• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh Dewasa Ayam Leher Gundul sebagai Sumber Daya Genetik Ayam Lokal di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakteristik Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh Dewasa Ayam Leher Gundul sebagai Sumber Daya Genetik Ayam Lokal di Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Pertumbuhan dan Ukuran Tubuh Dewasa Ayam

Leher Gundul sebagai Sumber Daya Genetik

Ayam Lokal di Indonesia

(Growth and Body Measurements Characteristic of Naked Neck Chicken as

a Local Chicken Genetic Resources in Indonesia)

Triana Susanti, Sopiyana S

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 triana_susie@yahoo.com

ABSTRACT

Naked neck chicken is one of the local chicken in Indonesia. Information on the characteristic and production potential was not widely known yet. Therefore, a study was conducted to obtain information characteristic that can be utilized in formation of new strain as an effort to produce superior breed, so that local poultry business become an efficient commercial scale. A total of 41 naked neck chickens were observed since DOC until 20 weeks old, and then some part of body were measured at adult. Results showed that the genotypes observed was homozygous Na/Na. The death of DOC was high reached 42%, while the death of the embryo reached 59%. The body weight at 20 weeks was 1.4 kg unsexed. Based on body weight and body size, naked neck chicken were medium type and its potential as dual-purpose chicken.

Key Words: Naked Neck, Chicken, Medium Type

ABSTRAK

Ayam leher gundul adalah salah satu ayam lokal yang ada di Indonesia. Informasi karakteristik dan potensi produksinya belum banyak diketahui. Oleh karena itu, suatu penelitian dilakukan untuk memperoleh informasi karakteristik yang dapat dimanfaatkan dalam pembentukan galur-galur baru sebagai upaya penyediaan bibit unggul sehingga usaha ternak ayam lokal skala komersial menjadi efisien. Sebanyak 41 ekor ayam leher gundul diamati pertumbuhannya sejak menetas (DOC) sampai umur 20 minggu, kemudian dilakukan pengukuran terhadap sebagian anggota tubuhnya pada umur dewasa. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ayam leher gundul yang diamati memiliki genotipe homozigot Na/Na sehingga kematian pada umur DOC sangat tinggi mencapai 42%, sedangkan kematian embrio mencapai 59%. Bobot badan ayam leher gundul yang masih hidup pada umur 20 minggu adalah 1,4 kg unsex. Berdasarkan bobot badan dan ukuran tubuhnya, ayam leher gundul termasuk ayam tipe medium dan berpotensi sebagai ayam dwiguna.

Kata Kunci: Leher Gundul, Ayam, Tipe Medium

PENDAHULUAN

Potensi ternak ayam lokal sebagai sumber pangan sudah tidak diragukan lagi. Daging ayam lokal memiliki cita rasa yang berbeda dengan ayam ras, sehingga segmen pasarnya tertentu dan harganya pun lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras. Ditinjau dari ketersediaannya, produksi daging ayam Kampung pada tahun 2013 sebesar 287.400 ton, dengan jumlah populasi sebanyak 290.455.000 ekor (Ditjen PKH 2013).

Pada umumnya data ayam Kampung yang tercatat dalam buku statistik peternakan dan

kesehatan hewan adalah ayam lokal yang ada di setiap daerah, baik yang memiliki ciri spesifik seperti ayam Kedu, Sentul, Pelung, Gaok, Nunukan dan Merawang, maupun yang tidak mempunyai ciri spesifik bahkan sangat beragam penampilannya yaitu ayam Kampung (Sartika 2012). Ayam lokal yang berkembang di suatu daerah tertentu dengan ciri khas berbeda dengan ayam lokal lain yang sudah ada di Indonesia, termasuk ayam Kampung disebut rumpun. Sartika & Iskandar (2007) mengemukakan bahwa terdapat 43 rumpun ayam lokal Indonesia termasuk empat jenis ayam hutan yang ada di dunia yang merupakan

(2)

cikal bakal adanya berbagai rumpun ayam lokal. Dari 43 rumpun ayam lokal tersebut, 15 rumpun telah dianalisa secara molekuler (Sulandari et al. 2008). Dari hasil tersebut terdapat beberapa ayam lokal spesifik yang mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

Salah satu keanekaragaman genetik ayam lokal yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil daging maupun telur adalah ayam leher gundul. Hasil penelitian di negara-negara beriklim sedang yang aplikasinya ditujukan untuk daerah beriklim tropis, telah membuktikan bahwa ayam leher gundul mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai unggas penghasil daging. Thutwa et al. (2012) melaporkan bahwa karkas ayam leher gundul yang dipotong pada umur 20 minggu lebih tinggi daripada ayam normal. Namun demikian, pengkajian terhadap produktivitas ayam lokal leher gundul yang merupakan sumber kekayaan genetik nasional masih perlu dilakukan secara lebih mendalam agar diperoleh informasi dasar yang dapat diyakini untuk tujuan pengembangannya. Sampai saat ini, informasi dasar mengenai parameter-parameter produksi maupun fisiologis ayam leher gundul Indonesia belum banyak diketahui. Oleh karena itu, suatu penelitian terhadap ayam leher gundul dilakukan. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi karakteristik yang dapat dimanfaatkan dalam pembentukan galur-galur baru sebagai upaya penyediaan bibit unggul, sehingga usaha ternak ayam lokal skala komersial menjadi efisien.

MATERI DAN METODE

Jumlah ternak yang diamati sebanyak 41 ekor. Pemisahan jenis kelamin (sexing) pada saat DOC belum dapat dilakukan, karena alat kelamin ayam leher gundul sangat kecil. Sehingga pengamatan pertumbuhan tidak membedakan jantan dan betina. Sementara itu, pengamatan terhadap ukuran tubuh ayam dilakukan pada saat sudah memasuki umur dewasa, karena pada periode tersebut, ayam sudah tidak mengalami pertumbuhan. Oleh karena itu, pengamatan terhadap ukuran-ukuran tubuh sudah dapat dilakukan berdasarkan jenis kelaminnya.

Karakteristik pertumbuhan diperoleh melalui penimbangan bobot badan per individu yang dilakukan setiap minggu, sejak ayam menetas sampai umur 20 minggu. Sementara itu, karakteristik ukuran tubuh dilakukan dengan mengukur panjang, lebar dan lingkar seluruh anggota badan. Data-data disajikan dalam bentuk rata-rata dan keragamannya, kemudian dianalisis secara deskriptif.

Populasi ayam leher gundul yang diamati, dipelihara sesuai dengan standar pemeliharaan yang biasa dilakukan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak). Sistem pemeliharaan DOC, sesaat setelah menetas, ayam disimpan dalam kandang brooder selama empat minggu, kemudian dipindahkan ke kandang lantai dengan alas sekam sampai dewasa.

Pakan yang diberikan adalah pakan jadi, yang dibeli dari poultry shop. Jenis dan jumlah pakan yang diberikan disesuaikan dengan umur ayam. Pakan starter yaitu pakan dengan kandungan protein 20% diberikan pada ayam umur DOC sampai empat minggu. Kemudian, mulai umur empat minggu sampai siap bertelur, ayam diberi pakan grower yaitu pakan dengan kandungan protein 14-15%. Air minum diberikan secara ad libitum.

HASIL DAN PEMBAHASAN Genotipe ayam leher gundul

Ayam leher gundul dikenal dengan nama ayam Bali atau ayam Ayunai (Sulandari et al. 2007). Ayam Ayunai adalah ayam lokal yang berukuran sedang, berasal dari Merauke, Papua. Keunikan ayam ini adalah tidak adanya bulu dari kepala hingga bagian atas tembolok, sehingga leher tampak polos alias gundul, sehingga dinamakan ayam leher gundul.

Sifat gundul tersebut dipengaruhi oleh gen autosomal dengan simbol Na (Horst & Mather 1998; Lin et al. 2006). Sifat leher gundul merupakan dominan tidak lengkap. Dalam kondisi heterozigot (Na/na+), bulu-bulu halus pada leher masih ditemukan. Namun pada ayam dengan genotipe homozigot (Na/Na), bulu-bulu di leher tidak ditemukan sama sekali. Alel Na dihubungkan dengan sifat tahan panas, karena ayam leher gundul dengan genotipe heterozigot kehilangan bulu sebanyak 30%, sedangkan yang bergenotipe homozigot

(3)

kehilangan bulu sekitar 40% dari total bulu yang ada pada tubuh ayam normal (Sharifi et al. 2010). Berdasarkan keberadaan bulu halus pada lehernya, ayam leher gundul yang diamati diduga memiliki genotipe homozigot, karena seluruh ayam tidak memiliki bulu-bulu halus di lehernya. Penampilan anak ayam leher gundul yang diamati tercantum pada Gambar 1, sedangkan penampilan ayam leher gundul dewasa jantan dan betina tercantum pada Gambar 2.

Gambar 1. Penampilan anak ayam leher gundul

Gambar 2. (A). Ayam leher gundul jantan dewasa; (B). Ayam leher gundul betina dewasa

Mortalitas

Ayam leher gundul yang dikoleksi berasal dari peternak di daerah Kabupaten Bandung dalam bentuk telur tetas. Sebanyak 100 butir tetas dimasukkan ke dalam mesin tetas, namun yang berhasil menetas hanya 41 ekor unsex. Kematian tertinggi terjadi pada saat embrio

umur 18-21 hari dalam inkubator yaitu sebesar 17,8-18,7%, padahal tingkat fertilitasnya relatif tinggi yaitu sebesar 77,7-81,7% dari telur masuk (Sharifi et al. 2010). Hal ini diduga pengaruh alel Na. Horst & Mather (1989) dan Merat (1986) melaporkan bahwa alel Na merupakan penyebab tingginya kematian embrio pada ayam leher gundul, khususnya pada genotipe homozigot (Na/Na).

Dalam pengamatan selanjutnya, kematian ayam leher gundul masih terjadi, terutama pada ayam umur sehari (DOC) yang mati sebanyak 17 ekor. Sehingga jumlah ayam leher gundul yang hidup dan diamati sampai umur 20 minggu sebanyak 24 ekor.

Pertumbuhan ayam leher gundul

Sifat pertumbuhan ternak unggas dapat diukur dengan penimbangan bobot badannya sejak menetas sampai dewasa kelamin. Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan ayam leher gundul tercantum pada Tabel 1.

Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa bobot badan ayam leher gundul mengalami kenaikan yang signifikan setiap minggunya, kecuali pada periode starter yaitu umur DOC sampai empat minggu kenaikannya tidak berbeda nyata berkisar 7 sampai 46 g. Namun, setelah umur empat minggu, bobot badan ayam leher gundul mengalami kenaikan. Bobot DOC ayam leher gundul dalam penelitian ini adalah 32 g. Hasil ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan bobot DOC ayam naked neck di Bangladesh yaitu seberat 29,5 g (Faruque et al. 2010). Namun perbedaan bobot DOC ini tidak membedakan bobot dewasanya. Dalam penelitian ini, bobot badan umur 20 minggu diperoleh 1,42 kg, hampir sama dengan bobot ayam naked neck dengan berat 1,43 kg pada umur yang sama (Faruque et al. 2010). Namun sedikit berbeda dengan hasil yang diperoleh Supriyantono et al. (2011) yang memperoleh bobot badan ayam leher gundul sebesar 449,5 g pada umur delapan minggu dan 1.624 g pada umur 20 minggu. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan oleh jumlah ayam yang diamati atau pakan yang diberikan.

Berdasarkan kenaikan bobot badan setiap minggunya, kurva pertumbuhan ayam leher gundul memiliki bentuk sigmoid sebagai kurva standar untuk pertumbuhan normal.

(A)

(4)

Tabel 1. Bobot badan ayam leher gundul sejak menetas (DOC) sampai umur 20 minggu Umur (minggu) Bobot badan (g) KV BB (%) PBB (g) 0 32±4 12,7 1 39±7 18,4 7 2 57±11 18,6 18 3 82±26 32,3 25 4 128±35 27,6 46 5 183±38 20,6 55 6 250±59 23,7 66 7 350±71 20,2 100 8 433±85 19,7 84 9 532±103 19,4 99 10 626±113 18,0 94 11 726±141 19,4 100 12 837±155 18,5 111 13 927±183 19,7 91 14 1.029±201 19,6 102 15 1.124±226 20,1 95 16 1.193±239 20,0 69 17 1.281±254 19,8 88 18 1.326±251 19,0 45 19 1.364±281 20,6 38 20 1.415±289 20,4 51 KV: Koefisien variasi; BB: Bobot badan; PBB: Pertambahan bobot badan

Titik infleksinya berada pada umur tujuh minggu. Pola pertumbuhan ayam leher gundul tercantum pada Gambar 3.

Karakteristik morfologi (ukuran-ukuran bagian tubuh) ayam leher gundul

Ayam leher gundul merupakan salah satu keanekaragaman genetik lokal yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai penghasil daging maupun telur. Hasil penelitian di negara-negara beriklim sedang yang aplikasinya ditujukan untuk daerah beriklim tropis, telah membuktikan bahwa ayam leher gundul memiliki produktivitas yang lebih baik daripada ayam normal (Sharifi et al. 2010). Namun demikian, pengkajian terhadap produktivitas ayam lokal leher gundul yang merupakan sumber kekayaan genetik nasional masih perlu dilakukan secara lebih mendalam agar diperoleh informasi dasar yang dapat diyakini untuk tujuan pengembangannya. Sampai saat ini, informasi dasar mengenai parameter-parameter produksi maupun fisiologis ayam leher gundul Indonesia belum banyak diketahui. Hasil pengukuran morfologi pada ayam leher gundul disajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 2 tampak bahwa ayam leher gundul yang dikoleksi di Balitnak memiliki ukuran tubuh yang relatif seragam, baik jantan maupun betina. Hal ini tampak dari koefisien variasi bagian-bagian tubuh ayam leher gundul

(5)

Tabel 2. Ukuran-ukuran bagian tubuh ayam leher gundul dewasa

Bagian tubuh

Betina Jantan

Rata-rata±st dev Koefisien

variasi (%) Rata-rata±st dev

Koefisien variasi (%) Panjang badan (cm) 36,8±1,1 3,0 43,0±2,8 6,5 Tinggi badan (cm) 27,5±2,1 7,6 29,3±1,1 2,8 Panjang dada (cm) 16,8±0,4 2,4 20,0±0,5 2,5 Lebar dada (cm) 10,8±0,4 3,7 11,3±0,4 3,5 Lingkar dada (cm) 29,5±2,1 7,1 33,0±1,4 4,2 Panjang punggung (cm) 18,8±0,4 2,1 22,3±1,1 4,9 Panjang sayap (cm) 18,5±0,7 3,8 22,0±1,4 6,4 Panjang leher (cm) 11,8±0,4 3,4 14,0±1,4 10,0 Panjang paruh (mm) 30,9±0,8 1,3 33,9±0,9 2,7 Lebar paruh (mm) 21,3±0,4 1,9 22,5±1,9 8,4 Tebal paruh (mm) 11,0±0,1 0,9 11,4±0,5 4,4 Lebar kepala (mm) 31,2±2,2 7,1 35,9±0,3 0,8 Panjang kepala (mm) 46,8±0,6 1,3 47,7±3,6 7,5 Panjang femur (cm) 9,0±1,4 15,6 10,5±0,7 6,7 Panjang tibia (cm) 10,5±0,7 6,7 14,8±1,1 7,4 Panjang shank (cm) 6,8±0,4 5,9 9,5±1,4 14,7 Lingkar shank (cm) 3,5±0,2 5,7 4,8±0,4 8,3 Lebar pelvis (mm) 39,7±6,8 17,1 25,2±7,7 30,6 Tinggi jengger (mm) 13,0±3,2 24,6 33,1±6,7 20,2 Panjang jengger (mm) 23,0±4,5 19,6 50,1±14,0 27,9 Tebal jengger (mm) 6,5±0,6 9,2 13,7±1,4 10,2

mayoritas bernilai kurang dari 15%, kecuali bagian jengger dan lebar pelvis. Secara umum, berdasarkan ukuran-ukuran tubuh, ayam ini berpotensi sebagai tipe dwiguna, dimana ayam ini termasuk tipe medium.

KESIMPULAN

Ayam leher gundul merupakan salah satu sumberdaya genetik ayam lokal Indonesia dengan jumlah populasi terbatas, karena memiliki gen Na yang menyebabkan tingginya kematian embrio. Berdasarkan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ayam leher gundul termasuk kategori ayam tipe medium. Ayam leher gundul berpotensi sebagai ayam dwiguna yaitu penghasil telur dan daging.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen PKH. 2013. Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2013. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Faruque S, Siddiquee N, Afroz M, Islam M. 2010. Phenotypic characterization of native chicken reared under intensive management system. J Bangladesh Agric Univ. 8:79-82.

Horst P, Mather PK. 1989. Position of local fowl for tropically originated breeding activities. Genotipe environment interaction in Poul. Prod. Jouy-en-Joses, France, May. p. 159-174. Lin H, Jiao HC, Buyse J, Decuypere E. 2006. Strategies for preventing heat stress in poultry. Worlds Poult Sci J. 62:71-85.

(6)

Merat P. 1986. Potential usefulness of the Na (naked neck) gene in poultry production. World’s Poult Sci J. 42:124-142.

Sartika T, Iskandar S. 2007. Mengenal plasma nutfah ayam Indonesia dan pemanfaatannya. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak.

Sartika T. 2012. Ketersediaan sumberdaya genetik ayam Lokal dan strategi pengembangannya untuk pembentukan parent dan grand parent stock. Dalam: Iskandar S, Resnawati H, Priyanti A, Sartika T, Damayanti R, penyunting. Pengembangan peran unggas lokal dalam industri perunggasan nasional. Prosiding Workshop Nasional Unggas Lokal. Jakarta, 5 Juli 2012. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. hlm. 15-23.

Sharifi AR, Horst P, Simianer H. 2010. The effect of naked neck gene and ambient temperature and their interaction on reproductive traits of heavy broiler dams. Poult Sci. 89:1360-1371. Sulandari S., Zein MSA, Patyanti S, Sartika T,

Astuti M, Widjastuti T, Sujana E, Darana S. Setiawan I dan Garnida D. 2007. Sumberdaya genetik ayam lokal Indonesia. Dalam: Diwyanto K, Prijono SN, penyunting. Keanekaragaman sumber daya hayati ayam

lokal Indonesia: manfaat dan potensi. Jakarta (Indonesia): LIPI Press. hlm. 45-104.

Sulandari S, Zein MSA, Sartika T. 2008. Molecular characterization of Indonesian indigenous chickens based on mitochondrial DNA displacement (D)-loop sequences. Hayati J Biosci. 15:145-154.

Supriyantono A, Killian AL, Wajo MJ. 2011. Potensi ayam leher gundul sebagai sumber daging ayam buras. Dalam: Prasetyo LH, Damayanti R, Iskandar S, Herawati T, Priyanto D, Puastuti W, Anggraeni A, Tarigan S, Wardhana AH, Darmayanti NLPI, penyunting. Teknologi peternakan dan veteriner untuk peningkatan produksi dan antisipatif terhadap dampak perubahan iklim Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 7-8 Juni 2011. Bogor (Indonesia): Puslitbangnak. hlm. 685-690.

Thutwa K, Nsoso SJ, Moreki. K and JC. 2012. Comparative live weight, growth performance, feed intake, carcass traits and meat quality in two strains of Tswana chickens raised under intensive system in South East District of Botswana. Int J Appl Poult Res. 1:21-26.

Gambar

Gambar 2. (A).  Ayam  leher  gundul  jantan  dewasa;
Tabel 1. Bobot badan ayam leher  gundul  sejak  menetas  (DOC)  sampai  umur  20  minggu  Umur  (minggu)  Bobot badan (g)  KV BB (%)  PBB (g)  0  32±4  12,7  1  39±7  18,4  7  2  57±11  18,6  18  3  82±26  32,3  25  4  128±35  27,6  46  5  183±38  20,6  55
Tabel 2. Ukuran-ukuran bagian tubuh ayam leher gundul dewasa

Referensi

Dokumen terkait

Analisa aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH dan hasil yang diperoleh dianalisis dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan

Sementara serin pada 500 mg/l merupakan konsentrasi yang paling potensial dalam induksi kalus dengan 55% potensi tumbuh anter, 24% anter beregenerasi, dan 1,4 anter per

Setiap tekanan dari masing-masing fraksi massa dilakukan pengu- langan sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 54 sampel untuk dilakukan uji fluks membran dengan feed larutan NaCl

Adapun penerapan metode Electre dengan mengimplementasikan sistem pendukung keputusan untuk penerima bantuan PKH dengan cara menginput bobot dari setiap penduduk dan

Imperatif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia bahwa dalam

Kerja sama tim sangat dibutuhkan dalam peningkatan keselamatan pasien. Prinsip komunikasi terbuka antar tenaga kesehatan dalam praktik professional. Adanya mekanisme monitor

(1) Dana Pinjaman Modal Usaha Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa di Kabupaten Banjarnegara digulirkan kembali dalam rangka upaya meningkatkan

Penelitian ini mengungkapkan makna terdalam dari pengalaman stres pada ketiga subjek Ld, Ar, Rg dalam mengatasi masalah yang menimbulkan reaksi psikologis yaitu subjek