• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DATA & ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DATA & ANALISA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6

DATA & ANALISA

2.1 Sumber Data

Semua pengumpulan data untuk nanti di kembangkan dan di analisa, dilakukan secara langsung, baik dalam bentuk wawancara pada pihak yang lebih kompeten, maupun survey langsung ke lapangan di tambah beberapa informasi-informasi yang berasal dari media lain. Media-media tersebut sebegai berikut.

• Website

• Wawancara dengan penjual jamu gendong • Wawancara dengan Toko Jamu Ibu Hadi • Wawancara dengan Sido Muncul

PT Sido Muncul

*Logo Jamu Sido Muncul yang berupa ibu dan anaknya adalah gambar Ny. Rahkmat Sulistio, pendiri Jamu Sido Muncul beserta cucunya, Irwan Hidayat, saat itu berusia 4 tahun. Irwan Hidayat sejak tahun 1972 sampai sekarang adalah Presiden Direktur PT Sido Muncul.

(2)

PT Sido Muncul adalah pabrik jamu tradisional dengan menggunakan

mesin-mesin mutakhir. Berdiri pada tahun 1940 di Yogyakarta, dan dikelola oleh Ny. Rahkmat Sulistio, Sido Muncul yang semula berupa industri rumahan ini secara perlahan berkembang menjadi perusahaan besar dan terkenal seperti sekarang ini.

Pada tahun 1951, keluarga Ny. Rahkmat Sulistioningsih pindah ke Semarang, dan di sana mereka mendirikan pabrik jamu secara sederhana namun produknya diterima masyarakat secara luas. Karena semakin bersarnya usaha keluarga ini, maka modernisasi pabrik juga merupakan suatu hal yang mendesak.

Pada 1984, PT. Sido Muncul memulai modernisasi pabriknya, dengan merelokasi pabrik sederhananya ke pabrik yang representatrif dengan mesin-mesin modern.

Pada 11 November 2000, PT Sido Muncul kembali meresmikan pabrik baru di Ungaran yang lebih luas dan modern. Peresmian dilakukan oleh Menteri Kesehatan waktu itu, dan pada saat itu pula PT Sido Muncul memperoleh 2 penghargaan sekaligus, yakni Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat inilah yang menjadikan PT. SidoMuncul sebagai salah satu pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektar, lahan Agrowisata ,1,5 hektar, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.

Pada tanggal 10 Pebruari 2010 telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik bahan baku herbal seluas 3.000 m2.

Bagi Irwan Hidayat selaku Direktur Utama PT SidoMuncul Trend kehidupan masyarakat kini makin mengarah pada “ Back To Nature “ atau kembali ke alam. Kondisi tersebut juga mendorong total permintaan pada produk-produk berbahan alamipun meningkat. Untuk Indonesia, yang sudah dikenal sebagai Mega Bio-Diversity, Mega Centre keanekaragaman hayati terbesar di dunia, detailsnya terdapat + 300.000 jenis tumbuhan dan + 7000 berkhasiat obat ( 90 % spesies tumbuhan di kawasan Asia ),

(3)

yang juga menjadi bahan 45 obat penting di Amerika dan 14 spesies diantaranya berasal dari Indonesia.

Sadar akan potensi tanaman Indonesia yang alami dan berlimpah, SidoMuncul menjadikannya asset, yang kedepannya akan makin memantapkan diri dalam memproduksi obat-obatan alam, serta bertransformasi menjadi industri farmasi. Seluruh proses produksi dijalankan berdasarkan Standard Operation Procedure (SOP) berdasarkan CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Benar ) – setara farmasi, telebih SidoMuncul merupakan perusahaan Jamu pertama di Indonesia yang meperoleh serifikat tersebut. Pastinya, seluruh produk SidoMuncul telah lulus uji toksisitas hingga uji khasiat sehingga terjamin uality Controlnya. Selain PT. SidoMuncul juga didukung dengan serangkaian fasilitas laboratorium lengkap dan peranan Research Development Dept.

Menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, inilah yang selalu diangankan oleh SidoMuncul. Tidak hanya dengan menghadirkan produk-produk berkelas yang aman dan berkhasiat, tetapi juga membaur dengan masyarakat melalui program Mudik Lebaran Gratis para penjual jamu, serta penganugerahan penghargaan bagi insan-insan berdedikasi tinggi di bidang kemanusiaan, SidoMuncul Award.

Diatas semuanya, SidoMuncul senantiasa menjaga kualitas produk dan melahirkan berbagai inovasi, guna mengakomodir kebutuhan kesehatan masyarakat.

2.2. Sejarah Jamu

Tradisi meracik obat-obatan tradisional sudah terjadi sejak jaman purbakala dan

telah diyakini bahwa tradisi ini telah berjalan ratusan bahkan ribuan tahun. Tradisi meracik dan meminum jamu sudah membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut adanya profesi ‘Tukang Meracik Jamu’ yang disebut Acaraki. Jamu sudah dikenal sudah berabad-abad di Indonesia yang mana pertama kali jamu dikenal

(4)

dalam lingkungan Istana atau keraton yaitu Kesultanan di Djogjakarta dan Kasunanan di Surakarta.

Jaman dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan keraton dan tidak diperbolehkan keluar dari keraton. Tetapi seiring dengan perkembangan jaman, orang-orang lingkungan keraton sendiri yang sudah modern, mereka mulai mengajarkan meracik jamu kepada masyarakat diluar keraton sehingga jamu berkembang sampai saat ini tidak saja hanya di Indonesia tetapi sampai ke luar negeri.

Bagi masyarakat Indonesia, Jamu adalah resep turun temurun dari leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan. Bahan-bahan jamu sendiri diambil dari tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu.

Sejak dahulu kala, Indonesia telah dikenal akan kekayaannya, tanah yang subur dengan hamparan bermacam-macam tumbuhan yang luas. Tanah yang subur dengan kekayaan tanaman sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia karena mereka bergantung dari alam dalam usahanya untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Pengolahan tanah, pemungutan hasil panen, proses alam tidak hanya menghasilkan makanan, tetapi juga berbagai produk yang berguna untuk perawatan kesehatan dan kecantikan. Leluhur kita menggunakan resep yang terbuat dari daun, akar dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit, serta persiapan-persiapan lain yang menyediakan perawatan kecantikan muka dan tubuh yang lengkap. Campuran tanaman obat traditional ini di kenal sebagai JAMU. Dimana Indonesia dikenal sebagai negara nomor 2 dengan tanaman obat tradisional setelah Brazilia.

Sampai sekarang, nenek moyang bangsa Indonesia terkenal terampil dalam meracik jamu dan obat-obatan tradisional.beragam tumbuh-tumbuhan tradisional, akar-akaran dan bahan alami lainnya yang diracik sebagai ramuan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Racikan yang di buat dari bahan –bahan alami tersebut diwariskan secara turun menurun hingga sekarang dapat ditemukan pada wanita-wanita yang menjajakan dengan cara di gendong, itulah sebabnya jamu

(5)

yang di buat secara tradisional tersebut biasa di sebut dengan jamu gendong. (Sidomuncul.com)

2.2.1 Tata Cara Meracik Jamu

Meracik jamu adalah pekerjaan yang dimulai dari memilih bahan baku,

membersihkan, menakar, melumatkan, menyaring, dan menempatkan obat tradisional. Pekerjaan meracik dapat mempengaruhi manfaat dan kenikmatan rasa jamu. Untuk mendapatkan manfaat yang baik, perlu diperhatikan tentang higiene dan sanitasi pada proses pembuatan jamu tersebut. “Higiene dan Sanitasi “ Higiene dan sanitasi ialah upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Secara garis besar, perbedaan antara higiene dan sanitasi ialah higiene lebih mengarah pada aktivitas manusia sedangkan sanitasi lebih menitikberatkan pada faktor-faktor lingkungan. Mengingat para pembuat jamu umumnya masyarakat golongan ekonomi lemah dan berpendidikan menengah ke bawah, maka pada umumnya tidak terlalu memperhatikan higiene dan sanitasi. Sementara itu, pembuatan jamu dalam jumlah besar akan memberi peluang bagi terjadinya pencemaran yang lebih tinggi. Jika higiene dan sanitasi tidak diterapkan dengan baik maka akan dihasilkan jamu dengan mutu yang jelek. Bahkan, dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam kesehatan, misalnya terjadinya penyakit. Agar diperoleh jamu yang memenuhi persyaratan kesehatan, perlu diperhatikan hal-hal seperti air yang digunakan, kondisi pembuat jamu, bahan baku, peralatan, serta wadah yang akan digunakan.

Agar jamu yang dihasilkan higienis, air yang digunakan untuk pembuatan jamu harus air bersih. Air ini dapat diambil dari air PDAM, air sumur, air sumber, maupun air mineral. Air bersih mempunyai tanda-tanda tidak berbau, tidak berwarna dan jernih, tidak berasa, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, serta tidak mengandung bibit penyakit. Pembuat jamu merupakan unsur penting dalam rangkaian/proses pembuatan jamu. Higiene perseorangan pembuat jamu dan berperilaku higienis merupakan jaminan utama untuk dapat membuat jamu yang bersih.

Seorang pembuat jamu haruslah dalam keadaan sehat pada saat membuat jamu. Kondisi sakit dapat berpengaruh terhadap jamu, khususnya apabila menderita penyakit menular. Jamu dapat menjadi media penularan penyakit bagi konsumennya.

(6)

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pembuat jamu adalah kesehatan, kebersihan, perilaku higienis, serta kebersihan pakaian dari pembuat jamu. Peralatan yang digunakan dalam membuat jamu harus dalam keadaan bersih. Sebelum digunakan, peralatan harus sudah dalam keadaan bersih dan dikhususkan untuk pembuatan jamu. Pencucian yang segera dilaksanakan pada setiap kali selesai digunakan, akan memudahkan pembersihan dan membuat peralatan menjadi lebih tahan lama. Peralatan yang selesai dibersihkan harus disimpan dalam keadaan kering dan di tempat yang kering pula, agar tidak terjadi pertumbuhan jamur yang dapat merugikan kesehatan. Jamu yang telah diolah dan siap dipergunakan biasanya diletakkan dalam wadah. Sebelum digunakan, wadah tempat jamu harus dibersihkan dahulu dengan cara dicuci, kemudian dibilas dengan air matang.

Bahan baku merupakan bahan pokok dalam produksi jamu. Oleh karena itu, kebenaran bahan, ketepatan takaran, dan kualitas bahan menjadi sangat penting. Setiap bahan baku yang akan digunakan harus dilakukan sortasi terlebih dahulu untuk membebaskan bahan dari bahan asing dan kotoran lainnya. Setelah dilakukan sortasi, kemudian dicuci dengan air bersih dan dikeringkan. Bila tidak langsung digunakan, bahan disimpan dalam wadah yang tertutup.

“Meracik Jamu Sebagai Suatu Seni” Seperti kata-kata tersebut bahwa meracik jamu adalah pekerjaan yang dimulai dari memilih bahan baku, membersihkan, menakar, melumatkan, menyaring, dan menempatkan jamu dalam suatu wadah. Bila kita kaitkan dengan seni yang merupakan "rasa" dari apa yang kita kerjakan, maka setiap langkah dari kegiatan meracik jamu mempunyai nilai seni tersendiri.

2.2.2 Pemilihan Bahan Baku

Bahan baku bisa diperoleh dari hasil panen sendiri atau dengan cara membeli. Bila kita mengambil bahan baku dari kebun obat, kita sudah bisa merasakan bahwa apa yang akan kita ambil tersebut merupakan ciptaan Tuhan YME, yang patut kita syukuri. Dilihat dari warna dan wujud tanaman yang tidak terhingga banyaknya maupun dari kegunaan tanaman tersebut, kita akan mengakui bahwa tidak ada sesuatu yang diciptakan dengan sia-sia. Selain itu, dalam pemilihan bahan baku kita mengetahui tinggi tidaknya kandungan bahan berkhasiat yang bisa di-"rasa"-kan dari bau, warna, besar/kecilnya, ataupun bentuk/wujudnya. Sebagai contoh, bila memilih

(7)

bahan baku kunyit, pertama-tama kita pilih dahulu empu dari kunyit tersebut. Biasanya, empu kunyit lebih besar dibandingkan dengan yang bukan empu. Bila kita potong kunyit tersebut, maka kita akan memilih kunyit dengan warn oranye, bukan warna kuning, karena warna kuning menunjukkan jenis kunyit yang muda. Baunya pun kurang keras dibandingkan dengan yang berwarna oranye. Hal tersebut menunjukkan kandungan bahan berkhasiat kurkumin dan minyak atsiri yang rendah.

Kadang-kadang, peracik jamu menentukan bahan baku yang sesuai melalui sesuatu yang tidak rasional. Misalnya melalui mimpi, insting, atau suatu perasaan keyakinan bahwa tanaman tersebut bermanfaat, atau petunjuk berdasarkan suatu kejadian.

Membersihkan: Pada saat kita membersihkan suatu bahan jamu, kita menyadari

bahwa kebersihan pangkal kesehatan. Tetapi, di balik itu ada rasa kepuasan apabila kita mampu menyajikan sesuatu yang bersih. Dengan menghayati dan meresapi pembuatan jamu, akan dihasilkan jamu yang bermanfaat.

Menakar: Untuk memperoleh khasiat yang sama dalam pembuatan jamu, diperlukan

takaran dari masing-masing bahan baku. Bila kita meracik jamu dengan nilai seni, maka kita melakukannya dengan rasa, sehingga jamu yang dihasilkan akan mempunyai khasiat yang sama. Takaran secara tradisional kadang-kadang hanya menggunakan cara dan alat yang sederhana. Perasaan tentang ketepatan takaran maupun jenis bahan kadang-kadang tidak dapat disamakan untuk peracik jamu antara satu dengan lainnya. Sebagai contoh, bila dalam pembuatan suatu jamu kita menggunakan "rasa" maka akan dihasilkan suatu jamu dengan rasa dan aroma yang sama. Misalnya, pembuatan jamu kudu laos dengan rasa yang pedas karena rasa dari laos, aroma yang keras dari bahan kudunya, serta dengan kekentalan tertentu. Rasa pedas dari laos serta aroma yang keras dari kudu tersebut bisa dihubungkan dengan pemilihan bahan baku, yaitu dipilih bentuk, besar, bau, serta warna tertentu yang dapat dirasakan oleh pembuat jamu. Bila kita meracik jamu tersebut dengan menggunakan rasa, maka akan dihasilkan jamu kudu laos yang seolah-olah berjiwa.

Melumatkan/Menghaluskan: Melumatkan bahan baku berarti kita memperkecil

ukuran bahan baku, sehingga kandungan yang ada dalam bahan baku dapat bekerja lebih maksimal. Jamu pun akan lebih bermanfaat. Tidak ada standar atau ukuran tertentu yang menuntun seorang pembuat jamu agar menghentikan proses

(8)

penghalusan bahan. Untuk mencapai suatu titik pelumatan tertentu, seringkali dilakukan berdasarkan perasaan dan pengalaman.

Menempatkan Jamu: Menempatkan jamu dan memberi label/etiket pada jamu

merupakan suatu seni tersendiri. Wadah yang bersih serta bentuk yang "menarik" akan memberi kesan tersendiri, baik bagi si pembuat maupun bagi pengguna/konsumen jamu. Bentuk dan bahan wadah yang telah dikenal secara tradisional dapat memberikan sentuhan tradisi yang lebih mendalam. Misalnya, jamu disimpan dalam wadah yang terbuat dari tanah liat dengan bentuk tradisional. Demikian juga label/etiket pada kemasan jamu. Jika dipasang dengan proporsi yang benar akan mempunyai nilai estetika yang tinggi.

2.3. Data Kompetitor

2.3.1 Kecantikan Perempuan Timur

Buku ini banyak membicarakan tentang ungkap gagasan pikiran Martha Tilaar selama kurang lebih tiga puluh tahun berkecimpung dalam dunia perawatan diri dan kecantikan. Semacam auto-biografis tentang berbagai momentum dalam perjalanan hidup, pandangan hidup, latar kehidupan, cita-cita, kreasi, serta karya Martha Tilaar dalam dunia kecantikan. Terbagi dalam tujuh bagian, buku ini menampilkan berbagai segi kehidupan dunia Timur, terutama Jawa dan Nusantara, mulai dari mitos, doa-doa, kitab dan primbon, adat dan upacara, reramuan dan jejamuan, sampai pada pernik-pernik perawatan tubuh. Semuanya dalam lingkup yang eksotik: kecantikan. Dengan format yang eksklusif, buku ini semakin istimewa dengan ilustrasi dan desain yang menawan. Pada bagian lain, Martha Tilaar juga membagi suka-duka perjalanan kariernya sebagai seorang pelopor wiraswasta yang berhasil menggali khasanah budaya Nusantara, mengambil inspirasi dari kearifan yang telah ada selama berabad-abad.

(9)

Gambar 2.1 Buku Kecantikan Perempuan Timur

2.3.2 Cara Benar Meracik Obat Tradisional

Obat tradisional atau jamu telah lama dipercaya secara turun-temurun dapat menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit. Namun, jamu yang dibuat secara sederhana umumnya tersusun atas banyak simplisia dengan takaran yang tidak baku. Banyaknya jenis simplisia tersebut bisa menibulkan efek samping yang tidak diinginkan. Karena itu, perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh sesuai dengan tujuan khasiat yang diinginkan. Buku Ini berisikan tentang penyusunan obat tradisional dan bagimana komposisi yang tepat untuk pembuatan obat tradisional.

(10)

Gambar 2.2 Buku Cara Benar Meracik Obat Tradisional

2.4 Target

Target publikasi buku ini adalah wanita Indonesia yang tinggal di perkotaan berasal dari golongan ekonomi menengah dan menengah keatas, menghargai kekayaan alam dan kebudayaan Indonesia, serta peduli akan kecantikan dan tradisi perawatan kesehatan alami Indonesia, meracik dan meminum jamu.

1. Demografi • Wanita • Usia 25-40 th

• Belum dan sudah menikah dan atau memiliki anak • Kelas ekonomi menengah dan menengah keatas • Pendapatan diatas 3 juta rupiah per bulan 2. Geografi

• Tinggal di kota-kota besar (tinggal diperumahan atau apartemen) 3. Psikografi

• Memiliki kemandirian finansial • Memegang adat dan tradisi • Memperhatikan kesehatan • Cinta seni dan budaya Indonesia • Berpendidikan dan berwawasan luas • Meluangkan waktu untuk merawat diri

(11)

2.5 Judul Buku

Jamu, Temukan Rahasia Kecantikan Alami DI Dalamnya

2.6 Analisa SWOT 2.5.1 Strength

• Buku yang akan dibuat merupakan buku tentang jamu sebagai tradisi budaya, juga berisi resep-resep jamu yang dapat diterapkan sendiri, serta memiliki layout dan visual yang menarik

2.5.2 Weakness

• Wanita jaman sekarang sebagai target buku ini sudah semakin sedikit yang memiliki keingintahuan tentang jamu untuk perawatan kecantikannya

2.5.3 Opportunity

• Kesadaran masyarakat dunia untuk kembali menggunakan bahan-bahan alami, memberikan peluang untuk buku ini dapat laku dipasaran

2.5.4 Threat

• Gaya hidup masyarakat modern yang serba instan menyebabkan masyarakat lebih mudah untuk membeli jamu-jamu instan daripada menerapkan resepnya sendiri di rumah

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan perhitungan biaya produksi dimulai dari bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, akuntansi perusahaan melakukan

Dalam perusahaan tersebut, sikuls akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan

Memperketat pengawasan terhadap proses pengeringan dimesin dryer Bahan Baku yang bermutu rendah diolah kembali Membersihkan :gudang bahan baku dari genangan air dan meninggikan

Dengan kata lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai pelengkap bahan baku untuk sama-sama membentuk barang jadi, dimana komponen bahan tambahan ini

Dengan kata lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai pelengkap bahan baku untuk sama-sama membentuk barang jadi, dimana komponen bahan tambahan ini

Konferensi medical internasional yang dimulai oleh Davison menghasilkan kelahiran dari League of Red Cross, yang kemudian pada tahun 1983 berubah nama menjadi League of Red

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang energi,

Kata Seni dapat diartikan sebagai sesuatu karya yang indah dan luar biasa hasil cipta, rasa, karsa manusia, sedangkan untuk pengertian Musik adalah hasil