesaikan penelitian ini.

(34)

teman seperjuangan, saling mendukung dan memberi masukan bagi satu sama lain.

7. Seluruh staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Maranatha yang telah memberikan

bantuan kepada peneliti untuk pengurusan surat dan perizinan untuk dilaksanakannya penelitian ini.

8. Perawat rawat inap wanita yang sudah berkeluarga di rumah sakit “x” kota Bandung dan staf rumah sakit “x” yang memberikan informasi mengenai sampel

dan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti bersedia menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun agar peneliti dapat memperbaikinya. Akhir kata peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak – pihak yang memerlukan. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan penelitian ini.

Bandung, Juni 2016

(35)

xvi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Carlson, Dawn S.,K. Michele Kacmar and Larry J. Williams. 2000. Construction and Initial

Validation of a Multidimensional Measure of Work-Family Conflict. Journal of Vocational Behavior 56, 249-276.

Greenhaus, J.H. & Beutell, N.J. 1985. Sources of Conflict Between Work and Family Role.

Academy of Management Journal, 10, 76-88.

Korabik, Karen, Donna S. Leo and Denise L. Whitehead. 2008. Handbook of Work-Family

Integration. New York : Academic Press.

Lerner, Jacqueline.V. 1994. Working Woman and Their Families. California : Sage Publication. Lindzey, G., & Aronson, E. (1968). The handbook of Social Psychology (2nd). New York:

Random House.

Nazir, Mohammad. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana (Edisi Revisi – Juli 2015). Bandung : Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Quick, Jamed Campbell & Tetrick, Lois E. Handbook of Occupational Health Psychology. Washington, DC: American Psychological Association.

Sudjana, M.A. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

(36)

xvii Universitas Kristen Maranatha Daftar Rujukan

http://www.rs”x”.blogspot.com

Fitriyani, Sylvia Eka. 2015. Studi Deskriptif mengenai Work Family Conflict pada Perawat

Rawat Inap RSUD Kota “X”. Skripsi : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Amelia, Ricka Anggraini. 2012. Studi Deskriptif mengenai Work Family Conflict pada

Referensi

Dokumen terkait

Pada SDN Pasirkaliki Mandiri 1 Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi terdapat peserta didik Down Syndrome yang mengalami kesulitan dalam membaca, untuk

Finally, the writer hopes this Observation Report can benefit to the writer, academic environment, and the readers.. The writer realizes that this

signifikan kecerdasan emosional ditinjau dari jenis kelamin pada siswa kelas X SMA. Negeri 3 Salatiga dengan nilai signifikansi 0,187 (p

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan dan pelaksanaan menganai pembelajaran Matematika dengan model Cooperative Learning tipe Team Pair Solo

investigasi kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup dapat lebih. baik meningkatkan pemahaman konsep siswa dibandingkan

Berikut ini adalah hasil dari monitoring management bandwidth pada jaringan wifi menggunakan access point : 1.. Melakukan pengaturan bandwidth

Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat self efficacy siswa akan. tinggi pula tingkat perencanan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelarut terhadap hasil ekstraksi daun senduduk, kemudian hasil terbaik yang diperoleh berdasarkan anlisa kimia,